TEORI
KEPENDUDUKAN
Prakata i
ii
TEORI KEPENDUDUKAN
Anggota IKAPI
iii
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Teori Kependudukan
© Rahcmad Budi Suharto
Samarinda, RV Pustaka Horizon, 2020
viii + 142 hlm.; 17 x 24 cm
ISBN: 978-623-6805-04-6
Teori Kependudukan
Penulis:
Rahcmad Budi Suharto
ISBN:
ISBN: 978-623-6805-04-6
Desainer sampul:
RBS
Layouter:
RVPH
iv
Prakata
v
akan terus disempurnakan. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka penulis menerima segala saran-saran dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki buku Teori Kependudukan ini. Dengan
senang hati penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Semoga karya ini dapat menambah wawasan yang lebih
luas tentang masalah Kependudukan di Indonesia.
vi
Daftar Isi
Prakata .................................................................................. v
Daftar isi................................................................................. vii
vii
Bab 6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) .......................... 95
A. Definisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ......... 95
B. Pilar-Pilar Pokok Indeks Pembangunan Manusia .... 97
C. Komponen Indeks Pembangunan Manusia ............. 98
D. Cara Menghitung Komponen indeks dan IPM ......... 102
E. Hubungan Antar Variabel ........................................ 103
F. Manfaat Indeks Pembangunan Manusia ................. 107
Bab 7 Piramida Penduduk ..................................................... 109
A. Definisi Piramida Penduduk .................................... 109
B. Macam-Macam Piramida Penduduk ....................... 112
C. Manfaat Piramida Penduduk ................................... 117
Bab 8 Proyeksi Penduduk Indonesia ..................................... 118
A. Definisi Proyeksi Penduduk .................................... 118
B. Model-Model Proyeksi Penduduk............................ 119
C. Proyeksi Penduduk di Indonesia ............................. 131
D. Kegunaan Proyeksi Penduduk ................................ 132
viii
BAB 1 BAB 1 Konsep
Konsep dan Definisidan Definisi
Demografi
Kependudukan
Kata Demografi berasal dari Bahasa Yunani yang dapat dilihat dari
asal katanya yaitu demos dan graphein. Demos dapat diartikan sebagai
antara lain Achille Guillard, G.W Barclay, dan P. Hauser & D. Duncan,
1
B. Definisi Kependudukan Menurut Para Ahli
dilihat dari konsep atau definisi tersebut juga masih sangat umum yang
oleh suatu nilai statistik tertentu. Oleh karena itu demografi berhubungan
(perubahan status).
dan migrasi.
3
7. United Nation (1958) dan International Union for the Scientific
demografi formal.
daerah tersebut.
masa lampau.
5
Struktur dalam arti yang paling sempit, penduduk menurut
elemennya.
kondisi terjadi diperlukan suatu ilmu lain yang disebut Ilmu Kependudukan.
6
lainnya yaitu istilah pure demografi untuk cabang demografi yang bersifat
tersebut terjadi.
penduduk, ilmu demografi dalam arti yang lebih luas membicarakan angka-
7
C. Komponen Demografi
a. Kelahiran (Fertilitas/Natalitas)
menyangkut jumlah bayi yang lahir hidup. Namun bisa juga, fertilitas diukur
d) Abstinensi sukarela.
8
e) Abstinensi karena terpaksa (impotensi, sakit, berpisah
lain.
kelahiran
positif maupun negatif terhadap fertilitas atau kelahiran. Kondisi ini akan
b. Kematian (Mortalitas)
9
Mortalitas berkaitan erat dengan tingkat kematian penduduk yang
dalam demografi, seperti : jumlah keguguran dan "still birth" tidak dihitung
yang dapat terjadi setiap saat setelah terjadi kelahiran hidup. Jadi mati
1) Registrasi
10
peristiwa kematian tersebut terjadi. Namun di Indonesia data hasil
2) Sensus/survai
11
dihitung berdasarkan data sensus penduduk adalah dengan
3) Rumah sakit.
4) Dinas pemakaman.
Berbeda halnya dengan data yang bersumber dari hasil registrasi, data
yang berasal dari hasil sensus penduduk dan survai dapat digunakan untuk
(indirect method).
menetap dalam waktu yang lama. Migrasi dapat dibedakan menjadi dua,
daerah ke daerah lain dalam satu negara, dan migrasi internasional yang
12
d. Mobilitas Sosial
e. Pernikahan
dan agama.
13
maupun hukum lain yang diakui seperti hukum adat atau kebiasaan
(custom).
Di negara maju ada jenis perkawinan yang lain yang disebut hidup
2) Kawin, adalah mereka yang kawin secara hukum (adat, negara, dan
14
BAB 2 BAB 2 Ruang
Ruang Lingkup
Lingkup dan
dan Manfaat
Analisis Demografi
Manfaat Kependudukan
pembagian cabang ilmu ini. Menurut Methorst dan Skirk (1937), masalah
kualitatif. Sedangkan, ilmu hayat (biologi) itu sendiri pun tidak lepas dari
15
Pada tahun 1937 di Paris selama kongres kependudukan
deskriptif. Karya ini lantas mendapat sambutan positif dari berbagai pihak.
di masa yang akan datang maupun masa lampau. Teknik-teknik ini sering
terjadi.
Murni dan Demografi Murni memperkuat teori yang ada dalam Studi
matematik).
peneliti sebagai instrumen pokok. Oleh karena hal itu, peneliti harus
memiliki bekal teori dan wawasan yang luas agar dapat melakukan
mengkontruksikan obyek yang diteliti agar lebih jelas. Penelitian ini lebih
1) Kuantitatif
penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik,
2) Kualitatif
ditemukan di lapangan.
antropologi budaya.
dalam peristilahanya.
19
b) Aspek-Aspek Analisis Demografi
1) Populasi Penduduk
2) Pengelompokan Penduduk
3) Distribusi Penduduk
20
sosial dan politik. Mengapa sekarang banyak terjadi urbanisasi?
penduduk tersebut.
4) Kelahiran
5) Kematian
6) Migrasi
21
eksternal. Ahli demografi dapat menganalisa penyebaran migrasi
7) Tenaga Kerja
suatu negara.
8) Kelembagaan Penduduk
9) Kebijakan Penduduk
22
kependudukan akan berbeda tiap negara karena masalah penduduk
yang bersangkutan.
23
demografi yang membentuk kuantitas atau jumlah penduduk
tersebut.
24
f. Mempelajari dan memahami cara menghitung tingkat
25
program atau kebijakan dapat dilakukan untuk mengatasi
26
menurun akan dapat memberikan konsekuensinya masing-masing
saja sangat penting bagi lembaga pemerintah, juga sangat penting untuk
bidang pendidikan seperti jumlah guru dan ruang kelas yang dibutuhkan
kerja”.
dihadapi oleh Bangsa Indonesia harus diatasi agar dapat mencapai cita-
28
1) Membantu pemerintah di dalam melakukan evaluasi kinerja
penduduk.
29
BAB 3 BAB 3
Ukuran dan Variabel
Ukuran dan Variabel Demografi
Kependudukan
dibandingkan.
diinginkan pada masa yang akan datang. Dengan demikian ukuran dasar di
bidang demografi memiliki 2 (dua) manfaat yaitu untuk menilai kondisi yang
terjadi dan untuk menilai target capaian yang diharapkan untuk kondisi
30
program di bidang kependudukan yang direncanakan oleh pemerintah
seperti absolut dan relatif: rasio, proporsi, tingkat (rate). Setelah ukuran
menunjukkan bahwa tidak semua orang memiliki resiko yang sama untuk
31
1. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
laki-laki dan jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu
tertentu.
Sex Ratio = xk
Di mana:
k : Bilangan konstanta
yang melek huruf per seribu penduduk berumur 10 tahun ke atas. Secara
( )
AMH = xk
Di mana :
k : Bilangan Konstanta
32
Rasio Kepadatan Penduduk =
( )
tahun tertentu per seribu penduduk pada pertengahan tahun yang sama.
CBR = x k
Di mana:
k : Bilangan Konstanta
tahun per 1000 penduduk perempuan berumur 15-49 tahun atau 15-44
tahun pada pertengahan tahun yang sama. Rumus yang digunakan untuk
Di mana :
pertengahan tahun
33
Pf15-44 : Banyaknya penduduk perempuan umur 15-44 tahun pada
pertengahan tahun
k : Bilangan Konstanta
ASFR)
ASFRi = xk
Di mana :
tahun tertentu
k: Bilangan konstanta
Di mana :
kelompok umur i
kelompok umur i
kelompok perempuan yang mulai melahirkan pada usia yang sama dan
selesai. Ukuran GRR dapat diperoleh dengan dua cara yaitu dengan
Jika diketahui TFR dan rasio jenis kelamin pada saat lahir adalah 105
GRR = x TFR
35
Perhitungan menggunakan ASFR bagi perempuan.
Jika diketahui ASFR dan rasio jenis kelamin pada saat lahir adalah
105 (terdapat 105 bagi laki-laki disbanding 100 bagi perempuan) maka
GRR = 5∑
dipakai adalah bayi perempuan tersebut mengikuti pola fertilitas dan pola
mortalitas ibunya.
Di mana :
Jumlah kematian yang terjadi pada kelompok umur tertentu per 1.000
ASDR = xk
Atau
ASDR = x 1.000
Di mana:
tahun tertentu
tertentu
kelahiran.
37
Di mana:
Kematian yang terjadi sebelum bayi berumur 1 bulan atau 28 hari per
NNDR = x 1.000
14. Angka Kematian Lepas Baru Lahir (Post-Neo Natal Death Rate)
Kematian yang terjadi pada bayi yang berumur antara 1 bulan sampai
PNNDR = x 1.000
per 1.000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu. Dengan
xk
38
16. Angka Kematian Anak di Bawah Lima Tahun (Childhood
Mortality Rate)
selama satu tahun per 1.000 anak usia yang sama pada pertengahan
xk
tertentu terhadap jumlah seluruh kematian selama tahun ini dengan rumus
sebagai berikut :
x100
MMR = xk
39
19. Angka Kematian Menurut Penyebab (Cause Spesific Death Rate)
kepentingan
berikut.
CSDR Kangker = xk
berikut.
CFR =
a Spesific Cause)
PDSC = xk
40
22. Distribusi frekuensi
Tabel 3.1: Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Sebelum dan Setelah Pro Rating
Sebelum Pro Setelah Pro
No Kelompok Umur
Rating Rating
1 0-4 8.462 8.473
2 5-9 7.684 7.694
3 10-14 4.319 4.324
4 15-19 3.834 3.838
5 20-24 3.452 3.456
6 25-34 7.334 7.343
7 35-44 5.720 5.727
8 45-54 3.559 3.563
9 55-64 1.898 1.900
10 65-74 796 797
11 75+ 376 378
12 TT (NS) 60 -
Total 47.494 47.494
Sumber: Data Hipotetis dan Hasil Perhitungan
41
R= = 1,001264915
B. Variabel Demografi
kelamin dan masih banyak lagi. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
perubahan penduduk.
meninggal dunia.
2. Kematian (death/mortalitas)
43
3. Migrasi (perpindahan)
Apabila perpindahan itu dari sebuah negara maka disebut dengan migrasi
nasional. Apabila perpindahan itu dari suatu Negara ke Negara lain maka
Migrasi bisa yang bersifat sementara dan bisa juga yang sifatnya
Negara yang baru hanya dalam waktu yang sementara yakni kurang dari
a. Jenis-Jenis Migrasi
Repatriasi.
a) Imigrasi
ke Indonesia.
44
b) Emigrasi
bekerja.
c) Repatriasi
Halamannya di Indonesia.
a) Urbanisasi
45
desa mengolah lahan pertanian sampai selesai waktu tanam
b) Transmigrasi
c) Remigrasi
yang ada di lingkungan baru. Oleh karena itu, orang- orang yang
46
melakukan migrasi merupakan orang- orang yang mempunyai tujuan
tertentu.
bekerja.
2) Kepadatan penduduk
mendapatkan pekerjaan.
47
sedikit.hal ini akan menyulitkan apabila digunakan oleh sejumlah
banyak orang.
memperoleh pekerjaan.
5) Melanjutkan pendidikan
48
masyarakat, seperti karena masalah politik, perbedaan partai yang
8) Alasan agama
kambuh apabila dia berada di udara yang dingin. Dan orang itu
49
Migrasi tak selamanya berasal dari keinginan penduduk.
Jawa untuk dibawa ke luar Jawa. Hal ini bisa terealisasi apabila
luar Jawa.
4. Jenis Kelamin
penduduk juga dapat diketahui dengan adanya Rasio Jenis Kelamin (RJK).
perempuan secara adil. Misalnya, karena adat dan kebiasaan jaman dulu
50
5. Umur
banyak lagi yang dapat dilakukan oleh penduduk yang memasuki usia
produktif.
dibanding dengan jumlah penduduk berusia non produktif (< 15 tahun dan
> 64 tahun).
6. Jumlah Penduduk
etnis di Indonesia amat bervariasi karena negeri ini memiliki ratusan ragam
7. Penghasilan
penduduk.
8. Agama
tertentu, dengan identitas dan perilaku tertentu. Maka dari itu dapat kita
penduduk.
52
BAB 4 BAB 4 Sumber
Sumber Data Data
Kependudukan
Kependudukan
tabel dan berbagai macam data statistik lainnya. Nah, untuk sumber data
Berdasarkan dari cara pengumpulan data ini, data dibagi menjadi dua:
langsung.
lainnya.
53
B. Pentingnya Sumber Data
untuk dilakukan.
kependudukan tidak akan dapat diketahui jika tidak ada sumber data
yang sesuai dan data tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber.
menjadi hal yang sangat penting dalam melakukan analisis tersebut. Data
data dan informasi yang terkait dengan situasi penduduk akan semakin
yang sangat cepat sehingga membutuhkan dan harus ditunjang oleh data
dan informasi data kependudukan dengan mutu yang lebih baik, dan
lengkap dan dengan data yang valid atau data yanglengkap/valid, dan juga
masing.
dan cakupan dari data tersebut. Selain itu kualitas SDM petugas sering kali
penting, yang boleh dikatakan ada pengaruh positif antara kualitas data
serta mengetahui cara menilai tingkat ketelitian data, maka pemakai data
sumber data yang akan digunakan agar tepat sesuai dengan apa
10 tahun sekali, ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang cukup valid
1. Sensus Penduduk
tahun 1666 di Quebec. Swedia memulai sensus pada 1749, AS tahun 1970
57
pengaruh ke Indonesia khususnya di Jawa yang turut melakukan sensus
pada zaman kolonial yang dikenal dengan Sensus Raffles pda tahun 1905.
mencapai 41 negara dan baru pada 1960 90% negara di dunia melakukan
sekali.
ekonomi dan sosial yang menyangkut semua orang pada waktu tertentu di
suatu negara atau suatu wilayah tertentu (Yasin dan Adioetomo, 2010).
58
dicatat, bahkan termasuk mereka yang bekerja/tinggal di luar
negeri.
administratif.
mandiri yang ada di dalam suatu wilayah tertentu. Baik itu yang
2) Waktu
59
3) Wilayah Tertentu
sebagai berikut.
1) Sensus de jure
daerah.
2) Sensus de facto
bersangkutan.
60
sehingga hasilnya berguna dalam perencanaan
pembangunan.
terisolir.
umur.
61
Apabila dibandingkan antara survei dan registrasi, sensus penduduk
pelaksanaan priodik, dan topik yang tetap dari tahun ke tahun. Sensus
tertentu.
62
Waktu dilakukan sensus jaraknya lama (10 tahun),
jujur.
datanya dapat dipercaya. Jadi data yang paling lengkap adalah hasil
63
Indonesia, dan Dasar Hukum dari pelaksanaan sensus tersebut
No. 29 tahun 1970. Sistem yang digunakan dalam SP 1971 ini adalah
64
2 yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan
tersebut.
65
3) Membagi wilayah dalam wilayah-wilayah pencacahan
satu blok sensus atau ada juga lebih dari satu blok sensus.
wilcah perdesaan.
dengan pemetaan.
66
e. Metode Sensus Penduduk
1) House Holder
yang diperlukan lebih cepat karena petugas tidak harus mendata satu
2) Canvaser
2. Survei Penduduk
67
Selain itu data yang tersedia dari hasil SP jangka waktunya sangat panjang
atau mengecek hasil sensus tersebut. Selain itu survai dapat dilakukan
sebelum sensus atau SP sehingga hasil survai itu dapat digunakan sebagai
tahun sekali dari pada mengadakan sensus 5 tahun sekali mengingat biaya
survai.
sangat dibutuhkan dengan cepat dan dengan tingkat validitas yang cukup
68
sampel. Sampel penduduk sering dilakukan sesuai dengan kebutuhan
dan lainnya.
a. Tipe-Tipe Survei
bersangkutan.
69
b. Kelebihan dan Kekurangan Survei
1) Menghemat biaya.
3. Registrasi
perceraian, perubahan pekerjaan yang dapat terjadi setiap saat tidak dapat
baik dan memadai maka SP dan Survai merupakan sumber data yang
yang diperlukan.
aktif, registrasi penduduk dilakukan dengan sistem pasif. Jika seorang ibu
71
Kondisi pertumbuhan penduduk secara dinamis, seperti mortalitas,
dan survei.
1) Registrasi
dinamis.
72
2) Sensus dan Survei
(BPS).
survei.
kejadian.
73
BAB 5 BAB 5 MobilitasMobilitas Penduduk
Penduduk (Migrasi)
(Migrasi)
(1985: 15) bahwa mobilitas penduduk yaitu semua gerak penduduk dalam
bahwa pergerakan penduduk dari satu tempat ke tempat yang lainnya, baik
yang lainnya. Tingkah laku manusia dalam bentuk perpindahan tadi, erat
74
Bentuk permukaan bumi, keadaan cuaca disuatu wilayah merupakan
jalan, dan kondisi sosial budaya setempat merupakan faktor non fisis yang
Perbedaan keadaan yang ada ditiap wilayah yang ada di bumi ini
ada pada wilayah tersebut. Penduduk yang tinggal pada suatu daerah yang
75
mendorong penduduk untuk melakukan mobilitas penduduk. Pergerakan
pendorong, faktor penarik dan dalam bentuk yang berbeda-beda. Ada yang
didorong oleh faktor fisis misalnya karena adanya bencana alam, ada
faktor non fisis misalnya ekonomi dan pendidikan. Bentuknya ada yang
dengan mobilitas penduduk yang bersifat sementara terletak pada ada atau
sesorang yang pergi ke daerah lain tetapi sejak semula sudah bermaksud
bahwa:
tempat ke tempat lain dan biasanya ada di luar batas administrasi, karena
itu biasanya tinggal di tempat yang baru, maka migrasi itu disebut migrasi
permanen.”
76
Istilah ini dipakai untuk membedakan perpindahan seseorang ke
suatu tempat yang sifatnya sementara, dan pada suatu saat tertentu
pulang untuk beberapa waktu ke tempat tinggal yang tetap. Migrasi ini
mencari pendidikan yang lebih baik, banyak yang merasa nyaman dengan
77
daerah perkuliahan tersebut dibandingkan daerah asalnya, dan berpikir
daerah asalnya.
dan stres (need and stres). Ketika kebutuhan hidup penduduk semakin
mengalami stres. Apabila tingkat stres tersebut dapat teratasi maka tidak
ada dorongan untuk melakukan mobilitas. Apabila tingkat stres tidak dapat
terpenuhi.
dan rawan konflik. Penduduk yang tidak memiliki kompetensi yang lebih
berkembang.
berikut.
1. Mobilitas Non-Permanen
menetap di suatu daerah beberapa kurun waktu tanpa adanya niat untuk
79
sementara) dan situasi sosial, ekonomi, serta politik di mana gejala itu
a. Komutasi
sementara dan pada hari yang sama. Bentuk mobilitas penduduk ini
bekerja. Pada sore atau malam hari, penduduk tersebut akan pulang
kedaerah asalnya.
atau dengan kata lain waktu yang digunakan kurang dari 24 jam. Pagi
hari mereka berangkat ke daerah yang dituju dan pada sore atau
pada pagi hari untuk melakukan pekerjaan dan akan kembali lagi ke
b. Sirkulasi
lama, ada yang hanya beberapa hari, dan ada yang memakan waktu
lama. Mereka tidak pulang pada hari yang sama tetapi harus
untuk pulang ke daerah asalnya terhitung jauh dan bisa juga untuk
hari yang sama tetapi beberapa hari atau beberapa minggu kemudian
2. Mobilitas Permanen
bencana alam yang melanda. Bila karena dilandanya suatu bencana alam
yang lebih baik dan layak. Contohnya para korban terdampak bencana
antar daerah di Indonesia terdiri dari dua macam, yaitu permanen dan non
penduduk yang melintas batas daerah asal menuju daerah tujuan dengan
82
permanen didefinisikan sebagai gerakan penduduk dari suatu wilayah ke
wilayah tujuan dengan tidak ada niatan untuk menetap di daerah tujuan.
pula dibagi menjadi dua, yaitu ulang alik dan dapat menginap atau mondok
di daerah tujuan. Ulang alik adalah gerak penduduk dari daerah asal
daerah asal pada hari itu juga. Pada umumnya penduduk yang melakukan
sebagai berikut.
tujuan.
83
2. Faktor paling dominan yang memengaruhi seseorang untuk
besar mobilitasnya.
mobilitanya.
informasi.
84
yang mendadak seperti bencana alam, peperangan, atau
epidemi.
akan memilih lokasi yang terdekat dengan daerah asalnya. Hal ini
pendapatan yang lebih serta memilih lokasi yang dekat untuk efisiensi
biaya.
faktor penarik. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Munir (1981: 119-
1. Faktor-Faktor Pendorong
dari pertanian.
85
b) Menyempitnya lapangan kerja di tempat asal akibat masuknya
di daerah asal.
asal.
2. Faktor-Faktor Penarik
86
Dari pendapat di atas faktor pendorong cenderung berasal dari
daerah asal, sedangkan faktor penarik cenderung berasal dari daerah yang
informasi yang diperoleh dari saudara atau teman sehingga ada keinginan
memiliki frekuensi migrasi yang lebih tinggi, sama halnya dengan pemuda
yang belum berstatus kawin. Pola migrasi penduduk atau kelompok sulit
1) Faktor Ekonomi
dikemukakan oleh Todaro yang dikutip oleh Mantra (1985: 18) bahwa
87
puasnya sumber daya yang ada dan mencari daerah yang baru agar dapat
hidupnya. Para tulang keluarga rela untuk pergi ke daerah yang jauh
2) Faktor Pendidikan
lain”.
pendidikan yang tinggi akan mempunyai dorongan yang tinggi pula untuk
88
seorang lulusan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran yang
perkotaan besar karena sudah adanya gelar sarjana dan percaya bahwa
mengubungkan satu wilayah dengan wilayah lainnya. Hal ini sesuai dengan
keluar dari sana dan hal tersebut membutuhkan biaya yang terhitung
89
besar. Akhirnya mereka tidak melakukan mobilitas dan tetap bertahan di
daerahnya sendiri.
tarik utama bagi para migran untuk datang ke kota. Hal ini sebagaimana
utama migrasi adalah motif ekonomi dua harapan bagi migran pergi ke kota
berbagai jenis, tingkat upah yang lebih tinggi serta lengkapnya fasilitas
90
perkotaan membuat penduduk di desa melakukan perpindahan ke kota
daerah tujuan. Karena itu dampaknya akan terjadi pada kedua daerah yang
tangga, peranan wanita bertujuan pada status posisinya sebagai ibu rumah
tangga. Di luar rumah tangga peranan wanita bertujuan pada status posisi
91
dari kota karena tanggung jawab terhadap desanya khususnya tanggung
banyak membawa manfaat bagi kota atau daerah tujuan, hal ini
tersebut”.
komoditas yang dihasilkan kurang berarti bagi mereka dan resiko investasi
desa, yang semula bersifat sosial dan kekeluargaan bergeser menjadi lebih
sebagainya.
93
Menurut Abustam (1989: 374) Pengaruh migrasi terhadap kota yang
gaya hidup.
94
BAB 6 BAB 6 Indeks Pembangunan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Manusia (IPM)
95
luas.Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya
pertumbuhan ekonominya.
ekonominya.
96
pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian,
1. Produktifitas
pembangunan manusia.
97
2. Pemerataan
3. Kesinambungan
4. Pemberdayaan
pembangunan.
98
konstan.Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur ukuran HDI
estimation).Jenis data yang digunakan adalah Anak Lahir Hidup (ALH) dan
2. Indeks Pendidikan
rata-rata lama sekolah (Mean Years of Schooling - MYS) dan angka melek
sebesar 0 tahun.
atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya.
Dimensi lain dari ukuran kualitas hidup manusia adalah standar hidup
Atkinson.
memakai PDRB per kapita, karena PDRB per kapita hanya mengukur
produksi suatu wilayah dan tidak mencerminkan daya beli riil masyarakat.
101
D. Cara Menghitung Komponen indeks dan IPM
Ikesehatan =
Keterangan:
I : Indeks Komponen
2. Indeks Pendidikan
IHLS =
Keterangan:
I : Indeks Komponen
( ) ( )
Ipengeluaran =
( ) ( )
Keterangan:
102
In : Indeks komponen
IPM = √
Keterangan :
I : Indeks Komponen
103
tangga yang dibelanjakan untuk makanan yang lebih bergizi dan
sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kesejahteraan
produktivitas manusia.
104
pengetahuan dan keahlian juga akan meningkat sehingga akan mendorong
berbagai jenis barang dan jasa kepada penduduk. Menurut Todaro (2003)
meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada
105
angkatan kerja. Ketiga, kemajuan teknologi yang dalam pengertian
pertumbuhan ekonomi.
investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini
tinggal landas, namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah
106
oleh karena peranan swasta semakin besar akan menimbulkan banyak
banyak negara tetapi tidak didasari oleh suatu teori tertentu.Selain tidak
jelas apakah tahap pertumbuhan ekonomi terjadi dalam tahap demi tahap
107
kriteria utama untuk menilai pembangunan sebuah negara,
dan solusinya.
108
BAB 7 BAB 7 Piramida Penduduk
Piramida Penduduk
mana satu sisi menunjukan jumlah penduduk perempuan dan sisi lainnya
usia penduduk dari 0 hingga 65 tahun lebih dengan interval 1 atau 5 tahun.
tergantung dari jumlah penduduk, jenis kelamin dan juga usia penduduk di
negara tersebut.
109
Tingkatan penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin bisa
muda yaitu 0–14 tahun di satu sisi, dan meningkatkan proporsi penduduk
produktif umur 15–64 tahun, dan proporsi penduduk tua (Lansia) umur 65
tahun +.
berikut.
110
Dalam Gambar 7.1 terlihat komposisi penduduk menurut jenis
dengan yang berumur 5–9 tahun. Penduduk yang berumur 10–14 tahun
pada tahun 2000 yangberarti berarti kelahiran pada tahun 1985–1990 yang
111
B. Macam-Macam Piramida Penduduk
wilayah atau negara, namun tetap patokan dasarnya ada 3 bentuk, yaitu
Gambar. 7.2. Piramida ini hanya terjadi di suatu wilayah atau negara
yang memiliki jumlah angka kelahiran lebih tinggi daripada angka kematian.
lebih cepat. Gambar bentuk piramida ini yaitu berbentuk kerucut yang
ini dapat menjadi ciri bahwa sebagian besar penduduk berada pada
banyak penduduk yang berusia muda. Bentuk piramida ini bisa ditemukan
sebagainya.
113
2. Piramida Penduduk Granat (Stationer)
ini disebut dengan piramida stasioner. Wilayah atau negara ini memiliki
kelompok muda hingga kelompok tua berada pada jumlah yang relatif
sama.
114
dapat ditemukan di negara maju seperti Amerika, Inggris, Prancis dan
berikut.
sama.
115
Gambar. 7.4. Kebalikan dari piramida expansif, piramida penduduk
dengan nisan.
usia muda yang sedikit dan angka kelahiran juga rendah. Hal ini yang
tua.
116
C. Manfaat Piramida Penduduk
117
BAB 8 BAB 8 Proyeksi
Proyeksi Penduduk Penduduk
Indonesia
Indonesia
Informasi yang harus tersedia tidak hanya menyangkut keadaan pada saat
perencanaan disusun, tetapi juga informasi masa lalu dan masa kini sudah
tersedia dari hasil sensus dan survei-survei, sedangkan untuk masa yang
akan datang, informasi tersebut perlu dibuat suatu proyeksi yaitu perkiraan
komposisi umur dan jenis kelamin) di masa yang akan datang berdasarkan
118
menentukan besarnya jumlah penduduk dan struktur penduduk di masa
terencana.
perencanaan pembangunan.
yang akan datang, yang dapat diperoleh melalui proyeksi atau peramalan
penduduk.
119
1. Model Ekstrapolasi Trend
yang akan datang. Metode ini adalah metode yang mudah digunakan
dalam rangka proyeksi penduduk. Selain itu, metode ini juga digunakan
untuk menghitung tingkat dan ratio pada masa yang akan datang
berdasarkan tingkat dan ratio pada masa yang lalu. Model ekstrapolasi
parabolic. Asumsi dasar dari model linear, geometric dan parabolik adalah
penduduk menjadi nol, dan bahkan menjadi negatif. Demikian juga, jika
120
pertumbuhan masa lalu untuk membuat estimasi dengan batasan yang
sebagai berikut.
Pt = α + βT
Di mana :
dengan
tahun dasar
b. Model Geometric
yang tetap. Misalnya, jika Pt+1 dan Ptadalah jumlah penduduk dalam
121
tahun yang berurutan, maka penduduk akan bertambah atau
berikut.
Pt = α +
c. Model Parabolik
menurun.
122
Pt=α + β1T + β2
123
Pertambahan yang semakin meningkat
Penduduk berkurang Kurva cekung ke
- - bawah (Concave downward)
mencermati (menguji coba) model ini ketika akan diaplikasikan pada suatu
panjang akan menghasilkan angka yang sangat besar atau sangat kecil.
dari kohor ini umumnya dalam satu tahunan (0-1, 1-2, 2-3 dst), lima
Di mana:
t : Tahun
IR : Total kelahiran
125
a. Mortalitas-Tingkat Survival
kohor tertentu n-k padatahun t-k, yang bertahan hidup ke kohor berikutnya
n COHk(t) ( ) n-kSRVk
Di mana:
b. Kelahiran-Tingkat Fertilitas
persamaan berikut.
nFERk = n BIRk I n P ( )
Di mana :
untuk menghitung jumlah kelahiran dalam interval waktu yang sama sesuai
dengan ukuran kohor. Misalnya, jika ukuran kohor adalah lima tahunan (0-
4, 5-9, 10-14), maka proyeksi dapat dilakukan untuk interval lima tahunan
126
Selanjutnya, jika wanita-wanita pada kohor umur tertentu tidak
( ) ( )
nAFERk(t) =
BIR = ∑(nAFERk(t).nP ( )
Di mana:
bayi perempuan berdasarkan sex ratio waktu lahir dari data masa yang
lalu.
3. Model Ratio
proporsi dari penduduk (perubahan penduduk) dari wilayah yang lebih luas,
atau wilayah basis (base area). Model ini sederhana dan mudah dalam
Model ratio mencakup model constant share, shift share dan model
share of growth.
merupakan suatu proporsi yang konstan dari daerah basis dan proyeksi
= ( I )
Di mana:
Pj :
Penduduk pada daerah basis atau daerah yang lebih luas
yang
t : Tahun Proyeksi
128
Jika data wilayah studi menunjukkan kecenderungan yang sama
seperti wilayah basis, penggunaan model ini akan menghemat waktu dan
dapat diaplikasikan.
pertumbuhan daerah studi lebih cepat dari daerah basis maka shift
= [( I )+s]
s = (z I y).[( I )-( I )]
Di mana:
s : Shift term
129
z : Jumlah tahun dalam proyeksi (t-1)
pertumbuhan atau pengurangan yang tinggi pada tahun dasar, hal ini dapat
secara hati-hati.
bukannya share dari jumlah penduduk seperti yang digunakan dua model
ratio sebelumnya. Asumsi dasar dari model ini adalah bahwa share
130
C. Proyeksi Penduduk di Indonesia
Indonesia pada 2045 akan mencapai 319 juta jiwa. Jumlah ini meningkat
tidak produktif umur 14 tahun ke bawah, produktif usia 15-64 tahun, dan
ketergantungan nasional.
131
Selain data individu, BPS juga akan mengumpulkan beberapa
Setelah itu, BPS masih akan mengambil sampel dari 4,3 juta keluarga.
Merdeka pada 2045 harus dipikirkan apa yang akan terjadi, dan harus
Masalah ini harus serius ditangani, agar tidak salah dalam mengambil
mendatang.
umur.
132
2) Di bidang kesehatan yaitu menentukan jumlah medis, dokter,
133
134
GLOSARIUM
135
Data Sekunder : data yang diambil dari sumber resmi
lainnya.
Demografi : merupakan suatu alat untuk mempelajari
perubahan-perubahan kependudukan
dengan data dan statistik
kependudukan.
Emigrasi : perpindahan penduduk yang berpindah
sebuah Negara ke Negara yang lain.
Fecunditas : kemampuan secara potensial seorang
wanita untuk melahirkan anak.
Imigrasi : datangnya penduduk dari sebuah negara
lain ke sebuah Negara.
Indeks Harapan Hidup : merupakan rata-rata perkiraan banyak
tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang
selama hidup.
Indeks Pendidikan : adalah rata-rata lama sekolah dan angka
melek huruf.
Jumlah Penduduk : bertambahnya jumlah penduduk pada
suatu tempat.
Kelahiran (fertilitas) : kelahiran penduduk yang menyangkut
jumlah bayi yang lahir hidup.
Kematian (mortalitas) : dengan tingkat kematian penduduk yang
ada pada suatu daerah/wilayah.
Kependudukan : adalah ilmu yang mempelajari dinamika
kependudukan manusia.
Komutasi : perpindahan penduduk yang sifatnya
sementara dan pada hari yang sama.
Lahir hidup (live birth) : anak yang dilahirkan hidup (menunjukkan
tanda-tanda kehidupan) pada saat
dilahirkan.
136
Lahir mati (still birth) : kelahiran seorang bayi dari kandungan
yang berumur paling sedikit 28 minggu
tanpa menunjukkan tanda-tanda
kehidupan.
Migrasi : perpindahan penduduk dari suatu tempat
ke tempat lain.
Migrasi Bersih (Net Migration) : perbedaan antara jumlah penduduk yang
masuk dengan jumlah penduduk yang
keluar dari suatu daerah.
Mobilitas sosial : suatuperubahan atau pergeseran status
penduduk.
Mobilitas Non-Permanen : pergerakan penduduk yang menetap di
suatu daerah hanya sementara.
Mobilitas Permanen : pergerakan penduduk yang menetap di
suatu daerah yang dituju.
Pure Demography : teknik-teknik untuk menghitung data
kependudukan.
Piramida penduduk : suatu grafik mengenai susunan penduduk
berdasarkan usia pada saat tertentu yang
berbentuk piramida.
Proyeksi penduduk : perhitungan jumlah penduduk (menurut
komposisi umur dan jenis kelamin) di masa
yang akan datang berdasarkan asumsi
arah perkembangan fertilitas, mortalitas
dan migrasi.
Repatriasi : perpindahan penduduk dari negara yang
ditinggalinya dalam waktu sementara dan
kembali ke Negara asalnya.
Remigrasi : perpindahan atau kembalinya penduduk
asing ke negara asalnya.
Sensus de facto : pendataan penduduk yang ditujukan
kepada setiap orang yang bertempat
tinggal di suatu daerah tertentu.
137
Sensus de jure : pendataan penduduk yang hanya ditujukan
kepada setiap orang yang resmi berdomisili
di suatu daerah.
Sterilisasi : ketidakmampuan seorang pria atau wanita
untuk menghasilkan suatu kelahiran.
Sumber data : sebuah data statistik yang dikeluarkan oleh
instansi resmi, pemerintahan, dan juga
badan swasta ataupun perorangan.
Sirkulasi : mobilitas penduduk sementara ada juga
yang melakukannya dengan cara
menginap di tempat tujuan atau sering
disebut mobilitas non permanen musiman.
Transmigrasi : perpindahan penduduk dalam sebuah
negara dari tempat yang berpenduduk
padat ke daerah lain yang berpenduduk
sepi.
Urbanisasi : perpindahan pendudukdalam sebuah
negara dari desa menuju ke kota.
138
DAFTAR PUSTAKA
Press.
Arifin, Aji. 2016. Geografi Peminatan Ilmu-ilmu Sosial untuk SMA/MA XI.
Surakarta: Mediatama.
Penerbit Erlangga.
Alumni.
247–59.
Jakarta : HamadaPrima.
Lee, E.S. 1984. Suatu Teori Migrasi. Yogyakarta: Pusat Penelitian dan
139
Lembaga Demografi FE UI. 2007. Dasar-dasar Demografi. Jakarta:
Pelajar.
Smith, Stanley, Jeff, Tayman, and David, Swanson. 2001. State and Local
Pemerintahan.
140
TENTANG PENULIS
141
142
Dasar-Dasar Teori
Ekonomi Kependudukan
JUNAIDI
HARDIANI
Hamada Prima
2009
DASAR-DASAR TEORI
EKONOMI KEPENDUDUKAN
Untuk anak-anak kami: Wawa, Ikra dan Dila
Teruslah belajar, karena kehidupan juga terus bergulir
dengan segala tantangannya.
DASAR-DASAR TEORI
EKONOMI KEPENDUDUKAN
JUNAIDI
HARDIANI
Hamada Prima
2009
Judul : DASAR-DASAR TEORI EKONOMI
KEPENDUDUKAN
Penulis : Junaidi
Hardiani
Setting & Layout : Junaidi
ISBN : 978-979-19971-2-6
KATA PENGANTAR
Penulis
vii
DAFTAR ISI
halaman
DAFTAR BACAAN
x
DAFTAR TABEL
halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
KONSEP DASAR
EKONOMI KEPENDUDUKAN
D
E S
E M O
K Ekonomi O Sosiologi S
O Kependu- G Kependu- I
N dukan R dukan O
O A L
M F O
I I G
I
Psikologi
Kependudukan
PSIKOLOGI
mengenai keluarga dan pasar kerja, pola migrasi, isu-isu kematian dan
kesehatan.
2
SEJARAH PERKEMBANGAN
PENDUDUK
DAN MODEL TRANSISI DEMOGRAFI
150 kali dari 0,002 persen menjadi 0,29 persen pertahun. Pada tahun
1950, tingkat pertumbuhan ini lebih cepat lagi, yaitu mencapai tiga kali
lipat, menjadi hampir 1 persen pertahun.
Pertumbuhan
Tahun Populasi
pertahun (%)
10.000 th sebelum masehi 5 0,002*
Tahun pertama setelah masehi 250 0,04
Tahun 1650 545 0,05
Tahun 1750 728 0,29
Tahun 1800 906 0,44
Tahun 1850 1171 0,51
Tahun 1900 1608 0,64
Tahun 1950 2486 0,88
Tahun 1970 3632 1,91
Tahun 1975 3978 1,84
Tahun 1986 4942 1,99
11/7/1987 5000 -
Tahun 2000 6057 1,58**
Tahun 2005 6477 1,35
Keterangan : * = pertumbuhan dari permulaan adanya manusia
** = pertumbuhan dari 1986-2000
Sumber : Duran (1967), Todaro (1983), UN (2001), PRB (2005)
Tabel 2.2. Sebaran Penduduk Dunia pada Tahun 2005 (Juta Jiwa)
Penduduk Jumlah %
Dunia 6477 100.00
Benua
Afrika 906 13.99
Amerika 888 13.71
Asia 3920 60.52
Eropa 730 11.27
Ocenia 33 0.51
Kategori Pembangunan
Negara Maju 1211 18.70
Negara Berkembang 5266 81.30
Sumber: PRB,2005
Pertumbuhan/tahun
Tahun Jumlah (000.000)
(%)
1930 60,9
1961 97,0 1.51
1971 119,2 2.08
1980 147,5 2.40
1990 179,4 1.98
2000 205,1 1.35
2005 218,9 1.31
Sumber: http://www.datastatistik-indonesia.com (data diolah)
Bab 2. Sejarah Perkembangan Penduduk dan Model Transisi Demografi 17
atau 12,1 juta), Pulau Sulawesi (7,22 persen atau 15,8 juta), dan pulau-
pulau lainnya (7,54 persen atau 16,5 juta).
CBR/
CDR
40
Death Rate
30
20
Birth Rate
10 I II III
0
Waktu ----
Pada tahap ini fertilitas dan mortalitas berada pada tingkat yang
rendah. Pertumbuhan penduduk rendah, tetapi berbeda dengan tahap
pertama, rendahnya pertumbuhan penduduk disebabkan oleh fertilitas
dan mortalitas yang rendah, bukan fertilitas dan mortalitas yang tinggi.
Tahap ini sering juga disebut dengan industrial stage, karena merupakan
tahap yang umumnya dialami oleh negara-negara industri.
Siklus I
(The Primitive cycle)
Siklus II
(The Modern cycle)
Siklus III
(The Future cycle)
Siklus IV
( ? )
Keterangan: = fertilitas
= mortalitas
Ekonomi Kependudukan 24
3
PENDUDUK DAN PEMBANGUNAN
EKONOMI
Tingkat per-
tumbuhan (%)
5 -
4 - Pertumbuhan
B C penduduk (P)
3 -
2 -
A Pertumbuhan
1 - pendapatan (Y)
0
Yo y1 y2 y3 y4 y5
-1 - Pendapatan perkapita (Y/P)
Terdapat tiga aspek dari teori Malthus yang umumnya menjadi dasar
kritik yaitu :
Tingkat per-
tumbuhan (%)
5 -
Pertumbuhan
pendapatan
4 - (Y)
3 -
Pertumbuhan
penduduk
2 - (P)
1 - Pendapatan perkapita
(Y/P)
-1 -
Dalam hal ini terdapat satu kritik terutama terkait dengan penjelasan
logis mengenai kemiskinan sebagai akibat pertumbuhan penduduk.
Disatu sisi Malthus berargumen bahwa seorang buruh hanya akan
dapat memperoleh standar hidup yang tinggi dengan menunda
perkawinan sampai si buruh sanggup melakukannya. Di pihak lain,
Malthus juga percaya adalah tidak bisa diharapkan bagi si buruh
untuk dapat menunda perkawinan sampai dia memperoleh standar
hidup yang tinggi.
Ekonomi Kependudukan 40
Karl Marx dan Friederich Engels adalah dua orang dalam aliran
sosialis yang sangat terkenal dalam menentang teori Malthus. Mereka
berpendapat bahwa tidak ada aturan yang bersifat umum untuk
kependudukan (population laws). Kondisi penduduk, sangat tergantung
kepada kondisi sosial ekonomi suatu daerah. Perbedaan fertilitas dan
mortalitas ditentukan oleh variasi tingkat kehidupan dan perbedaan
tersebut akan hilang apabila kekayaan didistribusikan secara merata
kepada masyarakat. Mereka menentang ide Malthus tentang
pertumbuhan bahan makanan. Marx dan Engels mengemukakan bahwa
ide pertumbuhan bahan makanan yang mengikuti pola deret hitung
tersebut tidak benar selama ilmu pengetahuan dan teknologi mampu
meningkatkan produksi bahan makanan atau barang-barang lainnya
sama seperti pertumbuhan penduduk.
Y=f(N)
0 A B C N
Keterangan:
Y = jumlah output
N = jumlah penduduk
jasa dengan tingkat kenaikan yang makin tinggi. Setelah titik A, tetapi
belum melewati titik B, kenaikan jumlah penduduk masih diikuti dengan
kenaikan jumlah barang dan jasa walaupun peningkatannya mulai turun.
Melewati titik B, kenaikan jumlah penduduk masih meningkatkan
jumlah barang dan jasa, namun produksi rata-rata mulai menurun.
Setelah melalui titik C, kenaikan jumlah penduduk tidak sekedar
menurunkan produksi rata-rata, melainkan juga menurunkan produksi
total. Titik B pada gambar diatas menunjukkan jumlah penduduk
optimal (optimal population) yaitu jumlah penduduk yang menghasilkan
produksi perkapita yang tinggi. Jumlah tersebut dikatakan optimal dalam
arti tidak ada perubahan baik dalam jumlah dan mutu unrenewable
resources maupun tersedianya modal fisik.
b. Ludwig Brentano
c. Emile Durkheim
3. Meningkatnya Pencemaran
kerja dibawah pada tingkat upah subsistensi (sejalan dengan teori klasik
Smith, Malthus dan Ricardo).
3.5.4. J. Schumpeter
Dalam jangka panjang tingkat hidup orang bisa ditingkatkan
terus dengan kemajuan teknologi. Schumpeter tidak terlalu menekankan
pada aspek pertumbuhan penduduk dan aspek keterbatasan alam. Laju
pertumbuhan penduduk dianggap diketahui dan tidak ditekankan dalam
model. Masalah penduduk tidak dianggap sebagai masalah sentral dari
Ekonomi Kependudukan 54
3.5.5. Harrod-Domar
Dalam Model Harrod-Domar, terdapat dua fungsi produksi yaitu
Qp = hK dan Qn = nN. Dimana Q adalah output potensi, K kapital, h
=output capital ratio, N= jumlah tenaga kerja yang tersedia dan n adalah
labour-output ratio.
kapital dan tenaga kerja yang ada semua dimanfaatkan secara penuh (full
employment).
3.5.6. Solow-Swan
Model Neo Klasik Solow-Swan, menggunakan fungsi produksi
yang lebih umum, yaitu Q = f (K,L) yang memungkinkan berbagai
kombinasi penggunaan K (kapital) dan L (tenaga kerja) untuk
mendapatkan suatu tingkat output. Ada empat anggapan yang melandasi
model Neo-Klasik (a) tenaga kerja (atau penduduk), L, tumbuh dengan
laju tertentu; (b) adanya fungsi produksi Q=f(K,L) yang berlaku bagi
setiap periode; (c) adanya kecenderungan menabung (propensity to save)
oleh masyarakat; (d) semua tabungan masyarakat diinvestasikan. Dalam
model Neo-Klasik (berbeda dengan model Keynesian) tidak lagi
mempermasalahkan keseimbangan S dan I. Dengan demikian masalah
warranted rate of growth tidak lagi relevan.
4
FERTILITAS DAN PEMBANGUNAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar fertilitas yang
mencakup pengertian dan pengukurannya serta pola hubungan antara
fertilitas dan pembangunan
B
CBR x k
P
B = jumlah kelahiran dalam setahun
k = konstanta = 1000
Contoh perhitungan:
120885
x 1000 34,3 perseribu penduduk
3526900
B
CBR x k
Pf (1549)
Contoh perhitungan:
120885
x 1000 120,5 perseribu penduduk perempuan usia 15-49
1005325
tahun
Bi
ASFR i x k
Pfi
Penduduk
Umur Perempuan Kelahiran ASFR
(1) (2) (3) (4) = (3)/(2) x 1000
15 – 19 228511 10470 46
20 – 24 179456 27128 151
25 – 29 173246 33315 192
30 – 34 140957 32839 233
35 – 39 130400 11898 91
40 – 44 95006 4759 50
45 – 49 57749 476 8
Jumlah 1005325 120885
Contoh perhitungan:
Bab 4. Fertilitas dan Pembangunan 65
TFR = 5 (46+151+192+233+91+50+8)
= 5 (772)
100
GRR x TFR
100 SR0
Contoh perhitungan:
100
GRR x 3859 1882,4 perseribu perempuan usia 15-49
100 105
tahun atau rata-rata 1,88 orang anak yang dilahirkan oleh seorang
Ekonomi Kependudukan 66
GRR 5 ASFR fi
Kelahiran
Penduduk bayi
Umur Perempuan perempuan ASFRfi
(1) (2) (3) (4) = (3)/(2) x 1000
15 – 19 228511 5007 22
20 – 24 179456 13233 74
25 – 29 173246 16300 94
30 – 34 140957 16019 114
35 – 39 130400 5603 43
40 – 44 95006 2321 24
45 – 49 57749 210 4
Jumlah 1005325 58693
GRR = 5 (22+74+94+114+43+24+4)
= 5 (374)
Bayi yang
Rasio masih
diharapkan tetap
Umur ASFRfi hidup hingga
hidup per 1000
usia ibunya
perempuan
(1) (2) (3) (4) = (2) x (3)
15 – 19 22 0.9721 21.300
20 – 24 74 0.9701 71.535
25 – 29 94 0.9623 90.539
30 – 34 114 0.9587 108.951
35 – 39 43 0.9511 40.867
40 – 44 24 0.9402 22.969
45 – 49 4 0.9305 3.384
Jumlah 359.544
Ekonomi Kependudukan 68
Dalam konteks ini, Davis dan Blake (1956) dalam Lucas (1982)
mengemukakan variabel antara tersebut mencakup tiga tahap penting
dari proses reproduksi manusia yaitu (1) tahap hubungan kelamin
(intercourse); (2) tahap konsepsi (conception) dan (3) tahap kehamilan
(gestation). Ketiga tahap tersebut dirinci dalam 11 variabel antara yang
berpengaruh secara langsung terhadap fertilitas sebagai berikut:
(Catatan: kerangka yang sama juga dapat dilihat pada Jones (1977) dan
Freedman (1975))
CIRI SOSIAL
EKONOMI
STRUKTUR KEBUDAYAAN:
misalnya SIKAP
SOSIAL BERHUBUNGAN
EKONOMI: Status migrasi
Agama DG BESAR,
misalnya STRUKTUR &
Tingkat Kesukuan
PEMBENTUKAN
kesehatan Pendidikan
KELUARGA:
Tingkat Pendapatan misalnya
pembangunan Besar keluarga
Tingkat dan ideal
fasilitas F
Preferensi seks E
pendidikan Biaya dan nilai R
anak T
VARIABEL I
ANTARA L
I
T
A
S
LINGKUNGAN: CIRI-CIRI PENGETAHUAN
misalnya BIOSOSIAL: TENTANG
Perbedaan- misalnya KONTRASEPSI &
perbedaan Gizi dan SIKAP THDP
regional dan kesehaan KONTRASEPSI
geografis Mortalitas
bayi dan anak
Dalam bagian ini akan dibahas dua hasil penelitian yang berbasis
data pada tingkat makro. Penelitian pertama memperlihatkan keterkaitan
pembangunan terhadap fertilitas, dan penelitian yang kedua
memperlihatkan keterkaitan fertilitas terhadap pembangunan.
Pendidikan
% TPAK
80
Rapid Decline
Year 50
60 Standard
Profile
Year 50
40
Year 0
20
15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
Umur Wanita
Bab 4. Fertilitas dan Pembangunan 75
Pendidikan
Angka Tabungan
Pendapatan Perkapita
5
MORTALITAS, MORBIDITAS DAN
PEMBANGUNAN
D
Rumus: CDR xk
P
dimana:
k = konstanta = 1000
Contoh perhitungan:
57884
x 1000 16,4 perseribu penduduk
3526900
Di
Rumus: ASDRi xk
Pi
dimana:
D0
Rumus: IMR xk
B
dimana:
1. Incidence Rate
2. Prevalence Rate
3. Duration of Sickness
CBR/CDR
40
30
20
10 KLASIK
40
30
20
DIPERCEPAT
10
CBR/CDR
40
30
20
TERTUNDA
10
40
30
20
TRANSISI
10
Peningkatan
Inividu Pendidikan Efek Pendidikan
Fisik Hasil Pengetahuan
Mental Kehadiran Keterampilan
Tenaga Partisipasi Kemampuan
Perilaku
PDB
Efisiensi
Program Status Gizi
Hari kerja
Gizi
Partisipasi
6
MOBILITAS PENDUDUK DAN
PEMBANGUNAN
Permanen
Commuting (Nglaju)
Horisontal
Sirkuler
Mobilitas Nginap/Mondok
Vertikal
1. Angka mobilitas
M
m x 1000
P
dimana:
m = angka mobilitas
M = jumlah mover
I
IM x 1000
P
dimana: I = jumlah migran masuk
Contoh perhitungan:
48389
Dengan demikian: IM x 1000 13,7 perseribu penduduk
3526900
Bab 6. Mobilitas Penduduk dan Pembangunan 95
O
OM x 1000
P
dimana: O = jumlah migran keluar
Contoh perhitungan:
32447
Dengan demikian: OM x 1000 9,2 perseribu penduduk
3526900
I O
NM x 1000
P
Contoh perhitungan:
48389 32447
NM x 1000 4,5 perseribu penduduk
3526900
Ekonomi Kependudukan 96
I O
GM x 1000
P1 P2
dimana:
Contoh perhitungan:
30000 50000
GM x 1000 14,5 perseribu penduduk
3000000 2500000
3. Penghalang antara
Gambar 6.2. Faktor Daerah Asal dan Daerah Tujuan Serta Penghalang
Antara dalam Migrasi
0 + - + 0 0 + - + 0
+ - + 0 - + - + 0 -
0 + - 0 + 0 + - 0 +
+ + 0 - - + + 0 - -
0 + - + 0 0 + - + 0
+ 0 + - Penghalang Antara + 0 + -
yang mengalami surplus tenaga kerja selama dekade 1960-an dan awal
dekade 1970-an. Model ini dikembangkan oleh Sir W. Arthur Lewis dan
kemudian dirumuskan dan diperluas oleh John Fei dan Gustav Ranis
(Todaro, MP,1992; Todaro dan Smith, 2004)
Upah riil
(MPL)
D3
D2
D1
W S
A
F G H
D1(K1) D2(K2) D3(K3)
0
L1 L2 L3 T.Kerja
Sumber: Todaro,MP,1992
output yang diterima pekerja dalam bentuk upah adalah sama dengan
daerah persegi empat 0WGL2, sedangkan bidang WD2G menjadi total
keuntungan yang diperoleh oleh para pengusaha di sektor modern
perkotaan. Keuntungan pengusaha sektor modern tersebut (WD2G)
kemudian diinvestasikan lagi, sehingga meningkatkan seluruh stok
kapital menjadi K3, dan menggeser kurva permintaan tenaga kerja ke
D3(K3) dan menaikkan tingkat peluang kerja sektor modern menjadi L3.
Fase B Fase II
Mortalitas turun dengan cepat, Mobilitas desa-kota mulai nampak
fertilitas naik, pertumbuhan dilatarbelakangi berbagai aktivitas.
penduduk tinggi Mobilitas antar kota belum terlihat
Masyarakat Akhir Transisi
Fase C Fase III
Fertilitas dan mortalitas sama- Mobilitas desa-kota masih dominan,
sama turun, tetapi angka mobilitas antar kota mulai memasuki tahap
mortalitas lebih cepat turun. awal, sirkulasi mulai tumbuh dengan
Pertumbuhan penduduk alami kompleksitas struktural.
lebih rendah dibanding fase B
Masyarakat Maju
Fase D Fase IV
Fertilitas turun, mortalitas Mobilitas residential bergerak pada tingkat
stabil (tetap), pertumbuhan yang tinggi, migrasi desa-kota terus
penduduk mendekati 0. bertambah secara relatif dan absolut, terjadi
aliran tenaga kerja tidak terlatih dan
semiterampil dari daerah terbelakan,
sirkulasi tenaga kerja terampil dan profesi-
onal meningkat dalam berbagai variasi.
Masyarakat Awal Transisi
Fase E Fase V
Perilaku fertilitas tidak dapat Mobilitas akan turun karena makin baiknya
dipredikksi karena kelahiran jaringan komunikasi, sirkulasi meningkat
dapat dikontrol oleh individu- sebagai akibat kemajuan telekomunikasi
individu maupun lembaga dan makin baiknya jaringan informasi, lahir
politik. bentuk-bentuk baru mobilitas sirkuler.
Bab 6. Mobilitas Penduduk dan Pembangunan 105
Pada tahap ini juga terlihat adanya mobilitas penduduk dari satu
daerah perkotaan ke daerah perkotaan yang lain, dengan kota besar
sebagai tujuan utama migrasi dari kota kecil dan menengah. Terjadi
peningkatan pesat dalam mobilitas ke daerah-daerah baru. Pada
tahap ini migrasi masih didominasi oleh penduduk laki-laki.
Ekonomi Kependudukan 106
Migrasi tenaga kerja ke luar negeri mulai terlihat pada tahap ini.
Menurut Skeldon, migrasi jenis ini didominasi oleh laki-laki.
Bab 6. Mobilitas Penduduk dan Pembangunan 107
7
ISU-ISU KEPENDUDUKAN TERKINI:
Indikator Kualitas Penduduk
1. Pendapatan Perkapita
Pada tahun 1950-an, sebagian besar negara-negara di dunia
menggunakan paradigma pembangunan yang mengacu pada
pertumbuhan ekonomi, yakni melalui pembentukan modal dan
produksi. Berdasarkan paradigma tersebut, ukuran keberhasilan
pembangunan yang digunakan berhubungan erat dengan masalah
pembentukan modal dan produksi. Pada masa-masa ini, indikator
yang umum digunakan untuk mengukur kualitas penduduk adalah
pendapatan perkapita.
Sumber: http://www.datastatistik-indonesia.com
Ekonomi Kependudukan 120
A. Kualitas Fisik
a.2. Kesehatan
B. Kualitas Non-Fisik
b.3.Kualitas Kekaryaan
8
ISU-ISU KEPENDUDUKAN TERKINI:
Ketimpangan Gender
Konsekuensi logis dari hal ini adalah anggota rumah tangga laki-laki
memperoleh investasi human capital yang lebih tinggi daripada
perempuan. Selanjutnya, perempuan memperoleh pendapatan dari
produktivitas yang lebih rendah dari laki-laki karena mereka memiliki
human capital yang lebih rendah. (Anker dan Hein, 1986 dalam Susilastuti
dkk, 1994)
Dalam konteks gender dalam dunia kerja ini, baik sebagai akibat
segregrasi okupasi maupun tanpa adanya segregasi okupasi (dengan
menghilangkan pengaruh segregasi okupasi), juga ditemukan adanya
Ekonomi Kependudukan 132
9
ISU-ISU KEPENDUDUKAN TERKINI:
Penuaan Penduduk
Penduduk usia 60
DR60 x 100
Penduduk usia 15 59
Penduduk usia 0 4
DR0 4 x 100
Penduduk usia 15 59
Sumber: Mundiharno, 1997 (Catatan: dalam tulisan aslinya menggunakan batasan usia
65 tahun keatas)
a. Spatial Separation
b. Cultural Separation
c. Economic Separation
Galor O, Weil DN. 1996. “The gender gap, fertility and growth”.
American Economic Review 86(3)
Goldstein Sidney, 1980. Sirkulasi Dalam Konteks Mobilitas Total di Asia
Tenggara, Yogyakarta, Pusat Penelitian dan Studi
Kependudukan Universitas Gadjah Mada.
Hafidz. W. 1995.”Pola Relasi Gender dan Permasalahannya: Satu
Tinjauan Multidimensi” Makalah untuk Diskusi Gender.
Sekretariat Bersama Perempuan Yogya, 29 April 1995
Hauser,P dan Duncan,O, 1959. The Study of Population. Chicago;
University of Chicago
Hawthorn,G.1970. The Sociology of Fertility. London; Collier-Macmillan
Jones,G. 1977. “Economic and Social Supports for High Fertility:
Conceptual Framework” dalam The Economic and Social Support
for High Fertility. L.Ruzicka (ed). Canberra: Demography
Department, Australian National University
Simanis. J, 1993. “National Expenditure on Social Security and Health in
Selected Countries”. dalam Demography and Retirement: the
Twenty-First Century, London. Rappaport & Scheiber (editors),
Praeger
Kammeyer. KC.W. 1971. An Introduction to population. San Fransisco:
Chandler Publishing Co.
Kuroda, T dan Hauser P.M. 1981. Aging of the Population of Japan and Its
Policy Implications, London: NUPRI Research Paper Series
No.1 March 1981
Lee, ES. 1992. Teori Migrasi. Yogyakarta. PPK-UGM
Lee, Ronald D. & Rodolfo A. Bulatao, 1983. “The Demand for Children:
A Critical Essay” dalam Bulatao & Lee (Ed.), Determinants of
Fertility in Developing Countries Volume 1 Supply and Demand for
Children, London. Academic Press
Lucas.D. et.al. 1990. Pengantar Kependudukan. Yogyakarta. Gadjah Mada
University Press.
Mantra. I.B. 1994. “Mobilitas Sirkuler dan Pembangunan Daerah Asal”.
Warta Demografi. No.3 Tahun ke 24
Daftar Pustaka 5
ISBN 978-979-19971-2-6
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penundaan…| Risa Ruri Indraswari dan Risni Julaeni Yuhan
Abstract Abstrak
A large number of population that not followed by Jumlah penduduk yang besar tetapi tidak diikuti
the quality of human resources will burden the dengan kualitas SDM yang baik akan menjadi beban
development of a country. Thus, some efforts are bagi pembangunan suatu negara, sehingga diperlukan
needed to reduce the fertility level. One solution to upaya penurunan tingkat fertilitas. Salah satu cara
this issue is to delay the first birth. This study aims menurunkan tingkat fertilitas yaitu dengan penundaan
to assess the delayed first child birth in rural kelahiran anak pertama. Tulisan ini bertujuan untuk
Indonesia and the affecting factors. This study mengkaji gambaran umum penundaan kelahiran anak
analyzed secondary data using descriptive pertama di wilayah perdesaan Indonesia serta faktor-
approach to have a general description of the faktor yang memengaruhinya. Metode analisis
delayed first birth. Moreover, a binary logistic deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran
regression model was fitted to determine the umum penundaan kelahiran anak pertama. Selain itu,
associated factors. The results show that a metode regresi logistik biner digunakan untuk
socioeconomic variable that significantly mengetahui faktor-faktor yang memengaruhinya. Hasil
associated with the delayed first child birth is analisis menunjukkan variabel sosial ekonomi yang
husband’s job in the non-agricultural sector. berpengaruh signifikan adalah pekerjaan suami di
Furthermore, the significant demographic sektor nonpertanian. Sementara itu, variabel demografi
variables are the age of first marriage age and the yang berpengaruh signifikan terhadap penundaan
perception of an ideal number of children. kelahiran anak pertama di wilayah perdesaan Indonesia
adalah umur kawin pertama dan persepsi jumlah anak
Keywords: Binary Logistic Regression, Delayed ideal.
First Birth, Rural Indonesia
Kata Kunci: Regresi Logistik Biner, Penundaan
Kelahiran Anak Pertama, Perdesaan Indonesia
1
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 12, No. 1, Juni 2017 | 1-12
Selain jumlah penduduk yang tinggi tersebut, Total Berdasarkan uraian di atas, perlu adanya upaya
Fertility Rate (TFR) Indonesia masih berada pada penundaan kelahiran anak pertama untuk menurunkan
angka 2,6 di tahun 2012. Menurut data United Nations tingkat fertilitas di Indonesia. Upaya tersebut
(UN), angka TFR Indonesia tersebut tergolong tinggi. diutamakan di wilayah perdesaan karena, seperti yang
Meskipun pada tahun 2015 sudah mengalami sedikit dikemukakan dalam publikasi Survei Demografi dan
penurunan menjadi sebesar 2,5, tetapi TFR tersebut Kesehatan (SDKI) tahun 2012, TFR di perdesaan (2,8)
masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan lebih tinggi dari pada TFR Indonesia (2,6) (BPS,
negara lain, misalnya dua kali lebih tinggi dari TFR BKKBN, Kementerian Kesehatan & ICF International,
Singapura, 1,25 kali lebih tinggi dari TFR Malaysia dan 2013). TFR wilayah perdesaan selalu lebih tinggi jika
menempati peringkat keempat di ASEAN. Menurut UN dibandingkan dengan wilayah perkotaan (Gambar 1).
(2007), suatu negara akan mencapai tahap replacement Hal ini dikarenakan sebagian besar wanita yang tinggal
level fertility ketika TFR berada pada angka 2,1. Ini di perdesaan Indonesia tidak melakukan penundaan
berarti bahwa Indonesia belum mencapai tahap kelahiran anak pertama setelah menikah. Berdasarkan
replacement level fertility sehingga upaya penurunan publikasi SDKI 2012, 94,1 persen wanita yang tinggal
tingkat kelahiran masih diperlukan. di perdesaan Indonesia tidak melakukan penundaan
kelahiran anak pertama sehingga lebih cepat memiliki
Kondisi TFR tersebut menyebabkan pertumbuhan anak pertama. Menurut Simeon & Khalid (2014),
penduduk menjadi tinggi, serta berakibat pada cepatnya seorang wanita memiliki anak pertama setelah
meningkatnya angka kelahiran. Apabila angka menikah akan mengarah pada transisi kelahiran yang
kelahiran tidak terkendali maka jumlah penduduk akan lebih cepat dengan paritas tinggi sehingga
semakin besar. Namun, jumlah penduduk yang besar di meningkatkan TFR.
Indonesia belum diimbangi dengan kualitas sumber
daya manusianya (SDM). Kualitas SDM dapat dilihat TFR di wilayah perdesaan Indonesia terlihat menurun
dari Indeks Pembanguan Manusia (IPM). Pada tahun dari tahun 1991-2003 dan stagnan di angka 2,8 pada
2015, IPM Indonesia sebesar 0,689 (United Nations tahun 2007 dan 2012 (Gambar 1). Meskipun TFR di
Development Programme [UNDP], 2016) dan wilayah perdesaan Indonesia mengalami penurunan
tergolong dalam negara dengan kategori IPM namun angka tersebut belum mencapai tahap
menengah yaitu peringkat 113 dari 188 negara. Jika replacement level fertility. Tahap replacement level
dibandingkan dengan beberapa negara di ASEAN fertility ditandai dengan TFR berada pada angka 2,1
posisi Indonesia masih berada di bawah Singapura (5), (UN, 2007). Selain itu, menurut publikasi SDKI 2012,
Brunei Darussalam (30), Malaysia (59), dan Thailand median umur kawin pertama wanita di daerah
(87). Hal tersebut mengindikasikan bahwa kualitas perdesaan yaitu 19 tahun, padahal menurut BKKBN
SDM Indonesia belum baik. Jumlah penduduk yang umur ideal menikah untuk wanita adalah 20 tahun.
besar jika tidak diikuti dengan kualitas SDM yang baik Kondisi median umur kawin pertama yang lebih muda
akan menjadi beban bagi pembangunan (Badan dari usia ideal ini akan memperpanjang rentang waktu
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional melahirkan selama usia subur.
[BKKBN], 2009). Dengan demikian, Indonesia harus
melakukan upaya pengendalian kelahiran agar tidak Gambar 1. Tren angka kelahiran total berdasarkan daerah
menimbulkan masalah yang berkelanjutan. tempat tinggal, SDKI 1991-2012
2
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penundaan…| Risa Ruri Indraswari dan Risni Julaeni Yuhan
pada saat seorang wanita menunda kelahiran anak mengkaji lebih lanjut faktor-faktor yang memengaruhi
pertama akan sekaligus berpengaruh terhadap jarak penundaan kelahiran anak pertama pada wanita
kelahiran anak berikutnya. Menurut Rao & berstatus kawin di wilayah perdesaan Indonesia.
Balakrishnan (1989) dan Alam (2015), jika seorang
wanita tidak menunda kelahiran anak pertamanya maka Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
peluang pendeknya interval kelahiran anak berikutnya data sekunder berupa raw data yang bersumber dari
akan semakin meningkat. kuesioner individu untuk WUS (Wanita Usia Subur)
pada SDKI tahun 2012. Sampel dalam penelitian ini
Adapun di antara berbagai faktor yang memengaruhi adalah wanita usia 15-49 tahun yang berstatus kawin
penundaan kelahiran anak, Rahman, Mustafi & Azad yang belum memiliki anak dan tinggal di perdesaan
(2013) menemukan bahwa faktor sosial ekonomi seperti Indonesia. Wanita yang mandul dan telah mengalami
pendidikan responden, status bekerja wanita, status menopause dikeluarkan dari sampel. Jumlah sampel
ekonomi, pendidikan suami, pekerjaan suami, faktor dalam penelitian ini sebanyak 1.215 wanita.
budaya yaitu wilayah, daerah tempat tinggal, dan faktor
demografi seperti usia perkawinan pertama Variabel respon dalam penelitian ini adalah variabel
berpengaruh terhadap lamanya waktu menikah hingga penundaan kelahiran anak pertama, yang dibedakan
kelahiran anak pertama pada wanita di Bangladesh. menjadi dua kategori yaitu menunda dan tidak
Sementara itu, Kumar & Danabalan (2006) menemukan menunda. Sementara itu, variabel penjelasnya berupa
bahwa perbedaan usia antara pasangan, jenis keluarga, faktor sosial ekonomi dan faktor demografi. Faktor
agama, tempat tinggal, terutama pesisir, dan pendidikan sosial ekonomi terdiri dari variabel pendidikan wanita,
ibu berpengaruh signifikan terhadap penundaan status bekerja wanita, akses media massa terhadap
kelahiran anak pertama. Penelitian Harefa (2014) informasi KB, pendidikan suami, pekerjaan suami dan
menyebutkan bahwa umur wanita, tempat tinggal dan status ekonomi. Selanjutnya, faktor demografi terdiri
persepsi jumlah anak ideal berpengaruh terhadap dari variabel umur perkawinan pertama, persepsi ibu
penundaan kehamilan anak pertama pada wanita yang mengenai jumlah anak ideal dan selisih umur suami dan
menikah dini di Pulau Jawa. Penelitian lainnya oleh istri. Variabel respon dalam penelitian ini adalah
Merjaya (2006) menunjukkan variabel yang variabel dikotomi sehingga metode yang digunakan
memengaruhi wanita berstatus kawin dalam menunda untuk menganalisis penundaan kelahiran anak pertama
kelahiran anak pertama di Provinsi NTT adalah akses yaitu metode regresi logistik biner dengan metode
terhadap media massa, frekuensi hubungan seks, dan Backward Wald dan tingkat signifikansi 5 persen.
status kepemilikan anak ketika pertama kali Model transformasi logit yang digunakan dalam
menggunakan alat kontrasepsi. Selanjutnya, variabel penelitian ini sebagai berikut:
yang memengaruhi wanita yang menunda kelahiran
anak pertama di Provinsi DI Yogyakarta adalah status ĝ (D) = β̂ 0 + β̂ 1D11 + β̂ 2D12 + β̂ 3D2 + β̂ 4D3 +β̂ 5D41 + β̂ 6D42
bekerja wanita, umur perkawinan pertama, frekuensi + β̂ 7D51 + β̂ 8D52 + β ̂ 9D6+ β̂ 10D7 + β̂ 11D8 + β̂ 12D91
hubungan seks, status kepemilikan anak ketika pertama ̂
+ β13D92
kali menggunakan alat KB, dan daerah tempat tinggal.
Keterangan:
Penelitian yang mengkaji tentang penundaan kelahiran D11 = Variabel dummy pendidikan wanita tidak bersekolah
anak pertama masih belum banyak dilakukan baik dari (> SMP*)
peneliti Indonesia maupun luar negeri. Meskipun D12 = Variabel dummy pendidikan wanita SD dan SMP (>
SMP*)
beberapa penelitian mengenai penundaan kelahiran
D2 = Variabel dummy status bekerja wanita kategori bekerja
anak pertama telah dilakukan, tetapi definisi yang (tidak bekerja*)
digunakan adalah seorang wanita dianggap menunda D3 = Variabel dummy akses media massa terhadap informasi
kelahiran anak pertama apabila kelahiran anak pertama mengenai KB kategori akses (tidak akses*)
lebih dari satu tahun setelah menikah. Selain itu, belum D41 = Variabel dummy pendidikan suami tidak bersekolah (>
ada penelitian yang dilakukan di wilayah perdesaan. SMP*)
Kajian ini membatasi definisi wanita yang menunda D42 = Variabel dummy pendidikan suami SD dan SMP (>
kelahiran anak pertama sebagai wanita berstatus kawin SMP*)
usia 15-49 tahun yang menggunakan alat kontrasepsi D51 = Variabel dummy pekerjaan suami (tidak bekerja)
dan belum memiliki anak pada saat pencacahan. (nonpertanian*)
D52 = Variabel dummy pekerjaan suami pertanian
(nonpertanian*)
Permasalahan-permasalahan yang telah dijelaskan D6 = Variabel dummy umur kawin pertama < 20 tahun (≥ 20
menunjukkan bahwa tingkat fertilitas di perdesaan tahun*)
Indonesia perlu dikendalikan dengan penundaan D7 = Variabel dummy persepsi jumlah anak ideal ≤ 2 anak
kelahiran anak pertama. Tulisan ini bertujuan untuk (> 2 anak*)
3
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 12, No. 1, Juni 2017 | 1-12
D8 = Variabel dummy selisih umur suami dan istri ≥5 tahun dengan interval kelahiran anak pertama yang lebih
(< 5 tahun*) pendek akan memiliki sisa interval kelahiran selama
D91 = Variabel dummy status ekonomi miskin (kaya*) masa reproduksi yang lebih panjang. Interval kelahiran
D92 = Variabel dummy status ekonomi menengah (kaya*) anak pertama juga berpengaruh terhadap pola
Keterangan: *) kategori referensi reproduksi wanita. Seperti yang dikemukakan oleh Rao
& Balakhrisnan (1989) dan Alam (2015), interval
REGRESI LOGISTIK BINER kelahiran yang pendek pada kelahiran anak pertama
akan meningkatkan peluang pendeknya interval
Analisis regresi logistik biner merupakan sebuah kelahiran anak selanjutnya.
analisis yang digunakan untuk menjelaskan hubungan
antara variabel respons yang berupa data biner atau Selain itu, interval kelahiran anak pertama berpengaruh
dikotomi dengan satu set variabel penjelas (Hosmer & terhadap tingkat fertilitas. Menurut Latif (2014),
Lemeshow, 2000). Variabel dikotomi atau biner interval kelahiran anak pertama merupakan salah satu
merupakan variabel yang memiliki dua kategori, yaitu faktor yang penting dalam memengaruhi fertilitas pada
kategori yang menyatakan “sukses” (Y=1) dan kategori masyarakat dengan tingkat penggunaan kontrasepsi
yang menyatakan kejadian “gagal” (Y=0). Variabel yang rendah. Pada usia kawin yang ideal, semakin
penjelas dapat berupa data kuantitatif atau kualitatif panjang interval kelahiran anak pertama maka laju
dengan menggunakan variabel dummy. Bentuk umum pertumbuhan penduduk akan semakin lambat (Latif,
model regresi logistik: 2014).
π(x)
ln 1-π(x) =(β0 +β1 x1 +. . . +βp xp ) PENDIDIKAN WANITA
dan bentuk transformasi dari π(x) disebut transformasi Pendidikan wanita memiliki efek terhadap fertilitas.
logit adalah: Wanita yang berpartisipasi lebih lama dalam
g(x)=β0+β1x1+...+βpxp pendidikan akan mengarah pada penundaan memiliki
anak (Blossfeld & Huinink, 1991). Wanita cenderung
Dalam model regresi logistik dengan variabel respons tidak memiliki anak ketika sedang melanjutkan sekolah
dikotomi dapat diekspresikan sebagai berikut: hingga perguruan tinggi, sehingga menunda
perkawinan dan memperpendek masa reproduksi
yi =π(x)+εi (5) Blossfeld & Huinink
mereka (Ferre, 2009). Menurut
dimana εi diasumsikan memiliki salah satu nilai dari (1991), seiring dengan peningkatan tingkat pendidikan
dua kemungkinan nilai, yaitu: wanita, maka keinginan untuk memiliki anak pertama
1. jika y = 1, maka ε=1- π(x) dengan peluang turut meningkat, tetapi jumlah anak yang dilahirkan
π(x) selama masa reproduksi akan menurun.
2. jika y = 0, maka ε= -π(x) dengan peluang 1-
π(x) Pendidikan yang didapat oleh wanita akan
memengaruhi pola pikir dalam pengambilan keputusan
ε mengikuti distribusi binomial dengan rata-rata nol dan terkait fertilitasnya. Wanita dengan pendidikan tinggi
varians yang sama untuk π(x)[1-π(x)] (Hosmer & cenderung lebih mudah untuk menerima pemikiran-
Lemeshow, 2000, hal. 7). pemikiran baru, termasuk pemahaman mengenai
keluarga kecil yang nantinya akan berpengaruh
PENUNDAAN KELAHIRAN ANAK PERTAMA terhadap fertilitasnya. Pencapaian tingkat pendidikan
wanita kawin usia 15-49 tahun yang belum mempunyai
Apabila seseorang tidak berhasil mendewasakan usia anak dan tinggal di desa masih rendah sebab lebih dari
perkawinannya, maka penundaan kelahiran anak sebagian wanita di perdesaan Indonesia (61,4 persen)
pertama harus dilakukan (BKKBN, 2011). Penundaan hanya berpendidikan SD dan SMP.
kelahiran anak pertama berkaitan erat dengan interval
kelahiran. Dengan adanya penundaan kelahiran anak Rendahnya pendidikan wanita akan berakibat pada
pertama setelah menikah, interval kelahiran anak fertilitasnya. Seperti yang dikemukakan Lembaga
pertama akan semakin panjang. Interval kelahiran anak Demografi UI (2007), pendidikan wanita berhubungan
pertama merupakan jarak antara waktu pernikahan negatif dengan rata-rata jumlah anak yang dilahirkan.
hingga kelahiran anak pertama. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah
pendidikan wanita maka jumlah anak yang dilahirkan
Menurut Kamal & Pervaiz (2013), interval kelahiran akan semakin banyak. Selain itu, pendidikan wanita
anak pertama berpengaruh terhadap sisa panjangnya memiliki peran dalam menentukan keputusan
interval kelahiran selama masa reproduksi. Wanita
4
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penundaan…| Risa Ruri Indraswari dan Risni Julaeni Yuhan
penundaan kelahiran anak pertama. Pendidikan wanita bahwa waktu yang seharusnya digunakan untuk
diyakini berpengaruh terhadap penundaan kelahiran bekerja, harus diselingi dengan mengasuh anak. Wanita
anak pertama. Setelah menikah, wanita yang yang sudah menikah dan memiliki anak yang
berpendidikan tinggi cenderung tidak menunda beristirahat dari pekerjaannya, kemudian memutuskan
kelahiran anak pertama dibandingkan dengan wanita untuk kembali memasuki dunia kerja akan
yang berpendidikan rendah (NSEO & ORC Macro Inc., mendapatkan posisi pekerjaan yang lebih rendah dari
2003 dalam Kamal & Pervaiz, 2013). posisi sebelum menikah (Yanzi, 2015).
Persentase penundaan kelahiran anak pertama tertinggi Namun demikian pernyataan tersebut berbeda dengan
terdapat pada wanita yang memiliki pendidikan SD & hasil olah data SDKI 2012. Penundaan kelahiran anak
SMP (10,8 persen). Sementara itu, persentase pertama lebih banyak dilakukan oleh wanita yang tidak
penundaan kelahiran anak pertama terendah pada bekerja yaitu sebesar 10,8 persen, sedangkan bagi
wanita yang tidak bersekolah (2,3 persen). Berdasarkan wanita yang bekerja hanya sebesar 7,8 persen. Hal ini
hasil olahan data SDKI 2012, juga ditemui adanya diduga karena diperlukan biaya untuk kualitas anak
sebagian (51,7 persen) wanita kawin di perdesaan yang sehingga penundaan kelahiran anak dilakukan sampai
tidak mengetahui alat kontrasepsi yang dapat orang tua mendapatkan pekerjaan untuk memperoleh
digunakan untuk menunda kelahiran anak (Tabel 1). penghasilan agar dapat membiayai kebutuhan anak.
Biaya memiliki anak merupakan salah satu faktor
Analisis inferensial digunakan untuk membuktikan ekonomi yang memengaruhi fertilitas (Becker, 1970
apakah pendidikan wanita berpengaruh signifikan dalam Lembaga Demografi UI, 2007). Hasil penelitian
terhadap penundaan kelahiran anak pertama di wilayah lainnya menunjukkan bahwa wanita Jepang memiliki
perdesaan Indonesia. Analisis inferensial dengan pandangan bahwa mereka harus merasa aman terlebih
regresi logistik biner menunjukkan bahwa pendidikan dahulu dalam hal ekonomi sebelum memutuskan untuk
wanita tidak signifikan dalam memengaruhi penundaan memiliki anak (Yanzi, 2015).
kelahiran anak pertama di wilayah perdesaan Indonesia.
Bagi seorang wanita, memiliki anak merupakan Hasil regresi logistik biner menunjukkan bahwa status
pemenuhan suatu kebutuhan dalam kehidupan, bekerja wanita tidak signifikan dalam memengaruhi
memberikan status dewasa dan memberikan tanggung penundaan kelahiran anak pertama di wilayah
jawab yang lebih besar dalam mengemban amanah perdesaan Indonesia. Wanita menitikberatkan anak
(Mahadevan dkk., 1986 dalam Putri, 2014). Sampai sebagai teman dan kebutuhan emosional serta fisik dari
dimanapun tingkat pendidikan mereka, wanita pengasuhan anak (Oppong, 1983 dalam Putri, 2014).
dianggap ingin segera memiliki anak setelah menikah Jadi, keinginan untuk segera memiliki anak setelah
karena anak dianggap sebagai pemenuhan kebutuhan menikah tidak terlalu berbeda jauh antara wanita yang
dalam hidup (Tabel 2). bekerja maupun tidak bekerja. Hal ini menyebabkan
status bekerja wanita tidak berpengaruh terhadap
STATUS BEKERJA WANITA penundaan kelahiran anak pertama.
5
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 12, No. 1, Juni 2017 | 1-12
wanita dapat memperluas pengetahuaannya mengenai lebih tinggi memiliki kecenderungan melahirkan 1,51
KB. Berdasarkan SDKI 2012 (diolah), wanita kawin kali responden yang menikah dengan laki-laki yang
usia 15-49 tahun yang belum memiliki anak dan tinggal tidak berpendidikan (Alam, 2015).
di perdesaan Indonesia yang mengakses media
mengenai informasi KB (51 persen) hampir berimbang Pendidikan suami merupakan salah satu variabel
dengan wanita yang tidak mengakses media massa penting dalam menentukan keputusan seseorang untuk
terhadap informasi KB (49 persen). Sementara itu, memiliki anak. Sebagian besar (64,6 persen) wanita
informasi mengenai KB paling banyak diakses melalui kawin usia 15-49 tahun yang belum memiliki anak dan
televisi (43,2 persen). Selanjutnya, proporsi penundaan tinggal di desa memiliki suami berpendidikan SD dan
kelahiran anak pertama pada wanita yang pernah SMP. Suami merupakan kepala keluarga yang bertugas
mengakses media massa (9,2 persen) lebih tinggi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Pendidikan
dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah suami berpengaruh terhadap pendapatannya. Seseorang
mengakses media massa (8,6 persen). Hal ini yang memiliki pendidikan lebih tinggi mempunyai
mengindikasikan bahwa media massa yang memuat peluang untuk menduduki jabatan/ pekerjaan yang lebih
informasi tentang KB memiliki peranan penting dalam tinggi dan sekaligus pendapatan yang lebih tinggi
memengaruhi wanita kawin usia 15-49 tahun yang (Tarigan, 2006), sedangkan pendapatan juga memiliki
belum memiliki anak untuk menunda kelahiran anak hubungan positif dengan fertilitas (Lembaga Demografi
pertamanya. UI, 2007). Selain itu, pendidikan suami berperan dalam
menentukan penundaan kelahiran anak pertama yang
Setelah melakukan analisis inferensial dengan regresi dilakukan oleh wanita di perdesaan Indonesia.
logistik biner ternyata akses media massa terhadap Persentase penundaan kelahiran anak pertama tertinggi
informasi KB tidak signifikan dalam memengaruhi terdapat pada wanita yang memiliki suami yang tidak
penundaan kelahiran anak pertama di wilayah bersekolah (12,1 persen). Untuk membuktikan bahwa
perdesaan Indonesia. Akses media massa merupakan pendidikan suami berpengaruh terhadap penundaan
komunikasi satu arah. Model komunikasi satu arah kelahiran anak pertama dilakukan analisis inferensial
kurang efektif karena bersifat instruktif, hanya berjalan menggunakan analisis regresi logistik biner.
satu arah dan disampaikan secara singkat (Khairunnisa,
Cangara, & Kasnawi, 2015). Media massa hanya Hasil regresi logistik biner menunjukkan bahwa
sebagai media yang menginformasikan dan membuat pendidikan suami tidak signifikan dalam memengaruhi
orang sadar akan keberadaan KB. Untuk sampai kepada penundaan kelahiran anak pertama. Suami
tindakan tetap diperlukan orang-orang yang secara mementingkan kebutuhan akan keturunan untuk
personal mampu mempersuasi sasarannya melanjutkan garis keluarga (Hatta, 2012). Anak
(Sediyaningsih, Rachman & Rusli, 2013). Penyuluhan merupakan pelengkap keluarga, jaminan di hari tua dan
yang dilakukan secara langsung atau bertatap muka dapat membantu ekonomi keluarga (Destriyani, 2013).
sangat diperlukan dalam memengaruhi masyarakat Hal ini menunjukkan bahwa anak sangat penting dalam
karena terjalin komunikasi dua arah. Jadi, sesering keluarga sehingga tidak ada perbedaan keinginan untuk
apapun wanita mengakses media massa tentang segera memiliki anak setelah menikah, baik pada suami
informasi KB tidak berpengaruh terhadap penundaan yang memiliki pendidikan tinggi maupun pendidikan
kelahiran anak pertama karena belum diimbangi dengan rendah. Hal ini menyebabkan pendidikan suami tidak
kegiatan-kegiatan penyuluhan yang menerangkan berpengaruh terhadap penundaan kelahiran anak
langsung tentang informasi KB. Hal ini yang pertama.
menyebabkan akses media massa terhadap informasi
KB tidak signifikan dalam memengaruhi penundaan PEKERJAAN SUAMI
kelahiran anak pertama.
Pekerjaan suami berpengaruh terhadap penundaan
PENDIDIKAN SUAMI kelahiran anak pertama. Wanita yang suaminya bekerja
di bidang nonpertanian cenderung menunda kelahiran
Pendidikan suami berpengaruh signifikan terhadap anak pertama dibandingkan dengan yang suaminya
interval kelahiran anak pertama (Rahman dkk., 2013). bekerja di bidang pertanian. Hal ini diperkuat oleh
Semakin tinggi pendidikan suami akan memperpendek Rahman dkk. (2013) yang menyatakan bahwa peluang
interval kelahiran anak pertama sebesar tiga persen menjadi seorang ibu lebih tinggi delapan persen bagi
(Latif, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa wanita responden yang suaminya bekerja sebagai pengusaha
cenderung tidak menunda kelahiran anak pertama dibandingkan dengan mereka yang suaminya bekerja
ketika pendidikan suaminya semakin tinggi. Responden pada sektor pertanian. Alam (2015) juga menemukan
yang menikah dengan laki-laki yang berpendidikan bahwa responden yang suaminya bekerja di bidang
6
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penundaan…| Risa Ruri Indraswari dan Risni Julaeni Yuhan
sektor jasa berpeluang tujuh persen lebih tinggi menjadi memiliki anak dan tinggal di perdesaan Indonesia
seorang ibu dibandingkan dengan responden yang berstatus ekonomi miskin (58,5 persen).
suaminya bekerja di bidang pertanian.
Persentase wanita yang menunda kelahiran anak
Pekerjaan suami berhubungan dengan penentuan pertama dengan status ekonomi miskin yaitu sebesar
keputusan untuk memiliki anak. Pada umumnya 10,1 persen, menengah sebesar 7,5 persen, dan kaya
seseorang yang bekerja akan memiliki kemampuan sebesar 5,4 persen. Persentase penundaan kelahiran
finansial yang lebih baik dibandingkan dengan anak pertama terbesar terdapat pada kelompok wanita
seseorang yang tidak bekerja. Sebesar 97,8 persen dengan status ekonomi miskin. Semakin rendah status
suami dari wanita kawin usia 15-49 tahun yang belum ekonomi seorang wanita, maka wanita tersebut
memiliki anak dan tinggal di perdesaan Indonesia sudah cenderung menunda kelahiran anak pertamanya. Hal ini
memiliki pekerjaan. Wanita dengan suami yang bekerja terjadi karena ada pengaruh dari biaya untuk keperluan
di bidang nonpertanian memiliki persentase tertinggi anak.
sebesar 61,8 persen. Persentase penundaan kelahiran
anak pertama terendah terjadi pada kelompok suami Analisis inferensial digunakan untuk membuktikan
yang tidak bekerja. Wanita dengan suami yang tidak apakah status ekonomi berpengaruh signifikan terhadap
bekerja cenderung memilih cepat memiliki anak dengan penundaan kelahiran anak pertama di wilayah
harapan agar anaknya nanti dapat segera membantu perdesaan Indonesia. Setelah melakukan analisis
kebutuhan hidupnya. Anak sering dinilai dari aspek inferensial dengan regresi logistik biner ternyata status
ekonomi sebagai barang konsumsi yang dapat berfungsi ekonomi tidak signifikan dalam memengaruhi
sebagai jaminan hidup untuk hari tua (Yanzi, 2015). penundaan kelahiran anak pertama di wilayah
perdesaan Indonesia. Masyarakat desa masih
Analisis inferensial dengan regresi logistik biner menganggap anak sebagai aset ekonomi dan jaminan
menunjukkan bahwa pekerjaan suami signifikan dalam masa tua (Putri, 2014). Meskipun sudah kaya, pasti
memengaruhi penundaan kelahiran anak pertama di orang tersebut masih tetap ingin segera memiliki anak.
wilayah perdesaan Indonesia. Nilai odds ratio dari Selain itu, di Indonesia masih ada sebuah anggapan
variabel dummy pekerjaan suami di bidang pertanian bahwa ‘banyak anak banyak rejeki’ (Destriyani, 2013).
sebesar 0,542. Hal ini menunjukkan bahwa wanita
dengan suami yang bekerja di bidang nonpertanian UMUR KAWIN PERTAMA
cenderung menunda kelahiran anak pertamanya 0,542
kali wanita dengan suami yang bekerja di bidang Wanita yang menikah muda cenderung untuk menunda
pertanian, dengan asumsi variabel lain konstan. Hasil kelahiran anak pertamanya. Di Amhara, Ethiopia,
regresi ini sejalan dengan hasil penelitian di pedesaan banyak terjadi pernikahan dini karena alasan budaya
Bangladesh yang menunjukkan bahwa wanita yang sehingga mereka cenderung untuk menunda memiliki
mempunyai suami petani cenderung tidak menunda anak pertama (Gurumu & Etana, 2014). Wanita yang
kelahiran anak pertama (Rahman dkk., 2013). Hal ini menikah pada usia muda, belum siap secara psikologis
terjadi karena diduga bahwa wanita dengan suami yang dan belum dewasa secara fisik untuk memiliki anak.
bekerja di sektor pertanian tidak memiliki jam kerja
yang rutin sehingga jika cepat memiliki anak tidak akan Umur perkawinan pertama seorang wanita dapat
menganggu pekerjaannya, malah dapat segera berpengaruh terhadap fertilitasnya. Ketika usia
membantu mereka bekerja ketika besar nanti. Umum perkawinan pertama bertambah, fertilitas dapat
ditemui di masyarakat di daerah perdesaan dengan mata menurun karena jumlah perempuan berisiko
pencaharian sebagai petani, anak diharapkan melahirkan anak turut berkurang (Nag & Singhal,
berkontribusi besar dalam perekonomian keluarganya, 2013). Wanita kawin usia 15-49 tahun yang belum
dengan cara membantu orang tua dalam pekerjaannya memiliki anak dan tinggal di perdesaan Indonesia lebih
(Putri, 2014). banyak yang menikah pada umur 20 tahun ke atas (55,4
persen), sedangkan mereka yang menikah pada umur
kurang dari 20 tahun sebesar 44,6 persen. Hal ini
STATUS EKONOMI
mengindikasikan bahwa wanita di desa masih banyak
yang menikah dini.
Status ekonomi dilihat dari variabel indeks kekayaan.
Dalam SDKI, indeks kekayaan terbagi menjadi lima
Hasil regresi menunjukkan bahwa umur kawin pertama
bagian yaitu lowest, second, middle, fourth, dan highest.
signifikan dalam memengaruhi penundaan kelahiran
Dalam penelitian ini, status ekonomi dibagi kedalam
anak pertama di wilayah perdesaan Indonesia. Nilai
tiga kategori yaitu miskin, menengah dan kaya.
odds ratio dari variabel dummy umur kawin pertama
Sebagian besar wanita kawin umur 15-49 yang belum
sebesar 3,004. Angka tersebut menunjukkan bahwa
7
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 12, No. 1, Juni 2017 | 1-12
probabilitas wanita dengan umur kawin pertama kurang Menurut penelitian sebelumnya, wanita yang jarak
dari 20 tahun untuk menunda kelahiran anak pertama umurnya lebih dari lima tahun dengan suaminya
mencapai tiga kali lipat probabilitas wanita umur kawin cenderung menunda kelahiran anak pertama. Namun
20 tahun ke atas untuk melakukan hal serupa, dengan hasil penelitian tersebut berbeda dengan hasil studi ini
asumsi variabel lain konstan. ini. Studi ini menunjukkan bahwa persentase wanita
yang melakukan penundaan kelahiran anak pertama
PERSEPSI JUMLAH ANAK IDEAL lebih rendah terjadi pada kelompok wanita yang
memiliki selisih umur minimal lima tahun dengan
Keputusan seseorang wanita untuk menunda kelahiran suaminya. Hal ini terjadi karena ketika perbedaaan usia
anak pertama berkaitan dengan persepsi jumlah anak antara suami dan istri tinggi maka umumnya yang
idealnya. Wanita yang menginginkan jumlah anak memiliki umur lebih tua adalah suami, dan suami yang
sedikit cenderung menunda kelahiran anak pertamanya lebih tua cenderung tidak menggunakan alat
dibandingkan dengan wanita yang menginginkan kontrasepsi karena ingin mencapai ukuran keluarga
jumlah anak banyak. Pasangan yang berniat memiliki yang diinginkan (Chowdhury & Karim, 2013).
satu atau dua orang anak akan memperpanjang jarak
antara pernikahan dan kelahiran anak pertama yaitu Setelah melakukan analisis inferensial dengan regresi
dengan menunda kelahiran anak pertama dalam rangka logistik biner ternyata selisih umur suami dan istri tidak
membangun kehidupan yang lebih baik sebagai signifikan dalam memengaruhi penundaan kelahiran
pasangan (Martin, 1995 dalam Latif, 2014). Sebagian anak pertama di wilayah perdesaan Indonesia. Hal ini
besar wanita berpersepsi bahwa jumlah anak ideal terjadi karena persentase perbedaan umur suami dan
adalah paling banyak dua orang (63,1 persen). istri, baik yang <5 tahun maupun ≥5 tahun di perdesaan
Indonesia, hampir sama. Selain itu, kehadiran anak
Proporsi wanita dengan persepsi jumlah anak ideal merupakan segala-galanya bagi orang tua karena
maksimal dua orang yang menunda kelahiran anak kebahagiaan yang dirasakan orang tua tidak dapat
pertamanya sebesar 10,5 persen, sedangkan proporsi dibayar dengan apapun, sehingga seberapapun besarnya
wanita dengan persepsi jumlah anak ideal lebih dari dua perbedaan umur antara suami dan istri, mereka tetap
orang yang menunda kelahiran anak pertamanya ingin cepat melahirkan seorang anak. Hal ini yang
sebesar 6,2 persen. Dapat dikatakan, wanita dengan menyebabkan perbedaan umur tidak signifikan
persepsi jumlah anak ideal maksimal dua orang berpengaruh terhadap penundaan kelahiran anak
cenderung untuk menunda kelahiran anak pertama. pertama (Istiqomah, 2014).
8
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penundaan…| Risa Ruri Indraswari dan Risni Julaeni Yuhan
Semakin muda umur kawin pertama akan memperbesar Tabel 1. Persentase penundaan kelahiran anak pertama
kecenderungan seorang wanita untuk menunda berdasarkan karakteristik wanita kawin usia subur di
kelahiran anak pertama. Sementara itu, semakin rendah wilayah perdesaan Indonesia.
persepsi jumlah anak ideal akan memperbesar Persentase penundaan
kecenderungan seorang wanita untuk menunda Nama
Kategori
kelahiran anak pertama
kelahiran anak pertama. Variabel (%)
Tidak Ya
(1) (2) (3) (4)
Dengan kata lain, wanita yang memiliki suami yang Pendidikan Tidak Bersekolah 97,7 2,3
bekerja pada sektor nonpertanian cenderung menunda wanita SD dan SMP 89,2 10,8
kelahiran anak pertama dibandingkan dengan wanita > SMP 93,7 6,3
yang memiliki suami yang bekerja pada sektor
Status bekerja Tidak bekerja 89,2 10,8
pertanian. Selanjutnya, wanita yang umur kawin wanita Bekerja 92,2 7,8
pertamanya <20 tahun cenderung menunda kelahiran
anak pertama dibandingkan dengan wanita yang umur Akses media Tidak mengakses 91,4 8,6
kawin pertamanya ≥20 tahun, serta wanita yang massa Mengakses media 90,8 9,2
berpersepsi jumlah anak ideal maksimal dua cenderung terhadap massa
informasi KB
menunda kelahiran anak pertama dibandingkan dengan
wanita yang berpersepsi jumlah anak ideal lebih dari Pendidikan Tidak bersekolah 87,9 12,1
dua. suami SD dan SMP 90,7 9,3
> SMP 92,2 7,8
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah:
Pekerjaan Tidak bekerja 98,5 1,5
1. BKKBN hendaknya lebih meningkatkan kualitas suami Pertanian 93,1 6,9
dan frekuensi penyuluhan mengenai pentingnya Non pertanian 89,7 10,3
penundaan kelahiran anak pertama dengan Umur < 20 tahun 86,3 13,7
menggunakan alat kontrasepsi, pantangan berkala, perkawinan ≥ 20 tahun 95,0 5,0
coitus interruptus terutama kepada wanita yang pertama
umur kawin pertamanya minimal 20 tahun dan
Persepsi > 2 orang 93,8 6,2
memiliki suami yang bekerja di bidang pertanian di
jumlah anak ≤ 2 orang 89,5 10,5
wilayah perdesaan Indonesia. Selain itu, ideal
penyuluhan tersebut diharapkan mampu mengubah
pola pikir masyarakat di wilayah perdesaan Selisih umur < 5 tahun 91,1 8,9
Indonesia untuk menginternalisasikan jumlah anak antara suami ≥ 5 tahun 91,2 8,8
dan istri
ideal maksimal dua orang anak. Sosialisasi
penundaan kelahiran anak pertama bagi wanita Status Miskin 89,9 10,1
umur kawin pertama di bawah 20 tahun juga harus ekonomi Menengah 92,5 7,5
terus dilaksanakan. Kaya 94,6 5,4
Sumber: SDKI 1991-2012 (diolah)
2. Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) diharapkan lebih banyak memberikan Tabel 2. Penduga parameter, statistik uji Wald, dan odds
pembekalan soft skills sehingga terjadi mobilitas ratio status penundaan kelahiran anak pertama
tenaga kerja yang tadinya bekerja di bidang p- exp
pertanian bisa bekerja di bidang nonpertanian Variabel β̂ Wald ̂)
value (𝜷
seperti wirausaha dibidang jasa (seperti servis (1) (2) (3) (4) (5)
ponsel, bengkel, jahit pakaian, dan lain-lain) Pekerjaan suami
ataupun di bidang perdagangan. Pertanian -0,61 5,00 0,03 0,54
Nonpertanian (ref) 0.00 - - 1,00
3. Penelitian selanjutnya, sebaiknya menambahkan Umur kawin pertama
variabel baru seperti persepsi suami terhadap anak, < 20 tahun 1,10 3,00
persepsi istri terhadap anak. Penelitian ini tidak ≥ 20 tahun (ref) 0,00 - - 1,00
memasukkan variabel tersebut karena terbatasnya Persepsi jumlah anak ideal
ketersedian data yang digunakan. > 2 anak (ref) 0,65 5,52 0,02 1,92
≤ 2 anak 0,00 - - 1,00
Konstanta -3,56 136,88 0,00 0,03
Sumber: SDKI 2012 (diolah)
9
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 12, No. 1, Juni 2017 | 1-12
10
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penundaan…| Risa Ruri Indraswari dan Risni Julaeni Yuhan
Rahman, M. D. M., Mustafi, M. A. A., & Azad, M. M. (2013). Tarigan, R. (2006). Pengaruh tingkat pendidikan terhadap
Analysis of the determinant’s of marriage to first tingkat pendapatan: Perbandingan antara empat
birth interval in Bangladesh. International Journal hasil penelitian. Jurnal Wawasan, 11(3), 21-27.
of Management and Sustainability, 2(12), 208-219.
United Nations [UN]. (2015). World population 2015.
Rao. K. V., & Balakrishnan, T. R. (1989). Timing of first and Diakses dari https://esa.un.org/unpd/wpp/
second birth spacing in Canada. Journal of publications/Files/World_Population_2015_Wallch
Biosocial Sicence, 21, 293-300. art.pdf
Sunaryanto, H. (2012). Analisis fertilitas penduduk Provinsi __________. (2007). Total fertility rate. Diakses dari
Bengkulu. Jurnal Kependudukan Indonesia, 7(1), http://www.un.org/esa/sustdev/natlinfo/indicators/
21-42. methodology_sheets/demographics/total_fertility_r
ate.pdf
Sediyaningsih, S., Rachman, A. S., & Rusli, Y. (2013).
Analisis model komunikasi pembentukan konsep United Nations Development Programme [UNDP]. (2016).
keluarga sejahtera di Indonesia (Studi terhadap Human development report 2016. New York:
sosialisasi program BKKBN Kota Depok dan Kota UNDP.
Bogor). Jurnal Organisasi dan Manajemen, 9(2),
Yanzi, S. R. (2015). Pengambilan keputusan menunda
145-161.
memiliki anak pada pasangan yang bekerja di
Simeon, A. A., & Khalid, Z. M. (2014). Survival modeling of Bandung (Skripsi). Universitas Pendidikan
first interval after marriage. Life Science Journal, Indonesia, Bandung.
11(7), 299 – 307.
11
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 12, No. 1, Juni 2017 | 1-12
12
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 5 (2) (2017): 17-24
http://ojs.uma.ac.id/index.php/publikauma
Nina Damayanti*
Abstrak
Hasil penelitian sebanyak 58% wanita yang bekerja dalam sektor informal ikut serta dalam keluarga
berencana, dan sebanyak 42% tidak mengikut keluarga berencana jumlah yang tidak ikut dalam
keluarga berencana masih sangat banyak, namun saat dilakukan wawancara dengan beberapa
responden mengatakan bahwa alasan mereka tidak ikut KB karena ada yang belum mempunyai anak
dan ada juga yang sedang program hamil untuk menambah anak lagi, dan ada juga yang
mengunakan KB secara alami. Terkait partisipasi wanita pekerja sektor informal dalam keluarga
berencana dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi partisipasi wanita pekerja
sektor informal dalam keluarga berencana (menggunakan KB). Korelasi crostab partisipasi KB
dengan pendidikan didapat angka probabilitas 0.10 ( 0.10 > 0.05). Hubungan antar tingkat
pendapatan dan partisipasi KB menghasilkan angkat 0.05 menunjukan sangat lemahnya korelasi.
Korelasi tingkat pendapatan responden dengan partisipasi didapat angka probabilitas 0.94 (0.95
>0.05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan dan saling mempengaruhi antara tingkat
pendapatan dan partisipasi dalam KB.
Abstract
Result shown 58% of women working in the informal sector participated in family planning, and as many as
42% did not follow family planning unlimited amounts in family planning were still very much, but when
interviewed with some respondents said that the reason they did not take family planning because there are
not yet have children and there is also a pregnant program to add more children, and some are using KB
naturally. In relation to the participation of women in informal sector workers in family planning, it can be
seen that the level of education does not affect the participation of women in informal sector workers in
family planning (using FP). The correlation of crostab of family planning participation with education was
obtained by probability 0.10 (0.10> 0.05). The relationship between income level and FP participation resulted
in a 0.05 lift indicating very weak correlation. Correlation of income level of respondents with participation
obtained probability 0.94 (0.95> 0.05), meaning there is no significant relationship and influence between
income level and participation in family planning
17
Nina Damayanti, (2017). Studi Partisipasi Wanita Pekerja Sektor Informal Dalam Keluarga Berencana
pekerja sektor informal maka akan semakin yaitu Bayema, Dukuh, Sindutan A, Sindutan B
tinggi tingkat partisipasi karena mereka Lempukan, Glaeng, Paningan, dengan jumlah
mampuh untuk membayar pelayanan dan alat populasi sekitar 537 KK (Rumah
kontrasepsi yang akan digunakan. Begitu juga Tangga).karena jumlah populasi terlalu besar
dengan tingkat pendidikan semakin tinggi maka populasi tersebut akan di sampel,
tingkat pendidikan wanita pekerja sektor penentuan ukuran sampel menggunakan
informal maka tingkat partisipasinya dalam rumus solving (Selvilla:2007) dari hasil
program KB akan semakin tinggi, karena perhitungan maka dapat dibulatkan menjadi
wanita yang mempunyai tingkat pendidika 84 responden. Kemudian dari 84 responden
yang tinggi akan mudah mengakses informasi dipilih lagi menjadi 43 responden yang
tentang KB baik yang berasal dari media memenuhi criteria sebagai wanita yang
elektronik ( TV, Radio, Internet, dll) maupun bekerja disektor informal.
media cetak ( Koran, majalah, tabloid. Baliho Teknik analisis data tabel frekuensi
atau sepanduk). digunakan untuk penyederhanaan data yang
cukup banyak. Sedangkan crosstab untuk
METODE PENELITIAN mengetahui seberapa besar hubungan antara
Metode penelitian ini menggunakan kedua variabel berkenaan dengan besar
metode Survei untuk sampling dan angka, angka korelasi berkisar 0 atau tidak
menggunakan metode deskriptif kuantitatif ada korelasi sama sekali dan 1 (korelasi
untuk analisisnya yang lebih menekan pada sempurna). Maka, dapat dikatakan angka
produk. Teknik pengumpulan data korelasi diatas 0.5 menunjukan korelasi yang
menggunakan observasi, wawancara, dan cukup kuat sedangkan dibawah 0.5 korelasi
dokumentasi. Teknik analisis data tabel lemah. Interprestasi hasil uji korelasi
frekuensi, crosstab. didasarkan pada nilai p, kekuatan korelasi
Dalam penelitian ini yang menjadi serta arah korelasinya, dapat dilihat pada
populasi adalah masyarakat Desa Sindutan tabel 3.1. beikut:
Kecamatan Temon yang terdiri dari 7 duku
Tabel 1. Interprestasi Hasil Uji Korelasi
No Parameter Nilai Interprestasi
Kekuatan Korelasi (r) 0,00 – 0.199 Sangat Lemah
0.20 – 0.399 Lemah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Kuat
0.80 – 1,00 Sangat Kuat
2. Nilai p (dalam SPSS P < 0.05 H0 ditolak, terdapat korelasi yang
ditunjukan dengan nilai bermakna anatara dua variabel
signifikan) yang diuji
H0 diterima, tidak terdapat
korelasi yang bermakna antara
dua variabel yang diuji
3. Arah korelasi Positif ( + ) Searah, semakin besar nilai satu
variabel semakin besar pula nilai
variabel yang lain
Negatid (– ) Berlawanan arah, semakin besar
nilai satu variabel, semakin kecil
nilai variabel lainnya
Sumber : Aminah, 2011
keluarga berencana. Hasil yang didapat mengatakan bahwa alasan mereka tidak ikut
dilapangan mengenai jumlah wanita yang KB karena ada yang belum mempunyai anak
ikut dalam program keluarga berencana dapat dan ada juga yang sedang program hamil
dilihat pada tabel beriku: untuk menambah anak lagi, dan ada juga
Tabel 2 yang mengunakan KB secara alami.
Partisipasi Wanita Pekerja Informal dalam Hubungan Tingkat Pendidikan Wanita
Kelaurga Berencana Pekerja Informal Terhadap Partisipasi dalam
Partisipasi dalam Keluarga KB
Pekerja Berencana Pendidikan merupakan salah satu faktor
Informal Persen Tida Persent yang diharapkan mendukung adanya program
Ya
tasi k asi keluarga berencana ( KB). Desa Sindutan
Jumlah 25 58 % 18 42 % tercatat 43 wanita yang bekerja disektro
informal yang menjadi respondent penelitian.
Tabel diatas dapat dilihat bahwa Tingkat pendidikan terbagi menjadi 7
sebanyak 58% wanita yang bekerja dalam golongan dan jumlah respondent yang tamat
sektor informal ikut serta dalam keluarga pendidikan sesuai dengan jenjangnya, dari 43
berencana, dan sebanyak 42% tidak mengikut responden terdapat tidak sekolah 5%, tamat
keluarga berencana jumlah tersebut masih SD 16% , SMP 28%, SMA 46%, perguruan
sangat banyak, namun saat dilakukan tinggi D3 dan stratra satu sebanyak 5%.
wawancara dengan beberapa responden
Tabel 3. Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Partisipasi dalam KB
Partisipasi dalam KB
Jumlah
Pendidikan T Perse Y Perse Responden %
idak ntase (%) a ntase (%)
Tidak 2 11 0 0 2 5
Sekolah
SD 4 22 3 12 7 1
6
SMP 4 22 8 32 12 2
8
SMA 6 34 1 56 20 4
4 6
Perguruan 2 11 0 0 2 5
Tinggi
Jumlah 1 100 2 100 43 1
8 5 00
Sumber: Data Primer, 2014
Tingkat partisipasi diukur dari dari Untuk tingkat pendidikan yang rendah tidak
apakah perempuan yang berpendidikan yang sekolah sebanyak 5% dan tamat SD terdapat
tinggi menggunakan KB atau tidak, 16% dan respondent tersebut ada yang
perempuan yang tergolong pendidikan tinggi mengikut program KB dan ada juga yang
yaitu yang tama D3/ akademi samapi tamat tidak mengikut program KB. Begitu juga
S3 namun disini jumlah pempuan yang dengan tingkat pendidikan sedang yaitu tamat
berekrja disektor infomal yang mempunyai SMP sebanyak 28% dan SMA terdapat 46%
pendidikan tergolong tinggi hanya 5% tamat dilihat dari tingkat pendidikan, tingkat
D3 dan S1, karena memang pekerja sektof pendidikan SMA mempunyai persentasi
informal tidak membutuhkan pendidikan paling banyak wanita yang tidak ikut serta
yang tinggi dan mempunyai skill khusus. dan dalam keluarga berencana, namun jumlah
kedua responden yang bekerja sebagai yang paling banyak juga diikuti oleh
pedagang tesebut tingkat pendidikan persentase wanita yang mengikuti program
tergolong tinggi tamat D3/ Akademi tidak keluarga berencana.
mengikut program KB.
21
Nina Damayanti, (2017). Studi Partisipasi Wanita Pekerja Sektor Informal Dalam Keluarga Berencana
diterima, artinya tidak ada hubungan yang dipakai responden harus membayar seperti
signifikan dan saling mempengaruhi antara jenis KB suntuk dan pil yang mana sifatnya
tingkat pendapatan dan partisipasi dalam KB. jangka pendek yang biasa dilakukan setiap
Tingkat pendapatan tidak mempunyai bulan atau tiga bulan sekali untuk membeli
hubungan yang signifikan dikarenakan dan mendapatkan pelayanan dan alat
program KB di Desa Sindutan tergolong kontrasepsi tersebut, dan sebagaian
murah dan bahkan dinas kesehatan setempat responden mengatakan alat kontrasepsi
sering memberikan palayanan dan alat tersebut didapat dengan harga yang murah.
kontrasepsi jangka panjang yang diberikan maka responden harus membayar berikut ini
secara gratis, sehingga tingkat pendapatan persepsi harga alat kontrasepsi yang dipakai
tidak mempengaruhi tingkat penggunaan KB oleh responden yang harus membayar.
di Desa Sindutan. Ada beberapa alat KB yang
Tabel 7. Tingkat Pendapatan Keluarga Wanita Pekerja Sektor Informal
Partisipasi dalam KB
No Biaya KB Jumlah Persentase
Tidak % Ya %
1 Murah 11 61 12 48 31 72
2 Sedang 2 11 7 28 9 21
3 Mahal 2 11 4 16 3 7
Tidak Tahu 3 17 2 8
Jumlah 18 100 25 100 43 100
Sumber: Data primer, 2014
mengatakan biaya KB sedang terdapat 2
Dari Tabel 7 sebanyak 61% wanita yang responden yang tidak mengikuti KB dan 7
tidak memakai KB mengatakan biaya KB responden yang ikut KB.Dan Untuk pendapat
murah, dan 48% yang ikut KB mengatakan masyarakat yang mengatakan biaya KB mahal
biaya KB murah, sebagian besar responden terdapat 2 yang tidak ikut KB dan 4 yang ikut
mengatakan bahwa biaya KB murah, sehingga KB. Dan terdapat lima responden yang
disini dapat dibuktikan bahwa biaya program mengatakan tidak tau apakah biaya untuk
KB tidak mahal untuk sebagian besar program KB murah, sedang, mahal. Berikut
penduduk yang ada di Desa Sindutan dan Tabel dibawah ini menjelaskan jenis KB yang
mereka tidak menyiapkan biaya khusus untuk dipakai responden:
program KB. Untuk responden yang
Tabel 8. Jenis KB Yang Dipakai
No Jenis KB Jumlah
1 Spiral/IUD 6
2 Pil 11
3 Suntik 8
4 Steril 1
5 Kondom 1
6 Tidak mengikuti KB 16
Jumlah 43
Sumber: Data primer, 2014
24
Accelerat ing t he world's research.
MASALAH KEPENDUDUKAN DI
NEGARA INDONESIA
Jody Priyambogo
Ensiklopedi by BPS
Taufik Hidayat
M ASALAH KEPEN D UD UKAN D I N EGARA I N D ON ESI A
Sr i Ra h a yu Sa n u si,SKM ,M k e s.
Fa k ult a s Ke se ha t a n M a sya r a k a t
Universitas Sumatera Utara
1 .PEN D AH ULUAN
Dari hasil sensus penduduk t ahun 1990 j um lah penduduk I ndonesia adalah
179,4 j ut a. Berart i I ndonesia t erm asuk negara t erbesar ke t iga di ant ara negara-
negara yang sedang berkem bang set elah Gina dan I ndia.Dibanding dengan j um lah
sensus t ahun 1980 m aka akan t erlihat peningkat an penduduk I ndonesia rat a- rat a
1,98% pert ahun. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, j um lah penduduk I ndonesia
pada t ahun 1995 sebanyak 195,3 j ut a j iwa.
Bila dilihat dari luas wilayah pada pet a penyebaran penduduknya t erlihat
t idak m erat a di 27 propinsi. Berdasarkan hasil sensus penduduk t ahun 1990 sekit ar
60% penduduk t inggal di pulau Jawa, padahal luas pulau Jawa hanya 7% dari luas
wilayah I ndonesia. Dilain pihak pulau Kalim ant an yang luas wilayahnya hanya
dit em pat i oleh 5% dari j um lah penduduknya.
Kondisi t ersebut m enunj ukan bahwa kepadat an penduduk I ndonesia t idak
seim bang. Kondisi t ersebut m em erlukan upaya pem erat aan dan upaya t ersebut t elah
dilaksanakan m elalui program t ransm igrasi dan gerakan kem bali ke Desa.
Dilihat dari t ingkat pert am bahan penduduknya I ndonesia m asih t ergolong
t inggi, hal ini bila t idak diupayakan pengendalianya akan m enim bulkan banyak
m asalah.
Di I ndonesia dari t ingkat part isipasi anak usia sekolah baru m encapai 53%
m eskipun w aj ib belaj ar pendidikan dasar 9 t ahun t elah dicanangkan oleh
pem erint ah. Dibanding negara t et angga, t ingkat part isipasi pendidikan kit a t ergolong
rendah. Hongkong m isalnya t ahun 1985 t elah m encapai 95% , Korea Selat an 88%
dan Singapura t elah m encapai 95 % ( Surabaya Post , 2 Okt ober 1995) .
Masalah- m asalah lain sepert i ket enagakerj aan 77% angkat an kerj a m asih
berpendidikan rendah. Dam paknya t erhadap pendapat an perkapit a yang pada
gilirannya akan berpengaruh t erhadap kualit as hidup. Juga t erhadap kehidupan
rum ah t angga sepert i perceraian dan perkawinan yang akan berpengaruh t erhadap
angka kelahiran dan kem at ian yang dalam banyak hal dij adikan indikat or bagi
kesej aht eraan suat u negara.
Nam paknya sederhana, t et api harus diingat bahwa m anusia adalah sebagai
subj ek t et api j uga sekaligus obj ek pem bangunan sehingga bila t idak diant isipasi
m ungkin pada gilirannnya akan berakibat ket idakst abilan at au kerapuhan suat u
negara.
Tingkat fert ilit as secara keseluruhan dari periode 1981- 1984 ke periode 1986
- 1989 t urun sebesar 18 % at au sekit ar 3,9% pert ahun. Nam un t ingkat penurunan
fert ilit as m ulai m elam bat at ara periode 1986- 1989 dan 1987- 1990 yait u m enj adi
2,1% rat a- rat a pert ahun.
B. M a sa la h a k iba t Angk a Ke m a t ia n
Selam a ham pir 20 t ahun t erakhir, Angka Kem at ian Bayi ( AKB) m engalam i
penurunan sebesar 51,0 pada periode 1967- 1986. Tahun 1967 AKB adalah 145 per
1000 kelahiran, kem udian t urun m enj adi 109 per 1000 kelahiran pada t ahun 1976.
Selam a 9 t ahun t erj adi penurunan sebesar 24,8 persen at au rat a- rat a 2,8 persen per
t ahun. Berdasarkan SP90, AKB t ahun 1986 diperkirakan sebesar 71 per 1000
kelahiran yang m enunj ukan penurunan sebesar 34,9 persen selam a 10 t ahun
t erakhir at au 3,5 persen pert ahun ( Trend Mort alit as, 66) .
Sej alan dengan penurunan AKB, AHH m enunj ukan kenaikan. Pada t ahun
1971 AHH adalah 45,7 yang kem udian naik 6,5 t ahun m enj adi 52,2 pada SP80 dan
m engalam i kenaikan 7,6 m enj adi 59,8 pada SP90.
Masalah yang m uncul akibat t ingkat m ort alit as adalah :
1) Sem akin bert am bahnya Angka Harapan Hidup it u berart i perlu adanya peran
pem erint ah di dalam m enyediakan fasilit as penam pungan.
2) Perlunya perhat ian keluarga dan pem erint ah didalam penyediaan gizi yang
m em adai bagi anak- anak ( Balit a) .
3) Sebaliknya apabila t ingkat m ort alit as t inggi akan berdam pak t erhadap reput asi
I ndonesia dim at a dunia.
Pem ecahan m asalah angka kelahiran dan kem at ian :
a) Kelahiran
Angka kelahiran perlu dit ekan m elalui :
! Part isipasi wanit a dalam program KB.
b) Kem at ian
Angka kem at ian perlu dit ekan :
! Pelayanan kesehat an yang lebih baik
! Peningkat an gizi keluarga
! Peningkat an pendidikan ( Kesehat an Masyarakat )
4) Lapangan Kerj a
Penum pukan j um lah penduduk usia m uda at au produkt if m em erlukan persiapan
lapangan kerj a m asa m endat ang yang lebih luas. Hal ini m erupakan bom wakt u
pencari kerj a at au penyedia kerj a. Apabila t idak dipersiapkan SDMnya dan
lapangan kerj a akan berdam pak lebih buruk pada sem ua aspek kehidupan.
Alt ernat if Pem ecahan yang diperlukan :
( a) Pengendalian angka kelahiran m elalui KB.
( b) Peningkat an m asa pendidikan.
( c) Penundaaan usia perkawinan
D . M a sa la h Ke pe nduduk a n da n Angk a t a n Ke r j a .
Penduduk usia kerj a didefinisikan sebagai penduduk yang berum ur 10 t ahun
keat as. Mereka t erdiri dari angkat an kerj a dan bukan angkat an kerj a ( BPS :
1994,30) . Penduduk yang t ergolong angkat an kerj a dikenal dengan Tingkat
Part isipasi Angkat an Kerj a ( TPAK) .
TPAK m enurut um ur m engikut i pola huruf " U" t erbalik. Angkat an rendah pada
usia- usia m uda karena sekolah, kem udian naik sej alan kenaikan um ur sam pai
m encapai 25 - 29 t ahun, kem udian t urun secara perlahan pada um ur- um ur
berikut nya ( ant ara lain karena pensiun) .
Angka kesem pat an kerj a yang m erupakan pebandingan ant ara penduduk
yang bekerj a dengan angkat an kerj a pada t ahun 1993 cukup t inggi yait u sekit ar
97,2% . I ni berart i angka penganguran kurang lebih hanya 2,8 0/ 00 ( BPS: 1994,30) .
Berdasarkan hasil sensus t ahun 1994 j um lah TPAK sebesar 19.254.554
( Sensus PBS; 1990,417) sedangkan j um lah penduduk m encapai 179.247.283 j iwa
sehingga TPAK m eskipun m ungkin t erm asuk angkat an kerj a. Melihat rasio TPAK dan
Non TPAK t am paknya j auh t idak seim bang hal ini kem ungkinan dapat m enyebabkan
m asalah ant ara lain:
( a) Produkt ifit as yang dihasilkan oleh sebagian kecil m anusia kem ungkinan bisa
habis dikonsum si sebagian besar penduduk.
( b) Pendapat an perkapit a akan rendah sehingga berpengaruh pada sekt or ekonom i
m asyarakat .
Alt ernat if Pem ecahan Masalah :
( a) Penyediaan lapangan kerj a
( b) Peningkat an m ut u SDM m elalui pendidikan dan ket eram pilan.
G. M a sa la h Pe r k a w ina n da n Pe r ce r a ia n
Perkaw inan bukan m erupakan kom ponen yang langsung m em pengaruhi
pert um buhan penduduk akan t et api m em punyai pengaruh yang cukup besar
t erhadap fert ilit as, karena dengan adanya perkawinan dapat m eningkat kan angka
kelahiran. Sebaliknya perceraian adalah m erupalkan pengham bat t ingkat fert ilit as
karena dapat m enurunkan angka kelahiran.
Di I ndonesia st at us perkawinan ( kawin) m asih j auh lebih t inggi dibandingkan
dengan st at us perceraian hal ini dapat dilihat pada t abel berikut :
PEN UTUP
Dari uraian di at as dapat disim pulkan bahwa m enurut j um lah penduduknya,
I ndonesia t erm asuk negara yang besar dan m enduduki urut an t erbesar ke t iga di
ant ara negara- negara berkem bang set elah Gina dan I ndia.
Menurut hasil sensus penduduk t ahun 1990 penduduk I ndonesia berj um lah
179,4 j ut a j iwa. Jum lah t ersebut m eningkat sekit ar 1,98% per t ahunnya.
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk t ahun 1995 adalah 195,3 j ut a j iwa. Dari
kondisi sem acam ini t im bul berbagai m asalah kependudukan ant ara lain: Ket idak
m erat aan penyebaran penduduk di set iap Propinsi. Di I ndonesia berdasarkan SP
1990 kurang lebih 60% penduduk I ndonesia t inggal di Pulau Jawa yang luasnya
hanya 7% dari luas seluruh wilayah I ndonesia. Sebaliknya Kalim ant an yang
m em punyai luas 28 persen dari seluruh darat an I ndonesia hanya dihuni oleh lebih
kurang lebih 5% penduduk sehingga secara regional kepadat an penduduk sangat lah
t im pang.
Tingkat pendidikan penduduk yang bekerj a, t am pak m asih rendah di m ana
t ingkat pendidikan yang t erbanyak adalah SD, yait u 37,6% dari seluruh penduduk
yang bekerj a. Hal t ersebut m enyebabkan ket idakseim bangan ant ara perm int aan
akan t enaga kerj a dengan penawaran t enaga kerj a pada suat u t ingkat upah
t ert ent u. Pada t ahun 1993, dari sekit ar 1,2 j ut a orang yang t erdapat sebagal
PENCARI KERJA HANYA SEKI TAR 328.000 at au 27 % yang m em peroleh penem pat an.
D AFTAR PUSTAKA