Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI VIGOR

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Praktikum Teknologi Benih Semester IV

Oleh:

Putri Amelia

1197060064

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2021
UJI VIGOR

I. Pendahuluan
Kacang hijau merupakan salah satu komoditas kacang-kacangan yang banyak
dikonsumsi rakyat Indonesia. Tanaman ini selain banyak mengandung zat-zat gizi juga
bermanfaat untuk proses pengobatan. Tanaman ini mengandung zat-zat gizi, antara
lain: amilum, protein, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium,
niasin vitamin (B1, A, dan E) (Atman, 2007 dalam Abdillah et al., 2016)
Benih merupakan bahan tanam yang menentukan awal keberhasilan suatu
proses produksi. Sebelum menjadi tanaman, benih harus melalui proses perkecambahan
terlebih dahulu (Hendrato, 2005 dalam Anna, 2017).
Mutu benih mencakup empat komponen yaitu mutu fisik, mutu fisiologis, mutu
genetic, dan mutu kesehatan benih. Salah satu mutu benih yang penting adalah mutu
fisiologis benih yang tercermin dari nilai viabilitas dan nilai vigor (Ningsih el at., 2018)
Pengujian fisiologis dari benih dapat dilakukan dengan cara pengujian viabilitas
dan pengujian secara vigor. Vigor merupakan sejumlah sifat-sifat benih yang
mengindikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang normal, cepat dan
seragam pada kisaran kondisi lapang yang optimum maupun sub optimum (Ilyas, 2015
dalam Anna, 2017).
Uji fisiologis secara vigor merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan agar
benih dapat terjamin mutu dan kualitasnya, sehingga menghasilkan produk benih yang
baik dengan cara mengukur kekuatan benih dalam berkecambah dengan normal pada
lingkungan yang berbeda atau tidak mendukung untuk benih berkecambah. Pengujian
benih dengan uji vigor dilakukan dengan beberapa metode yaitu dengan uji kertas
digulung didirikan, dan calon benih ditaruh di tempat dimana benih itu akan akan
dikecambahkan dengan posisi yang diatur dalam keadaan tidak normal (Silva et al.,
2017).
Benih yang memiliki mutu baik, dapat dilihat dari ukuran dan berat benih. Vigor
benih biasanya berkorelasi dengan ukuran benih, bahwa benih yang memiliki ukuran
dan berat yang lebih besar mempunyai vigor yang lebih baik. Ukuran benih dapat
berpengaruh terhadap perkecambahan benih serta berat benih berpengaruh terhadap
presentase perkecambahan (Wulandari et al., 2015). Benih dengan vigoritas tinggi akan
mampu berproduksinormal pada kondisi sub optimum dan di ataskondisi normal,
memiliki kemampuan tumbuh serempak dan cepat. (Sadjad et al., 1999 dalam Rizky et
al., 2017). Keserempakan tumbuh mengindikasikan vigor daya simpan, karena
keserempakan tumbuh menunjukkan adanya hubungan dengan daya simpan. Artinya
bahwa keserempakan tumbuh yang tinggi mengindikasikan daya simpan kelompok
benih yang tinggi pula. Benih yang mempunyai kecepatan tumbuh dan keserempakan
tumbuh yang tinggi memiliki tingkat vigor yang tinggi (Sadjad et al., 1999 dalam Farida
et al., 2017)

II. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mempelajari beberapa metode uji
vigor benih menggunakan Uji Kertas di Gulung dalam plastik (UKDdp).

III. Metode
3.1 Bahan dan Alat
- Benih Kacang Hijau
- Air
- Garam
- Kertas HVS
- Plastik Mika
- Botol Penyemprot
- Selotip
- Karet Gelang
- Gunting
3.2 Langkah Kerja

Pengujian vigor dilakukan menggunakan Uji Kertas di Gulung dalam plastik


(Ukdp) dengan membuat 2 sampel pengujian pada kertas yang di lembabkan dengan air
dan 2 sampel pengujian pada kertas yang di lembabkan dengan garam. Langkah
pertama yaitu membasahi 3 lembar kertas HVS yang di alasi plastic mika dengan air atau
garam sampai tidak terlalu basah namun cukup lembab. Kemudian meletakkan 25 butir
benih dengan posisi hilum searah pada kertas lembab tadi. Seletah itu, benih ditutup
dengan 2 lebar kertas lainnya yang sudah dilembabkan dengan air atau garam, lalu
kertas digulung dan direkatkan oleh selotip serta di ikat oleh karet. Gulungan kertas
ditelakan disuhu dan tidak terkena langsung sinar matahari. Pengamatan pada benih
kacang hijau dilakukan pada hari ke-4 dan ke-7.

IV. Hasil dan Pembahasan


4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Praktikum Uji Vigor Benih pada Kacang Hijau dengan Metode UKDdp
Ulangan Kontrol Cekaman Salinitas

1 -

2 -

3 -
4 -

5 -

Tabel 2. Keragaan Kecambah Kacang Hijau dengan Metode UKDdp.

Metode
Kecambah Tidak Rata-Rata
Pengecam Kecambah Normal Kecambah Abnormal
Tumbuh Panjang Akar
bahan
UKDdp 5,8 cm
Sampel 1
(Air)
UKDdp - 7,2 cm
Sampel 2
(Air)

UKDdp - - 0,5 cm
Sampel 3
(Garam)

UKDdp - - 0,5 cm
Sampel 4
(Garam)
UKDdp 4 cm
Sampel 5
(Garam)

Tabel 3. Daya Berkecambah Kacang Hijau dengan Metode UKDdp.

Metode Jumlah Jumlah Jumlah


Pengecam Kecambah Kecambah Kecambah Daya Berkecambah
bahan Normal Abnormal Tidak Tumbuh
UKDdp 2 20 3 DB = 2/25 x 100% = 8%

Sampel 1
(Air)
UKDdp 6 19 0 DB = 6/25 x 100% = 24%
Sampel 2
(Air)
UKDdp 0 0 25 DB = 0/25 x 100% = 0%
Sampel 3
(Garam)
UKDdp 0 0 25 DB = 0/25 x 100% = 0%
Sampel 4
(Garam)
UKDdp 2 2 21 DB = 2/25 x 100% = 8%
Sampel 5
(Garam)

Grafik 1. Perbandingan Perlakuan Kontrol vs Cekaman Salinitas


4.2 Pembahasan

Berdasarkan praktikum kali ini yang dilakukan di Kota Bandung tentang uji daya
kecambah pada benih kacang hijau dengan metode Uji Kertas di Gulung dalam plastik
(UKDdp) yang dilakukan di Kota Bandung yang di awali dengan membuat 2 sampel pada
kertas yang dilembabkan dengan larutan air dan 3 sampel pada kertas yang
dilembabkan dengan garam, kemudian memasukkan 25 benih kacang kacang hijau di
setiap sampelnya dan di amati pada hari ke 4 dan hari ke 7.
Perkecambahan merupakan suatu pengaktifan embrio yang mengakibatkan
terbukanya kulit benih dan munculnya tumbuhan muda. Perkecambahan benih juga
merupakan salah satu indikator yang berkaitan dengan mutu benih (Rohandi dan
Widyani, 2009 dalam Naning et al., 2017)
Berdasarkan table 1 hasil pengamatan uji vigor benih pada kacang hijau dengan
metode UKDdp yang dilembabkan menggunakan air lebih banyak tumbuh dibandingkan
pengujian menggunakan larutan garam (salinitas). Hal ini disebabkan karena Kacang
hijau termasuk tanaman glikoita yang peka terhadap kadar garam dalam tanah atau
salinitas. Glikoita (sweet plants) atau nonhaloita merupakan tumbuhan yang mulai
terganggu pertumbuhannya pada kadar garam lebih dari 0,01% (setara 0,15 dS/m)
(Dajic, 2006 dalam Anugrahtama et al., 2020). Salinitas menimbulkan masalah bagi
tanaman melalui tiga cara yaitu a) cekaman kekeringan karena meningkatnya tekanan
osmotik air, b) keracunan ion Cl dan Na karena konsentrasi yang berlebihan, dan c)
ketidakseimbangan unsur hara akibat penghambatan penyerapan hara, serta kombinasi
dari factor-faktor tersebut (Purwaningrahayu dan Taufiq, 2017). Menurut Wahid et al.
(1999) dalam Halindra et al. (2017) adanya NaCl pada proses perkecambahan benih
dapat mengakibatkan terjadinya penghambatan dan mengurangi pemunculan radikula
dan plumula serta mengurangi pertumbuhan kecambah. Selain itu, benih yang diberi
perlakuan NaCl juga menunjukkan adanya struktur benih yang tumbuh abnormal.
Gejala awal bagian ujung helai daun menguning, kemudian membusuk yang
kemudian meluas hingga lebih dari sebagian helaian daun, lalu mengering dan rontok
atau banyak juga yang langsung rontok sebelum daun kering (Taufiq dan
Purwaningrahayu, 2013 dalam Halindra et al. 2017)
Berdasarkan tabel 2 hasil pengamatan keragaan kecambah kacang hijau dengan
Metode UKDdp yang dilembabkan dengam air menunjukkan pada sampel 1 terdapat 2
benih normal, 20 benih abnormal, dan 3 benih tidak tumbuh dengan rata-rata panjang
akar 5,8 cm dan pada sampel 2 terdapat 6 benih normal dan 19 benih abnormal dengan
rata-rata panjang akar 7,2 cm. Sedangkan, UKDdp yang dilembabkan dengan garam
menunjukkan pada sampel 1 terdapat 25 benih tidak tumbuh dengan rata-rata panjang
akar 0,5 cm, pada sampel 2 terdapat 25 benih tidak tumbuh dengan rata-rata panjang
akar 0,5 cm, dan pada sampel 3 terdapat 2 benih normal, 2 benih abnormal, dan 21
benih tidak tumbuh dengan rata-rata panjang akar 4 cm.
Berdasarkan table 3 hasil pengamatan nilai daya kecambah pada kacang hijau
dengan metode UKDdp. Menurut ISTA (1972) dalam Kuswanto (1996) dalam
Nurrachmamila et al. (2017) Daya berkecambah ditentukan dengan menghitung jumlah
benih yang berkecambah normal selama jangka waktu 7 hari dengan menggunakan
rumus:

Daya Kecambah = x 100%


Kertas yang dilembabkan dengan air menunjukkan pada sampel 1 terdapat 2
benih normal sehingga memiliki nilai daya kecambah sebesar 8%, dan pada sampel 2
terdapat 6 benih normal sehingga memiliki daya kecambah sebesar 24%. Sedangkan,
UKDdp yang dilembabkan dengan garam menunjukkan pada sampel 1 dan 2 tidak
terdapat benih normal sehingga memiliki daya kecambah sebesar 0%, dan pada sampel
3 memiliki 2 benih normal sehingga memiliki daya kecambah sebesar 8%.
Niai daya berkecambah dipengaruhi oleh benih yang berkecambah dan jumlah
kecambah yang normal dan abnormal serta benih tidak segar tumbuh. Menurut
Purnobasuki (2011) dalam Irene (2017) Ciri benih normal adalah memiliki akar primer
yang kuat dan panjang, plumula berwarna hijau, perkembangan hipokotil sempurna. Ciri
benih abnormal adalah tidak memiliki akar primer, plumula membusuk. Sedangkan, ciri
benih segar tidak tumbuh adalah benih yang tidak tumbuh sampai akhir dari pengujian,
tetapi masih mempunyai kemampuan untuk tumbuh menjadi normal. Benih jenis ini
mampu menyerap air selama proses pengujian tetapi mengalami hambatan untuk
proses perkembangan selanjutnya. Beberapa hal yang dapat menyebabkan turunnya
mutu benih adalah cara penyimpanan benih yang kurang tepat selama periode
penyimpanan. Hal ini akan meningkatkan laju deteriosasi, sehingga viabilitas dan vigor
benih cepat menurun.

V. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum kali ini, dapat di simpulkan bahwa nilai total daya
kecambah kacang hijau dengan metode UKDdp yang dilembabkan menggunakan air
lebih besar dibandingkan dengan menggunakan larutan garam (salinitas), dimana
UKDdp menggunakan air menunjukkan total nilai daya berkecambah sebesar 32%.
Sedangkan, menggunakan larutan garam menunjukkan total nilai daya berkecambah
sebesar 8%. Hal ini dapat disebabkan karena perkecambahan benih salinitas dapat
menghambat dan mengurangi pemunculan radikula dan plumula. Adanya garam ini
dapat mrusak sel dan stuktur pada benih.
VI. Daftar Pustaka
Abdillah, M., Setyastuti, P., Supriyanta. 2016. Daya Simpan Benih Kacang Hijau (Vigna
radiata (L.) R. Wilczek) Hasil Tumpangsari dengan Jagung Manis (Zea mays L.
saccharata) dalam Barisan. Vegetalika. Vol 5 No. 1 Hal 1-12
Anna, Tefa. 2017. Uji Viabilitas dan Vigor Benih Padi (Oryza sativa, L.) selama
Penyimpanan pada Tingkat Kadar Air yang Berbeda. Jurnal Pertanian Konservasi
Lahan Kering. Vol 2 No.3 Hal 48-50.
Anugrahtama, P., Supriyanta, Taryono. 2020. PEMBENTUKAN BINTIL AKAR DAN
KETAHANAN BEBERAPA AKSESI KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) PADA KONDISI
SALIN. Agrinova: Journal of Agriculture Innovation. Vol. 3 No. 1 Hal 001-005.
Atman. 2007. Teknologi Budidaya Kacang Hijau (Vigna radiata L.) di Lahan Sawah. Jurnal
Ilmiah Tambua. VI. No. 1. P: 89-95.
Dajic, Z. 2006. Salt Stres. In: KVM. Rao, AS. Raghavendra dan K. J. Reddy (Eds .).
Physioloogical and Molecular Biology of Stress Tolerance in Plants. Springer,
Netherland, p: 41 – 99
Farida Z. N. L. E., Darmawan S., Respatijarti. 2017. UJI VIGOR DAN VIABILITAS BENIH
DUA KLON KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) PADA BEBERAPA PERIODE
PENYIMPANAN. Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 5 No. 3 Hal 484-492
Halindra, Y., Elvi Rusmiyanto P.W., Riza Linda. 2017. Perkecambahan Benih Padi (Oryza
sativa L.) Lokal Asal Kalimantan Barat Berdasarkan Tingkat Salinitas. Protobiont.
Vol. 6 No. 3 Hal 295-302.
Hendarto, K. 2005. Dasar-dasar Teknologi dan Sertifikasi Benih. Andi Offset : Yogyakarta.
Irene P., Triono B. S., 2017. Respon Perkecambahan Benih Padi (Oryza sativa L.) Varietas
Lokal SiGadis Hasil Iradiasi Sinar Gamma. Jurnal Sains dan Seni ITS. Vol. 6 No. 2
Hal 2337-352.
Kuswanto. 1996. Dasar-dasar Teknologi Produksi dan Sertifikasi Benih, 1st ed.
Yogyakarta: Andi Offset.
Naning Y., Megawati, Budi L. 2017. PENGARUH METODE PERKECAMBAHAN DAN
SUBSTRAT KERTAS TERHADAP VIABILITAS BENIH (Eucalyptus pellita F. Mull).
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. Vo. 6 No. 1 Hal 13-19.
Ningsih, Ni Nyoman Dwi Respita., I Gestu Ngurah Raka, I Ketut Siadi, dan Gusti Ngurah
Alit Susanta Wirya. 2018. Pengujian Mutu Benih Beberapa Jenis Tanaman
Hortikutura yang Beredar di Bali. Jurnal Agroekoteknologi Tropika. Vol. 7 No.1 :
64 – 72
Nurrachmamil, P., Triono S. 2017. Analisis Daya Perkecambahan Padi (Oryza sativa L.)
Varietas Bahbutong Hasil Iradiasi. JURNAL SAINS DAN SENI ITS. Vol. 6 No. Hal
2337-3520.
Purnobasuki, Hery. 2011. Perkecambahan. Jakarta: Grafindo.
Purwaningrahayu dan Taufiq. 2017. Respon Morfologi Empat Genotip Kedelai Terhadap
Cekaman Salinitas (Morphological Responses of Four Soybean Genotypes to
Salinity Stress). Jurnal Biologi Indonesia. Vol. 13 No. 2 Hal 175-188.
Rohandi, A. dan Widyani, N. 2009. Pengaruh Tingkat Devigorasi dan Kerapatan Benih
Krasikarpa Terhadap Pertumbuhan Semainya. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman,
4(1), 13-26.
Sadjad, S., Muniarti, E., Ilyas, S. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari Komperatif
ke Simulatif. GrasindoGramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Silva, C. B. D., R. M. Bardosa, R. D. Vieira. 2017. Accelerated Aging As Vigor Test For Sunn
Hemp Seeds.Ciencie Rurar, 47 (1) : 1-6.
Wahid, A, Rasul, E & Rao, AR. 1999. Germination of Seeds and Propagules Under Salinity
stress, In, M. Pessarakli (Ed.), Handbook of Plant and Crop Stress.2nd ed. Marcel
Dekker Inc, New York, USA
Widya S., M. Fadhil F. 2017. PENGARUH MEDIA PENYIMPANAN BENIH TERHADAP
VIABILITAS DAN VIGOR BENIH PADIPANDANWANG. Jurnal Agroscience. Vol. 7
No. 2.
Wulandari, W., A, Bintoro, dan Duryat. 2015. Pengaruh Ukuran Berat Benih terhadap
Perkecambahan Benih Merbau Darat (Intsia palembanica). Syha Lestari 3(2):79-
88.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai