Anda di halaman 1dari 5

Nama : Julianti

NPM : 1842055

Tugas Pertemuan 1 : 5AKMB

1. Ringkasan Film Dokumenter “Diam & Dengarkan”


CHAPTER I
Sejak awal mula bumi terbentuk, terdapat banyak kelahiran dan kematian yang
terjadi, fenomena ajaib dan bencana yang tidak dapat dihindari. Fenomena ajaib
antara lain yaitu teori evolusi yang berawal dari makhluk uniseluler yang lambat
laun menjadi multiseluler, spesies-spesies baru mulai bermunculan dan variasi ini
diklasifikasikan menjadi beberapa kingdom. Hingga pada akhirnya melahirkan
genus Homo Sapiens yang merupakan nenek moyang bagi para manusia.
Sedangkan bencana yang digambarkan cenderung masif, yitu oxygen holocaust,
letusan gunung super vulkanik, meteor jatuh, kepunahan massal, zaman es,
pemanasan global, zaman es mencair, dan Homo Sapiens.
Penjelasan lanjut mengenai alasan Homo Sapiens menjadi bagian bencana
karena dalam usia peradaban sekitar dua belas ribu tahun, Homo Sapiens telah
bertanggungjawab atas beberapa kepunahan spesies dan mengancam kelangsungan
hidup makhluk hidup di bumi. Sebagai contoh, kura-kura yang menderita karena
sampah yang mencemari habitatnya dan eksploitasi alam yang masif. Jika dilihat
dari sisi pandang bumi, Homo Sapiens merupakan bencana baginya.
Namun, walaupun Homo Sapiens merupakan ancaman bagi bumi, mereka juga
berjuang dari ancaman yang berasal dari mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan
jamur. Mikroorganisme in bisa menyebabkan penyakit yang menyebar luas menjadi
wabah bahkan pandemi, kedua hal itu sudah terjadi padad saat zaman Firaun, zaman
Yesus, bangsa Maya dan Aztec. Contoh kasus besar yang pernah terjadi di bumi
yaitu Black Death, kasus cacar, dan Spanish Flu yang menyebabkan jutaan korban
jiwa.
Dalam sejarahnya, manusia pernah tidak ada di bumi. Sehingga tidak heran jika
suatu saat manusia punah. Manusia memang berbeda dari makhluk hidup lain.
Manusia dapat bernyanyi, berdansa, bercengkerama, tingkat kecerdasan yang
tinggi, sedangkan hewan dan tumbuhan tidak bisa. Namun perbedaan itu tidak
menjamin manusia untuk dapat bertahan hidup.
Kelangsungan hidup bumi dan nasib semua makhluk hidup di bumi bergantung
pada manusia, kehancuran akan terus terjadi jika manusia tetap melangsungkan
ancaman nuklir, deforestasi, konsumerisme, agrikultur, eksploitasi lahan,
eksploitasi hewan, modifikasi genetik, perburuan liar, polusi udara, polusi air,
polusi tanah, dan lainnya.
Tidak seperti seekor singa yang puas memakan satu zebra dan menghiraukan
sekumpulan zebra lainnya, tidak tamak untuk memangsa lebih agar bisa
menyimpannya untuk makanan hari-hari berikutnya. Manusia terbakar dengan
keinginan yang tidak pernah cukup baginya, ini mencermikan egoisme atau “sense
of I” dimana manusia memaksimalkan kepemilikan akan aset-aset agar dapat
bertahan hidup. Aset yang dimaksud dapat berupa keterampilan, kekuatan, jabatan,
harta benda. Hidup yang tidak pasti itu dipandang sebagai sesuatu yg mengancam
dan beresiko bagi manusia, sehingga manusia mengamankan dirinya, bagian dari
dirinya, dan keturunannya dengan mengabaikan kepentingan lainnya. Padahal
manusia berhubungan erat dengan bumi, tapi manusia tidak menganggap bumi
sebagai bagian dari dirinya. Yang dimaksud dengan bagian dari dirinya yaitu fakta
bahwa manusia makan apa yang dibentuk oleh bumi, menghirup udara di bumi,
berhabitatat di bumi. Ketidakpastian ini mendorong keresahan dan kepanikan, oleh
karena itu manusia harus belajar untuk menerima ketidakpastian.
CHAPTER II
Jiwa yang sehat di dalam tubuh yang kuat merupakan arti dari kutipan ’Mens
Sana in Corpore Sano’. Artinya, kesehatan mental dan kesehatan fisik memiliki
hubungan yang erat. Dengan menyehatkan mental, maka fisik juga menjadi kuat
dan resisten dari penyakit-penyakit. Salah satu penemuan manusia terkait dengan
menjaga kesehatan mental yaitu spiritualisme. Spiritual menjadi wadah untuk
mengusir kecemasan batin, media untuk refleksi diri, menjadikan hidup lebih
berarti, dan dapat menguatkan diri di saat sulit,
Jika ingin melakukan sesuatu, hendaknya berhenti sejenak dan jangan bertindak
impulsif, kita harus memikirkan dengan kesadaran kolektif(self-awareness) tentang
dampak yang akan timbul jika tindakan itu dilakukan. Seseorang dengan kesadaran
penuh dapat memengaruhi banyak orang seperti para nabi, para Avatar, Buddha,
Yesus, Nabi Muhammad, dan lain-lain.
CHAPTER III
Plastik merupakan bahan yang paling dominan pemakaiannya di peradaban
modern karena murah, tahan lama, dan praktis. Pada awalnya, penggunaan kantong
kertas dianggap merusak lingkungan karena harus menebang pohon-pohon yang
merupakan sumber kehidupan. Oleh karena itu, plastik diciptakan sebagai barang
substitusi dari kertas. Namun seiring berjalannya waktu, plastik juga berdampak
buruk bagi kesehatan bumi karena penggunaan yang masif, pengolahan dan
pembuangan yang tidak tepat.
Alasan mengapa sampah plastik mendominasi diantara sampah lainnya karena
pemakaian plastik sekali pakai. Seperti halnya barang sekali pakai, plastik
digunakan sebagai kemasan suatu produk sehingga jika produk sudah didapatkan
maka kemasan plastik akan dibuang menjadi sampah. Lambat laun, manusia juga
menimbun plastik mikroskopik dalam sistem pencernaannya, dimana sampah
plastik yang tidak diolah dan dibuang ke laut akan termakan oleh ikan, kemudian
ikan ini ditangkap dan disajikan untuk dicerna manusia. Namun sejak pandemi
virus COVID-19, terjadi pengurangan sampah, kualitas udara di Jakarta membaik,
polusi udara di China berkurang, dan lapisan ozon yang berangsur sembuh. Tapi
bagaimana setelah pandemi ini berakhir? Apakah manusia akan sadar dan berubah
atau tetap mencicil kerusakan bumi?
CHAPTER IV
Manusia telah memanfaatkan air sebagai sumber kehidupan, sumber peradaban,
sumber energi, transportasi, industri, agrikultur, rekreasi, dan gaya hidup. Air bukan
terbentuk dari fenomena di bumi, melainkan berasal dari luar bumi yaitu asteroid
es yang berotasi diluar jangkauan titik leleh matahari. Jumlah air yang masif diikuti
pula dengan penggunaan yang boros, seperti pengolahan jins dan kaos katun yang
masing-masing membutuhkan 6500 dan 2700 liter per unit produksi nya. Jumlah
yang banyak lama kelamaan juga akan habis. Selain dari pemborosan, manusia
mencemari air dengan penggunaan deterjen untuk kebutuhan mencuci pakaian, dan
sabun untuk kebersihan diri. Manusia perlu mengubah gaya hidupnya agar
pencemaran air dapat diminimalisir.
CHAPTER V
Kehidupan manusia bergantung pada kehutanan yang merupakan biodiversitas.
Penggundulan hutan seringkali terjadi dengan alasan agrikultur, lahan peternakan,
dan pertambangan. Penggundulan hutan akan mengancam eksistensi biodiversitas,
yang pada akhirnya akan merugikan manusia.
CHAPTER VI
Korelasi antara materialitas berhubungan erat dengan kebahagiaan manusia,
karena sulit untuk bahagia jika kebutuhan dasar, pendidikan, kesehatan, dan rasa
aman tidak dapat dipenuhi.
Tingkat kesejahteraan manusia berbanding terbalik dengan kesejahteraan bumi.
Semakin tinggi kemakmuran suatu negara, tingkat konsumsi akan meningkat, jejak
karbon yang dihasilkan akan meningkat, yang mana berpengaruh buruk terhadap
kesehatan bumi. Dengan melakukannya secara kolektif, dengan kontribusi dari
setiap manusia, untuk menyembuhkan bumi maka keberlangsungan hidup bumi
akan terjadi.

2. Personal Carbon Footprint dan penjelasan mengenai hasilnya.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, jejak karbon penulis tergolong tinggi yaitu
51% dari total jejak ekologi. Artinya, dari keseluruhan sumber daya alam dari bumi
yang dikonsumsi oleh penulis, sebesar 51% akan menghasilkan emisi gas rumah
kaca. Gas rumah kaca seperti karbondioksida dan metana dapat dihasilkan dari
produksi dan konsumsi makanan, pembukaan lahan, bahan bakar, transportasi, dan
aktivitas lainnya. Berdasarkan hasil yang diperoleh, penulis menghasilkan 8,2 ton
gas karbondioksida dalam 1 tahun, dimana angka ini tergolong tinggi. Dari
statistika berdasarkan kategori konsumsi, makanan dan produk menduduki
peringkat yang dominan. Sehingga diumpakan bila masyarakat lain memiliki gaya
hidup yang serupa dengan penulis, maka akan membutuhkan 3,5 bumi. Oleh karena
itu, penulis harus mempertimbangkan untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih
ramah lingkungan dengan mengurangi jejak karbon. Karena usaha kecil jika
dilakukan terus-menerus akan memberikan dampak juga.

3. Kontribusi untuk bumi


• Menggunakan botol minum ketika berpergian agar hemat dan menghindari
penggunaan gelas dan botol plastik kemasan air minum.
• Tidak membuang sampah di jalanan. Jika tidak menemukan tong sampah,
sampah akan disimpan dan dibuang jika sudah ditemukan tong sampah.
• Menghemat penggunaan listrik, hanya menggunakannya jika ada
keperluan.
• Mengonsumsi makanan seperlunya, tidak berlebihan.
• Jarang membeli cemilan kemasan kecil dan sachet cairan pembersih untuk
pakaian maupun tubuh.

4. Pentingnya kesadaran masyarakat akan isu-isu keberlanjutan.


Menurut saya, hal ini sangat penting karena umumnya masyarakat tidak sadar
bahwa aktivitas rutin yang dianggap normal telah memberikan kerusakan besar
terhadap bumi. Sehingga langkah awal yang dapat dimulai yaitu mengubah mindset
lama dan menetapkan visi misi yang baru. Misalnya, mewujudkan kesejahteraan
masyarakat yang efeknya sama terhadap kesejahteraan bumi. Diperlukan kontribusi
banyak manusia untuk memecahkan isu-isu keberlanjutan tersebut. Walaupun
kontribusi yang mampu diberikan bersifat minor, jika dilakukan oleh banyak
manusia, juga akan memberikan dampak masif terhadap kepulihan bumi.

Anda mungkin juga menyukai