Anda di halaman 1dari 20

PEMBELAJARAN IPA SD

Karakteristik Dan Hakikat Pembelajaran IPA di SD

Dosen Pengampu : Ivayuni Listiani M. Pd, S. Pd

Disusun Oleh :

1. Aqias Tri Imanda (2102101208)

2. Imilia Triana Febianti (2102101213)

3. Amelia Putri Susanto (2102101216)

4. Aldino Baradella Oca (2102101217)

5. Yeni Rahmawati (2102101220)

6. Adnafika Fidhy Septiana (2102101229)

7. Tegar Aji Pasha (2102101232)

8. Levia Vega Tri Serinawati (2102101234)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI MADIUN

(UNIPMA)

MARET 2022

1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya dan tak lupa semoga sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan nabi
besar kita rasulullah Muhammad SAW sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Karakteristik Pembelajaran IPA dan Hakekat Pembelajaran IPA di SD” ini tanpa adanya
kendala dan terselesaikan pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen Ibu
Ivayuni Listiani, S. Pd, M.Pd. Pada mata kuliah yang diampu beliau yaitu mata kuliah Pembelajaran
IPA SD Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kami tentang
Karakteristik Pembelajaran IPA dan Hakekat Pembelajarn IPA di SD.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ivayuni Listiani, selaku dosen mata kuliah
Pembelajaran IPA SD yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini
Sekian dari kami bila ada kesalahan kami mohon maaf
Wassalamualaikum wr.wb

Madiun, 12 Maret 2022

Penulis : Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar 2
Daftar isi 3
Bab I 4
Latar belakang 4
Rumusan masalah 4
Tujuan pembahasan 5
Bab II 6
A. Pengertian Karakteristik Pembelajaran IPA dan Hakikat Pembelajaran IPA 6
B. Contoh dan Penerapan Karakteristik Serta Hakikat Pembelajaran IPA di SD 10
C. Manfaat Penerapan Pembelajaran IPA di SD 11
D. Kedudukan Ipa Sebagai Produk 12

E. Kedudukan Ipa Sebagai Proses Melalui KPS 12


F. Pengertian Dan Jenis-Jenis KPS 13

G. Kedudukan Ipa Sebagai Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran IPA di SD 15


H. Paradigm Konstruktisvisme Dalam Pembelajaran IPA di SD 16

Kesimpulan dan Saran 19


Daftar Pustaka 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebelum mendalami mengenai pembelajaran ipa sd tentunya kita harus mengetahui
terlebih dahulu mengenai karakteristik IPA dan hakekat pembelajaran IPA di SD.
Khususnya bagi mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar yang kelak akan menjadi calon
tenaga pendidik di Sekolah Dasar. Karena kita tahu bahwa Pembelajaran IPA di SD adalah
mata pelajaran yang wajib diajarkan kepada anak mulai dari jenjang SD hingga SMA
bahkan dalam jenjang perguruan tinggi. Namun seiring berjalannya zaman tentunya banyak
perubahan terkait kurikulum yang berlaku, saat ini yang berlaku adalah kurikulum K-13 dan
pembelajaran Tematik bagi anak SD yang mencangkup berbagai mata pelajaran. Oleh
karena itu sebelum kita membahas lebih lanjut terkait pembelajaran ipa di sd, tentunya kita
harus dapat membedakan karakteristik pembelajaran ipa dan hakekat pembelajran ipa di SD.
Agar kita mampu mengajarkannya kepada peserta didik dengan baik dan menjadi guru yang
profesonal untuk mencetak, mendidik dan mencerdaskan peserta didik kita

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa pengertian Karakteristik Pembelajaran IPA dan Hakekat Pembelajarn IPA di
SD?
2. Apa contoh dan penerapan Karakteristik serta Hakekat Pembelajaran IPA di SD?
3. Apa manfaat penerapan pembelajaran IPA di SD
4. Bagaimana Kedudukan IPA sebagai Produk?
5. Bagaimana Kedudukan IPA sebagai Proses melalui KPS?
6. Apa pengertian dan jenis-jenis KPS?
7. Bagaimana Kedudukan IPA sebagai sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA di
SD?
8. Bagaimana Paradigma Konstruktisvisme dalam pembelajaran IPA di SD?

4
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian Karakteristik Pembelajaran IPA dan Hakekat
Pembelajaran IPA di SD
2. Untuk mengetahui contoh dan penerapan Karakteristik serta Hakekat
Pembelajaran IPA di SD
3. Untuk mengetahui manfaat penerapan pembelajaran IPA di SD
4. Untuk mengetahui Kedudukan IPA sebagai Produk
5. Untuk mengetahui Kedudukan IPA sebagai Proses melalui KPS
6. Untuk mengetahui Pengertian dan jenis-jenis KPS
7. Untuk mengetahui Kedudukan IPA sebagai sikap ilmiah dalam pembelajaran
IPA di SD
8. Untuk mengetahui Paradigma Konstruktivisme dalam pembelajaran IPA di SD

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN IPA DAN HAKEKAT


PEMBELAJARAN IPA DI SD
1. Karakteristik Pembelajaran IPA
IPA disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Setiap disiplin
ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri khusus atau karakteristik. Adapun
ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta aturan
yang yang menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut disusun
secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga mudah
dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi (Prawirohartono, 1989: 93).
Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan sebagai berikut:
a) IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi
oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang
dilakukan terdahulu oleh penemunya.
Contoh : nilai ilmiah ”perubahan kimia” pada lilin yang dibakar. Artinya benda
yang mengalami perubahan kimia, mengakibatkan benda hasil perubahan sudah
tidak dapat dikembalikan ke sifat benda sebelum mengalami perubahan atau tidak
dapat dikembalikan ke sifat semula.
b) IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan
dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Teori IPA diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan
melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, observasi
dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain
c) IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan.
Dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil
eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi
lebih lanjut (Depdiknas, 2006).
d) IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi, dan sikap.
Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur
pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan,
penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan,

6
pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan
kesimpulan.
Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam
kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam,
makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar.
Karakteristik Belajar IPA
Berdasarkan karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan.
a) Uraian karakteristik belajar IPA dapat diuraikan sebagi berikut.
Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir,
dan berbagai macam gerakan otot. Contoh, untuk mempelajari pemuaian pada
benda, kita perlu melakukan serangkaian kegiatan yang melibatkan indera penglihat
untuk mengamati perubahan ukuran benda (panjang, luas, atau volume), melibatkan
gerakan otot untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang
sesuai dengan benda yang diukur dan cara pengukuran yang benar, agar diperoleh
data pengukuran kuantitatif yang akurat.
b) Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik).
Misalnya, observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi. Termasuk teknik manakah
yang Anda gunakan ketika Anda belajar fenomena gerak jatuh bebas?Mengapa
demikian?
c) Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu
pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu sangat
terbatas. Selain itu, ada hal-hal tertentu bila data yang kita peroleh hanya
berdasarkan pengamatan dengan indera, akan memberikan hasil yang kurang
obyektif, sementara itu IPA mengutamakan obyektivitas. Misal, pengamatan untuk
mengukur suhu benda diperlukan alat bantu pengukur suhu yaitu termometer.
d) Belajar IPA seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah (misal seminar,
konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu objek,
penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan tersebut kita lakukan semata-
mata dalam rangka untuk memperoleh pengakuan kebenaran temuan yang benar-
benar obyektif. Contoh, sebuah temuan ilmiah baru untuk memperoleh pengakuan
kebenaran, maka temuan tersebut harus dibawa ke persidangan ilmiah lokal,
7
regional, nasional, atau bahkan sampai tingkat internasional untuk dikomunikasikan
dan dipertahankan dengan menghadirkan ahlinya.
e) Belajar IPA merupakan proses aktif. Belajar IPA merupakan sesuatu yang harus
siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa. Dalam belajar IPA,
siswa mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan, memperoleh
pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala alam, menguji penjelasan
tersebut dengan cara-cara yang berbeda, dan mengkomunikasikan gagasannya pada
pihak lain. Keaktifan dalam belajar IPA terletak pada dua segi, yaitu aktif bertindak
secara fisik atau hands-on dan aktif berpikir atau minds-on (NRC, 1996:20).
Keaktifan secara fisik saja tidak cukup untuk belajar IPA, siswa juga harus
memperoleh pengalaman berpikir melalui kebiasaan berpikir dalam belajar IPA.
Ditinjau dari isi dan pendekatan kurikulum pendidikan sekolah tingkat pendidikan
dasar dan pendidikan menengah yang berlaku saat ini maupun sebelumnya, pembelajaran
di sekolah dititikberatkan pada aktivitas siswa. Dengan cara ini diharapkan pemahaman
dan pengetahuan siswa menjadi lebih baik.
Di tingkat SD/MI diharapkan pembelajaran IPA ada penekanan pembelajaran
Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada
pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep
IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

2. Hakekat Pembelajaran IPA di SD


Chippetta dalam prasetyo (2013) mengutarakan bahwa hakikat IPA adalah sebagai a
way of thingking (cara berpikir), a way of investigating (cara penyelidikan) dan a vody of
knowledge (sekumpulan pengetahuan).  IPA merupakan susunan sistematis hasil temuan
yang dilakukan para ilmuwan. Hasil temuan tersebut berupa fakta, konsep, prinsip, hukum,
teori, maupun modal ke dalam kumpulan pengetahuan sesuai dengan bidang kajiannya,
misalnya biologi, kimia, fisika, dan sebagainya.
IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang
satu dengan cara yang lain (Abdullah, 1998: 18). IPA berhubungan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan (Sri Sulistyorini, 2007: 39).

8
Menurut Iskandar IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang Terjadi
alam (Iskandar, 2001: 2). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang
dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi
tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah
antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya,
mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dan
membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam (Depdiknas dalam
Suyitno, 2002: 7).
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran IPA adalah ilmu
yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai pengetahuan,
gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan
penyajian gagasan-gagasan.
Menurut Standar Isi yang ditetapkan oleh Depdiknas RI yang mana juga digunakan
oleh Depag RI, terungkap bahwa tujuan pembelajaran sains di MI/SD, Yakni agar peserta
didik memiliki kemampuan: sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa Berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
Bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang Adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, Teknologi dan
masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
Memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga Dan
melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala Keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai Dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MT.

Sedangkan untuk ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum Meliputi:

9
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan Dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, Cahaya
dan pesawat sederhana
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
Langit lainnya.

B. CONTOH DAN PENERAPAN KARAKTERISTIK SERTA HAKEKAT


PEMBELAJARAN IPA DI SD
Karakteristik IPA
IPA mempunyai nilai ilmiah yaitu IPA dapat dibuktikan kebenarannya menggunakan
metode ilmiah sesuai prosedur berdasarkan peneliti sebelumnya. Contoh:bumi itu bulat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Christopher Columbus menjelajah dunia dengan
pelayaran, kita juga dapat melakukan penelitian dengan cara melihat matahari tenggelam di
laut, seolah-olah matahari masuk ke dalam laut. Selain itu, saat kita melihat para nelayan yang
berlaut dari tengah, menuju ke daratan, seolah-olah kita seperti melihat para nelayan muncul
dari dalam laut.
IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, suatu
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Contohnya pada sistem
pencernaan. Manusia makan menggunakan mulut, lalu ditelan melewati kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, dan terakhir anus. Dan pada setiap masuk ke dalam salah
satu organ, makanan di proses.
IPA merupakan pengetahuan teoritis yaitu terdiri dari seperangkat konsep atau dengan
kata lain terdapat banyak konsep (serangkaian konsep) yang saling berkaitan satu dengan
lainnya. Contohnya konsep sistem pencernaan manusia dengan konsep sistem metabolisme
tubuh manusia.
IPA merupakan suatu rangkaian konsep yaitu sebuah gagasan umum atau pemahaman
tentang sesuatu hal, tidak harus saling berkaitan dengan yang lain. Dan hanya 1 konsep saja,
dengan kata lain konsep tersebut berdiri sendiri. Contohnya konsep sistem pencernaan pada
manusia, konsep pernafasan manusia, konsep metabolisme tubuh, konsep sistem peredaran
darah, dan lain-lain.

10
C. Manfaat Penerapan Pembelajaran IPA di SD
Segala sesuatu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar pastinya mempunyai
manfaat masing-masing. Begitu juga pentingnya pembelajaran IPA di SD.
Berikut ini manfaat pelajaran IPA di SD atau MI yang sebaiknya orang tua pahami.
1. Siswa dapat memahami  semua benda-benda yang ada di dunia ini beserta kegunaan dan
sifatnya. Untuk benda dan materi tersebut mencakup banda padat, benda cair, dan gas.
Selain itu, siswa dapat memahami  semua anatomi makhluk hidup yang ada di muka
bumi yang mencakup tumbuhan, binatang dan manusia.
2. Pentingnya pembelajaran IPA di SD juga agar siswa bisa mengetahui dan memahami
berbagai macam energi yang terdapat di bumi. Seperti energi cahaya, energi listrik,
energi magnet, energi panas, bunyi, dan gaya serta dapat menerapkannya dalam
kegiatan sehari-hari.
3. Manfaat pelajaran IPA di SD juga agar siswa dapat mengetahui kondisi dan struktur
alam semesta yang sangat luas. Baik tentang tata surya, bumi dan tanah serta bintang
dan objek di langit seperti planet dan nama-nama planet.
4. Siswa-siswi sekolah dasar (SD) juga akan diberikan pemahaman yang baik dan benar
terhadap konsep, prinsip, kaidah,  dan teori IPA yang sangat mendasar dan umum
beserta tokoh-tokoh pencetusnya.
Dengan demikian manfaat pelajaran IPA di SD sangat besar terutama dalam
menumbuhkan minat siswa dalam mempelajari pengetahuan alam yang  ditemui sehari-hari.
Sehingga siswa dapat mengetahui tentang dirinya dan lingkungannya maupun hubungan
dirinya dengan lingkungan alamnya.
Semua ini dapat membuat siswa tersadarkan akan besarnya kekuasaan, keagungan Allah
SWT dengan melihat dan memperhatikan ciptaan Tuhan yang merupakan bagian dari
pentingnya pembelajaran IPA di SD.

11
D. Kedudukan IPA sebagai Produk
Produk IPA adalah semua pengetahuan tentang gejala alam yang telah dikumpulkan
melalui observasi. Jadi dasar pembentukan produk IPA adalah data yang diperoleh melalui
observasi. Data adalah fakta yang telah diketahui kondisinya produk IPA yaitu :
a) Fakta ialah data dari hasil observasi berulang-ulang yang telah diketahui kondisinya.
b) Konsep adalah ide atau gagasan yang digeneralisasikan atau diabstraksikan dari
Pengalaman. Dari pengaamatan sifat-sifat yang sama dari berbagai obyek seperti besi,
tembaga, perak, emas dan lain-lain timbul pengertian konsep logam. Logam merupakan
suatu konsep. Contoh konsep yang lain seperti, unsur, asam, basa, listrik dan sebagainya.
c) Prinsip adalah generalisasi atau abstraksi dari konsep-konsep yang berhubungan.
Misalnya semua elektrolit dapat menghantarkaan arus listrik. Pernyataan ini mengandung
tiga konsep : elektrolit, menghantarkan dan arus listrik. Contoh lagi : Gas mengalir dari
tekanan tinggi ketekanan yang lebih rendah.
d) Hukum adalah generalisasi dari konsep-konsep yang berhubungan, yang digunakan untuk
menjelaskan banyak gejala.
Contoh : Tiap senyawa disusun oleh unsure dengan perbandingan tertentu dan tetap. Di
sini konsep senyawa, unsur, dan perbandingan dapat memberikan variasi yang
bermacam-macam.

E. Kedudukan IPA sebagai Proses melalui KPS


Sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para saintis dalam menemukan
berbagai hal sebagai implikasi dari temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau kejadian-
kejadian alam. Jadi dalam prosesnya kita bisa berfikir dalam pemecahan masalah yang ada di
lingkungan. 
Jadi IPA sebagai proses merupakan cara yang dilakukan untuk memperoleh ilmu
pengetahuan alam. Cara untuk memperolehnya yaitu melalui keterampilan proses
sains(KPS). KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam
memahami, mengembangkan, dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi
setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains
serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/mengembangkan pengetahuan yang telah
dimiliki.
Keterampilan proses mencakup keterampilan berpikir/keterampilan intelektual yang
dapat dipelajari dan dikembangkan oleh siswa melalui proses belajar mengajar di kelas, yang
dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan tentang produk IPA. Keterampilan proses
perlu dikembangkan untuk menanamkan sikap ilmiah siswa.
12
F. Pengertian dan jenis-jenis KPS
Keterampilan proses sains merupakan kegiatan yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan
dalam menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk-produk sains. Keterampilan proses
dalam pembelajaran sains merupakan suatu model atau alternatif pembelajaran sains yang
dapat melibatkan siswa dalam tingkah laku dan proses mental, seperti ilmuwan. Funk dalam
Dimyati (2009: 140) mengemukakan bahwa: “berbagai keterampilan proses dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu keterampilan proses dasar (basic skill) dan keterampilan
terintegrasi (integrated skill). Keterampilan proses dasar meliputi kegiatan yang berhubungan
dengan observasi, klasifikasi, pengukuran, komunikasi, prediksi, dan inferensi. Keterampilan
terintegrasi terdiri atas: mengidentifikasi variabel, tabulasi, grafik, diskripsi hubungan
variabel, perolehan dan proses data, analisis penyelidikan, dan hipotesis eksperimen”.
Padilla (Susilo, 2013: 6) menerangkan : Keterampilan proses sains dapat dibagi dalam
dua kelompok, yaitu keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terintegrasi.
Keterampilan proses dasar merupakan pondasi untuk mempelajari keterampilan proses
terintegrasi. Keterampilan proses dasar meliputi mengobservasi, menginferensi, mengukur,
mengkomunikasikan, mengklasifikasikan dan memprediksi, sedangkan yang termasuk dalam
keterampilan proses terintergrasi adalah mengontrol variabel, memberikan definisi oprasional,
merumuskan hipotesis, menginterpretasikan data, melakukan eksperimen, dan merumuskan
model.
Setiap keterampilan proses memiliki indikator dan karakteristik yang dapat digunakan
sebagai rambu-rambu untuk mengukur tingkat kemampuan keterampilan proses sains siswa.
Jenis-Jenis Keterampilan Proses Sains. Keterampilan proses sains dibagi menjadi beberapa
jenis antara lain:
1. Keterampilan Observasi
Keterampilan observasi berkaitan dengan memaksimalkan fungsi alat indra untuk
menggambarkan suatu objek atau mengukur karakteristik suatu objek yang diamati.
Siswa harus menggunakan dan memaksimalkan fungsi indra yang dimiliki untuk melihat
dengan cermat, mendengarkan, merasakan, mencium, dan mengecap. Hal ini akan
berakibat pada hasil pengumpulan fakta yang relevan dan memadai.  

2. Keterampilan Klasifikasi 
Klasifikasi atau mengelompokkan merupakan keterampilan untuk mengelompokkan
sesuatu berdasarkan hal-hal tertentu. Mengidentifikasi perbedaan dan persamaan objek
yang diamati adalah hal dasar yang harus dimiliki untuk menguasai keterampilan ini.
13
Dalam klasifikasi, hal mendasar yang harus diperhatikan adalah: mencari perbedaan dan
persamaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan menemukan dasar dalam
suatu pengelompokan.
3. Keterampilan Interpretasi 
Interpretasi atau menafsirkan merupakan penarikan kesimpulan sementara pada data
hasil pengamatan. Tanpa adanya penafsiran hasil penelitian tidak akan berguna. Karena
itu, hasil pengamatan yang dihasilkan harus dihubungkan satu sama lain, siswa juga
harus berusaha menemukan pola dalam pengamatan untuk menentukan kesimpulan.
Keterampilan interpretasi meliputi keterampilan mencatatat data hasil pengamatan,
menemukan hubungan dalam hasil pengamatan, menemukan pola keteraturan dari satu
seri pengamatan untuk diperoleh suatu kesimpulan.
4. Keterampilan Prediksi 
Data pengamatan dan kecenderungan yang dihasilkan dalam penelitian seharusnya
merangsang siswa untuk melakukan prediksi. Siswa dikatakan memiliki kemampuan
prediksi apabila mampu menggunakan pola-pola hasil pengamatan untuk menemukan
kemungkinan apa saja yang akan terjadi bahkan sebelum melakukan pengamatan
langsung. Keterampilan prediksi berupa keterampilan mengajukan perkiraan mengenai
sesatu yang belum terjadi berdasarkan data yang sudah ada.
5. Keterampilan mengajukan pertanyaan 
Sebelum mempelajari suatu permasalahan siswa harus memiliki keterampilan
mengajukan pertanyaan. Siswa harus berani mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk
kemudian ditemukan jawabannya melalui serangkaian proses ilmiah. Siswa dapat
mengajukan pertanyaan untuk meminta penjelasan mengenai apa, mengapa, bagaimana,
ataupun menanyakan latar belakang suatu hipotesis. 
6. Keterampilan Berhipotesis 
Keterampilan berhipotesis merupakan keterampilan merumuskan suatu teori atau
pendapat yang dianggap benar. Hipotesis butuh bukti untuk menguatkan suatu praduga.
Berhipotesis tidak sama dengan prediksi. Hipotesis berdasarkan pada pemahaman suatu
teori atau konsep dengan metode deduktif, sedangkan prediksi didasarkan pada data atau
pola dan cenderung menggunakan metode induktif.
7. Keterampilan Merencanakan Percobaan atau Penyelidikan 
Sebelum melakukan percobaan siswa harus memiliki keterampilan merencanakan
percobaan diantaranya menentukan alat dan bahan yang sesuai, menentukan semua
variabel penelitian, menentukan objek yang akan diamati, diukur, dan dicatat serta
menentukan langkah kerja dan teknik pengolahan data percobaan. 
14
8. Keterampilan Menggunakan Alat dan Bahan 
Pengembangan keterampilan ini dapat dilakukan apabila siswa menggunakan alat dan
bahan secara langsung untuk mendapatkan pengalaman langsung. Siswa harus
memahami prosedur penggunaan dari alat dan bahan tersebut. 
9. Keterampilan Menerapkan Konsep  
Keterampilan ini meliputi keterampilan menjelaskan peristiwa baru
dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki, begitu pula bagaimana penerapan
konsep dalam situasi baru, atau penerapan rumus-rumus pada pemecahan soal-soal
baru. 
10. Keterampilan Berkomunikasi 
Percobaan tidak terlepas dari interaksi antar individu dan menginformasikan hasil
percobaan kepada orang lain. Komunikasi dapat berupa lisan ataupun tulisan.
Komunikasi dapat dibuat dalam bentuk paparan sistematis dalam bentuk laporan tertulis.
Keterampilan berkomunikasi meliputi keterampilan dalam membaca suatu grafik, tabel,
maupun diagram.

G. Kedudukan IPA sebagai sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA di SD


IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam
yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan
ketrampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi
pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan
dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat
kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-
gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang
gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya
dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.
Secara sederhana IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis tentang gejala alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan
fakta tetapi juga oleh timbulanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Dari definsi itu dapat disimpulkan bahwa pengertian IPA meliputi 3 hal yaitu produk,
proses, dan sikap ilmiah :
a) Produk IPA yaitu berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori.
b) Proses IPA atau metode ilmiah yaitu cara kerja yang dilakukan untuk memperoleh
hasil-hasil IPA atau produk IPA.

15
c) Nilai atau sikap ilmiah yaitu semua tingkah laku yang diperlukan selama melakukan
proses IPA, sehingga diperolah hasil IPA
IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh
semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan
terdahulu oleh penemunya. Contoh : nilai ilmiah ”perubahan kimia” pada lilin yang dibakar.
Artinya benda yang mengalami perubahan kimia, mengakibatkan benda hasil perubahan sudah
tidak dapat dikembalikan ke sifat benda sebelum mengalami perubahan atau tidak dapat
dikembalikan ke sifat semula.

H. Paradigma Konstruktisvisme dalam pembelajaran IPA di SD


Konstruktivistik merupakan landasan filosofi yang meyakini bahwa Pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas Melalui konteks yang
terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah Seperangkat fakta konsep atau kaidah
yang siap untuk diambi dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui Pengalaman nyata (Nurhadi, 2002:10-11). Sedangkan Suparno
(1997:28) Mengatakan konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil
Konstruksi manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi Dengan objek,
fenomena, pengalaman dan lingkungan. Suatu pengetahuan Dianggap benar bila pengetahuan
itu dapat berguna untuk menghadapi dan Memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai.
Paham Konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan tidak dapat Dipindahkan begitu
saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa Harus aktif secara mental
membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya.
Relasi yang terbangun adalah guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor dan teman
yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta
didik. Dalam paradigma absolutisme, siswa dianggap tidak memiliki pengetahuan apa pun
ketika berada di awal proses pembelajaran. Ibarat sebuah botol kosong.
Sebaliknya, Dalam paradigma konstruktivisme, siswa diakui telah memiliki pengetahuan.
Pengetahuan yang dimiliki sebelum mengikuti proses kegiatan pembelajaran yang
sesungguhnya sering diberi label pengetahun awal siswa. Pengetahuan awal ini diperolehnya
dari sumber-sumber belajar yang tersedia di luar bangku sekolah atau dari pembelajaran
sebelumnya.
Pembelajran yang mengacu pada pandangan Konstruktivisme lebih memfokuskan pada
kesuksesan siswa dalam Mengorganisasikan pengalaman mereka dengan kata lain siswa lebih
berpengalaman untuk mengonstruksikan sendiri pengetahuan mereka melalui Asimilasi dan
akomodasi.

16
Pada dasarnya tidak terdapat pendekatan, strategi, metode, gaya atau pola mengajar yang
paling baik untuk semua materi pelajaran, yang ada adalah sesuai Atau tidak dengan materi
pelajaran pada waktu dan kondisi pelaksanaannya. Oleh karena itu guru diharapkan menguasai
berbagai macam pendekatan, strategi, Metode, gaya atau pola mengajar sebab setiap
pendekatan, strategi, metode, gaya Atau pola mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dan Kekurangan dalam menggunakan model konstruktivisme Menurut Sidik
(2008) adalah :
a) Kelebihan:
9. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan Kepada
siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan
bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa
memberikan penjelasan tentang gagasannya.
10. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang
Berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan
disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan
mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk Merangkai fenomena,
sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan Memadukan gagasan tentang
fenomena yang menantang siswa.
11. Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir
tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, Imajinatif,
mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkanGagasan-gagasan
pada saat yang tepat.
12. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa
untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk Memperoleh
kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, Baik yang telah
dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa Untuk menggunakan
berbagai strategi belajar.
13. Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan Perubahan
gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta Memberi kesempatan
siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
14. Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang Kondusif
yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan
menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.

b) Kekurangan:
17
1. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil
Konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuan sehingga
menyebabkan miskonsepsi.
2. Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya Sendiri,
hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa Memerlukan
penanganan yang berbeda-beda.
3. Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah Memiliki
sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa.

18
KESIMPULAN
Karakteristik Pembelajaran IPA, karakteristik adalah ilmu yang memiliki ciri-ciri khusus.
Berdasarkan karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sedangkan
hakikat pembelajaran IPA adalah IPA merupakan susunan sistematis hasil temuan yang dilakukan
para ilmuwan. Hasil temuan tersebut berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, maupun modal ke
dalam kumpulan pengetahuan sesuai dengan bidang kajiannya, misalnya biologi, kimia, fisika, dan
sebagainya.IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori.
KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami,
mengembangkan, dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai
bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan
memperoleh pengetahuan baru/mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.

SARAN
Berdasarkan penulisan makalah ini, maka penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut.
1. Mahasiswa hendaknya dapat menguasai dan memahami karakteristik pembelajaran IPA dan
hakikat pembelajaran IPA di SD.
2. Mahasiswa hendaknya dapat membedakan antara karakterirtik dengan hakikat.
3. Mahasiswa hendaknya dapat menguasai dan memahami KPS .
4. Mahasiswa hendaknya dapat menerangkan jenis-jenis KPS

19
DAFTAR PUSTAKA

Anita , 2013. Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Pembelajaran Ipa Materi Gaya (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas V Sd Negeri
Bukanagara Lembang Semester Ii Tahun Ajaran 2012/ 2013) Universitas Pendidikan
Indonesia | repository.upi.edu

Anisa Rahmawati. (2016). HAKIKAT IPA DAN KARAKTERISTIK IPA. Retrieved maret 13, 2002,
from 123dok.com: https://123dok.com/document/q51948gy-hakikat-ipa-dan-karakteristik-
ipa.html
Meylani C.Mamonto. Wawan Suprianto Nadra. (2018, maret 11). Pendidikan IPA kelas tinggi.
Retrieved maret 13, 2022, from KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN IPA DI SD:
http://hakikataipa.blogspot.com/2018/03/karakteristik-pembelajaran-ipa-di-sd_13.html?m=1

Wedyawati, N., & Lisa, Y. (2019). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Deepublish.


Arief, M. (2022). KETERAMPILAN PROSES PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (IPA) MI/SD DAN SIKAP ILMIAH. Darussalam, 22(2).

20

Anda mungkin juga menyukai