Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

ALAT UKUR DAN TEKNIK PENGUKURAN

“Judul Percobaan : Pengukuran Tahanan Beban dan Kesalahan Pengukuran”

Disusun Oleh :

Nama : Ira Palupi


NIM : 022000021
Tgl. Praktikum : 17 November 2021
Asisten : Toto Trikasjono, M.Kes
Kelompok :J
Teman kerja : 1. Elsinta NIM. 022000015

JURUSAN TEKNOFISIKA NUKLIR


PROGRAM STUDI ELEKTRONIKA INSTRUMENTASI
POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA
BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
2021
LAPAORAN HASIL PRAKTIKUM ALAT UKUR DAN TEKNIK PENGUKURAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Percobaan


Praktikum ini terdapat 2 jenis percobaan, di antaranya:
a. Percobaan 1 : Pengukuran Tahanan Beban dengan 2 Metode
b. Percobaan 2 : Kesalahan Pengukuran

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu :
a. Mahasiswa mampu menentukan tahanan beban dengan metode Voltmeter-
Amperemeter.
b. Mahasiswa mampu menentukan besar kesalahan relatif dalam pengukuran.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Penentuan Tahanan Beban

Ada beberapa cara untuk menentukan besarnya tahanan beban pada suatu rangkaian
listrik terpasang. Dalam percobaan ini akan digunakan metoda praktis yang banyak
dijumpai. Hubungan antara resistansi, tegangan dan arus ini telah diamati oleh George
Simon Ohm dan melahirkan Hukum Ohm, yaitu : Suatu benda dikatakan mempunyai
resistansi 1 Ohm jika padanya diberi tegangan 1 Volt akan memberikan arus 1
Amper. Bentuk dasar hukum ini secara matematis dituliskan sebagai berikut :

V=I.R (1)
V : tegangan dalam Volt (V)
I : arus dalam Amper (I)
R : resistansi dalam Ohm ()
Dalam praktek ada dua metoda pengukuran volt-ampermeter, tergantung pada
kondisi beban yang diukur. Metoda pertama adalah seperti pada gambar di bawah ini
I Ix
I
I

V Vx Rx

Gambar 1. Mengukur Rx yang berharga besar

Ix adalah arus yang terukur lewat beban Rx sedang tegangan V adalah tegangan
tota; Vx dan tegangan yang lewat ampermeter. Secara matematis dapat dirumuskan sbb:

V = Ix.Ri + Vx (2)
= Ix (Ri + Rx)
= Ix.Rx Ri (
Rx
+1 )
(
= Vx Ri
Rx
+1 )
Tegangan V = Vx jika Ri << Rx, sehingga metoda ini bagus jika dipakai pada
tahanan beban >> tahanan ampermeter. Sedangkan metoda kedua dapat digambarkan
sebagai berikut :

I Ix
I
Iv

E V Vx Rx

Gambar 2. Mengukur Rx yang berharga kecil

Tegangan V adalah tegangan yang terukur pada Rx, sedang arus yang
lewat/ditunjukkan ampermeter adalah arus yang lewat beban dan lewat voltmeter,
sehingga rumusnya :
I = Ix. + V (3)
Rv
= Ix + Ix. Rx
Rv
(
= Ix. 1 + Rx
Rv
)
Arus yang diukur ampermeter sama dengan arus yang lewat Rx (=Ix) jika Rx<<Rv

2.2 Penentuan Kesalahan Pengukuran

Dalam menentukan besaran-besaran listrik, maka diperlukan suatu alat ukur,


disamping metoda pengukuran yang tepat. Dengan memakai metoda pengukuran yang
sesuai akan didapat hasil pengukuran yang mendekati harga yang sebenarnya. Maka
harga/besaran kesalahan yang didapat akan menjadi kecil. Jadi dalam setiap pengukuran
diusahakan agar besar kesalahan seminimal mungkin.
Untuk mengetahui besar kealahan dalam pengukuran tegangan, maka lihatlah
gambar di bawah ini :

A
R
x
E R V R
y

B
Gambar 3. Pengukuran Tegangan
Tegangan sebenarnya sebelum dipasang voltmeter dapat dirumuskan (sebesar
tegangan AB):
Ry
Vab = E
Ry + Rx (4)
Sedangkan setelah dipasang alat ukur voltmeter, karena ada pengaruh Rm
(tahanan dalam) dari voltmeter maka rumus 5. Akan menjadi :
Ry // Rm
Vab = E (5)
Ry // Rm + Rx

Dari kedua persamaan di atas maka besar kesalahan relatif/nisbi dirumuskan


sebagai berikut :
Vab − V ab
R = x100%
Vab (6)

dimana :
Vab : besar tegangan sebelum dipasang voltmeter
V ab : besar tegangan setelah dipasang voltmeter

Untuk menghitung besar kesalahan dalam pengukuran arus kita lihat gambar di
bawah ini :
R

I R
E
R

Gambar 4. Pengukuran Arus

Arus sebenarnya sebelum dipasang ampermeter adalah :


E
I=
Rx + Ry (7)
Sedangkan arus hasil pengukuran besarnya adalah :
E
I= (8)
Rx + Ry + Rm
Sehingga besar kesalahan relatif dalam pengukuran arus tersebut adalah :
I −I
R = x100%
I
dimana : (9)
I = besar arus sebenarnya
I = besar arus hasil pengukuran
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

No Nama Alat/Bahan Jumlah Keterangan


1. Multimeter 2 2 buah multimeter digunakan untuk menentukan
nilai pengukuran tegangan dan arus, serta
tahanan.
2. Kabel Jumper dan 3-5 Kabel Jumper berfungsi untuk menghubungkan
penjepit komponen-komponen ke saluran alat ukur.
3. Power Supply DC 1 Sebagai sumber tegangan ketika melakukan
pengukuran rangkaian
4. Project Board 1 Sebagai papan untuk merangkai komponen
5. Resistor 3 Sebagai tahanan beban, dengan nilai 100 Ω, 10
KΩ, dan 100 KΩ.
6. Alat Tulis 1 Digunakan untuk mencatat hasil pengukuran ke
lembar sementara.
Tabel 1. Alat dan Bahan Percobaan

3.2 Langkah Kerja

3.2.1 Percobaan 1 : Pengukuran Tahanan Beban


a. Unit peraga dihubungkan seperti pada gambar 1 ataupun 2.
b. Pengukuran tegangan dan arus untuk beban Rx tertentu dengan variasi tegangan input
dari 3 Volt dampai 12 Volt dengan interval 1 Volt dilakukan.
c. Pada masing-masing metode percobaan dilakukan sampai 10 kali.

3.2.2 Percobaan 2 : Pengukuran Kesalahan Pengukuran


a. Rangkaian dihubungkan seperti pada gambar 3 dan gambar 4.
b. Rx dan Ry diukur dengan Ohmmeter atau multimeter.
c. Power Supply DC atau sumber tegangan DC dihidupkan, kemudian tegangan inputnya
divariasikan dari 5 Volt dengan interval tegangan 2,5 Volt sampai 10 kali.
d. Hasil penunjukkan voltmeter dan amperemeter pada data percobaan dicatat.
e. Langkah 1 sampai 4 dilakukan untuk pengukuran arus.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data


4.1.1 Percobaan 1 : Pengukuran Tahanan Beban

E 3 Volt 5 Volt 7 Volt 9 Volt 11 Volt


No.
Rx I (ma) I (ma) I (ma) I (ma) I (ma)
1. 100 ohm 25 45 60 80 100
2. 10 kOhm 0.425 0.525 0.75 0.975 1.05
3. 100 kohm 0.05 0.075 0.1 0.125 0.15
Tabel 2. Data Hasil Pengukuran Tahanan Beban Metode 1

E 3 Volt 5 Volt 7 Volt 9 Volt 11 Volt


No.
Rx I (ma) I (ma) I (ma) I (ma) I (ma)
1. 100 ohm 28 48 65 80 105
2. 10 kOhm 0.375 0.55 0.75 0.95 1.125
3. 100 kohm 0.75 0.1 0.15 0.2 0.25
Tabel 3. Data Hasil Pengukuran Tahanan Beban Metode 2

Catatan : Voltmeter SP 10 D dengan sesitivity pada skala max. 50 Volt adalah 10


KOhm/Volt Pada pengukuran Arus, tahanan dalam nya pada skala max 10 mA adalah 100
Ohm.
1/360 TRF = 20 KΩ/Volt

Selanjutnya, kami dapat menyatakan data hasil pengukuran di atas dalam bentuk grafik.
Grafik tersebut menyatakan hubungan Rx (Tahanan Dalam) dengan Arus atau Tegangan hasil
pengukuran pada 2 metode yang telah dilakukan, di antaranya :
Grafik Hubungan Rx dengan Arus dan Tegangan (Metode 1)

Grafik 1. Perbandingan Rx dan Grafik 2. Perbandingan Rx dan Arus


Tegangan
11 120
Tegangan (V)

9 100

Arus (mA)
7 80

5 60

3 40
100 10k 100k
Ohm Ohm Ohm 20
Rx (Ohm) Rx (Ohm) 100 Ohm

Grafik 3. Perbandingan Rx dan Arus Grafik 4. Perbandingan Rx dan Arus


0.2
1.3
0.16
1.1
Arus (mA)
Arus (mA)

0.12
0.9

0.7 0.08

0.5 0.04
0.3
0
Rx (Ohm) 10k Ohm
Rx (Ohm) 100k Ohm
Grafik Hubungan Rx dengan Arus dan Tegangan (Metode 2)

Grafik 5. Perbandingan Rx dan Grafik 6. Perbandingan Rx dan Arus


Tegangan
11 120
Tegangan (V)

9 100

Arus (mA)
7 80

5 60
3 40
100 10k 100k
Ohm Ohm Ohm 20
Rx (Ohm) Rx (Ohm) 100 Ohm

Grafik 7. Perbandingan Rx dan Arus Grafik 8. Perbandingan Rx dan Arus


0.2
1.3
0.16
1.1
Arus (mA)
Arus (mA)

0.12
0.9

0.7 0.08

0.5 0.04
0.3
0
Rx (Ohm) 10k Ohm
Rx (Ohm) 100k Ohm
4.1.2 Percobaan 2 : Kesalahan Pengukuran

No. E (Volt) VAB (Volt) V ab R (%)


1. 5 4.5 4.95 Volt 10 %
2. 7,5 7 7.425 Volt 6.07 %
3. 10 9 9.9 Volt 10 %
Tabel 4. Data Hasil Kesalahan Pengukuran dari Gambar 3

No. E (Volt) VAB (Volt) I R (%)


1. 5 0.5 0.49 mA 2%
2. 7,5 0.75 0.735 mA 2%
3. 10 1 0.98 mA 2%
Tabel 5. Data Hasil Kesalahan Pengukuran dari Gambar 4

Catatan : Voltmeter SP 10 D dengan sesitivity pada skala max. 50 Volt adalah 10


KOhm/Volt Pada pengukuran Arus, tahanan dalam nya pada skala max 10 mA adalah 100
Ohm.
1/360 TRF = 20 KΩ/Volt

Berdasarkan data hasil percobaan kesalahan pengukuran, dilakukan perhitungan nilai


tegangan dan arus dari persamaan teorinya, sehingga kedua nilai tersebut dapat dibandingkan
dan dicari presentase kesalahannya (error).

4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Besar Tegangan dan Nilai Kesalahannya ( Pers. 5-6)

Vab =
Ry // Rm Vab − V ab
E R = x100%
Ry // Rm + Rx Vab

Diketahui :
Rx = 100 Ω
Ry = 10 kΩ
Skala Voltmeter = 50 Volt, dengan input impedansi 20 kΩ/Volt (Lampiran)
Rm Arus = 100 Ω
Rm Tegangan = 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 𝐼𝑚𝑝𝑒𝑑𝑎𝑛𝑠𝑖 × 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎

= 20 kΩ/Volt × 50 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 1000 kΩ

Ditanya : V ab dan R (%)


Jawab :
Sebelum menentukan nilai V ab dan R (%), terlebih dahulu mencari nilai dari tahanan
yang diparalelkan, yaitu Ry // Rm tegangan.

𝑅𝑦 1 1 1010 kΩ 10000 kΩ
= + = = = 9.9kΩ
𝑅𝑚 10 kΩ 1000 kΩ 10000 kΩ 1010 kΩ

Untuk E = 5 Volt

9.9 kΩ
V ab = 9.9 kΩ + 0.1 kΩ
× 5 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 4.95 𝑉𝑜𝑙𝑡

4.5 Volt − 4.95 Volt


R (%) = | | × 100% = 10 %
4.5 Volt

Untuk E = 7.5 Volt

9.9 kΩ
V ab = 9.9 kΩ + 0.1 kΩ
× 7.5 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 7.425 𝑉𝑜𝑙𝑡

7 Volt − 7.425 Volt


R (%) = | | × 100% = 6.07 %
7 Volt

Untuk E = 10 Volt

9.9 kΩ
V ab = 9.9 kΩ + 0.1 kΩ
× 10 𝑉𝑜𝑙𝑡 = 9.9 𝑉𝑜𝑙𝑡

9 Volt − 9.9 Volt


R (%) = | | × 100% = 10 %
9 Volt

Dengan demikian, dari ketiga perhitungan data di atas, kami memperoleh rata-rata
nilai kesalahan relatif (R (%) sebesar 8.69 %.
4.2.2 Perhitungan Besar Arus dan Nilai Kesalahannya ( Pers. 8-9)

I=
E I −I
R = x100%
Rx + Ry + Rm I

Diketahui : Ditanya : I dan R (%)


Rx = 100 Ω
Ry = 10 kΩ
Rm Arus = 100 Ω

Jawab :

Untuk E = 5 Volt

5 Volt 5 Volt
I = 100 Ω + 0.1 kΩ+ 100 Ω
=
10.2 kΩ
= 0.49 𝑚𝐴

0.5 mA − 0.49 mA
R (%) = | | × 100% = 2 %
0.5 mA

Untuk E = 7.5 Volt

7.5 Volt 7.5 Volt


I = 100 Ω + 0.1 kΩ+ 100 Ω
=
10.2 kΩ
= 0.735 𝑚𝐴

0.75 mA − 0.735 mA
R (%) = | | × 100% = 2 %
0.75 mA

Untuk E = 10 Volt

10 Volt 10 Volt
I = 100 Ω + 0.1 kΩ+ 100 Ω
=
10.2 kΩ
= 0.98 𝑚𝐴

1 mA − 0.98 mA
R (%) = | | × 100% = 2 %
1 mA

Dengan demikian, dari ketiga perhitungan data di atas, kami memperoleh rata-rata nilai
kesalahan relatif (R (%) sebesar 2 %.
4.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini terdapat 2 percobaan, di antaranya percobaan pengukuran tahanan
beban dengan menggunakan metode voltmeter-amperemeter dan percobaan kesalahan
pengukuran.
Pada percobaan pertama dengan judul pengukuran tahanan beban metode voltmeter-
amperemeter dapat dijelaskan jika tegangan V antara ujung-ujung tahanan dan arus I mengalir
melalui tahanan tersebut diukur, maka tahanan yang tidak diketahui nilainya dapat ditentukan
berdasarkan Hukum Ohm. Dalam metode ini terbagi menjadi 2 cara atau langkah percobaan, yaitu
ketika voltmeter dipasang sebelum amperemeter (Gambar 1) dan ketika voltmeter dipasang setelah
amperemeter (Gambar 2)
Berdasarkan rangkaian pada Gambar 1, dapat diketahui bahwa tahanan Rx dihubungkan secara
seri dengan tahanan dalam amperemeter, kemudian arus yang disalurkan ke beban diukur oleh
amperemeter, sedangkan voltmeter mengukur tegangan sumber (E), sehingga untuk mendapatkan
tegangan beban, penurunan tegangan di dalam amperemeter harus dikurangi dari penunjukkan
voltmeter, misal dari 11 volt menjadi 9 volt, kemudian 7 volt, 5 volt, dan seterusnya sehingga
memperoleh data hasil pengukuran yang menunjukkan bahwa pada pengukuran arus, tahanan
dalam skala maksimal 10 mA adalah 100 Ω. Di mana, kami memperoleh data Rx lebih besar
dibandingkan dengan tahanan dalam amperemeter yaitu sebesar 100 Ω, 10 kΩ, dan 100 kΩ.
Dengan demikian, semakin besar nilai tegangan yang diberikan, maka besar nilai arus akan
semakin tinggi pula. Berbanding terbalik, ketika nilai tahanan semakin besar, maka kuat arus
listriknya akan semakin lemah atau kecil. Hasil ini sesuai dengan hubungan pada hukum Ohm,
dapat dilihat pada tabel 2. Oleh karena itu, kesalahan yang diakibatkan oleh penurunan tegangan
di dalam amperemeter dapat diabaikan dan tegangan sumber (E) atau tegangan total (V) nilainya
sangat mendekati dengan nilai tegangan yang melewati amperemeter (Vx). Oleh karena itu,
rangkaian pada gambar 1 merupakan metode yang tepat untuk pengukuran nilai-nilai tahanan
tinggi (High Resistance Values). Selanjutnya berdasarkan rangkaian pada Gambar 2, voltmeter
membaca tegangan beban atau tegangan yang lewat amperemeter (Vx) dan amperemeter membaca
arus sumber (I). Arus yang dialirkan ke voltmeter tidak begitu signifikan dalam memengaruhi arus
sumber, sehingga nilai arus yang terukur sangat mendekati dengan arus beban sebenarnya. Dengan
demikian, besarnya arus pada tegangan sumber € mendekati arus pada tahanan Rx, dan rangkaian
pada gambar 2 merupakan metode yang tepat untuk pengukuran nilai-nilai tahanan rendah (Low
Resistance Values).
Pada percobaan 2, dengan judul kesalahan pengukuran secara umum bertujuan untuk
mengetahui kesalahan relatif dalam suatu pengukuran. Kami melakukan 2 kali pengambilan data
yakni mengambil data pengukuran tegangan dan pengukuran arus. Berdasarkan hasil yang telah
diperoleh, selanjutnya dibandingkan dengan perhitungan secara teori atau setelah alat ukur
terpasang, kemudian ditentukan presentase kesalahannya. Setelah melakukan pengambilan data
pengukuran tegangan, dilanjutkan dengan menghitung tegangan yang ada sebelum voltmeter
dipasang pada rangkaian (Vab) dan setelah voltmeter dipasang pada rangkaian (V ab). Berdasarkan
data yang telah diperoleh, dapat diketahui bahwa nilai tegangan sebelum dipasang voltmeter
hasilnya lebih kecil dibandingkan setelah dipasang voltmeter. Kemudian, pada pengambilan data
pengukuran dan perhitungan arus, kami memperoleh nilai arus sebelum dipasang amperemeter
lebih besar dibandingkan nilai arus setelah dipasang amperemeter.
Meskipun perbedaan nilai tersebut tidak terlalu signifikan, namun hal ini disebabkan oleh
pemasangan tahanan dalam (Rm). Pemasangan Rm atau tahanan dalam bertujuan agar tahanan
dalam amperemeter semakin kecil, dan arus yang mengalir semakin besar.
Sedangkan untuk nilai kesalahan relatifnya dinyatakan dalam bentuk presentase, pada
pengukuran tegangan diperoleh rata-rata nilai kesalahan relatif sebesar 8.69 % sedangkan, pada
pengukuran arus diperoleh rata-rata nilai kesalahan relatif sebesar 2 %. Adanya kesalahan relative
dan perbedaan nilai antara data hasil pengukuran dengan data hasil perhitungan ini diakibatkan
karena adanya hambatan/tahanan dalam pada voltmeter maupun amperemeter yang digunakan
dalam percobaan serta kesalahan praktikan dalam kalibrasi alat ukur.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut;
a. Rangkaian pada Gambar 1 merupakan metode yang tepat untuk mengukur nilai-nilai tahanan
yang tinggi (High Resistance Values).
b. Rangkaian pada Gambar 2 merupakan metode yang tepat untuk mengukur nilai-nilai tahanan
yang rendah (Low Resistance Values).
c. Nilai kesalahan relatif dapat diabaikan jika nilainya sangat kecil, namun penyebab utama dari
perbedaan nilai pengukuran dan perhitungan tersebut dikarenakan adanya pemasangan tahanan
dalam pada voltmeter maupun amperemeter serta kesalahan praktikan dalam kalibrasi alat
ukur.

5.2 Saran
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, maka terdapat saran dalam pelaksanaan
praktikum sebagai berikut:
a. Untuk mengatasi kesalahan dalam pengukuran, perlu dilakukan pengecekan dan kalibrasi alat
ukur yang digunakan.
b. Sebelum merangkai, usahakan memahami petunjuk praktikum terlebih dahulu.
c. Untuk mengatasi kesalahan dan perbedaan nilai pengukuran dengan nilai perhitungan, akan
lebih baik jika dilakukan pengambilan data pengukuran beberapa kali dan mengolah nilai
dengan teknik statistik.

Yogyakarta, 23 November 2021


Dosen Pengampu

Toto Trikasjono, M.Kes Ira Palupi


NIP. 19601211 198103 1 005 NIM. 022000021
DAFTAR PUSTAKA

Sunardi, Joko.dkk, 2021. Petunjuk Praktikum Alat Ukur dan Teknik Pengukuran. Politeknik
Teknologi Nuklir Indonesia.

William. D. Cooper (1985: 72-73). Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran. Jakarta :
Erlangga.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai