Anda di halaman 1dari 57

I

2020
SEKAPUR SIRIH

Assamua’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kita sampaikan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala semoga kita dalam
menjalankan amanah masing-masing senantiasa mendapat rahmat dan ridhonya, sholawat dan salam
kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Solallahualaihi wassalam.
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur memiliki Fakultas Ilmu Kesehatan dan Farmasi,
Fakultas Sains Tekhnologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora serta Fakultas Pendidikan. Dalam
memenuhi kebutuhan pembelajaran UMKT mempunyai Laboratorium Terpadu untuk menunjang
pelaksanaan tridama perguruan tinggi, yang khususnya memfasilitasi pembelajaran keahlian
mahasiswa melalui praktikum, penelitian dan pengabdian masyarakat. Laboratorium terpadu
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur senantiasa mengikuti perkembangan issue terkini/up
date tentang ilmu pengetahuan yang dipelajari dan memfasilitasi kegiatan pembelajaran praktikum
sebaik mungkin melalui upaya menyiapkan laboran, alat-alat dan bahan serta panduan praktikum
sesuai dengan kebutuhan pada setiap kelompok keilmuan.
Pembelajaran praktikum membutuhkan Panduan Praktikum / modul agar praktikum dapat
dilakukan dengan tepat, efektif dan efisien. Modul ini secara prinsip berisi tentang acuan baku bagi
Dosen dan Mahasiswa dalam melaksanakan praktikum di laboratorium Univeristas Muhammadiyah
Kalimantan Timur. Dengan adanya Panduan Praktikum di Laboratorium Univeristas Muhammadiyah
Kalimantan Timur ini diharapkan mahasiswa dapat melakukan kegiatan praktikum dengan baik dan
benar.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian Panduan Praktikum / modul di Laboratorium Univeristas Muhammadiyah Kalimantan
Timur.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Kepala Laboratorium UMKT

Rini Ernawati .,S.Pd M.Kes


NIDN. 1102096902

2
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
Jl. Ir. H. Juanda No.15 Samarinda, Kampus 1 UMKT
Telp. (0541) 748511, Kode Wilayah 75124 Website : www.umkt.ac.id

TATA TERTIB PRAKTIK LABORATORIUM

A. KEWAJIBAN
1. Mahasiswa wajib mengontrak laboratorium dan mengisi silarium untuk peminjaman
alat yang akan digunakan ketika praktikum
2. Mengisi Silarium dilakukan maksimal 3 hari sebelum kegiatan praktikum dimulai
3. Setiap mahasiswa yang akan praktik harus memasuki laboratorium 15 menit
sebelum praktik.
4. Mahasiswa selama praktik harus menggunakan APD sesuai dengan per-
Laboratorium yang berlaku.
5. Mahasiswa wajib mengisi absensi ( daftar hadir )
6. Mahasiswa memperhatikan materi simulasi / praktek yang diberikan oleh dosen
pembimbing
7. Mahasiswa wajib mengisi log book pada saat sebelum dan sesudah menggunakan
alat ketika praktikum
8. Menjaga keamanan, kebersihan dan ketenangan selama dan sesudah praktik di
laboratorium
9. Wajib membersihkan dan merapikan alat kembali saat selesai praktikum.

B. HAK
1. Mahasiswa melakukan praktik laboratorium sesuai jadwal yang ditentukan
2. Jika diluar jadwal mahasiswa harus melapor kepada petugas laboratorium 1 hari
sebelum praktik dan mengisi peminjaman lab serta alat.
3. Mahasiswa berhak mendapatkan materi dari dosen pembimbing
4. Mahasiswa berhak meminjam dan memakai alat laboratorium untuk kepentingan
praktek belajar lapangan / magang sesuai ketentuan yang ada.

C. LARANGAN
1. Menggunakan sepatu didalam ruangan laboratorium
2. Makan, minum dan merokok selama kegiatan praktikum berlangsung
3. Duduk / berbaring di laboratorium
4. Membuat keributan dan membuang sampah sembarangan
5. Melanggar tata tertib laboratorium yang ada
6. Menggunakan Handphone saat praktik berlangsung

D. SANKSI
1. Mahasiswa/i yang melanggar kewajiban dan larangan diatas berhak dikeluarkan dari
laboratorium oleh dosen pembimbing
2. Apabila alat yang digunakan /dipinjam rusak, pecah, hilang maka mahasiswa/i yang
bersangkutan harus mengganti dengan jenis alat dan jumlah yang sama sesuai batas
waktu yang ditentukan
3. Keterlambatan dalam pengembalian alat yang dipinjam akan kena denda SBB:
Instrument alat Rp.10.000/ alat/hari
Baju/tenun Rp.5000/baju/tenun/hari

3
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
Jl. Ir. H. Juanda No.15 Samarinda, Kampus 1 UMKT
Telp. (0541) 748511, Kode Wilayah 75124 Website : www.umkt.ac.id

Kode : PROSEDUR Revisi :


LU/PM/LAB.01 00
PENCAPAIAN STANDAR PENGGUNAAN
Tgl Berlaku: Halaman :
26 Desember 2017 LABORATORIUM

BAGAN ALUR PENGGUNAAN LABORATORIUM

MULAI KONTRAK DOSEN MATA KULIAH


Ketua Prodi / Koordinator mata kuliah/ koord Lab membuat
perencanaan penggunaan jadwal praktikum Laboratorium
persemester dan mengajukan kepada UPT Laboratorium

Ka. UPT Laboratorium


PROSES 1. UPT Laboratorium menerima jadwal laboratorium yang telah
diajukan serta berkoordinasi dengan Laboran untuk
penggunaan Laboratorium.
2. UPT Laboratorium menyusun jadwal praktik sesuai jenis
laboratorium yang dibutuhkan, dan jadwal yang telah disusun
diserahkan kepada ka prodi/ Koord lab/ koord mata kuliah

PROSES Ka Prodi
Ketua prodi menyampaikan jadwal pembelajaran praktikum Lab
kepada masing-masing dosen dan mahasiswa

PELAKSANAAN Laboran, Dosen dan Mahasiswa


1. Laboran menyusun jadwal praktik disetiap ruang
labortorium sesuai dengan jenis praktikum
2. Laboran memberikan pelayanan untuk pembelajaran
praktikum sesuai jadwal
3. Mahasiswa dan Dosen Melakukan Praktikum Di
Laboratorium Sesuai dengan jadwal praktik

SELESAI Laboran
Laboran mengecek kondisi alat dan ruangan setelah praktikum
selesai

4
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
Jl. Ir. H. Juanda No.15 Samarinda, Kampus 1 UMKT
Telp. (0541) 748511, Kode Wilayah 75124 Website : www.umkt.ac.id

Kode : PROSEDUR Revisi :


LU/PM/LAB.02 00
PENCAPAIAN STANDAR KINERJA
Tgl Berlaku: PEMINJAMAN DAN PENGGUNAAN ALAT Halaman :
26 Desember 2017
LABORATORIUM

BAGAN ALUR PEMINJAMAN DAN PENGGUNAAN ALAT DI LABORATORIUM

MULAI MAHASISWA
Mengajukan peminjaman peralatan yang akan digunakan
menggunakan silarium

LABORAN
1. Menyetujui pengajuan peminjaman alat yang diajukan
PROSES oleh mahasiswa
2. laboran mengecek kesiapan kelayakan alat kemudian
Laboran menyerahkan alat kepada ketua /kelompok
mahasiswa Dosen penanggung jawab mengisi berita
acara praktikum

PELAKSANAAN DOSEN dan MAHASISWA


1. Dosen dan Mahasiswa menggunakan alat untuk kegiatan
praktikum
2. Mahasiswa membersihkan alat yang sudah digunakan
dan mengembalikan kepada laboran

SELESAI LABORAN
Laboran mengecek kelengkapan dan kondisi alat yang sudah
selesai digunakan

5
DAFTAR ISI

BAB I: PRAKTIKUM SISTEM PERNAPASAN (RESPIRASI)

Prosedur Tindakan Nebulizer ................................................................................... 9

Prosedur Tindakan Suction .............................................................................................. 12

Prosedur Tindakan Fisio Terapi dada dan Batuk Efektif..................................................... 16

Prosedur Tindakan Perawatan WSD (Water Seal Drainage)............................................. 20

Prosedur Tindakan Perawatan Trakeostomy...................................................................... 24

BAB II: KEGIATAN PRAKTIKUM SISTEM KARDIOVASKULER

Prosedur Tindakan Pemasangan Elektrokardiografi (EKG)................................................ 30

BAB III: KEGIATAN PRAKTIKUM SISTEM PENCERNAAN (GASTROINTESTINAL)

Prosedur Tindakan Perawatan Kolostomi........................................................................... 37

BAB IV : KEGIATAN PRAKTIKUM SISTEM PERSEPSI SENSORI

Prosedur Tindakan Pemberian obat Tetes Mata................................................................ 42

Prosedur Tindakan Pemberian obat Tetes Mata................................................................ 46

BAB V : KEGIATAN PRAKTIKUM SISTEM HEMATOLOGI

Prosedur Tindakan Rumple Leed Test............................................................................... 53

6
BAB I
PRAKTIKUM SISTEM PERNAPASAN (RESPIRASI)

sistem respirasi secara garis besar terdiri dari bagian konduksi yang terdiri dari
cavum nasi, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminal; dan
bagian respirasi (tempat terjadi pertukaran gas) yang terdiri dari bronkiolus respiratorius,
duktus alveolar, dan alveoli. Menurut klasifikasi berdasarkan saluran napas atas dan bawah,
saluran napas atas terbatas hingga faring sedangkan saluran napas bawah dimulai dari
laring, trakea, bronkus dan berakhir di paru.
Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara bergantian, teratur, berirama dan
terus menerus. Bernapas merupakan gerak reflek yang terjadi pada otot-otot pernapasan.
Reflek bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum
penyambung (medulla oblongata). Oleh karena itu seseorang dapat menahan,
memperlambat atau mempercepat napasnya, ini berarti bahwa reflek napas juga di bawah
pengaruh korteks serebri. Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar
karbondioksida dalam darah dan kekurangan oksigen dalam darah.
Mekanisme terjadinya pernapasan terbagi dua yaitu:
1. Inspirasi
Sebelum menarik napas / inspirasi kedudukan diafragma melengkung ke arah
rongga dada, dan otot-otot dalam keadaan mengendur. Bila otot diafragma
berkontraksi, maka diafragma akan mendatar. Pada waktu inspirasi maksimum, otot
antar tulang rusuk berkontraksi sehingga tulang rusuk terangkat. Keadaan ini
menambah besarnya rongga dada. Mendatarnya diafragma dan terangkatnya tulang
rusuk, menyebabkan rongga dada bertambah besar, diikuti mengembangnya paru-
paru, sehingga udara luar melalui hidung, melalui batang tenggorok (bronkus),
kemudian masuk ke paru-paru.
2. Ekspirasi
Ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk
menurunkan intratorakal. Proses ekspirasi terjadi apabila otot antar tulang rusuk dan
otot diafragma mengendur, maka diafragma akan melengkung ke arah rongga dada
lagi, dan tulang rusuk akan kembali ke posisi semula. Kedua hal tersebut
menyebabkan rongga dada mengecil, sehingga udara dalam paru-paru terdorong ke
luar. Inilah yang disebut mekanisme ekspirasi.
Proses pertukaran gas adalah proses masuknya oksigen keluarnya karbon dioksida dalam
alveolus. Pertukaran gas dalam alveolus adalah sebagai berikut :

7
Pada waktu kita bernapas, udara masuk masuk melalui saluran pernapasan dan akhirnya
masuk ke dalam alveolus dalam paru-paru. Oksigen yang terdapat dalam alveolus berdifusi
menembus dinding alveolus, kemudian menembus dinding kapiler darah yang mengelilingi
alveolus. Dan terakhir masuk ke dalam pembuluh darah menjadi oksihemoglobin,
selanjutnya diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.
Oksigen dilepaskan ke dalam sel-sel tubuh sehingga oksihemoglobin kembali
menjadi hemoglobin. Oksigen digunakan untuk oksidasi (pernapasan sel). Karbon dioksida
yang dihasilkan dari pernapasan sel diangkut oleh darah melalui pembuluh darah yang
akhirnya sampai pada alviolus. Setelah menembus dinding pembuluh darah dan dinding
alveolus, karbon dioksida masuk ke dalam alveolus. Dari alveolus, karbon dioksida
dikeluarkan melalui saluran pernapasan pada waktu kita mengeluarkan bapas yang akhirnya
karbon dioksida keluar dari tubuh melalui hidung.
Besarnya volume udara pernapasan bermacam-macam bergantung dari :
1. besar kecilnya paru-paru.
2. kekuatan bernapas.
3. cara bernapas.
Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan pernapasan biasa disebut
udara pernapasan atau udara tidal. Volume udara pernapasan pada orang dewasa lebih
kurang 500 ml. Setelah melakukan inspirasi biasa, kita masih bisa menarik napas sedalam-
dalamnya. Udara yang masuk ke paru-paru setelah mengadakan inspirasi biasa disebut
udara komplementer. Udara komplementer pada orang dewasa volumenya lebih kurang
1.500 ml. Demikian juga setelah melakukan ekspirasi biasa, kita masih dapat mengeluarkan
udara dari dalam paru-paru dengan menghembuskan napas sekuat-kuatnya. Udara yang
dapat dikeluarkan dari dalam paru-paru setelah ekspirasi disebut udara suplementer.
Volume udara suplementer pada orang dewasa lebih kurang 1.500 ml. Meskipun kita
mengeluarkan napas dari paru-paru dengan sekuat-kuatnya ternyata dalam paru-paru masih
ada udara, yang disebut udara residu. Volume udara residu lebih kurang 1.500 ml. Jumlah
volume udara pernapasan, udara komplementer, dan udara suplementer disebut kapasitas
vital paru-paru.

8
SOP TINDAKAN NEBULIZER

Tujuan umum

Mahasiswa mampu melakukan nebulizer dengan benar

Tujuan Khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan tujuan nebulizer
2. Menjelaskan tahapan prosedur nebulizer
3. Menerapkan nebulizer secara benar

Pengertian
Pemberian obat secara langsung dengan menghisap uap yang mengandung obat (misalnya
bronkhodilator) melalui saluran pernafasan bagian atas ke paru-paru

Tujuan Nebulizer
1. Mengeluarkan dahak/sesak pada klien
2. Memberikan kenyamanan pada klien

Nama Mahasiswa:
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Baca status klien

2 Pantau frekuensi pernafasan klien

3 Auskultasi suara nafas klien

4 Diagnosa keperawatan yang sesuai:

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan


obstruksi mucus dalam jumlah berlebihan

Fase pre interaksi

5 Mencuci tangan

6 Mempersiapkan alat
 Mesin nebulizer

9
 Cairan steril
 Obat sesuai advis
 Bengkok
Fase Orientasi

7 Memberi salam dan menyapa nama klien

8 Memperkenalkan diri

9 Melakukan kontrak

10 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

11 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan

12 Mendekatkan alat-alat

Fase Kerja

13 Menanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada


klien

14 Membaca basmalah

15 Memasang tirai/penutup

16 Mengatur posisi klien, berikan posisi fowler/semi fowler

17 Membuka skrup nebulizer kemudian memeriksa tempat


penyulingan air di mangkok nebulizer

18 Mengisi cairan steril dan obat yang digunakan

19 Menyetel tombol percampuran udara kemudian tarik keluar


hingga mencapai 100% oksigen dan dorong kembali hingga
udara bercampur

20 Memasangkan mouth piece/sungkup pada pasien

21 Mengatur pengontrol tekanan (dibagian tengah depan mesin),


putar kontrol penekan searah jarum jam sampai dibaca
ukurannya untuk menekan

22 Periksa sampai puncak tekanan tombol hingga terbuka


sempurna (posisi maksimal)

23 Atur tombol pengatur nebulizer hingga mencapai yang baik

Fase Terminasi

24 Membaca hamdalah

25 Mengevaluasi respon klien

26 Memberi reinforcement positif

27 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

10
28 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca
doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau
maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain
engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak
meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap
salam pada pasien.

29 Merapikan alat

30 Mencuci tangan

Evaluasi

31 Evaluasi adanya tanda-tanda sesak

32 Evaluasi respon klien

Dokumentasi

33 Catat waktu pelaksanaan

34 Catat obat yang digunakan pada klien

Keterangan :
Tidak = 0 Ya = 1
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji

..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

11
SOP TINDAKAN SUCTION

Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan tindakan suction dengan benar

Tujuan khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan tujuan suction
2. Menjelaskan tahapan prosedur suction
3. Menerapkan suction secara benar

Pengertian

Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak mampu mengeluarkan
sekret pada jalan nafasnya secara mandiri.

Tujuan

1. Membersihkan jalan napas


2. Memenuhi kebutuhan oksigenasi
Nama Mahasiswa :

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Baca status klien

2 Kaji suara nafas karena adanya penumpukkan sekret

3 Pantau frekuensi pernafasan klien

4 Diagnosa keperawatan yang sesuai:

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan


obstruksi mucus dalam jumlah berlebihan

Fase pre interaksi

5 Mencuci tangan

6 Mempersiapkan alat

 Alat pengisap lendir dengan botol berisi larutan


desinfektan
 Kateter pengisap lendir steril sesuai usia

12
 Pinset steril
 Sarung tangan steril
 Dua kom berisi larutan aquadest atau NaCl 0,9% dan
larutan desinfektan
 Kassa steril
 Kertas tissue
 Stetoskop
Fase Orientasi

7 Memberi salam dan menyapa nama klien

8 Memperkenalkan diri

9 Melakukan kontrak

10 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

11 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan

12 Mendekatkan alat-alat

Fase Kerja

13 Menanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada


klien

14 Membaca “Basmallah” dan menjaga privasi klien

15 Tempatkan pasien pada posisi terlentang dengan kepala miring


ke arah perawat

16 Gunakan sarung tangan

17 Hubungkan kateter pengisap (sesuai ukuran) dengan selang alat


pengisap

18 Mesin pengisap dihidupkan

19 Lakukan pengisapan lendir dengan memasukkan kateter


pengisap ke dalam kom berisi aquadest/NaCl 0,9% untuk
mempertahankan tingkat kesterilan (asepsis)

20 Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak menghisap

21 Gunakan alat pengisap dengan tekanan:

- Untuk dewasa 110-150 mmHg


- Untuk anak-anak 95-110 mmHg
- Untuk bayi 50-95 mmHg
22 Tarik dengan memutar kateter pengisap tidak lebih dari 15
detik

23 Bilas kateter dengan aquadest/NaCl 0,9%

24 Lakukan pengisapan antara pengisapan pertama dengan


pengisapan berikutnya, minta pasien untuk bernafas dalam dan

13
batuk. Apabila pasien mengalami distress pernafasan biarkan
istirahat 20-30 detik sebelum melakukan pengisapan berikutnya

25 Kembalikan klien ke posisi semula

Fase Terminasi

26 Membaca hamdalah

27 Mengevaluasi respon klien

28 Memberi reinforcement positif

29 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

30 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca


doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau
maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain
engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak
meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap
salam pada pasien.

31 Merapikan alat

32 Mencuci tangan

Evaluasi

33 Evaluasi jumlah, konsistensi, bau dan warna sekret

34 Evaluasi respon klien

Dokumentasi

35 Catat waktu pelaksanaan

36 Catat obat yang digunakan pada klien

Keterangan :
Tidak = 0 Ya = 1
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji

14
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
........
Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

15
SOP TINDAKAN FISIOTERAPI DADA DAN BATUK EFEKTIF

Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan tindakan fisioterapi dada dengan benar

Tujuan khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:


4. Menjelaskan tujuan fisioterapi dada
5. Menjelaskan tahapan prosedur fisioterapi dada
6. Menerapkan fisioterapi dada secara benar

Pengertian

Suatu tindakan keperawatan dengan melakukan drainase postural, clapping, dan vibrating pada
pasien dengan gangguan sistem pernapasan (mis. PPOK, Bronkitis Kronis, Asma, Emfisema) yang
dilakukan untuk mengeluarkan sekret pada organ pernafasan.

Tujuan

1. Mengeluarkan dahak pada klien


2. Memberikan kenyamanan pada klien

Nama Mahasiswa :

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Melakukan pengecekan program terapi

2 Tanyakan kapan terakhir klien makan

3 Kaji adanya kelainan pada thorak

4 Kaji adanya tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial

5 Kaji status klien

6 Diagnosa keperawatan yang sesuai:

bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan


dengan obstruksi mukus dalma jumlah berlebih

16
Fase pre interaksi

7 Mencuci tangan

8 Mempersiapkan alat

 Stetoskop
 Bengkok
 Tissue
 Perlak dan pengalas
 Handscoon 1 pasang
 Pot sputum berisi desinfektan
 Masker
 Bantal (2-3 buah)
 Air minum hangat
Fase Orientasi

9 Memberi salam dan menyapa nama klien

10 Memperkenalkan diri

11 Melakukan kontrak

12 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

13 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan

14 Mendekatkan alat-alat

Fase Kerja

15 Membaca basmalah dan menjaga privasi klien

16 Memasang APD

17 Melakukan pemeriksaan auskultasi untuk memastikan letak


penumpukan sputum

18 Menganjurkan pasien untuk minum air hangat

19 Menganjurkan klien melakukan pernafasan diafragma

20 Mengatur posisi klien sesuai dengan lokasi penumpukan


sekret*

a. Posisi pengaliran segmen apikal lobus atas klien posisi


fowler, penepukan pada area antara klavikula dan skapula
b. Posisi pengaliran lobus paru atas belakang, klien duduk
membungkuk ditopang 2 bantal pada dada depan.
Penepukan pada punggung atas kanan atau kiri
c. Posisi pengaliran segmen lateral dan median lobus tengah
klien, posisi sims, tepuk pada dada samping
d. Posisi pengaliran lobus bawah depan , klien posisi
trendenberg terlentang tepuk pada bagian bawah dada
depan kanan dan atau kiri
e. Posisi pengaliran lobus bawah belakang, klien posisi

17
trendenberg tengkurap, tepuk pada bagian punggung kanan
dan kiri dari bawah skapula sampai punggung tengah
f. Posisi pengaliran segmen anterior dari lobus atas, klien
posisi supinasi dengan lutut fleksi, perkusi dan vibrasi antara
klavikula dan nipples
21 Memasang perlak dan pot sputum di dekat klien

22 Melakukan clapping dengan cara menepuk daerah yang dituju


(lakukan clapping selama 1-3 menit)*

23 Melanjutkan dengan vibrasi sesuai area penepukan (2-3


pernafasan) saat klien ekspirasi *

24 Memberikan kesempatan klien untuk istirahat sejenak

25 Meminta pasien untuk batuk efektif (meminta klien menarik


nafas melalui hidung dan mengeluarkan melalui mulut seperti
meniup lilin sebanyak 3 kali dan ke 4 kalinya klien
membatukkan sekuatnya dan membuang dahak ke pot sputum)

26 Menawarkan oral hygiene

27 Melakukan pemeriksaan auskultasi perubahan pada suara nafas

Fase Terminasi

28 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman

29 Mengumpulkan dan membersihkan alat

30 Melepaskan sarung tangan & mencuci tangan

31 Membaca hamdalah

32 Mengevaluasi respon klien

33 Memberi reinforcement positif

34 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

35 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca


doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau
maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain
engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak
meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap
salam pada pasien.

18
Evaluasi

36 Evaluasi suara nafas untuk menentukan keberhasilan tindakan

37 Evaluasi respon klien

Dokumentasi

38 Karakteristik (warna, jumlah) sputum

39 Lokasi sputum

40 Bunyi dan frekuensi pernafasan

Keterangan :
Tidak = 0 Ya = 1
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
........
Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

19
SOP TINDAKAN PERAWATAN WSD

Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan tindakan perawatan WSD

Tujuan khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan tujuan Perawatan WSD
2. Menjelaskan tahapan prosedur Perawatan WSD
3. Menerapkan Perawatan WSD secara benar

Pengertian
Water Seal Drainage ( WSD ) merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan berupa
darah atau pus dari rongga pleura , rongga thorax, dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung
untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut.

Tujuan
Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
1. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
2. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
3. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
4. Mengembalikan fungsi paru yaitu “mechanis of breathing”

Nama Mahasiswa :

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Memeriksa kembali instruksi dokter

2 Mengecek inform consent

3 Mengkaji status pasien; TTV dan status pernafasan

4 Diagnosa keperawatan yang sesuai:

bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan


obstruksi mukus dalma jumlah berlebih

Fase pre interaksi

5 Mencuci tangan

6 Mempersiapkan alat

20
1. Trolly dressing
2. Botol WSD berisi larutan bethadin yang telah diencerkan
dengan NaCl 0,9% dan ujung selang terendam sepanjang 2 cm.
3. Kasa steril dalam tromol.
4. Pinset
5. Korentang
6. Plester
7. Gunting
8. Alkohol 70%
9. Bethadin 10%
10. Handscoon steril
11. Bengkok

Fase Orientasi

7 Memberi salam dan menyapa nama klien

8 Memperkenalkan diri

9 Melakukan kontrak

10 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

11 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan

12 Mendekatkan alat-alat

Fase Kerja

13 Membaca basmalah dan menjaga privasi klien

14 Cuci tangan lalu gunakan handscoon


15 Buka set bedah minor steril.
16 Buka balutan dengan menggunakan pinset secara
hati-hati, balutan kotor dimasukkan ke dalam bengkok
17 Disinfeksi luka dan selang dengan bethadin 10%
kemudian dengan alkohol 70%
18 Tutup luka dengan kassa steril yang sudah dipotong
tengahnya kemudian diplester
19
Klem selang WSD
20 Lepaskan sambungan antara selang WSD dengan selang
botol

21 Bersihkan ujung selang WSD dengan alkohol 70%,


kemudian hubungkan dengan selang penyambung botol
WSD yang baru

22 Buka klem selang WSD

21
23 Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan bimbing
pasien cara batuk efektif

24 Latih dan ajurkan pasien untuk secara rutin 2-3 kali sehari
melakukan latihan gerak pada persendian bahu daerah
pemasangan WSD

25 Rapikan pakaian pasien dan lingkungannya.

26 Bantu pasien dalam mendapatkan posisi yang nyaman.

27 Bersihkan alat-alat dan botol WSD yang kotor, kemudian


sterilisasi kembali.

28 Buka handscoon dan cuci tangan.

Fase Terminasi

29 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman

30 Mengumpulkan dan membersihkan alat

31 Melepaskan sarung tangan & mencuci tangan

32 Membaca hamdalah

33 Mengevaluasi respon klien

34 Memberi reinforcement positif

35 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

36 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca


doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau
maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain
engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak
meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap
salam pada pasien.

Evaluasi

37 Evaluasi suara nafas untuk menentukan keberhasilan tindakan

38 Evaluasi respon klien

Dokumentasi

39 Karakteristik (warna, jumlah) dan keadaan luka

22
40 Lokasi

41 Bunyi dan frekuensi pernafasan

Keterangan :
Tidak = 0 Ya = 1
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
........
Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

23
SOP TINDAKAN PERAWATAN TRAKEOSTOMI

Tujuan umum

Mahasiswa mampu melakukan Perawatan Trakeostomi

Tujuan Khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan tujuan Perawatan Trakeostomi
2. Menjelaskan tahapan Perawatan Trakeostomi
3. Menerapkan Perawatan Trakeostomi secara benar

Pengertian
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk
mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan
nafas bagian atas
Tujuan
1. Mencegah obstruksi jalan nafas
2. Sarana untuk mengangkat sekret
3. Meningkatkan kerja paru
4. Mencegah infeksi
5. Mencegah kerusakan integritas kulit sekitar trakeostom

Nama Mahasiswa:
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Baca status klien

2 Pantau frekuensi pernafasan klien

3 Auskultasi suara nafas klien

4 Diagnosa keperawatan yang sesuai:

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan


obstruksi mucus dalam jumlah berlebihan

Fase pre interaksi

5 Mencuci tangan

24
6 Mempersiapkan alat
1. Tali pengikat trakeostomi
2. Kom/mangkuk steril, cairan Nacl, Hydrogen Peroksida
(H202), spuit 10cc.
3. Stetoskop
4. Suction set
5. Set ganti balut steril
6. 1 pasang handscoen bersih dan 2 pasang handscoen
steril
7. Kapas apus (swab), alkohol 70%
8. Nierbeken/bengkok, plester, dan gunting
9. sikat pembersih
10. Handuk, perlak, dan kantung plastik
11. Tromol kasa, kaca mata pelindung, masker,
gaun/ skort (kalau perlu)
6 Persiapan Pasien
Memberikan posisi semi fowler
Fase Orientasi

7 Memberi salam dan menyapa nama klien

8 Memperkenalkan diri

9 Melakukan kontrak

10 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

11 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan

12 Mendekatkan alat-alat

Fase Kerja

13 Membaca basmalah

14 Memasang tirai/penutup

15 Mencuci tangan dan memakai handscoen bersih


16 Membuka set peralatan dan bungkus alat-alat yang
dibutuhkan untuk pembersihan trakeostomi.
a. Meletakkan perlak paling bawah
b. Mengatur mangkuk steril kedua dekat, jangan
menyentuh bagian dalam mangkuk
c.Tuangkan 50 ml hidrogen peroksida ke
mangkuk, jangan sampai menetes ke perlak
d.Membuka sikat steril dan letakkan disebelah
mangkuk yang berisi hidrgen peroksida
e.Membuka sikat steril dan letakkan disebelah
mangkuk yang berisi hidrogen peroksida
f. Membuka bungkusan kasa, tuangkan hidrogen
peroksida diatas kasa pertama, dan normal salin
pada kasa kedua, sedangkan kasa ketiga
dibiarkan kering.
g. Jika trakeostomi menggunakan kanule dalam

25
sekali pakai ( disposible), buka bungkusnya sehingga
dapat dengan mudah diambil. Pertahankan sterilisasi
kanule dalam
h. Menentukan panjang tali pengikat trakeostomi yang
diperlukan dengan menggandakan lingkar leher dan
menambah 5 cm dan gntung tali pada panjang
tersebut.

17 Melakukan prosedur penghisapan. Pastikan telah


mengguanakan skort, kaca mata pelindung, dan
handscoen steril

18 Melepaskan handscoen yang sudah basah dan kenakan


handscoen steril yang baru. Pertahankan agar tangan
dominan tetap steril sepanjang prosedur dilakukan.

19 Membersihkan kanule dalam

20 Mengganti kanule dalam sekali pakai ( disposible inner-


canule)
a. Buka dan lepaskan kanul dalam dengan
menggunakan tangan yang tidak dominan dengan hati-
hati
b. Lakukan teknik penghisapan dengan teknik steril (jika
diperlukan)
c. Mengeluarkan kanul dalam baru steril dari bungkusnya
dan siramkan normal salin steril pada kanul baru
tersebut. biarkan normla salin menetes dari kanul
dalam.
d. Memasang kanul dalam dengan hati-hati dan cermat
dan kunci kembali agar tetap pada tempatnya
e. Menghubungkan kembali klien dengan sumber
oksigen

21 a. Lepaskan kanule dalam menggunakan tangan


tidak dominan dan masukkan kanule tersebut ke
dalam mangkuk berisi hidrogen peroksida
b. Membersihkan kanule dalam dengan menggunakan
sikat (tangan dominan memegang sikat dan tangan
yang tidak dominan memegang kanul).
c. Memegang kanula diatas mangkuk yang berisi
hidrogen peroksida dan tuangkan normal saline pada
kanula sampai semua bagian kanula terbilas dengan
baik. Biarkan normal saline menetes dari kanule
dalam.
d. Memasang kembali kanule dalam dan kunci
e. Hubungkan kembali klien ke sumber oksigen

22 Membersihkan bagian luar/sekitar kanula dan kulit


sekitarnya dengan menggunakan hidrogen peroksida, lalu

26
bilas dengan Nacl dan keringkan dengan kasa

23 Mengganti tali pengikat trakeostomi:


a. Membiarkan tali yang lama tetap pada
tempatnya sementara memasang tali yang baru
b. Menyisipkan tali yang baru pada salah satu
sisi faceplate. Melingkarkan kedua ujung bebasnya
mengelilingi bagian belakang leher klien ke sisi
lainnya faceplate dan ikat dengan kuat tetapi tidak
ketat. Gunting tali trakeostomi yang lama.

24 Memasang kasa mengelilingi kanul luar dibawah tali


pengikat dan faceplate. Periksa kembali untuk memastikan
bahwa tali pengikat tidak terlalu ketat tetapi pipa
trakeostomi tertahan dengan aman pada tempatnya.
25 Mengempiskan dan mengembangkan balon (cuff) pipa
trakeostomi:
a. memakai hanscoen
b. jika terdapat klem pada pipa cuff lepaskan klemnya
dan sambungkan dengan spuit
c. meminta klien menghirup nafas dalam (biasanya 5cc).
Amati kesulitan bernafas

26 Mengatur kembali posisi klien, memasang pengaman


tempat tidur dan atur kembali ketinggian tempat tidur.

27 Melepaskan handscoen dan mencuci tangan

Fase Terminasi

28 Membaca hamdalah

29 Mengevaluasi respon klien

30 Memberi reinforcement positif

31 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

32 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca


doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau
maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain
engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak
meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap
salam pada pasien.

27
33 Merapikan alat

34 Mencuci tangan

Evaluasi

35 Evaluasi adanya tanda-tanda sesak dan tanda-tanda vital

36 Evaluasi respon klien

Dokumentasi

37 Catat waktu pelaksanaan

38 Catat obat yang digunakan pada klien

Keterangan :
Tidak = 0 Ya = 1
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji

..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
........

Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

28
BAB II
PRAKTIKUM SISTEM KARDIOVASKULER

Sistem kardiovaskuler yaitu suatu sistem yang secara umum berperan


mengedarkan darah keseluruh tubuh, sekaligus membawa oksigen dan zat gizi ke
semua jaringan tubuh serta mengangkut semua zat buangan. Sistem kardiovaskuler
terdiri dari jantung dan pembuluh darah. Jantung adalah pompa otot beruang empat
yang mendorong darah mengelilingi sirkulasi. Sistem vaskuler atau pembuluh darah
terdiri dari arteri yang membawa darah dari jantung ke jaringan, kapiler berdinding
tipis yang memungkinkan difusi gas dan zat metabolik, dan vena serta venula yang
mengembalikan darah ke jantung.
Fungsi Sistem Kardiovaskuler
Secara umum sistem kardiovaskuler memiliki fungsi:
1. Mengangkut nutrisi, oksigen dan hormon ke seluruh tubuh dan melepaskan
limbah metabolik (karbon dioksida, limbah nitrogen)
2. Perlindungan tubuh oleh sel darah putih, antibodi dan protein komplemen yang
beredar dalam darah dan mempertahankan tubuh terhadap mikroba asing dan
toksin. Mekanisme pembekuan juga turut serta melindungi tubuh dari kehilangan
darah setelah cedera
3. Pengaturan suhu tubuh, pH cairan dan kadar air sel
4. Bagaimanapun sistem kardiovaskuler, memerlukan fungsi kooperatif sistem lain
untuk mempertahankan komposisi darah dan sebagainya untuk melestarikan
homeostasis intraseluler. Misalnya, pencernaan dan organ ekskretori yang
berperan dalam menjaga konstitusi homeostasis darah, saraf otonom, sistem
endokrin, sistem koordinat kardiovaskuler, serta fungsi lainnya.

29
SOP TINDAKAN PEMASANGAN ELEKTRO KARDIOGRAFI
(EKG)

Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan pemasangan EKG dengan benar

Tujuan khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan tujuan pemasangan EKG


2. Menjelaskan tahapan prosedur pemasangan EKG
3. Menerapkan pemasangan EKG secara benar.
Pengertian

Merupakan salah satu bentuk pemeriksaan laboratorium yang dapat membantu dalam menegakkan
diagnosis penyakit jantung.

Tujuan Pemasangan EKG


1. Menentukan kelainan irama jantung (disritmia)
2. Menentukan kelainan miokard (iskemik, injuri, atau infark miokardium)
3. Menentukan hipertrofi otot jantung (hipertrofi otot atrium dan hipertrofi otot ventrikel)
4. Melihat efek obat-obatan terutama efek digitalis dan anti-aritmia
5. Melihat efek gangguan keseimbangan elektrolit khususnya kalium
6. Untuk menilai fungsi pacu jantung pada pasien-pasien yang terpasang pacu jantung

Nama Mahasiswa :

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Kaji obat-obatan yang mempengaruhi kerja jantung atau


pembuluh darah

2 Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kerja jantung:


aktivitas berat, stress emosional, nyeri dan merokok sebelum
pengukuran

3 Kaji lokasi pemeriksaan

4 Diagnosa keperawatan yang sesuai:

 Penurunan Curah Jantung/ Cardiac Output

Fase pre interaksi

30
5 Mencuci tangan

6 Mempersiapkan alat

 Mesin EKG
 Plat elektroda
 Jelly elektroda
 Kertas EKG (siap pada alat EKG)
 Kertas tissue
 Alat tulis
 Sarung tangan (jika perlu)

Fase Orientasi

7 Memberi salam dan menyapa nama klien

8 Memperkenalkan diri

9 Melakukan kontrak

10 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

11 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan

12 Mendekatkan alat-alat

Fase Kerja

13 Memasang tirai / penutup

14 Membaca basmalah

15 Menyiapkan klien

 Buka pakaian atas klien


 Posisikan klien berbaring terlentang dengan tungkai lurus,
tidak bersentuhan, kedua lengan lurus disamping tubuh
(rileks)
 Lepaskan perhiasan/alat-alat yang terbuat dari logam pada
tubuh klien dan berikan pada keluarga klien

16 Menempatkan diri disebelah kanan klien, jika memungkinkan

17 Penempatan elektroda ekstremitas

 Berikan jelly pada area yang akan dipasang elektroda


 Elektroda ekstremitas dipasang pada pergelangan tangan
kanan dan kiri searah telapak tangan
 Pada ekstremitas bawah pada pergelangan kaki kanan/kiri
sebelah dalam
Merah : lengan kanan

Kuning : lengan kiri

31
Hijau : tungkai kiri

Hitam : tungkai kanan

 Kemudian kabel-kabel dihubungkan

18 Penempatan elektroda dada

 berikan jelly pada area yang akan dipasang elektroda


 V1 pada ruang intercostae 4 sebelah kanan sternum
 V2 pada ruang intercostae 4 sebelah kiri sternum
 V3 ditengah antara V2 dan V4
 V4 pada ruang intercostae 5 pada garis mid klavikula
sebelah kiri
 V5 pada garis axilla anterior kiri setinggi V4
 V6 pada garis mid axillaris kiri setinggi V5

19 Hubungkan kabel power dengan listrik, dengan tombol power


pada posisi off

20 Kabel bumi (ground) dipasang dan diletakkan dilantai

21 Hidupkan mesin (power on), biarkan sebentar mesin melakukan


pemanasan

22 Setelah itu lakukan kalibrasi dengan menekan tombol run/start


dan periksa apakah hasilnya 10 mm (1 mv) dengan speed 25
mm/detik

23 Dengan memindahkan lead selektor, kemudian dibuat


pencatatan EKG secara berturut-turut yaitu: I-AVF & V1-V6

24 Setelah pencatatan selesai, lepaskan elektroda dan bersihkan


jelly yang ada

Fase Terminasi

25 Membaca hamdalah

26 Membereskan/merapikan alat-alat

27 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman

28 Catat di pinggir kiri atas kertas EKG :

Nama klien, umur, tanggal, jam, yang membuat rekaman (paraf)

29 Mengevaluasi respon klien

30 Memberi reinforcement positif

31 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

32 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca


doa

32
Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala
klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau
maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau,
sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan
sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada
pasien.

33 Mencuci tangan

Evaluasi

34 Bandingkan data hasil pemeriksaan dengan data yang


seharusnya

35 Evaluasi respon klien terhadap tindakan

Dokumentasi

36 Catat waktu dan tanggal prosedur pemeriksaan EKG

37 Toleransi klien terhadap prosedur yang dilakukan

Keterangan :
Tidak = 0 Ya = 1
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji

..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
........

Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

33
BAB III
PRAKTIKUM SISTEM PENCERNAAN (GASTROINTESTINAL)

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang
bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan yaitu :
1. .Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut merupakan
bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan jalan masuk untuk system pencernaan
yang berakhir di anus. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan
dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan sederhana
terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan
(incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian
kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-
bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.
Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein
dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan
berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam lengkung
faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung
kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga
mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang keatas bagian depan
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,
keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang
disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior yaitu bagian yang sama
tinggi dengan hidung, bagian media yaitu bagian yang sama tinggi dengan mulut dan
bagian inferior yaitu bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut
nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang
gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan
sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut laringofaring yang menghubungkan
orofaring dengan laring.

34
3. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu dengan
faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi
tiga bagian yaitu bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah
(campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot
halus).
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardia,
fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida (HCL), dan prekusor
pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir melindungi sel – sel lambung dari
kerusakan oleh asam lambung dan asam klorida menciptakan suasana yang sangat
asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang
tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri.
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari
lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan
lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi
utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari kolon
asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid
(berhubungan dengan rektum). Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar
berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri
di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.

35
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik
bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah
diare.
7. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang
lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan
memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika
defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode
yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak
yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda
mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar
dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian
lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi
utama anus.

36
SOP TINDAKAN PERAWATAN KOLOSTOMI

Tujuan umum

Mahasiswa mampu melakukan Perawatan Kolostomi dengan benar

Tujuan Khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan tujuan Perawatan Kolostomi
2. Menjelaskan tahapan prosedur Perawatan Kolostomi
3. Menerapkan Perawatan Kolostomi secara benar

Pengertian

Merawat luka stoma kolon pada abdomen yang berfungsi sebagai alat eleminasi fekal akhir
pada klien.

Tujuan Perawatan Kolostomi

1. Mengurangi pertumbuhan mikroorganisme pada luka atau daerah insisi


2. Mencegah terjadinya infeksi
3. Menjaga fungsi kolostomi untuk tetap dalam kondisi yang baik

Nama Mahasiswa:
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Kaji jenis kolostomi yang digunakan klien

2 Kaji advis dokter yang berhubungan dengan tindakan


perawatan kolostomi

3 Kaji jenis, penampilan, dan lokasi kolostomi

4 Kaji tingkat kebersihan kolostomi

5 Diagnosa keperawatan yang sesuai:


Fase pre interaksi

37
6 Mencuci tangan

7 Mempersiapkan alat
 Handscoon bersih
 Handscond steril
 Perlak dan pengalas
 Pinset anatomis
 Kom berisi kapas + larutan NaCl 0,9%
 Kom berisi kassa steril
 Kantong colostomi
 Bengkok
Fase Orientasi

8 Memberi salam dan menyapa nama klien

9 Memperkenalkan diri

10 Melakukan kontrak

11 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

12 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan

13 Mendekatkan alat-alat

Fase Kerja

14 Membaca ’Basmalah’ dan memulai tindakan dengan baik

15 Jaga privasi: tutup pintu dan jendela / pasang sampiran

16 Memasang handscoon bersih

17 Memasang perlak pengalas pd pasien dibagian kanan/kiri sesuai


letak lubang colon yang dikeluarkan atau kulit stoma

18 Meletakkan bengkok diatas perlak dan didekatkan ke tubuh


pasien

19 Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan pinset


dan tangan kiri menekan kulit pasien

20 Memasang handscoon steril

21 Membersihkan kulit stoma dengan kapas NacL 0,9%*

22 Membersihkan stoma dengan kapas Nacl 0,9% *

23 Mengeringkan kulit sekitar stoma dengan kapas steril

24 Membuka perekat kantong kolostomy

25 Menempelkan kantong kolostomy dengan posisi yang benar

26 Merapikan kembali alat-alat dan membuang sampah

38
27 Melepas sarung tangan

Fase Terminasi

28 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman

29 Membaca hamdalah

30 Mengevaluasi respon klien

31 Memberi reinforcement positif

32 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

33 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca


doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau
maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain
engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak
meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap
salam pada pasien.

34 Mengumpulkan dan membersihkan alat-alat

35 Mencuci tangan

Evaluasi

36 Adanya tanda-tanda infeksi dan kondisi kolostomi

37 Toleransi klien terhadap prosedur yang dilakukan

Dokumentasi

38 Lokasi dan jenis kolostomi

39 Status kolostomi sebelumnya

40 Toleransi klien terhadap prosedur

Keterangan :
Tidak = 0 Ya = 1
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji

39
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
........
Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

40
BAB IV
PRAKTIKUM SISTEM PERSEPSI SENSORI

Persepsi (dari bahasa Latin perceptio, percipio) adalah tindakan menyusun,


mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memeberikan gambaran dan
pemahaman tentang lingkungan Persepsi meliputi semua sinyal dalam sistem saraf,
yang merupakan hasil dari stimulasi fisik atau kimia dari organ pengindra. Seperti
misalnya penglihatan yang merupakan cahaya yang mengenai retina pada mata,
pencium yang memakai media molekul bau (aroma), dan pendengaran yang
melibatkan gelombang suara. Persepsi bukanlah penerimaan isyarat secara pasif,
tetapi dibentuk oleh pembelajaran, ingatan, harapan, dan perhatian Persepsi
bergantung pada fungsi kompleks sistem saraf, tetapi tampak tidak ada karena
terjadi di luar kesadaran.
Sensor adalah sesuatu yang digunakan untuk mendeteksi adanya
perubahan lingkungan fisik atau kimia.
Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh
oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis :
a. Persepsi visual
Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah
persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan
memengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual
merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi
yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.
b. Persepsi auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
c. Persepsi perabaan
Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
d. Persepsi penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu
hidung.
e. Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.
f. Persepsi selektif
persepsi selektif adalah menginterpretasikan secara selektif apa yang dilihat
seseorang yang berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman,
dan sikap seseorang.

41
SOP TINDAKAN PEMBERIAN OBAT TETES MATA

Tujuan umum

Mahasiswa mampu melakukan pemberian obat tetes mata dengan benar

Tujuan Khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:


4. Menjelaskan tujuan pemberian obat tetes mata dengan benar
5. Menjelaskan tahapan prosedur pemberian obat tetes mata dengan benar
6. Menerapkan pemberian oabat tetes mata

Pengertian

Pemberian obat tetes mata adalah memberikan obat pada mata melalui kanal eksternal
dalam bentuk cair

Tujuan Pemberian Obat Tetes Mata

1. Menghilangkan serumen atau benda asing


2. Untuk memberikan efek terapi local (mengurangi peradangan, membunuh organisme
penyebab infeksi pad kanal mata eksternal).

Nama Mahasiswa:

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Kaji kondisi struktur mata luar

2 Lihat apakah klien menggunakan lensa kontak/tidak

3 Tinjau kembali program obat dari dokter dan Check kembali


obat mata dengan daftar obat dengan menggunakan prinsip 5
benar

4 Kaji kesiapan klien

5 Kaji kesiapan perawat

6 Diagnosa keperawatan yang sesuai:

 Resiko infeksi dengan faktor resiko kerusakan jaringan

42
dan peningkatan paparan lingkungan
Fase pre interaksi

7 Mencuci tangan

8 Mempersiapkan alat

 Handuk
 Bola kapas atau tissu
 Botol obat dengan tetes mata steril
 Bengkok/nierbecken
 Pengalas/perlak
 Handscoon
 Kasa
 Kartu / format nama obat
Fase Orientasi

9 Memberi salam dan menyapa nama klien

10 Memperkenalkan diri

11 Melakukan kontrak

12 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

13 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan

14 Mendekatkan alat-alat

Fase Kerja

14 Menanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada


klien.

15 Gunakan sarung tangan (Handscoon)

16 Membaca ’Basmalah’ dan memulai tindakan dengan baik.

17 Jaga privasi: tutup pintu dan jendela / pasang sampiran.

18 Minta klien untuk berbaring terlentang atau duduk di kursi


dengan kepala sedikit hiperekstensi

19 Jika ada krusta (keropeng) atau drainase disepanjang batas


kelopak mata atau kantus dalam, buang perlahan. Basahi kerak
yang kering dan sulit dipindahkan menggunakan kain atau bola
kapas lembab pada mata selama beberapa menit. Selalu
mengusap dari kantus dalam ke kantus luar

20 Dengan tangan yang tidak dominan, pegang bola kapas atau


tisu pembersih pada tulang pipi klien tepat dibawah kelopak
mata bawah. Tekan ke bawah dengan lembut, dengan ibu jari
atau jari telunjuk pada lingkaran tulang mata

21 Minta klien melihat ke langit langit

43
22 Dengan tangan dominan pada dahi klien, pegang alat tetes
mata berisi obat kira-kira 1 sampai 2 cm di atas kantong
konjungtiva

23 Teteskan sejumlah tetesan yang diresepkan kedalam kantong


konjungtiva

24 Jika klien mengedip atau menutup mata atau jika tetes mata
jatuh dibatas kelopak mata luar, ulangi prosedur

25 Saat memberikan obat yg dapat menimbulkan efek sistemik,


lindungi jari anda dengan tisu bersih dan beri tekanan lembut
pada duktus nasolakrimalis klien selama 30 – 60 detik

26 Setelah memasukkan obat, minta klien menutup matanya


dengan lembut

27 Tutup mata klien dengan kasa jika perlu

Fase Terminasi

28 Membaca hamdalah

29 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman

30 Mengevaluasi respon klien

31 Memberi reinforcement positif

32 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

33 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca


doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau
maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain
engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak
meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap
salam pada pasien.

34 Mengumpulkan dan membersihkan alat

35 Melepaskan sarung tangan & mencuci tangan

Evaluasi

36 Pantau adanya nyeri

44
37 Evaluasi respon klien

38 Evaluasi diri perawat

Dokumentasi

39 Catat tanggal/waktu pengambilan, nama obat, konsentrasi


obat, jumlah tetesan obat, mata (kanan/kiri) yang menerima
obat serta respon pasien pada status/catatan perkembangan
klien

Keterangan :

Tidak = 0 Ya = 1

Jumlah nilai yang didapat


Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji

..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
........

Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

45
SOP TINDAKAN PEMBERIAN OBAT TETES TELINGA

Tujuan umum

Mahasiswa mampu melakukan pemberian obat tetes telinga dengan benar

Tujuan Khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:


7. Menjelaskan tujuan pemberian obat tetes telinga
8. Menjelaskan tahapan prosedur pemberian obat tetes telinga
9. Menerapkan pemberian obat tetes telinga secara benar

Pengertian

Pemberian obat yang dilakukan pada telinga dengan cara memberikan tetes pada telinga

Tujuan Tetes Telinga

3. Mengurangi nyeri pada otitis media


4. Melunakkan serumen

Nama Mahasiswa:

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Kaji apakah ada sumbatan di telinga bagian tengah

2 Kaji kesiapan klien

3 Kaji kesiapan perawat

4 Diagnosa keperawatan yang sesuai:


Fase pre interaksi

5 Mencuci tangan

6 Mempersiapkan alat

 Plester/hipafik
 Spekulum telinga

46
 Pinset anatomi
 Bengkok/nierbecken
 Pengalas/perlak
 Penetes
 Obat
 Tissue dan kasa
 Handscoon
Fase Orientasi

7 Memberi salam dan menyapa nama klien

8 Memperkenalkan diri

9 Melakukan kontrak

10 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

11 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan

12 Mendekatkan alat-alat

Fase Kerja

13 Menanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada


klien.

14 Gunakan sarung tangan (Handscoon)

15 Membaca ’Basmalah’ dan memulai tindakan dengan baik.

16 Jaga privasi: tutup pintu dan jendela / pasang sampiran.

17 Minta klien mengambil posisi miring dengan telinga yang akan


diobati berada di atas

18 Jika serumen atau drainase menyumbat bagian paling luar


saluran telinga, seka dengan lembut menggunakan lidi kapas.
Jangan mendorong serumen ke dalam untuk menghambat atau
menyumbat saluran

19 Luruskan saluran telinga dengan menarik daun telinga ke bawah


dan kebelakang (pada anak-anak) atau ke atas keluar (dewasa)

20 Teteskan obat pada dinding saluran untuk mencegah terhalang


oleh gelembung udara dengan jumlah tetesan sesuai dosis

21 Pegang alat tetes 1 cm diatas saluran telinga

22 Minta klien mengambil posisi miring selama 2-3 menit. Beri


pijatan atau tekanan lembut pada tragus telinga dengan
menggunakan jari tangan

23 Kadang-kadang, dokter menginstruksikan penempatan kapas ke


bagian terluar saluran telinga. Jangan menekan kapas kebagian
terdalam saluran

47
24 Lepaskan kapas dalam 15 menit

25 Buang suplai dan sarung tangan yang kotor dan cuci tangan

26 Bantu klien mengambil posisi yang nyaman setelah tetesan


diabsorpsi

27 Evaluasi kondisi telinga luar diantara pemasukan obat

Fase Terminasi

28 Membaca hamdalah

29 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman

30 Mengevaluasi respon klien

31 Memberi reinforcement positif

32 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

33 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca


doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau
maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain
engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak
meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap
salam pada pasien.

34 Mengumpulkan dan membersihkan alat

35 Melepaskan sarung tangan & mencuci tangan

Evaluasi

36 Evaluasi respon klien

37 Evaluasi diri perawat

Dokumentasi

38 Catat tanggal/waktu prosedur tindakan

39 Catat obat, konsentrasinya, jumlah tetesan serta telinga mana


yang akan dimasukkan obat

40 Catat respon pasien

41 Catat kondisi saluran telinga pada catatan keperawatan

48
Keterangan :

Tidak = 0 Ya = 1

Jumlah nilai yang didapat


Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji

..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
........

Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

49
BAB V
PRAKTIKUM SISTEM HEMATOLOGI

Hematologi merupakan salah satu studi kesehatan yang khusus mempelajari


mengenai darah beserta gangguannya. Beberapa penyakit yang diatasi oleh bidang
kedokteran hematologi termasuk anemia, gangguan pembekuan darah, penyakit infeksi,
hemofilia, dan leukemia.
Dalam dunia kesehatan, tes hematologi merupakan sebuah pemeriksaan darah
lengkap yang meliputi sel darah putih, sel darah merah, dan platelet. Pemeriksaan ini
biasanya termasuk dalam pemeriksaan kesehatan.
Selain sebagai pemeriksaan kesehatan rutin, tes hematologi juga akan dilaukan dokter
untuk membantu mendiagnosis masalah tertentu, contohnya seperti infeksi atau
perdarahan.
Pada dasarnya pemeriksaan hematologi ini memiliki beragam manfaat. Mulai dari
menilai kondisi kesehatan secara umum, menelisik ada-tidaknya tanda infeksi, hingga
membantu dokter untuk mendiagnosis berbagai penyakit. Di samping itu, pemeriksaan
hematologi juga digunakan sebagai prosedur donor dan transfusi darah.
Secara garis besar, peran penting tes hematologi lengkap untuk kesehatan:
1. Mengevaluasi kesehatan secara menyeluruh. Kemungkinan adanya penyakit dapat
dideteksi dari peningkatan atau pun penurunan kadar sel darah yang terlihat pada
hasil tes.
2. Mendiagnosis penyebab gangguan kesehatan, terutama jika pengidap mengalami
gejala tertentu seperti demam, kelelahan, lemas, bengkak, perdarahan.
3. Memantau perkembangan kesehatan pengidap yang sudah didiagnosis mengalami
penyakit yang memengaruhi kadar sel darah.
4. Memantau penanganan penyakit yang memengaruhi sel darah.
Untu melihat hasil tes hematologi lengkap, bisa dilihat dari dua kolom. Salah satunya adalah
rentang referensi, yaitu nilai pemeriksaan normal. Sedangkan kolom lainnya adalah hasil
pemeriksaan hematologi lengkap. Jika hasil lebih rendah atau lebih tinggi dari rentang
referensi, hasil tersebut dapat disebut tidak normal.
Walau begitu, angka rentang referensi dapat berbeda, karena setiap laboratorium memiliki
alat dan cara berbeda untuk menganalisis sampel darah. Di samping itu, jenis kelamain dan
usia juga bisa menjadi faktor pembedanya.
Ada banyak jenis pemeriksaan hematologi yang dapat dilakukan. Salah satunya yaitu
pemeriksaan darah lengkap. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menilai kondisi darah

50
secara keseluruhan dan membantu diagnosis anemia, penyakit peradangan, memantau
kehilangan darah, infeksi, bahkan mendeteksi kanker.
Pemeriksaan darah meliputi:
1. Jumlah sel darah merah berikut dengan volumenya.
2. Sel darah putih berikut dengan hitung jenisnya.
Di samping itu, bisa juga dilakukan pemeriksaan partial thromboplastin time (PTT),
pemeriksaan prothrombin time (PT), international normalized ratio (INR). Ketiganya
bertujuan untuk menilai pembekuan darah beserta gangguannya.
Tes hematologi juga bisa dimanfaatkan sebagai tolok ukur apakah seseorang dapat
menjalani pengobatan atau tidak. Terutama untuk pengobatan yang mampu memengaruhi
sel darah, seperti aspirin, serta tindakan medis, seperti pembedahan atau operasi.
Dalam hematologi, diketahui gangguan darah biasanya terjadi karena adanya penyakit, efek
samping obat-obatan, dan kekurangan nutrisi tertentu dalam asupan makanan sehari-hari.
Perawatan yang diperlukan untuk penyakit darah bervariasi, tergantung pada kondisi darah
dan tingkat keparahannya. Begitu pun dengan perjalanan penyakitnya, karena kondisi
tersebut dapat berbeda-beda.
Saat menangani pengidap, ahli hematologi dapat berkolaborasi dengan para ahli di berbagai
bidang lain untuk memberikan perawatan yang efektif, seperti transplantasi, onkologi, dan
patologi klinik. Dengan kata lain, peran hematologi amat penting dalam tiap proses
diagnosis hingga penatalaksanaan.
Meski perannya sangat membantu dalam menegakkan diagnosis, tapi pemeriksaan
hematologi lengkap tidak mutlak dilakukan. Setelah didapatkan hasil tes hematologi
lengkap, dokter mungkin akan menyarankan pemeriksaan tambahan lain untuk menentukan
diagnosis penyakit.

51
SOP TINDAKAN PEMERIKSAAN RUMPLE LEED TEST

Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan rumple leed test dengan benar

Tujuan khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:

4. Menjelaskan tujuan pemeriksaan rumple leed test


5. Menjelaskan tahapan prosedur pemeriksaan rumple leed test
6. Menerapkan pemeriksaan rumple leed test secara benar.
Pengertian

Tindakan membendung vena untuk menentukan kerapuhan kapiler

Tujuan Pemeriksaan rumple leed test


1. Mengetahui perdarahan tingkat kapiler untuk menegakkan diagnosis

Nama Mahasiswa :

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Kaji lama demam yang diderita/dialami klien

2 Kaji apakah sebelumnya klien pernah menderita gangguan


pembekuan darah

3 Kaji apakah klien mempunyai kelainan pada kulit seperti bercak-


bercak yang mirip dengan petekhie

4 Kaji kesiapan klien

5 Kaji kesiapan perawat

6 Diagnosa keperawatan yang sesuai:

Contoh :
Resiko Syok Hipovolemik
Resiko Infeksi

Fase pre interaksi

7 Mencuci tangan

8 Mempersiapkan alat

52
 Tensimeter
 Stetoscop
 Jam
 Sarung tangan
Fase Orientasi

9 Memberi salam dan menyapa nama klien

10 Memperkenalkan diri

11 Melakukan kontrak

12 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

13 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan

14 Mendekatkan alat-alat

Fase Kerja

15 Menanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada klien.

16 Gunakan sarung tangan

17 Membaca ’Basmalah’ dan memulai tindakan dengan baik

18 Jaga privasi: tutup pintu dan jendela/pasang sampiran

19 Buka lengan baju klien (jika menggunakan baju lengan panjang)

20 Pasang manset tensimeter pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3


cm di atas fossa cubiti (jangan terlalu kentat atau terlalu longgar)

21 Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra

22 Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak
teraba

23 Pompa terus sampai manometer setinggi 20 – 30 mmHg lebih


tinggi dari titik radialis tidak teraba

24 Letakkan diafragma stetoskop di atas nadi brakialis dan kempeskan


balon udara manset perlahan

25 Perhatikan titik manometer ketika bunyi yang jelas pertama


terdengar

26 Lanjutkan untuk mengempiskan manset secara bertahap,


perhatikan bunyi redup atau redam menghilang dan titik
manometer ketika bunyi menghilang

27 Kempiskan manset dengan cepat dengan memutar sekrup pada


pompa udara berlawanan arah jarum jam

28 Setelah mendapatkan angka sistolik dan diastolik klien, jumlahkan


kemudian dibagi 2

53
29 Selanjutnya kembangkan lagi manset dengan memompa balon
pemompa sampai angka penghitungan yang didapat diatas
(prosedur nomer 28)

30 Pertahankan jarum manometer pada angka didapat tadi selama ± 5


menit

31 Perhatikan respon klien terhadap rasa sakit yang tak tertahankan


saat pemeriksaan

32 Kurangi udara pada manset dengan melonggarkan sekrup pada


pompa perlahan sampai angka yang bisa ditoleransi oleh klien

33 Setelah 5 menit, perhatikan adanya petekhie dipermukaan kulit


(Uji dinyatakan positif apabila pada satu inci persegi (2,8 x 2,8 cm)
didapat lebih dari 20 petekhie)

34 Kempiskan manset dengan cepat dengan memutar sekrup pada


pompa udara berlawanan arah jarum jam

35 Lepaskan manset secara perlahan dari lengan klien

Fase Terminasi

36 Membaca hamdalah

37 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman

38 Mengevaluasi respon klien

39 Memberi reinforcement positif

40 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

41 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha
penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau,
sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit
lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien.

42 Kumpulkan dan bersihkan alat-alat

43 Melepaskan sarung tangan & mencuci tangan

Evaluasi

44 Catat adanya petekhie

45 Evaluasi respon klien

54
46 Evaluasi diri perawat

Dokumentasi

47 Catat tanggal/waktu prosedur tindakan

48 Catat hasil tindakan

49 Catat respon klien pada status klien

Keterangan :
Tidak = 0 Ya = 1
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji

..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
........

Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

55
PENUTUP

Demikian panduan praktikum sistem integumen ini semoga bermanfaat bagi Anda
mahasiswa dan dapat dijadikan pedoman praktikum di laboratorium guna mendapat
pengalaman pembelajaran tentang prosedur tindakan perawatan luka bakar sehingga
bermanfaat nanti ketika Anda praktek maupun bekerja di tatanan pelayanan kesehatan yang
nyata.

Penyusun Penyusun

Ns. Thomas Ari Wibowo., M.Kep Ns. Fitroh Asriyadi, M.Kep.

56
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume
2. Jakarta EGC

Carpenito, L. J. (2009). Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik,Edisi 9.


Jakarta: EGC

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A., C,(2014).Rencana Asuhan


Keperawatan pedoman untuk Perencanaan Keperawatan
Pasien.Edisi:3.Jakarta:EGC

Grace, P., & Baerly,N. (2007). At A Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta :Erlangga.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S.(2015).Diagnosis Keperawatan Defisi & Klasifikasi


2015-2017.Edisi:10.Jakarta:EGC

Jitowiyono.,S & Kristiyana.(2012).Asuhan Keperawatan Post Operasi Pendekatan


Nanda NIC, NOC.Yogyakarta: Nuha Medika

Judith M,W,.& Nancy R,A,.(2011).Diagnosis Keperawatan NANDA NICNOC. Edisi


Revisi.Jakarta;EGC

Kimberly A. J. Bilotta (2011).Kapita Selecta Penyakit dengan Implikasi keperawatan


(Nurse’s Quick Check: Diseases).Edisi 2.Jakarta:ECG

Mansjoer, dkk (2007) Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Aeskulapius FKUI

Muttaqin.A,& Sari.(2011) Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan


Aplikasi.Jakarta: Salemba Medika

Nurarif, A.H., & Kusuma.(2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa


medis & NANDA (NIC-NOC).Edisi Revisi Jilid 1.Yogyakarta : MediaAction
Publishing.

Syamsuhidayat, R.,& Jong.(2011).Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi3.Jakarta;EGC

Tanto Chris, dkk. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jakarta:Media


Aeskulapius

Wijaya A.S & Putri.(2013).KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah (keperawatan


dewasa).Yogyakarta: Nuha medika

57

Anda mungkin juga menyukai