3.1.Pendahuluan .
3.1.1. Deskripsi : Matakuliah ini merupakan Mata kuliah Dasar keahlian yang
membahas hal pokok tentang Bahan Peledak terdiri dari
Klasifikasi bahan peledak, bahan peledak kimia, komposisi
kimia, sifat-sifat bahan peledak, dinamit,gelatin, semi
gelatin
dan Blasting Agent.
3.1.2. Relevansi : Setelah selesai mata kuliah ini mahasiswa mampu
mendesain rancangan peledakan baik tambang terbuka dan
bawah tanah
3.2. Penyajian
3.2.1. Perlengkapan dan Peralatan Peledakan
3.2.1.1. Peledakan Cara Non Listrik
Menurut Mike Smith ("Mining Magazine", Feb.1988) pada scat ini tersedia bermacam-
macam perlengkapan/peralatan peledakan yang bisa dipilih dan dipakai (lihat
Gambar 4.1).
GAMBAR 4.1
BERMACAM-MACAM PERLENGKAPAN/PERALATAN PELEDAKAN
MENURUT MIKE SMITH
Sumbu api adalah pembawa api berupa sumbu yang fungsinya merambatkan
api dengan kecepatan tetap. Perambatan api tersebut dapat menyalakan detonator
(plain detonator) yang dipasang pada ujung sumbu guna meledakkan
bahan peledak.
Sumbu api terdiri dari inti (central core) berupa "black powder" (low explosive) dan
pembungkus berupa tekstil dan material kedap air. Fungsi pembungkus untuk
menjaga sumbu api dari kerusakan mekanis dan kerusakan akibat air atau minyak.
Sumbu api terbakar dengan kecepatan rambat yang terkontrol, sehingga panjang sumbu
api yang telah ditentukan ekivalen dengan interval waktu tertentu pula. Kecepatan
rambat sumbu api yang biasa diperdagangkan adalah :
- 130 detik per meter (120 detik/yard), pada permukaan laut dengan variasi 10 detik,
untuk sumbu api buatan USA.
- 120 detik per meter dengan variasi yang sama, untuk sumbu api standar Eropa.
Sumbu api harus disimpan di gudang yang sejuk, kering dan mempunyai ventilasi
yang baik. Terhindar dari cairan (minyak, cat, solar, dan lain sebagainya), yang
mungkin dapat merusak. Suhu penyimpanan 10 - 37,5° C dan kelembaban relatif
rendah.
Sumbu api dipasarKan dalam kemasan tertentu ; satu gulungan 300 ft per karton
yang beratnya 45 1/2 lb atau 20 X 50 ft gulungan (1.000 ft) dalam karton, berat 15
1/2 lb.
Cara pemotongan sumbu api harus sempurna. sehingga ujung dari "powder
train" dapat kontak langsuna dengan permukaen "priming charge" dalam
detonctor (Iihat Gambar 4.3).
Untuk peledakan dengan lubang tembak besar telah tersedia primer yang
dibuat oleh pabrik yang disebut "booster", sedangkan peledakan dengan
lubang tembak kecil perlu membuat "primer" dahulu.
GAMBAR 4.3
MERANGKAI "PLAIN DETONATOR" DENGAN SUMBU API
Apabila sumbu api dinyalakan akan terlihat pancaran api yang dikenal dengan
nama "ignition flame", menandakan bahwa sumbu terbakar dan berfungsi normal.
Pembakaran akan merambat perlahan terus sepanjang sumbu api sampai pada
ujung yang lain, yang telah dipasang ke dalam detonator (lihat Gambar 4.6), disini
api akan menyalakan "priming charge" yang berada di dalam detonator dan
akhirnya bahan peledak utama menyala. Menyalakan sumbu api dapat dilakukan
dengan memakai ; "hot wire fuse lighter", "full wire fuse lighter", "lead spitter", korek,
dan "igniter cord" (akan diuraikan lebih rinci).
"Igniter cord" (IC) adalah suatu alat untuk menyalakan sejumlah sumbu api dalam
urutan yang diinginkan. "Igniter cord" adalah sumbu serupa dengan tali atau sumbu
plastik, terbakar dengan nyala yang kuat merambat pada kecepatan tetap. Untuk
menyalakan beberapa sumbu api dar setiap lubang tembak diperlukan penghubung yang
disebut "igniter cord connector".
-
GAMBAR 4.6
CARA MENYALAKAN SUMBU API
Dua macam "igniter cord connector" yaitu "beanhole type" dan "slotted type"
(lihat Gambar 4.7). Apabila igniter cord dinyalakan api akan mencapai setiap
"igniter cord connector" dan secara otomatis akan menyalakan sumbu api
yang bersangkutan (lihat Gambar 4.8).
GAMBAR 4.7
"IGNITER CORD" DAN "CONNECTOR
IV - 7
GAMBAR 4-8
ICI explosives membuat dua macam "igniter cord" yaitu "fast igniter cord",
coklat, kecepatan rambat 300 mm per detik dan "slow igniter cord", hijau,
kecepatan rambat 30 mm per detik.
"Igniter cord" diberi tanda setiap interval 12 inci dan dipasarkan dalam
kemasan sebagai berikut :
Diameter "igniter cord" 1/16 inch dan intinya "thermite powder" dibungkus
dengan tekstil. "Igniter cord connection" dikemas dalam kotak berisi 100 buah,
dan 50 kotak (5.000 connectar) per karton. "Igniter cord" a g ak mudah rusak dan
jangan disimpan terlalu lama, terutama di tempat yang lembab.
TABEL 4-1
IGNITER CORD DARI BERBAGAI PABRIK
3.2.1.1.5. Sambungan dengan sumbu api
Sumbu ledak (detonating fuse atau detonating cord) adalah sumbu yang terdiri dari
inti "initiating explosive" (PETN) pentaerythritol tetranitrate, dibalut
lapisan plastik dan dibungkus dengan kombinasi tekstil, kawat, dan lapisan plastik
(Iihat Gambar 4.10).
Sumbu ledak mudah dan aman penggunaannya, mempunyai ketahanan terhadap air
yang baik sekali dan mempunyai kecepatan detonasi yang tinggi, sekitar 21.000
feet per detik, serta mempunyai kuat tarik yang baik, ringan dan fleksibel.
Jenis sumbu ledak khusus juga diproduksi oleh beberapa pabrik untuk keperluan
tertentu, misalnya :
Detacord, 18 gr/ft dan B-line, 25 gr/ft, untuk peledakan sekunder.
Plastic Reinforced Primacord, 54 gr/ft, untuk peledakan di bawah air. PETN 60
Plastic, 60 gr/ft, untuk pemeliharaan sumur minyak.
Seismic Cord, 100 gr/ft, untuk pekerjaan seismic.
RDX 70 Primacard, 70 gr/ft, untuk perforasi sumur minyak.
Sumbu ledak sangat luas pemakaiannya, sangat cocok untuk daerah-daerah yang
kondisi iklimnya banyak petir.
GAMBAR 4-9
CONTOH RANGKAIAN SAMBUNGAN DENGAN SUMBU API
GAMBAR 4.10
Pemakaian sumbu ledak aman, mudah dan pengisian muatan lubang tembak
lebih cepat, alasannya :
Detonator tidak dipasang dalam setiap lubang tembak, arus liar (stray
current) tidak mempengaruhi sumbu ledak dan terjamin meledak
dengan kekuatan penuh.
Sumbu ledak dikemas dalam bentuk gulungan 500 ft. dan 1.000 ft. Dalam
kotak kemasan berisi 2 - 4 gulungan.
GAMBAR 4-11
GAMBAR 4-13
Untuk dodol besar lubang dibuat dari sisi samping dodol tembus ke sisi yang
lain, kemudian sumbu ledak disisipkan/dimasukkan dan ujungnya diikatkan
pada sumbu ledak semula (lihat Gambar 4.14).
Dalam peledakan memakai sumbu ledak hanya diperlukan satu detonator (plain
atau electric detonator), di dalam setiap lubang tembak tidak perlu dipasang
detonator. Sumbu ledak hanya dapat dinyalakan dengan detonator.
GAMBAR 4-16
GAMBAR 4-17
Jarak antara sumbu ledak yang paralel tidak boleh kurang dari 0,2 m.
Jarak antara "delay connector/relay connector" dengan sumbu yang paralel
harus paling sedikit 1,0 m.
Di dalam "round" sumbu ledak tidak boleh membelit atau menggulung.
Detonator yang dipakai untuk meledakkan selalu diarahkan pada arah
detonasi sumbu ledak yang diinginkan.
3.2.1.3. Nonel
Nonel adalah tube plastik, mempunyai diameter luar 3 mm, di daiamnya berisi
suatu bahan reaktif yang dapat menjalankan gelombang kejut (shock wave)
dengan kecepatan kira-kira 2.000 meter per detik.
GAMBAR 4-18
HD None! GT
"Nonel UB 0" terdiri dari "nonel tube", pada salah satu ujungnya
terdapat "transmitter cap" yang dilindungi oleh "plastic block" atau
"connector block", sedangkan ujung yang lain tertutup (sealed).
Kekuatan "transmitter cap" kira-kira 1/3 kekuatan detonator No.8.
Fungsi "connector block" adalah sebagai pelindung "transmitter cap",
menahan aluminium dari "transmitter cap", dan supaya setiap "none! tube"
dapat kontak sempurna dengan "transmitter cap".
"Nonel starter" adalah sama dengan UB 0, tersedia dalam 50 m coil dan 100
m reel, dapat dipesan dengan panjang tube 30 m.
"Nonel Bunch connector" kebanyakan dipakai dalam terowongan.
"Multiclip" adalah penyambung plastik, dipakai untuk menyambungkan
"Nonel tube" dengan sumbu ledak.
GAMBAR 4-19
NONEL DETONATOR
Kemasan Nonel
Semua produk Nonel dikemas dalam pembungkus yang kedap udara, tetap
terbungkus sampai pada saat akan dipergunakan. Semua isi dari bungkusan
yang telah dibuka harus dipergunakan dalam jan g ka waktu 30 - 90 hari,
tergantung kondisi iklim tempat penggudangan.
GAMBAR 4-20
KEMASAN NONEL DETONATOR
TABEL 4-4
DATA TENTANG “NONEL GT/MS”
Apabila gelombang kejut datang melalui tube (1) mencapai "connector block"
(2), "transmittter cap" meledak dan menyalakan semua "nonel tube" yang
dihubungkan dengan "connector block". Gelombang kejut dirambatkan
kesemua detonator (3) dan juga ke arah "connector" (4), dimana prosedur yang sama
akan terulang.
Sumbu ledak yang disarankan adalah sumbu ledak dengan inti 3 - 5 g/m.
Cara penyambungannya memakai "multiclip", setiap clip dapat menyambung
dua "Nonel tube". Untuk keamanan jarak antara sumbu ledak dan Nonel tube
minimum 0.2 m (lihat Gambar 4.23).
GAMBAR 4-23
Metode penyambungan "nonel tube" (nonel GT/T) yang paling mudah dalam
"tunnel round" adalah dengan "nonel bunch connector". "Bunch connector"
terdiri dua lilitan (double loop) sumbu iedak (E-cord) dimasukkan dalam "UB
0 Connector". Panjang tube 4,8 dan 6,0 m, panjang yang lain juga tersedia
berdasarkan pesana
TABEL 4-5
- Periksa jarak antara sumbu ledak (cord loop) dengan "nonel tube" paling
sedikit 0,2 m. Hal ini dilakukan sebelum meninggalkan tempat peledakan
Detonator UNIDET mempunyai waktu tunda 475 dan 500 ms. Panjang tube 3.0,
4.8, 7.8, dan 15 m, panjang yang lain juga tersedia berdasarkan pesanan.
"Connector" dalam sistem "Nonel UNIDET" ada empat macam yaitu : UB 17, UB
25, dan 42 ms serta UB 0 (tanpa waktu tunda atau seketika). Panjang tube 2.4 m
dan 4.8 m (lihat Tabel 4-6).
Sistem "Nonel UNIDET" terdiri dari "downline" detonator tunda 500 ms dan
"nonel connector" UB 0, UB 17, UB 25 atau UB 42, di permukaan.
TABEL 4-6
DATA TENTANG ”NONEL UNIDET”
Contoh :
3.2.2.1. Detonator
- "Instantaneous Detonator"
- "Milli-Second Detonator"
- "Half-Second Detonator"
"Instantaneous detonator" dipakai untuk peledakan yang tidak memerlukan "delay" atau
penundaan antara beberapa muatan. Adapun pada "milli-second delay
detonator" di dalamnya terdapat "milli-second delay element", yang fungsinya
menunda detonasi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Waktu tunda (delay
interval) antara setiap interval dalam seri tidak boleh melebihi 100 ms (0.1 detik).
"Legwire" adalah dua kawat yang menjadi satu dengan detonator listrik, yang
salah satu ujung dihubungkan dengan "bridge wire" yang terdapat dalam
detonator. Isilah "legwire" pada ujung yang lain terkupas dan kedua kawat
diikatkan satu terhadap yang lain atau dilindungi terhadap "plastic shunt"
Panjang "legwire" bervariasi tergantung kebutuhan.
"Connecting wire" terdiri dari kawat tunggal (solid wire) tembaga dengan isolasi
yang tahan terhadap air yaitu 20-AWG atau yang lebih besar.
GAMBAR 4-27
3.2.2.2.4. "Buswire"
Dalam rangkaian peledakan yang perlu ditentukan adalah apakah arus yang
mengslir melalui rangkaian detonator dalam peledakan cukup untuk menyalakan
seluruh detonator. Arus yang dihitung harus sama dengan atau lebih dari minimum
standar yang tercantum dalam Tabel 4-8.
Pada rangkaian seri Gambar 4.28 arus dari sumber tenaga hanya melalui satu
jalan, jumlah arus yang melalui setiap detonator adalah sama.
Rangkaian seri sangat cocok untuk meledakkan jumlah detonator yang tidak
banyak, disarankan maksimum 50 buah atau tahanannya 100 ohm. Arus minimum
untuk peledakan dalam rangkaian seri adalah 1,5 amp untuk DC atau 2,0 amp
untuk AC (lihat Tabel 4-8). Rumus-rumus yang dipakai
V = I.R
RT = R D + R c + R F
TABEL 4-7
GAMBAR 4-29
RANGKAIAN PARALEL
GAMBAR 4-30
RANGKAIAN PARALEL-SERI
TABEL 4-8
KEBUTUHAN ARUS MINIMUM UNTUK PELEDAKAN
Contoh
Hitunglah arus yang mengalir dalam rangkaian seri yang terdiri dari
40 detonator dengan panjang "legwire" tembaga 24 ft, "connecting
wire" tembaga 20-AWG = 200 ft dan "firing line" tembaga 14-AWG = 500 ft.
Arus yang mengalir dalam rangkaian seri dari sumber tenaga 220 volt
"power line" :
I = 2,28 ampere
Dari Tabel 4-8 terlihat bahwa arus minimum AC untuk rangkaian seri adalah
2,0 amp. H as il perhitungan didapat 2,28 amp melampau i kebutuhan
minimum, sehingga peledakan dapat dilaksanakan.
RT = RD + RB + RF + Rc
Contoh :
RD = 0,253 ohm
RF = RF1+RF2
RF = 1,012 ohm + 3,996 ohm
RF = 5,008 ohm
I = 41.56 ampere
I = 83,13 ampere
Ternyata sumber tenaga 440 volt AC dapat dipakai untuk peledakan "round"
karena arus yang mengalir per detonator di antara minimum 1.0 ampere dan
maksimum 10 ampere (label 4-8).
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa tahanan detonator dalam rangkaian
kecil (0.032 ohm) dan yang terbesar adalah tahanan "firing line" (5.29 ohm).
Salah satu jaian untuk menambah total arus yang mengalir dalam rangkaian
atau arus yang mengalir di setiap detonator adalah mengurangi tahanan firing
line. Caranya : dalam peledakan tersebut dipakai firing line dengan kawat
yang ukurannya lebih besar (heavier gauge). Arus yang mengalir dalam
rangkaian dibatasi 10 ampere, apabila terlalu besar akan terjadi "arcing".
3.2.2.Latihan
J aw ab :
Jawab :
Jawab :
Perbedaannya adalah Sumbu api adalah pembawa api berupa sumbu yang
fungsinya merambatkan api dengan kecepatan tetap. Perambatan api tersebut dapat
menyalakan detonator (plain detonator) yang dipasang pada ujung sumbu
guna meledakkan bahan peledak. Sedangkan
Sumbu ledak (detonating fuse atau detonating cord) adalah sumbu yang terdiri dari
inti "initiating explosive" (PETN) dibalut lapisan plastik dan dibungkus dengan
kombinasi tekstil, kawat, dan lapisan plastik
Jawab :
- "Instantaneous Detonator"
- "Milli-Second Detonator"
- "Half-Second Detonator"
3.2.3 Rangkuman
Perlengkapan dan peralatan peledakan menurut Mike Smith terdiri dari :
- fuse cap
- electric cap
- special electric
- non electric
Sumbu ledak (detonating fuse atau detonating cord) adalah sumbu yang terdiri dari
inti "initiating explosive" (PETN) dibalut lapisan plastik dan dibungkus dengan
kombinasi tekstil, kawat, dan lapisan plastic.
Sumbu ledak mudah dan aman penggunaannya, mempunyai ketahanan terhadap air
yang baik sekali dan mempunyai kecepatan detonasi yang tinggi, sekitar 21.000
feet per detik, serta mempunyai kuat tarik yang baik, ringan dan fleksibel.
- kawat rangkaian (circuit wiring) : leg wire, connecting wire, firing line dan buswire
3.3. Penutup
a. RD = 0,253 ohm
b. RD = 0,153 ohm
c. RD = 0,053 ohm
d. RD = 0,353 ohm
e. RD = 0,453 ohm
e. I = 7,38 ampere/detonator
4. "Buswire" adalah……………………………………………………………………..
a.perpanjangan dari "firing line" dimana masing-masing detonator) atau masing-
masing detonator dalam seri dihubungkan.
b. bahan peledak tidak mau meledak karena kondisi basah
c, Kesalahan dalam membuat rangkaian detonator
d. susunan rangkaian peledakan, secara seri
e. susunan rangkaian peledakan, secara parallel
5. "Legwire" adalah…………………………………………………………
a. dua kawat yang menjadi satu dengan detonator listrik, yang salah satu ujung
dihubungkan dengan "bridge wire" yang terdapat dalam detonator
b. hasil ledakan lari jauh dari bidang bebas
c. hasil ledakan mendekati bidang bebas
d. proses peledakan tidak semapt terjadi.
e. tiga tahanan detonator yang dirangkai seri