Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Motorik berasal dari kata “motor” yang merupakan suatu dasar biologis atau
mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak (gallahue). Dengan kata lain, gerak
(movement) adalah kulminasi dari suatu tindakan yang didasari oleh proses gerak motorik.
Sejalan dengan hal itu, menurut Zulkifli (2009: 31), yang dimaksud motorik yaitu segala
sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Dalam perkembangan
motorik, yang menentukan adalah otot, saraf, dan otak.
Ketiga unsur itu melaksanakan masing-masing perannya secara interaksi positif,
artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi
dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motoris yang lebih sempurna
keadaanya. Menurut Hurlock (1996: 150) dalam Suyadi (2010: 67), perkembangan motorik
merupakan perkembangan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang
terkoordinasi. Gerak tersebut berasal dari perkembangan refleks dan kegiatan yang telah
ada sejak lahir. Dengan demikian sebelum perkembangan gerak motorik ini mulai
berproses, maka akan tetap tak berdaya.
Perkembangan motorik dapat didefinisikan sebagai perubahan kompetensi atau
kemampuan gerak dari mulai masa bayi (infancy) sampai dewasa (adulthood) serta
melibatkan berbagai aspek perilaku yang ada pada manusia ini mempengaruhi
perkembangan motorik dan perkembangan motorik itu sendiri mempengaruhi kemampuan
dan perilaku manusia (Keogh dalam Payme; 1996). Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik adalah suatu perubahan
kemampuan gerak dari bayi hingga dewasa yang memperlihatkan interaksi positif dari
otak, saraf, dan otot.
B. Perkembangan Motorik Anak SMP
Ketika anak memasuki usia SMP, sebenarnya ia telah memiliki kemampuan motorik
dasar, baik motorik kasar maupun motorik halus sebagai modal utama dalam mengikuti
berbagai aktivitas di sekolah. Pada usia ini kekuatan otot anak akan berlipat ganda seiring
dengan semakin banyaknya jumlah sel otot baru yang terbentuk. Pada anak laki-laki, sel-
sel otot baru yang dibentuk jumlahnya lebih banyak daripada anak perempuan, sehingga
tidak heran kalau anak laki-laki biasanya lebih kuat dibandingkan dengan anak perempuan.
Perkembangan kekuatan otot tersebut kemudian diimbangi dengan perkembangan
dalam mengoordinasi gerakan antara otot yang satu dengan otot yang lain. Oleh karena itu,
keterampilan motorik halus yang telah dimilikinya akan terus meningkat dan lebih spesifik.
Pada masa ini aktivitas fisik sederhana yang meliputi lari jarak pendek, melompat, dan
melempar benda-benda sesukanya, sudah tidak menarik lagi. Sebaliknya, mereka
membutuhkan jenis aktivitas yang kompleks dan menantang.
Dengan semakin berkembangnya sistem saraf, sehingga penyampaian rangsangan
dari simpul-simpul sarafnya berlangsung lebih cepat, maka anak semakin terampil dalam
mengoordinasi otot-otot tangan dan kakinya. Namun, pada anak laki-laki kekuatan otot-
ototnya jauh lebih berkembang dibandingkan keterampilan mengoordinasi gerakan seluruh
anggota tubuhnya. Berbeda halnya dengan anak perempuan, di mana keterampilan dan
keselarasan dalam gerak tubuh, terutama jari-jari tangannya, mengalami kemajuan yang
sangat pesat dibandingkan dengan kekuatan otot.
Dengan koordinasi gerak tangan yang kian terampil, kemampuan menulis mereka
cukup baik. Ukuran dan bentuk huruf-huruf yang dibuatnya semakin mendekati tulisan
orang dewasa. Berkat perkembangan motorik halus anak yang semakin baik, maka pada
usia 10-12 tahun ia dapat menulis sederet kata-kata dengan rapi, tidak naik turun
sebagaimana pada masa-masa sebelumnya. Keterampilan menggambarnya juga semakin
meningkat, sehingga bentuk hasil gambarnya pun semakin jelas. Untuk memwarnai
gambarnya, anak-anak usia 10-14 tahun ini tidak lagi menggunakan krayon, tetapi ia lebih
mengggunakan pensil warna.
Sementara itu, perkembangan motorik kasarnya pun terus berlanjut. Pada usia 10
tahun anak sudah mampu berlari sejauh 6,2 meter dalam waktu 5,5 detik, berlari dengan
kecepatan 4,5 m/detik, melompat sejauh 1,3 meter, melempar bola sejauh 9 meter, dan
menangkap bola yang dilempar ke arahnya dari jarak tertentu. Pada usia 11 tahun,
lompatannya sudah mencapai 1,5 meter dan pada usia 12 tahun kecepatan larinya mencapai
6,2 meter dalam waktu 4 detik, dua kali lebih cepat dibandingkan ketika ia masih berusia 6
tahun.
Kekuatan otot, ukuran otot, koordinasi gerakan otot, serta ketepatan waktu
dimulainya proses perkembangan, merupakan faktor-faktor yang menentukan seberapa
tinggi tingkat perkembangan motorik anak. Anak yang memasuki usia ini pada usia yang
tepat, biasanya akan memiliki kaki yang panjang serta otot-otot tubuh yang kuat. Semua itu
akan memungkinkan anak untuk meningkatkan berbagai kemampuan dirinya, hingga akhir
usia 12 tahun.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik


Menurut Gleitman (1987) dalam Muhibbin Syah (2003: 13) bahwa anak yang baru
lahir sudah mempunyai bekal sebagai dasar perkembangan kehidupannya selama di dunia,
yaitu:
1. Bekal kapasitas motor (jasmani).
2. Bekal kapasitas panca indera (sensori).
Selanjutnya, dalam bukunya “ Psikologi Belajar” selain dua macam bekal bawaan
tersebut, Muhibbin Syah (2003: 18-21) juga menjelaskan bahwa faktor-faktor lain yang
mendorong keterampilan motorik anak ada empat, yang memungkinkan campur tangan
dan orang tua dan guru dalam mengarahkannya, yaitu;
1. Pertumbuhan dan perkembangan sistem saraf.
2. Pertumbuhan otot-otot.
3. Perkembangan dan pertumbuhan fungsi kelenjar endokrin.
4. Perubahan struktur jasmani.
Berikut penjelasan dari masing-masing faktor yang mendorong keterampilan motorik
anak:
1. Pertumbuhan dan perkambangan sistem saraf (nervous system)
Pertumbuhan dan saraf dan perkembangan kemampuannya membuati
nteligensi (kecerdasan) anak meningkat dan mendorong timbulnya pola-pola
tingkah laku baru. Semakin baik perkembangan kemampuan sistem saraf
seorang anak akan semakin baik dan beraneka ragam pula pola-pola tingkah
laku yang dimilikinya. Namun uniknya, berbeda dengan organ tubuh lainnya,
organ sistem saraf apabila rusak tak dapat diganti atau tumbuh lagi. Seorang
anak yang luka berat pada bagian kakinya hingga sebagian dagingnya terlepas
dapat disembuhkan dan bagian yang hilang itu tumbuh lagi karena obat dan
gizi. Namun, kalau anak itu terluka pada bagian kepalanya hingga salah satu
struktur subsistem saraf rusak atau terputus misalnya, maka anak tersebut
akan mengalami gangguan ingatan, gangguan bicara, gangguan pendengaran
menggangguan pengecapan rasa, atau gangguan-gangguan lainnya
bergantung pada subsistem saraf mana yang rusak. Gangguan ini hampir
dapat dipastikan bersifat permanen, jaringan serabut saraf yang rusak atau
hilang tadi terlalu sulit – kalau bukan mustahil – dapat tumbuh lagi meskipun
lukanya sendiri sudah sembuh.

2. Pertumbuhan otot-otot
Otot adalah jaringan sel-sel yang dapat berubah memanjang dan juga
sekaligus merupakan unit atau kesatuan sel yang memiliki daya mengkerut
(contractile unit). Di antara fungsi-fungsi pokoknya adalah sebagai pengikat
organ-organ lainnya dan sebagai jaringan pembuluh yang mendistribusikan
sari makanan (Reber, 1988). Peningkatan tonus (tegangan otot) anak dapat
menimbulkan perubahan dan peningkatan aneka ragam kemampuan dan
kekuatan jasmaninya. Perubahan ini nampak sangat jelas pada anak yang
sehat dari tahun ke tahun dengan semakin banyaknya keterlibatan anak
tersebut dalam permainan yang bermacam-macam atau dalam membuat
kerajinan tangan yang semakin meningkat kualitas dan kuantitasnya dari
masa ke masa. Perlu dicatat bahwa dalam pengembangan keterampilan
terutama dalam berkarya nyata seperti membuat mainan sendiri, melukis, dan
seterusnya, peningkatan, dan perluasan (intensifikasi dan ekstensifikasi)
pendayagunaan otot-otot anak tadi bergantung pada kualitas pusat sistem
saraf dalam otaknya.
3. Perkembangan dan perubahan fungsi kelenjar-kelenjar endokrin (endocrine
glands)
Kelenjar endokrin secara umum merupakan kelenjar dalam tubuh yang
memproduksi hormon yang disalurkan ke seluruh bagian dalam tubuh melalui
aliran darah. Berubahnya fungsi kelenjar-kelenjar endokrin seperti adrenal
(kelenjar endokrin yang meliputi bagaian atas ginjal dan memproduksi
bermacam-macam hormon, termasuk hormon seks), dan kelenjar pituitary
(kelenjar di bagian bawah otak yang memproduksi dan mengatur berbagai
hormon termasuk hormon pengembang indung telur dan sperma), juga
menimbulkan pola-pola baru tingkah laku anak ketika menginjak usia SMP.

4. Perubahan struktur jasmani


Semakin meningkat usia anak akan semakin meningkat pula ukuran tinggi
dan bobot serta proporsi tubuh pada umumnya. Perubahan jasmani ini akan
banyak berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan dan kecakapan
keterampilan motorik anak. Kecepatan berlarim kecepatan bergerak,
kecermatan menyalin pelajaran, keindahan melukism dan sebagainya akan
terus meningkat seiring dengan proses penyempurnaan struktur jasmani
siswa. Namun, kemungkinan perbedaan hasil belajar psikomotor seorang
siswa dengan siswa yang lainnya selalu ada, karena kapasitas ranah kognitif
juga berperan dalam menentukan kualitas dan kuantitas prestasi ranah karsa,
dan pengaruh perubahan fisik juga tampak pada sikap dan perilakunya
terhadap orang lain, karena perubahan fisik itu sendiri mengubah konsep diri
siswa tersebut.
Berbeda deangan pendapat di atas, bahwasnya menurut Hastuti, dkk (2008: 4-14) beberapa
hal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan motorik anak di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Kesehatan yang kurang baik dapat menghambat anak menikmati yang ia lakukan.
2. Lingkungan yang tidak mendukung, karena lingkungan yang demikian tidak
memberikan kesempatan dan tidak merangsang anak memperoleh kesempatan
untuk menggunakan kemampuannya semaksimal mungkin.
3. Bimbingan yang kurang tepat, baik dari guru maupun orang tua, terutama
bimbingan dalam belajar dan berperilaku secara sosial.
4. Keputusan yang kurang tepat dan tidak terencana mengakibatkan anak tidak akan
mengerti apa yang seharusnya dilakukan dan diinginkan darinya oleh orang tua
maupun guru.
5. Tidak diberikan kebebasan pada anak untuk mengekspresikan dirinya.
6. Harapan-harapan yang realistis, sesuai dengan kemampuan anak sehingga anak
memperoleh kesempatan yang wajar untuk meraih kesuksesan, sehingga demikian
dapat mendorong konsep diri yang baik.
Berdasakan beberapa pendapat di atas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
keterampilan motorik, dapat disimpulkan bahwa ada dua hal yang dapat
mempengarhuinya yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor yang
berasal dari luar diri individu.

D. Hambatan dan Solusi Perkembangan Motorik


Masih mengutip Laura E. Berk, dalam pengamatan yang lebih mendalam, ia
menemukan perbedaan dalam setiap perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
Dengan kata lain, setiap anak pasti mempunyai ciri khas tertentu yang tidak dimiliki oleh
anak yang lain. Namun, dalam buku momentalnya, Development Throughh the Lifespan,
Laura E. Berk hanya menampilkan perbedaan antara anak yang tumbuh subur motoriknya
dengan yang terhambat perkembangan motoriknya. Di samping itu, dikemukakan pula
perbedaan yang khas antara perkembangan motorik anak laki-laki dan perempuan, Laura
E. Berk menyatakan:
“A Child with a tall, muscular bodyten to move more quickly and to acquire certain skill
earlier than a short, stocky youngster. And as in other domains, parents and teacher
probably provide more encouragement to children with biologicall based motor-skill
advantages.”
“Anak yang lebih tinggi badannya, berotot kuat, kedua langkahnya lebih cepat untuk
memperoleh keterampilan tertentu lebih awal daripada anak yang pendek. Dan,
sebagaimana pada hal-hal penting lainnya, orang tua dan guru sebaiknya menyediakan
lebih banyak perhatian terhadap perkembangan motorik dasar secara biologis atau jenis
kelamin.”
Anak laki-laki yang lebih besar urat lengannya lebih banyak dan kuat sehingga terasa
ringan untuk mengembangkan gerak motorik kasarnya. Dan, anak perempuan yang lebih
besar (dewasa) menunjukkan gerakan kedewasaannya secara fisik dengan gerak
keseimbangan dan ketepatan yang lebih baik. Di samping itu juga, terdapat perbedaan
perkembangan motorik anak  berdasarkan jenis kelamin, atau antara anak laki-laki dan
perempuan. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus memisahkan mereka dalam jenis-
jenis permainana tertentu. Sebab, anak laki-laki mempunyai karakter kepemimpinan yang
lebih kuat daripada anak perempuan. Anak laki-laki dapat melompat lebih jauh, berlari
lebih cepat, dan mampu melempar bola hingga lebih dari 5 feet atau 1,5 meter (anak
prasekolah). Sebaliknya, anak-anak perempuan memiliki kelebihan dalam hal motorik
halus dan beberapa motorik kasar yang membutuhkan kombinasi gerakan keseimbangan
yang baik dan gerakan kaki, seperti simplai dan skipping.
Berdasarkan pengamatan tersebut, Laura E. Berk menyarankan agar sejak usia
prasekolah anak laki-laki dan perempuan telah dikelompokkan ke dalam aktivitas-aktivitas
fisik yang berbeda. Biasanya, para bapak lebih menyukai bermain bola tangkap dengan
anak laki-laki mereka dari pada dengan anak-anak perempuannya. Di samping itu,
perbedaan berpikir dan kapasitas motorik terlihat masih kurang stabil hingga usia dewasa.
Artinya, perkembangan motorik antara laki-laki dan perempuan akan sebanding dengan
pertambahan usia. Pengaruh pertambahan kemampuan motorik itu sendiri selalu berbeda-
beda, terlebih lagi antara anak laki-laki dan perempuan. Dengan kata lain, pencapaian
perkembangan motorik anak perempuan pada usia prasekolah, misalnya, belum tentu sama
dengan perkembangan motorik anak laki-laki pada usia tersebut.

E. Upaya Pengembangan Perkembangan Motorik


Penguasaan tugas-tugas perkembangan, terutama perkembangan motorik tidak lagi
sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua seperti tahun-tahun prasekolah. Sekarang,
penguasaan ini juga menjadi tanggung jawab guru-guru dan sebagian kecil juga menjadi
tanggung jawab sekelompok teman-teman. Misalnya, pengembangan berbagai
keterampilan dasar seperti membaca, menulis, berhitung, dan pengembangan sikap-sikap
terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga merupakan tanggung jawab guru dan
orang tua. Meskipun orang tua dapat membantu meletakkan dasar penyesuaian diri anak
dengan teman-teman sebaya, tetapi menjadi anggota kelompok memberi kesempatan yang
besar untuk memperoleh pengalaman belajar. Pada permulaan akhir masa kanak-kanak,
anak-anak mempunyai sejumlah besar keterampilan yang mereka pelajari selama tahun-
tahun prasekolah. Keterampilan yang dipelajari oleh anak-anak yang lebih besar sebagian
bergantung pada lingkungan, sebagian pada kesempatan untuk belajar, sebagian pada
bentuk tubuh dan sebagian lagi bergantung pada apa yang sedang digemari oleh teman-
teman sebayanya.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka mengoptimalkan perkembangan
motorik, seperti faktor kesehatan dan gizi, merupakan faktor yang penting agar
pertumbuhan dan perkembangan motorik anak dapat berkembang secara ideal. Semakin
baik kesehatan dan gizi, anak cenderung semakin besar dari usia ke usia dibandingkan
dengan anak yang kesehatan dan gizinya buruk. Selain itu, kestabilan emosi juga dapat
mempengaruhi perkembangan selama anak-anak. Ketegangan emosional juga
mempengaruhi perkembangan motorik. Anak yang tenang tumbuh lebih cepat dari pada
anak yang mengalami ganguan emosional. Dengan demikian, pemenuhan gizi dan
kesehatan sangat diperlukan untuk menstimulasi pertumbuhan, sedangkan pemenuhan
kasih sayang juga tidak kalah pentingnya untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan motorik.

F. Implikasi Perkembangan Motorik Dalam Pembelajaran


Benyamin Bloom menyatakan bahwa rentang penguasaan motorik ditunjukkan oleh
gerakan yang kaku sampai dengan gerakan yang luwes. Dave (1990) mengembangkan
teori Bloom ini dengan mengklasifikasikan domain motorik ke dalam lima kategori, mulai
dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi. Kelima kategori tersebut
adalah immitation (peniruan), manipulation (penggunaan konsep), presition (ketelitian),
articulation (perangkaian), dan naturalization (kewajaran/kealamiahan).
Teori Dave inilah yang digunakan pijakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan
perkembangan motorik pada anak. Uraian berikut ini merupakan kelima tingkat
perkembangan Dave, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk stimulasi-stimulasi
motorik anak di dalam pembelajaran.
1. Immitation (peniruan)
Immitation (peniruan) adalah ketermapilan untuk menentukan suatu gerakan
yang telah dilatih sebelumnya. Latihan ini bisa dilakukan dengan cara mendengar
kan atau memperlihatkan. Dengan demikian, kemampuan ini merupakan representasi
ulang apa yang dilihat dan didengar oleh anak. Oleh karena itu, peningkatan motorik
pada tahap ini bisa dilakukan dengan memeragakan gerakan, atau sekedar
mempertontonkan film, misalnya. Stimulasi yang bisa diberikan untuk mencapai
kemampuan gerak motorik pada tahap ini dengan menirukan gerak binatang, suara
burung, atau gerakan-gerakan yang lain.
2. Manipulation (penggunaan konsep)
Manipulation (penggunaan konsep) adalah kemampuan untuk menggunakan
konsep dalam melakukan kegiatan. Kemampuan ini juga sering disebut sebagai
kemampuan manipulasi. Sebab, pada tahap ini perkembangan anak selalu mengikuti
arahan, penampakan-penampakan gerakan, dan menetapkan suatu keterampilan
gerak tertentu berdasarkan latihan. Stimulasi yang bisa diberikan untuk mencapai
kemampuan gerak motorik pada tahap ini adalah dengan melatih keterampilan
tertentu pada anak, seperti menggunakan sendok makan, gunting, gergaji, atau
gerakan lompat, loncat, skipping, dan lain sebagainya.
3. Presition (ketelitian)
Presition (ketelitian) adalah kemampuan yang berkaitan dengan gerak yang
mengindikasikan tingkat ketelitian tertentu. Kemampuan gerak motorik ini
sebenarnya hampir sama dengan gerak motorik pada tahap manipulasi. Hanya saja,
pada tahap ini telah mencapai tingkat kontrol yang lebih tinggi, sehingga
kesalahannya dapat dieliminasi. Stimulasi yang dapat diberikan untuk menunjang
tercapainya gerak motorik pada tahap ini adalah dengan melatih mengendarai sepeda
roda tiga, berjalan mundur, menyamping, dan zig-zag, melempar bola, menangkap,
menendang, dan lain sebagainya.
4. Articulation (perangkaian)
Articulation (perangkaian) adalah kemampuan untuk melakukan serangkaian
gerakan secara kombinatif dan berkesinambungan. Kemampuan ini membutuhkan
koordinasi antar organ tubuh, saraf, dan mata secara cermat. Kemampuan ini dapat
ditingkatkan dengan mengurutkan serangkaian gerak secara berkesinambungan,
konsisten, ajeg, dan luwes. Stimulasi yang bisa diberikan untuk mencapai
kemampuan gerak motorik pada tahap ini adalah menggambar, mengetik, menulis,
dan lain sebagainya.
5. Naturalization (kewajaran/kealamiahan)
Naturalization (kewajaran/kealamiahan) adalah kemampuan untuk melakukan
gerak secara wajar atau luwes. Untuk dapat melakukan gerak motorik pada tahap ini
diperlukan koordinasi tingkat tinggi antara saraf, pikiran, mata, tangan, dan anggota
badan yang lain. Oleh karena itu, gerak motorik pada tahap ini sering kali menguras
tenaga dan pikiran. Simulasi yang bisa diberikan untuk mencapai kemampuan gerak
motorik pada tahap ini adalah mendemonstrasikan dan memeragakan gerak akrobat
(jungkir balik), pantomim, tampil bergaya, dan lain sebagainya. Khsusu gerak
motorik pada tahap ini, anak tidak serta merta langsung bisa mempraktikkannya,
melainkan harus diulang-ulang hingga mencapai tahap kelenturan dan keluwesan
gerak yang sempurna.
Dengan memberikan berbagai stimulasi secara bertahap sebagaimana
dikemukakan Dave di atas, diharapkan anak mampu mencapai tingkat perkembangan
motorik yang sempurna, sehingga kesempurnaan capaian gerak ini dapat menunjang
tingkat kegeniusannya.

Anda mungkin juga menyukai