Anda di halaman 1dari 2

Baghas Basyu Nondho

20311544
General Lecture
Sesi 1

Dalam sesi pertama pembicara Pa Arief Rahman, S.E., S.I.P., M.Com., P.h.D. menjelaskan
tentang apa saja yang bisa dipetik dari pandemi Covid-19, yaitu digitalisasi negara, bisnis dan
masyarakat. Beliau melanjutkan dengan mengatakan bahwa digitalisasi bisnis adalah integrasi
teknologi yang mengubah cara organisasi beroperasi di berbagai area, layanan, dan saluran,
dengan pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya. Krisis COVID-19 telah membawa
perubahan selama bertahun-tahun dalam cara perusahaan di semua sektor dan wilayah
menjalankan bisnis.

Mempromosikan cara kerja modern, dengan status pandemi sekarang juga para employers sangat
sensitif tentang potensi tanggung jawab jika orang sakit di tempat kerja. Tujuan kantor modern
harus mengantisipasi pengurangan jumlah staf di kantor pada satu waktu dan peningkatan dan
modifikasi desain jangka panjang yang menempatkan kebersihan di jantung perencanaan tempat
kerja.

Urgensi rencana kesinambungan, karena rencana pemulihan saja tidak cukup. Kontinuitas tidak
hanya mengatasi kegagalan sistem, tetapi juga kebutuhan untuk meningkatkan kinerja dalam
jangka pendek. Ketika bisnis menyadari kerentanan mereka, mereka mungkin mulai
merencanakan.

Pa Arief juga menjelaskan tentang pelaporan terintegrasi yang dilakukan setelah pandemi.
Banyak peneliti percaya bahwa pelaporan terintegrasi adalah masa depan pelaporan perusahaan.
Pelaporan terintegrasi mencerminkan pemikiran terintegrasi dalam suatu organisasi. Tujuan
utama dari laporan terintegrasi adalah untuk mengkomunikasikan kepada investor dan pemangku
kepentingan bagaimana perusahaan menciptakan, mempertahankan atau mengikis suatu nilai dari
waktu ke waktu. Saat ini pelaporan terintegrasi masih bersifat sukarela di sebagian besar negara.
Namun, kebutuhan yang lebih besar untuk mengungkapkan risiko dan tata kelola akan mengarah
pada kebutuhan untuk mengadopsi pelaporan terintegrasi.

Sesi 2

Dalam sesi kedua pembicara Pa Bagus Panuntun, S.E., M.B.A. menyampaikan tentang berbagai
informasi terkait tantangan MSME (UMKM) di saat pandemi. Dalam sisi keuangan modal
menjadi salah satu kendala dalam menjalankan bisnis. Para pelaku bisnis banyak bertujuan untuk
menggunakan uang pribadi sebagai modal usaha. Kemudian meminjam ke keluarga hingga
lembaga keuangan seperti bank. Namun, proses pinjaman ke pihak lain juga tidak mudah.
Beberapa sering bertabrakan dengan anggunan. Dengan kata lain, mereka tidak memiliki aset
sebagai jaminan.
Seiring berkembangnya teknologi, para pelaku UMKM kini bisa mendapatkan tambahan modal
melalui sistem fundraising atau pinjaman yang dihadirkan oleh fintech. Namun, peluang ini
seringkali tidak tercapai, mengingat beberapa fintech tidak mendapatkan data pendukung untuk
verifikasi pinjaman (track record penjualan, pinjaman, aktivitas digital, dan berbagai indikator
keuangan lainnya).

Covid-19 adalah katalis dalam mempercepat pergeseran ke media online. Jutaan UMKM lainnya
di Indonesia belum sepenuhnya memanfaatkan teknologi untuk mendukung usahanya. Pengguna
UMKM harus mengetahui platform yang cocok untuk memasarkan produk sesuai barang atau
jasa dari segi penjualan dan pemasaran. Mereka juga dibutuhkan untuk bisa membuat konten.
Namun, banyak pelaku UMKM yang masih kesulitan menggunakan teknologi untuk
mempromosikan produknya. Sedangkan saat menggunakan marketplace, pengguna harus
membayar lebih untuk menjangkau lebih banyak pengguna. Akibatnya, mereka harus bertahan
hidup dengan mencari saluran offline untuk menjual produk.

Dari perspektif manajerial & strategi bisnis, keterbatasan implementasi teknologi akan
menyebabkan hilangnya banyak peluang untuk optimasi data. Serta kehilangan kesempatan
untuk mendapatkan dukungan keuangan dari perusahaan teknologi. Rata-rata, UMKM di
Indonesia baru terpapar digital dan teknologi dalam tiga atau empat tahun terakhir. Percepatan
adopsi juga terjadi sejak pandemi. Bagi sebagian UMKM, keterpaparan mereka terhadap digital
masih terbatas. Beberapa dari mereka hanya mengenal e-commerce sebatas alat yang bisa
mendapatkan pelanggan secara online. Ini merupakan kekurangan eksposur pertama karena
sebagian dari mereka baru memulai sarana teknologi dari nol.

Sesi 3

Di sesi yang terakhir Pa Priyonggo Suseno, S.E., M.Sc., P.h.D. menjelaskan tentang adopsi
UMKM terhadap MUKM. Adapun peranan pemerintah dalam membantu pengintegrasian
teknologi terhadap para pelaku bisnis UMKM yaitu di bidang Investasi dan Keuangan,
Pengembangan sumber daya manusia, pengembangan rantai pasokan, dan perluasan bisnis serta
mitra pasar. Semua itu merupakan langkah yang harus dilakukan UMKM agar bisa terus
bertahan di lingkungan modern yang mengadaptasi teknologi serta di lingkungan pandemi yang
dimana pergerakan masyarakat terbatas.

Solusi dari pendigitalisasi UMKM juga seperti pendigitalan dalam bidang logistik, keuangan,
operasional, pemasaran, perluasan bisnis, legal, serta jaringan konsumen.

Anda mungkin juga menyukai