Anda di halaman 1dari 3

Ekologi kita ; Rumah yang tak terawat

Istilah Ekologi pertama kali dicetuskan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1866. Ernst adalah
seorang Dokter, Filosofi, sekaligus Ahli biologi. Karyanya yang paling fundamental adalah
“Systematic Phylogeny”.

Ekologi berasal dari Bahasa Yunani, yang terdiri dari 2 kata, yaitu Oikos yang berarti
rumah atau tempat tinggal. Dan Logos yang berarti ilmu.Secara epistimologi, Ekologi adalah
ilmu yang mempelajari baik interaksi antarmakhluk hidup maupun interaksi antara makhluk
hidup dengan lingkungannya (Ekosistem).

Keadaan ekologi kita hari ini bisa dibilang tidak baik-baik saja Pencemaran lingkungan
yang semakin memprihatinkan, sampah yang berserakan di mana-mana, sehingga merembet
pada terjadinya banjir. Juga pemanasan global akibat dari gas CO2 yang berlebihan di atmosfer,
sehingga suhu bumi bertambah panas, dan lain sebagainya.

Coba kita lihat 10, 20, atau 50 tahun yang lalu. Kondisinya jauh berbeda dengan saat ini.
Pemanasan Global baru menjadi perbincangan hangat oleh para ilmuan pada pertengahan abad
ke-20. Keadaannya semakin diperburuk dengan banyaknya alih fungsi lahan, sehingga gas-gas
yang berada di Atmosfer tidak dapat terserap baik oleh tumbuhan. Namun, kenapa kita terlambat
menyadarinya?. Sungai-sungai, selokan, dan laut menjadi sasaran empuk tempat limbah pabrik
dibuang oleh kalangan yang tidak bertanggung jawab.

Naif, jika kita tidak menyadari krisis ekologi yang terjadi sekarang. Selalu saja kita
menutup mata terhadap kondisi lingkungan, tanpa berpikir dua kali terhadap akibat dari
perbuatan kita.Alam tidak lebih hanya sebagai pemuas hasrat manusia yang tiada batas
(Antroposentisme).

Ketika era pra-Colombus, banyak tempat maupun benua-benua di Bumi sepenuhnya


terisolasi dari dunia luar. Salah satunya ialah Benua Australia yang menjadi saksi bisu dari
perbuatan-perbuatan manusia yang merusak. Di sana menjadi tempat berkembangnya berbagai
hewan besar, yang sayangnya tidak ditemukan lagi sekarang- punah.Segala sesuatu berjalan
menurut seleksi alam, tanpa campur tangan manusia. Penduduk asli pun (Aborigin), tidak banyak
melakukan eksploitasi pada alam sekitarnya. Mereka, dalam beraktivitas sehari-hari
berdampingan langsung dengan alam. Mereka pun, masih bergantung pada apa yang bisa alam
berikan pada mereka. Namun, semenjak kedatangan orang eropa pertama kali ke benua ini,
kondisi alam banyak yang berubah, seleksi alam pun tidak berlaku, hanya menyisakan segelintir
orang yang memegang kendali pada keberlangsungan alam. Akibatnya banyak spesies hewan
yang punah, kerusakan lingkungan dan lain-lain.
Tetapi, itu bukanlah fenomena baru dalam sejarah umat manusia. Sudah puluhan ribu
tahun yang lalu,ketika para leluhur kita pada Zamn Batu mulai menyebar dari sudut Afrika
Timur ke empat penjuru bumi. Mereka mengubah flora dan fauna setiap benua dan pulau tempat
mereka menetap. Para leluhur kita mendorong kepunahan semua spesies manusia lainnya di
dunia, 90% binatang besar Australia, 75% mamalia besar Amerika dan sekitar 50% dari semua
mamalia darat besar di planet ini1. Dan semuanya sebelum mereka menanam gandum pertama,
membuat alat logam pertama, menulis teks pertama dan membuat koin pertama. Kehadiran
manusia hanya menjadi musibah besar bagi eksistensi alam.

Bukan berarti para leluhur kita memang berniat untuk memusnahkan mamut dan binatang
lainnya, hanya saja mereka tidak mengetahui akibat dari perbuatan mereka. Sama kejadiannya
dengan kita hari ini. Kita tidak mengetahui, atau mungkin menutup mata dari dampak yang kita
perbuat. Kesadaran mengenai pentingnya menjaga alam harus kita tumbuhkan demi
berlangsungnya kehidupan di bumi kita tercinta. Jangan sampai kehidupan kita, kehilangan
makna hanya karena kecerobohan kita sendiri.

Ada beberapa faktor penyebab krisis ekologi. Ada yang disebabkan alam itu sendiri,
seperti: kebakaran hutan di musim kemarau, banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi dan
sebagainya. Biasanya faktor ala mini tidaak terlalu berefek pada kerusakan jangka panjang.

Kedua, karena disebabkan ulah dari manusia, seperti: penebangan hutan, pembangunan
pemukiman, instesifikasi pertanian dan lai sebagainya.

Penebangan hutan secara liar dapat mengurangi fungsi hutan sebagai penahan air.
Akibatnya, daya dukung hutan semakin berkurang. Penggundulan hutan juga dapat
menyebabkan terjadinya banjir dan erosi. Akibat lainnya adalah munculnya Harimau, Babi hutan
dan Ular di pemukiman warga, karena habitat asli hewan tersebut semakin sempit.

Pembangunan pemukiman pada daerah yang subur merupakan salah satu tuntutan
kebutuhan papan. Akan tetapi,tindakan ini dapat memicu munculnya persoalan lain yang lebih
serius. Semakin padat populasi manusia, lahan yang semulaa produktif dapat menjadi tidak atau
kurang produktif lagi.

Pembangunan jalan di kampung dan desa dengan cara betonisasi menyebabkan air sulit
meresap ke dalam tanah, akibatnya, daerah tersebut mudah mengalami banjir jika hujan lebat.
Selain itu, tumbuhan di daerah sekitarnya menjadi kekurangan air, sehingga tumbuhan tidak
efektif melakukan fotosintesis. Akibat lebih lamjut, kita merasakan keadaan semakin panas
akibat tumbuhan tidak dapat secara optimal memanfaatkan CO2.

Penerapan intensifikasi pertanian dengan panca usaha tani di satu sisi meningkatkan
produksi. Sedangkan, di sisi lain dapat merugikan. Misalnya, penggunaan pupuk dan pestisida
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Contoh lainnya adalah pemakaian bibit unggul
1
Yuval N.H, Homo deus hal 75.
dalam sistem pertanian monokultur, dapat mengurangi keanekaragaman. Dengan sistem
monokultur juga, ekosistem dalam keadaan tidak stabil, sehingga keseimbangan ekosistem sulit
diperoleh.

Banyak perubahan lingkungan sering kali berhubungan dengan meningkatnya populasi


manusia dan kemajuan teknologi. Kemarau panjang, banjir, kebakaran hutan dan berbagai
bentuk pencemaran adakah beberapa contoh yang ditimbulkan akibat aktivitas manusia. Namun,
kitaa tidak boleh berpangku tangan menunggu tingkat kerusakan yang lebih parah.

Secara individu, setiap orang bertanggung jawab terhadap kualitas lingkungan di


sekitarnya. Lingkungan dapat menjadi lebih baik atau sebaliknya menjadi lebih buruk.
Kesadaran terhadap tanggung jawab secara individu pada akhirnya harus dapat merubah perilaku
perorangan. Dengan kata lain, etuka lingkungan harus segera dimulai dari diri sendiri. Perlu
prinsip untuk menerapkan etika lingkungan secara efisien. Yakni, dengan penanaman mindset.
Diantaranya adalah bahwa manusia merupakan bagian dari lingkugan, lingkungan diperuntukkan
bagi semua makhluk hidup dan sumber daya alam (SDA) perlu dipelihara dan pemakaiannya
perlu mempertimbangkan ketersediaannya di alam. SelainPrinsip yag saya sebutkan tadi, perlu
juga pemahaman terhadap berbagai ilmu pengetahuan dan pengaturan berbagai tindakan
bersama-sama.

Banyak yang bisa kita lakukan untuk menjaga lingkungan tetap terjaga. Diantaranya:
melakukan konservasi, membatasi penggunaan pestisida sesuai dosis, tidak membuang limbah
sembarangan, melakukan daur ulang sampah dan lain sebagainya.

Selain hal-hal di atas, perlu juga pembiasaan dengan gerakan-gerakan kecil yang,
sepintas lalu, tidak memberikan perubahan yang spontan. Tapi dalam jangka panjang bisa
mengatasi masalah krisis ekologi saat ini. Yang terpenting jangan merasa bosan dalam
melakukan gerakan-gerakan kecil. Memang, hasilnya tidak bisa terlihat sekarang. Gerakan-
gerakan kecil yang kita lakukan setiap hari jika diakumulasikan dalam jangka panjang akan
menghasilkan perubahan dahsyat. Kita hanya perlu terus menggalakkan gerakan-gerakan kecil di
masyarakat secara bersama-sama. Dan akhirnya harapan kita untuk hidup sehat di lingkungan
yang sehat bisa terwujud. Semuanya dimulai dari diri kita sendiri. Apakah kita sudah melakukan
gerakan kecil hari ini?.

Anda mungkin juga menyukai