Anda di halaman 1dari 51

BAB IV

PERLENGKAPAN DAN PERALATAN PELEDAKAN

3.1.Pendahuluan .
3.1.1. Deskripsi : Matakuliah ini merupakan Mata kuliah Dasar keahlian yang
membahas hal pokok tentang Bahan Peledak terdiri dari
Klasifikasi bahan peledak, bahan peledak kimia, komposisi
kimia, sifat-sifat bahan peledak, dinamit,gelatin, semi
gelatin
dan Blasting Agent.
3.1.2. Relevansi : Setelah selesai mata kuliah ini mahasiswa mampu
mendesain rancangan peledakan baik tambang terbuka dan
bawah tanah

3.1.3Kompetensi Khusus : Mahasiswa dapat menghitung rangkaian dan kombinasi


Peledakan

3.2. Penyajian
3.2.1. Perlengkapan dan Peralatan Peledakan
3.2.1.1. Peledakan Cara Non Listrik
Menurut Mike Smith ("Mining Magazine", Feb.1988) pada scat ini tersedia bermacam-
macam perlengkapan/peralatan peledakan yang bisa dipilih dan dipakai (lihat
Gambar 4.1).
GAMBAR 4.1
BERMACAM-MACAM PERLENGKAPAN/PERALATAN PELEDAKAN
MENURUT MIKE SMITH

3.2.1.1.1. Sumbu Api (Safety Fuse)

Sumbu api adalah pembawa api berupa sumbu yang fungsinya merambatkan
api dengan kecepatan tetap. Perambatan api tersebut dapat menyalakan detonator
(plain detonator) yang dipasang pada ujung sumbu guna meledakkan
bahan peledak.
Sumbu api terdiri dari inti (central core) berupa "black powder" (low explosive) dan
pembungkus berupa tekstil dan material kedap air. Fungsi pembungkus untuk
menjaga sumbu api dari kerusakan mekanis dan kerusakan akibat air atau minyak.

Sumbu api terbakar dengan kecepatan rambat yang terkontrol, sehingga panjang sumbu
api yang telah ditentukan ekivalen dengan interval waktu tertentu pula. Kecepatan
rambat sumbu api yang biasa diperdagangkan adalah :
- 130 detik per meter (120 detik/yard), pada permukaan laut dengan variasi 10 detik,
untuk sumbu api buatan USA.
- 120 detik per meter dengan variasi yang sama, untuk sumbu api standar Eropa.
Sumbu api harus disimpan di gudang yang sejuk, kering dan mempunyai ventilasi
yang baik. Terhindar dari cairan (minyak, cat, solar, dan lain sebagainya), yang
mungkin dapat merusak. Suhu penyimpanan 10 - 37,5° C dan kelembaban relatif
rendah.

Sumbu api dipasarKan dalam kemasan tertentu ; satu gulungan 300 ft per karton
yang beratnya 45 1/2 lb atau 20 X 50 ft gulungan (1.000 ft) dalam karton, berat 15
1/2 lb.

3.2.1.1.1. Pemasangan detonator pada sumbu api

Pemasangan (crimping) detonator (plain detonator), pada sumbu api dapat


dilakukan dengan memakai "crimper". Ada dua macam, yaitu : "bench-type
crimper" dan "hand-type crimper" (lihat Gambar 3.2).

Cara pemasangan sebagai berikut :


- Potong sumbu api tegak lurus, sesuai dengan panjang yang diperlukan.
- Ambil detonator secara hati-hati dari kemasan (cardboard box).
- Masukkan/sisipkan ujung sumbu api yang baru dipotong tepat ke dalam
detonator sedalam mungkin (didorong biasa, tidak ditekan atau diputar). Jepit
(dengan crimper) mulut detonator yang mengurung sumbu api dengan
sempurna.
- Celupkan seluruh detonator dan sumbu api sepanjang satu inci ke dalam larutan
penyebab kedap air (waterproofing compound).
Hindarkan dari tekanan atau terkena panas pada ujung detonator yang tertutup
GAMBAR 4.2

PENJEPIT TANGAN (HAND-TYPE CRIMPER) DAN


PENJEPIT BANGKU (BENCH CRIMPER)

Cara pemotongan sumbu api harus sempurna. sehingga ujung dari "powder
train" dapat kontak langsuna dengan permukaen "priming charge" dalam
detonctor (Iihat Gambar 4.3).

3.2.1.1.2. Pembuatan "primer"

Untuk peledakan dengan lubang tembak besar telah tersedia primer yang
dibuat oleh pabrik yang disebut "booster", sedangkan peledakan dengan
lubang tembak kecil perlu membuat "primer" dahulu.

"Primer" dibuat dengan cara memasang detonator ke dalam "cartridge"


bahan peledak kuat. Detonator yang dipakai adalah detonator biasa (plain
detonator) yang telah dipasang pada ujung sumbu api (capped fuse).

GAMBAR 4.3
MERANGKAI "PLAIN DETONATOR" DENGAN SUMBU API

Cara pembuatan primer adalah sebagai berikut :

Cara 1 (Iihat Gambar 4.4)


- Ambil dodol (cartridge) bahan peledak kuat, pembungkus jangan dibuang.
- Buatlah lubang kira-kira dua inci dalamnya di tengah-tengah salah satu ujung
dari dodol memakai penusuk kayu atau tembaga.
- Sisipkan detonator (capped fuse) ke dalam lubang sedemikian rupa sehingga
detonator terbenam seluruhnya ke dalam dodol.
Atau dapat juga pembungkus pada salah satu ujung dibuka dan setelah
de to na to r di ma s u kk an , ke mu di an p em bu ng ku s d it ut up r ap at
keadaan semula, apabila diperlukan ikat dengan benang.

Cara 2 (lihat Gambar 4.5)

- Ambil dodol bahan peledak kuat, pembungkus jangan dibuang.


- Buatlah lubang diagonal yang dalamnya kira-kira dua inci di sisi dan dekat dengan
salah satu ujung dodol.
- Sisipkan detonator ke dalam lubang sampai seluruhnya terbenam.
- Ikatlah detonator pada dodol memakai tali.
GAMBAR 4-4
PEMBUATAN PRIMER (CARA PERTAMA)
GAMBAR 4-5
PEMBUATAN PRIMER (CARA KEDUA)

3.2.1.1.3. Cara menyalakan sumbu api

Apabila sumbu api dinyalakan akan terlihat pancaran api yang dikenal dengan
nama "ignition flame", menandakan bahwa sumbu terbakar dan berfungsi normal.
Pembakaran akan merambat perlahan terus sepanjang sumbu api sampai pada
ujung yang lain, yang telah dipasang ke dalam detonator (lihat Gambar 4.6), disini
api akan menyalakan "priming charge" yang berada di dalam detonator dan
akhirnya bahan peledak utama menyala. Menyalakan sumbu api dapat dilakukan
dengan memakai ; "hot wire fuse lighter", "full wire fuse lighter", "lead spitter", korek,
dan "igniter cord" (akan diuraikan lebih rinci).

3.2.1.1.4. "Igniter cord" atau "plastic igniter cord"

"Igniter cord" (IC) adalah suatu alat untuk menyalakan sejumlah sumbu api dalam
urutan yang diinginkan. "Igniter cord" adalah sumbu serupa dengan tali atau sumbu
plastik, terbakar dengan nyala yang kuat merambat pada kecepatan tetap. Untuk
menyalakan beberapa sumbu api dar setiap lubang tembak diperlukan penghubung yang
disebut "igniter cord connector".
-

GAMBAR 4.6
CARA MENYALAKAN SUMBU API

Dua macam "igniter cord connector" yaitu "beanhole type" dan "slotted type"
(lihat Gambar 4.7). Apabila igniter cord dinyalakan api akan mencapai setiap
"igniter cord connector" dan secara otomatis akan menyalakan sumbu api
yang bersangkutan (lihat Gambar 4.8).

GAMBAR 4.7
"IGNITER CORD" DAN "CONNECTOR

IV - 7
GAMBAR 4-8

RANGKAIAN “IGNITER CORD” CONECTOR DAN SUMBU API


Biasanya "IC connector" di "crimp" dahulu (pre-crimped) pada "capped
fuse" sebelum dibawa ke lapangan.
"Igniter cord" diproduksi dalam tiga macam warna dengan kecepatan rambat
yang berbeda-beda.
a."Fast type", warna hitam, kecepatan rambat 3 - 5 detik per feet.
b."Medium speed type", warna hijau, kecepatan rambat 5 - 10 detik per feet
c,"Slow speed type", warna merah, kecepatan rambat 15 - 21 detik per feet.

ICI explosives membuat dua macam "igniter cord" yaitu "fast igniter cord",
coklat, kecepatan rambat 300 mm per detik dan "slow igniter cord", hijau,
kecepatan rambat 30 mm per detik.

Dengan memakai "igniter cord" tidak perlu melakukan "trimming" pada


sumbu api sebab urutan penyalaan cukup diatur dalam rangkaian "igniter cord"
tersebut.

"Igniter cord" diberi tanda setiap interval 12 inci dan dipasarkan dalam
kemasan sebagai berikut :

Kotak berisi 50 gulungan plastik (5.000 ft), setiap gulungan panjangnya


100 ft atau 33 ft "pull-out spool pack".
Kemasan ICI : "Fast cord" dikemas dalam gulungan 150 m (1.500 m
per kotak) dan "slow cord" dikemas dalam gulungan 300 m (3.000 m per kotak).

Diameter "igniter cord" 1/16 inch dan intinya "thermite powder" dibungkus
dengan tekstil. "Igniter cord connection" dikemas dalam kotak berisi 100 buah,
dan 50 kotak (5.000 connectar) per karton. "Igniter cord" a g ak mudah rusak dan
jangan disimpan terlalu lama, terutama di tempat yang lembab.

TABEL 4-1
IGNITER CORD DARI BERBAGAI PABRIK
3.2.1.1.5. Sambungan dengan sumbu api

Rangkaian sambungan dengan menggunakan sumbu api diperlihatkan dalam


Gambar 4.9.

3.2.1.2. Sumbu Ledak (Detonating Fuse)

Sumbu ledak (detonating fuse atau detonating cord) adalah sumbu yang terdiri dari
inti "initiating explosive" (PETN) pentaerythritol tetranitrate, dibalut
lapisan plastik dan dibungkus dengan kombinasi tekstil, kawat, dan lapisan plastik
(Iihat Gambar 4.10).

Sumbu ledak mudah dan aman penggunaannya, mempunyai ketahanan terhadap air
yang baik sekali dan mempunyai kecepatan detonasi yang tinggi, sekitar 21.000
feet per detik, serta mempunyai kuat tarik yang baik, ringan dan fleksibel.

Sumbu ledak apabila dinyalakan dengan detonator dapat merambatkan


gelombang detonasi ke semua tempat di sepanjang sumbu. Peledakan dengan sumbu
ledak tidak memerlukan detonator di dalam lubang tembak, seluruh rangkaian
dan seri muatan (instantaneous atau delay) dapat dinyalakan dengan memakai
satu detonator No.6 (plain atau electric detonator). Detonator diikatkan pada
sumbu ledak (trunk line) memakai "tape", dengan ujung dasarnya mengarah
pada arah rambatan gelombang detonasi.

Sumbu ledak diproduksi oleh beberapa pabrik dengan bermacam-macam merk


dagang, seperti : Primacord, Primex, dan lain sehagainya. Jenis sumbu ledak
biasa mempunyai muatan inti 8 - 60 grain PETN per ft, dengan diameter sumbu
0,15 - 0,4 inci dan kekuatan tarik 130 - 375 lb.

Jenis sumbu ledak khusus juga diproduksi oleh beberapa pabrik untuk keperluan
tertentu, misalnya :
 Detacord, 18 gr/ft dan B-line, 25 gr/ft, untuk peledakan sekunder.
 Plastic Reinforced Primacord, 54 gr/ft, untuk peledakan di bawah air. PETN 60
Plastic, 60 gr/ft, untuk pemeliharaan sumur minyak.
 Seismic Cord, 100 gr/ft, untuk pekerjaan seismic.
 RDX 70 Primacard, 70 gr/ft, untuk perforasi sumur minyak.
Sumbu ledak sangat luas pemakaiannya, sangat cocok untuk daerah-daerah yang
kondisi iklimnya banyak petir.

GAMBAR 4-9
CONTOH RANGKAIAN SAMBUNGAN DENGAN SUMBU API
GAMBAR 4.10

SUMBU API (DETONATING FUSE) "CORDTEX"

Pemakaian sumbu ledak aman, mudah dan pengisian muatan lubang tembak
lebih cepat, alasannya :

Detonator tidak dipasang dalam setiap lubang tembak, arus liar (stray
current) tidak mempengaruhi sumbu ledak dan terjamin meledak
dengan kekuatan penuh.

Sumbu ledak dikemas dalam bentuk gulungan 500 ft. dan 1.000 ft. Dalam
kotak kemasan berisi 2 - 4 gulungan.

3.2.1.2.1. "Delay connector"

"Delay connector" disebut juga "non-electric MS delay connector" atau


"detonating relay connector". "D elay connector" adalah perlengkapan
peledakan yang digunakan untuk menyelenggarakan peledakan tunda (delay
blasting) dalam suatu peledakan memakai sumbu ledak.
"Delay connector" mempunyai bermacam-macam interval waktu atau "delay
time". Bentuk "delay connector" berupa tabung tembaga dengan panjang ± 3
inci, pada ujung-ujungnya diisi muatan bahan peledak, dipisahkan oleh
elemen yang fungsinya menunda peledakan dan disebut "delay element".

Macam-macam bentuk "delay connector" diproduksi oleh beberapa pabrik,


terbuat dari tabung tembaga atau plastik (molded plastic sleeve), seperti
dalam Gambar 4.11. Terlihat dalam gambar bahwa ujung "delay connector"
dirancang supaya mudah aisambung dengan sumbu ledak. Du Pont
membuat "delay connector" dengan empat .macam "delay interval" (lihat Tabel
4-2).

TAEL 4-2 DELAY CONECTOR ICI

TABEL 4-3 DETONATINGRELAY CONNECTOR ICI

"Delay connector" dengan "delay interval" kecil, umumnya dipakai untuk


lubang tembak berdiameter kecil dan "spacing" rapat. "Delay connector"
dengan "delay interval" lebih besar dipakai untuk lubang tembak berdiameter
besar dan "spacing" lebih besar. ICI Australia membuat "plastic connector"
untuk menghubungkan "redcord", "flexicord", dan "tuffcord" (Iihat Gambar 4.12).

GAMBAR 4-11

DETONATING RELAY CONECTOR

Seperti telah diterangkan bahwa untuk peledakan dengan memakai sumbu


ledak hanya diperlukan satu detonator yang dipakai untuk menyalakan
sumbu ledak, sedangkan untuk tiap-tiap lubang tembak tidak diperlukan lagi
detonator.

Cara membuat primer adalah sebagai berikut : (Lihat Gambar 4.13)

- Ambil dodol dari bagian peledak kuat.


- Buatlah lubang pada ujung dodol atau pada ujung dodol dan dari
samping dodol.
Sisipkan/masukkan sumbu ledak ke dalam lubang tersebut.
- Ikatlah sumbu ledak pada dodol memakai tape atau tali.
GAMBAR 4-12

CORDTEX CONECTOR , TUFFCORD AND FLEXICORD

GAMBAR 4-13

MENYIAPKAN “PRIMER’ DENGAN “CORDTEX”

Untuk dodol besar lubang dibuat dari sisi samping dodol tembus ke sisi yang
lain, kemudian sumbu ledak disisipkan/dimasukkan dan ujungnya diikatkan
pada sumbu ledak semula (lihat Gambar 4.14).

"Booster" adalah "primer' yang dibuat oleh pabrik, cara


memasangnya adalah sumbu ledak dimasukkan kedalam lubang yang
t e l a h t e r s e d i a p a d a " b o o s t e r " kemudian mengikat sumbu ledak.
GAMBAR 4-14

MENGIKAT “CORTEX” PADA DODOL BERDIAMETER BESAR

3.2.1.2.2. Cara menyambung sumbu ledak

Dalam peledakan memakai sumbu ledak, terutama peledakan di kuari,


pemasangan sumbu ledak terdiri dari " trunk line" yaitu sumbu ledak sepanjang
sisi lubang tembak dan "branch" atau "downline" yaitu sumbu ledak yang
menuju kedalam lubang tembak.

Cara menyambung atau memperpanjang "trunk line" dilakukan dengan ikatan


"square knots". Menyambung "branch" atau "downline" dengan "trunk line"
dengan memakai tape atau ikatan-ikatan seperti "L' joint", "clove hitch joint",
"double L' joint", "lap joint", "square knot", "double wrap" dan lain sebagainya
(Iihat Gambar 4.15).

Penyambungan sumbu ledak dengan "delay connector" dalam peledakan


beruntun dapat dilakukan dengan cara memotong "trunk line" antara dua lubang
tembak, kemudian kedua sumbu ledak yang telah terpotong dimasukkan
kedalam ujung-ujung "delay connector". Selanjutnya dijepit (crimp) supaya tidak
mudah terlepas atau dengan cara yang lain, seperti ditunjukkan pada Gambar
4.16.

3.2.1.2.3. Cara menyalakan sumbu ledak

Dalam peledakan memakai sumbu ledak hanya diperlukan satu detonator (plain
atau electric detonator), di dalam setiap lubang tembak tidak perlu dipasang
detonator. Sumbu ledak hanya dapat dinyalakan dengan detonator.

Cara mempersiapkan penyalaan sumbu ledak adalah sebagai berikut :


1. Sumbu ledak dengan detonator biasa (plain detonator)
Sumbu api yang telah dipasang detonator (capped fuse) disiapkan dengan panjang
tertentu.
Detonator yang dipasang pada sumbu api (capped fuse) diikatkan pada sumbu
ledak memakai "tape" atau tali (lihat Gambar 4.17A).
2. Sumbu ledak dengan detonator listrik
Detonator listrik diikatkan pada ujuna sumbu ledak dengan memakai tape
(lihat Gambar 4.17 B).
3. Dalam penggunaan di lapangan pertama kali disiapkan terlebih dulu detonator
yang diikatkan pada sumbu ledak (detonating cord tail) sepanjang 18 inci,
kemudian baru disambungkan dengan sumbu ledak utama (main line)
memakai ikatan "square knot".
GAMBAR 4-15

CARA MENYAMBUNG SUMBU LEDAK

GAMBAR 4-16

RANGKAIAN SUMBU LEDAK DENGAN “DELAY CONNECTOR”

Detonator yang dijelaskan di atas dipasang terakhir setelah semua rangkaian


peledakan slap untuk diledakkan.

3.2.1.2.4. Cara memasang rangkaian peledakan memakai sumbu ledak

Hal yang perlu diperhatikan dalam penyambungan sumbu ledak adalah


Setiap sambungan harus tegak lurus, penyambungan dengan "plasti c
connector" lebih baik.

GAMBAR 4-17

SAMBUMGAN “BLASTING CAP” DENGAN SUMBU LEDAK

 Jarak antara sumbu ledak yang paralel tidak boleh kurang dari 0,2 m.
 Jarak antara "delay connector/relay connector" dengan sumbu yang paralel
harus paling sedikit 1,0 m.
 Di dalam "round" sumbu ledak tidak boleh membelit atau menggulung.
 Detonator yang dipakai untuk meledakkan selalu diarahkan pada arah
detonasi sumbu ledak yang diinginkan.

3.2.1.3. Nonel

Nonel adalah tube plastik, mempunyai diameter luar 3 mm, di daiamnya berisi
suatu bahan reaktif yang dapat menjalankan gelombang kejut (shock wave)
dengan kecepatan kira-kira 2.000 meter per detik.

Gelombang kejut tersebut mempunyai energi yang cukup untuk meledakkan


"primary explosives" atau "delay element" dalam detonator. Karena reaksi
terjadi di dalam tube, plastik tidak tei pengaruh oleh gelombang kejut dan sebagai
akibatnya tidak akan meledakkan setiap kolom bahan peledak yang dilaluinya.
Nonel yang umurn dipakai dalam peledakan adalah nonel standar. Untuk kondisi
yang khusus tersedia "heavy duty (HD) tube", yang lebih tahan terhadap gesekan
dan mempunyai kekuatan tarik yang tinggi. Dalam bentuk standar suhu yang
cocok sampai 50°C, untuk kondisi lebih pan g s dipakai tube khusus yang disebut
HT (high temperature), suhu sampai sekitar 65°C.

GAMBAR 4-18

CONTOH POLA PELEDAKAN DENGAN SUMBU LEDAK

Dua macam sistem nonel yang tersedia adalah :


 Nonel GT
 Nonel UNIDET

Detonator Nonel GT mempunyai interval waktu : "short delay'', "deci-


second" dan "half-second delay". Nonel GT/MS (short delay period) dipakai
untuk peledakan tambang terbuka dan Nonel GTfT (deci-second dan half-
second period) dipakai untuk peledakan dalam terowongan.

Nonel UNIDET adalah sistem Nonel yang terakhir. Detonator mempunyai


waktu t u n d a y a n g s a m a . D a l a m p e l e d a k a n u r u t a n w a k t u p e l e d a k a n
dipasang di permukaan, hal tersebut akan memudahkan pemakaian dan
penyimpanannya.

3.2.1.3.1. Nonel detonator

Bagian-bagian dari detonator adalan sebagai berikut : (lihat Gambar 4.19).


1. Kelongsong alumunium (aluminium shell), panjangnya bervariasi
tergantung panjang dari "delay element".
1. "Base charge" : bahan peledak kuat.
2. "Primer charge" : bahan peledak kuat yang peka terhadap nyala api.
3. "Delay element".
4. Sumbat karet (rubber sealing plug).
5. Nonel tube : panjangnya tertentu, ujung yang bebas ditutup.
Bermacam-macam jenis None! detonator, yaitu :
 Nonel - standar
 None! GT - HD dan None! UNIDET

 HD None! GT

 OD dan Nonel UNIDET - OD


 Nonel GT - HT dan Nonel UNIDET - HT

3.2.1.3.2. Macam-macam perlengkapan

- "Nonel UB 0 connector" bekerja sebagai relay : gelombang kejut yang


diterima dari "nonel tube" diperkuat dan didistribusikan ke sejumlah
"nonel tube" penerima.

"Nonel UB 0" terdiri dari "nonel tube", pada salah satu ujungnya
terdapat "transmitter cap" yang dilindungi oleh "plastic block" atau
"connector block", sedangkan ujung yang lain tertutup (sealed).
Kekuatan "transmitter cap" kira-kira 1/3 kekuatan detonator No.8.
Fungsi "connector block" adalah sebagai pelindung "transmitter cap",
menahan aluminium dari "transmitter cap", dan supaya setiap "none! tube"
dapat kontak sempurna dengan "transmitter cap".

"Nonel starter" adalah sama dengan UB 0, tersedia dalam 50 m coil dan 100
m reel, dapat dipesan dengan panjang tube 30 m.
 "Nonel Bunch connector" kebanyakan dipakai dalam terowongan.
 "Multiclip" adalah penyambung plastik, dipakai untuk menyambungkan
"Nonel tube" dengan sumbu ledak.

GAMBAR 4-19
NONEL DETONATOR

 Kemasan Nonel
Semua produk Nonel dikemas dalam pembungkus yang kedap udara, tetap
terbungkus sampai pada saat akan dipergunakan. Semua isi dari bungkusan
yang telah dibuka harus dipergunakan dalam jan g ka waktu 30 - 90 hari,
tergantung kondisi iklim tempat penggudangan.

 Umur penggudangan produk Nonel


Nonel detonator mempunyai "delay element" yang terbuat dari komposisi piro
teknik (pyro technical composition). Penyimpanan yang terlalu lama akan
mempengaruhi kualitas yang telah ditentukan, akibatnya peledakan akan gagal
Karena hal tersebut maka produk Nonel harus dipakai dalam jangka waktu dua
tahun sejak tanggal pembuatan.

GAMBAR 4-20
KEMASAN NONEL DETONATOR

3.2.1.3.3. Nonel GT/MS (millisecond series)

Nonel GT/MS adalah sistem peledakan "millisecond delay blasting" yang


dapat dipakai di permukaan, bawah tanah rnaupun di bawah air.
Detonator Nonel GT/MS mempunyai 18 "delay period", panjang tube : 4.8, 7.8,
dan 15.0 m, dapat dipesan detonator dengan panjang tube tertentu.

TABEL 4-4
DATA TENTANG “NONEL GT/MS”

Cara menyambung "Nonel tube" dengan UB 0 dapat dilihat dalam Gambar


4.21, dimana pada G ambar ters ebut juga terliha t s uatu contoh
s ambungan s atu "connector" dengan delapan tube dari 7 detonator dan satu
"connector".

Apabila gelombang kejut datang melalui tube (1) mencapai "connector block"
(2), "transmittter cap" meledak dan menyalakan semua "nonel tube" yang
dihubungkan dengan "connector block". Gelombang kejut dirambatkan
kesemua detonator (3) dan juga ke arah "connector" (4), dimana prosedur yang sama
akan terulang.

"Nonel UB 0 connector unit" prinsipnya dirancang untuk peledakan jenjang


dan sampai 8 "nonel tube" dapat diikatkan dalam setiap unit "connector".
Gelombang kejut merambat melalui "nonel tube" dengan kecepatan 2.000
m/detik, akibatnya selalu terjadi penundaan terselubung sebesar 0,5 mili
detik/meter (inherent delay). Hal ini perlu diperhatikan jika merencanakan
pola peledakan "round" memakai Nonel untuk peledakan bawah tanah
disarankan bahwa semua detonator sudah menyala sebelum mulai terjadi gerakan
batuan.

3.2.1.3.4. Cara menyambung rangkaian Nonel GT/MS

Sambungan harus selalu dipasang dalam arah utama dari urutan


peledakan. Panjang "nonel tube" antara lubang-lubang tembak dengan
"connector block" harus sependek mungkin. Periksa waktu tunda terselubung
(inherent delay time) dari rangkaian di permukaan, terutama dalam "round" yang
besar (Iihat Gambar 4.22).

3.2.1.3.5. Sambungan "nonel tube" dengan sumbu ledak

Kombinasi penyambungan Nonel detonator "down-the-hole" dengan sumbu


ledak "trunkline" dapat dilakukan apabila kegaduhan akibat peledakan bukan
merupakan persoalan.
GAMBAR 4-21
SAMBUNGAN PADA NONEL CONNECTOR
GAMBAR 4-22
CARA MENYAMBUNG RANGKAIAN ”NONEL GT/MS”

Sumbu ledak yang disarankan adalah sumbu ledak dengan inti 3 - 5 g/m.
Cara penyambungannya memakai "multiclip", setiap clip dapat menyambung
dua "Nonel tube". Untuk keamanan jarak antara sumbu ledak dan Nonel tube
minimum 0.2 m (lihat Gambar 4.23).

GAMBAR 4-23

SAMBUNGAN “NONEL TUBE” DENGAN SUMBU LEDAK

3.2.1.3.6. Nonel GT/T (tunnel series)

Nonel dibuat khus us untuk peledakan dalam terow ongan. P ada


peledakan terowongan, interval waktu y ang cukup sangat diperlukan supaya
tersedia waktu untuk memecah dan memindah batuan sehingga
menghasilkan kemajuan yang maksimum.
Detonator Nonel GT/T terdiri dari 25 waktu tunda, interval paling pendek 100
ms (75 ms antara 0 dan 1).

Metode penyambungan "nonel tube" (nonel GT/T) yang paling mudah dalam
"tunnel round" adalah dengan "nonel bunch connector". "Bunch connector"
terdiri dua lilitan (double loop) sumbu iedak (E-cord) dimasukkan dalam "UB
0 Connector". Panjang tube 4,8 dan 6,0 m, panjang yang lain juga tersedia
berdasarkan pesana

TABEL 4-5

MACAM-MACAM NONEL GT/T

Cara penyambungan yang paling sederhana adalah sebagai Perikut :

- Panjang "nonel tube" dari detonator-detonator harus kira-kira 2 m lebih


panjang daripada kedalaman lubang tembak
- "Nonel tube" dikumpulkan dalam jumlah maksimum 20 "nonel tube",
nomor (tag number) jangan dilepas.
- Kumpulan "nonel tube" diikat memakai tape pada dua tempat dengan
jarak 0,3 m.
Berkas "nonel tube" dimasukkan ke dalam lilitan sumbu ledak dari
"bunch connector" dan dikencangkan. Letak "bunch connector" ± 0.2 m
dari ikatan "tape" yang dekat dengan muka terowongan.
"Nonel tube" beras al dari beberapa "bunch connector" dikumpulkan
dan dihubungkan ke dalam UB 0, "starter" atau "bunch connector"
yang lain, tubenya dipanjangkan di lantai sampai beberapa meter
jaraknya dari muka terowongan.

- Periksa jarak antara sumbu ledak (cord loop) dengan "nonel tube" paling
sedikit 0,2 m. Hal ini dilakukan sebelum meninggalkan tempat peledakan

Connection of tunnel round


with NONEL Bunch Connectors.

(lihat Gambar 3.24).


GAMBAR 4-24
“TUNNEL ROUND” DENGAN EMPAT BUAH “BUNCH CONECTOR”

3.2.1.3.7. "Nonel UNIDET"

Sistem "Nonel UNIDET" mempunyai enam komponen, disarankan dipakai untuk


semua macam peledakan tunda (millisecond delay), kecuali untuk peledakan
terowongan. Dengan sistem "Nonel UNIDET" dapat dilaksanakan periorie waktu
tunda yang tak terbatas.

Detonator UNIDET mempunyai waktu tunda 475 dan 500 ms. Panjang tube 3.0,
4.8, 7.8, dan 15 m, panjang yang lain juga tersedia berdasarkan pesanan.

"Connector" dalam sistem "Nonel UNIDET" ada empat macam yaitu : UB 17, UB
25, dan 42 ms serta UB 0 (tanpa waktu tunda atau seketika). Panjang tube 2.4 m
dan 4.8 m (lihat Tabel 4-6).

Sistem "Nonel UNIDET" terdiri dari "downline" detonator tunda 500 ms dan
"nonel connector" UB 0, UB 17, UB 25 atau UB 42, di permukaan.

TABEL 4-6
DATA TENTANG ”NONEL UNIDET”
Contoh :

Suatu rangkaian peledakan, setiap lubang tembak diisi detonator tunda


500 ms. Setelah pengisian selesai diatur urutan tunda yang dikehendaki
yaitu pertama yang harus dipasang adalah starter atau UB 0. Tahap
selanjutnya adalah menghubungkan tube dari UB 25 dengan strarter atau
UB 0 dan menghubungkan UB 25 dengan detonator dan connector
berikutnya, demikian selanjutnya sehingga akhirnya didapat peledakan
beruntun dengan interval tunda 25 ms (Iihat Gambar 4.25).

Dalam rangkaian peledakan memakai sistem "Nonel UNIDET" perlu


diperhatikan beberapa hal, yaitu :
 Interval antara baris tidak boleh kurang dari 25 ms.
 Nonel tube dari "delay connector" memiliki panjang minimum 0.6 m.
 Untuk peledakan dalam ruang yang terkurung di bawah tanah, waktu tunda
total di permukaan (total surface delay) dalam "round" tidak boleh meiebihi
tunda detonator 500 ms.
 Waktu tunda terselubung (inherent delay) dari tube harus diper-
timbangkan

3.2.2. Peledakan Cara Listrik

Rangkaian peledakan meliputi 3 (tiga) elemen dasar rangkaian, yaitu :

1. Detonator listrik (electric detonator).


2. Kawat rangkaian (circuit wiring) • "leg wire", "connecting wire", "firing
line" dan "buswire".
3. Sumber tenaga (power source) : "blasting machine" dan AC - "power line".
GAMBAR 4-25
RANGKAIAN PELEDAKAN TUNDA DENGAN NONEL
GAMBAR 4-26
“NONEL BLASTING MACHINE”

3.2.2.1. Detonator

Detonator dibagi menjadi dua jenis, yaitu : "instantaneous detonator" dan


"delay detonator", (Iihat Gambar 4.27).

Detonator dapat pula dibagi menjadi tiga kelas, yaitu

- "Instantaneous Detonator"

- "Milli-Second Detonator"

- "Half-Second Detonator"

"Instantaneous detonator" dipakai untuk peledakan yang tidak memerlukan "delay" atau
penundaan antara beberapa muatan. Adapun pada "milli-second delay
detonator" di dalamnya terdapat "milli-second delay element", yang fungsinya
menunda detonasi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Waktu tunda (delay
interval) antara setiap interval dalam seri tidak boleh melebihi 100 ms (0.1 detik).

"Half-second delay detonator" mempunyai waktu penundaan 500 ms (0.5 detik)


setiap interval. Detonator listrik yang umum dipasarkan adalah detonator listrik
No.6 dan No.8.

3.2.2.2. "Circuit Firing"


3.2.2.2.1. "Legwire"

"Legwire" adalah dua kawat yang menjadi satu dengan detonator listrik, yang
salah satu ujung dihubungkan dengan "bridge wire" yang terdapat dalam
detonator. Isilah "legwire" pada ujung yang lain terkupas dan kedua kawat
diikatkan satu terhadap yang lain atau dilindungi terhadap "plastic shunt"
Panjang "legwire" bervariasi tergantung kebutuhan.

3.2.2.2.2. "Connecting wire"


"Connecting wire" adalah kawat yang mempunyai isolasi, dipakai untuk menghu-
bungkan "legwire" dengan "firing line".

"Connecting wire" terdiri dari kawat tunggal (solid wire) tembaga dengan isolasi
yang tahan terhadap air yaitu 20-AWG atau yang lebih besar.
GAMBAR 4-27

“ELECTRIC BLASTING CAP JENIS ‘STANDARD DAN “DELAY”

3.2.2.2.3. "Firing line"

"Firing line" atau "leading wire" adalah kawat yang dipergunakan


u n t u k menghubungkan sumber tenaga listrik dengan rangkaian detonator
yaitu 14-AWG atau yang lebih besar.

3.2.2.2.4. "Buswire"

"Buswire" adalah perpanjangan dari "firing line" dimana masing-masing detonator


(parallel circuit) atau masing-masing detonator dalam seri (parallel series circuit)
dihubungkan. Karena "buswire" merupakan perpanjangan dari "firing line" maka
kawat ini mempunyai ukuran (gauge) sama dengan "firing line".

Apabila memakai "buswire" dianjurkan supaya sambungannya adalah "reverse


hookup" (Iihat Gambar 4.30 dan Gambar 4.34).
Tabel 4-7 memperlihatkan tahanan untuk kawat tembaga dan besi yang umum
dipakai untuk peledakan.

3.2.2.3. Rangkaian Peledakan (Blasting Circuit)


Ada tiga macam susunan rangkaian peledakan, yaitu seri (lihat Gambar 4.28),
parallel (lihat Gambar 4.29), dan parallel-seri (lihat Gambar 4.20).

3.2.2.4. Perhitungan Rangkaian Peledakan

Dalam rangkaian peledakan yang perlu ditentukan adalah apakah arus yang
mengslir melalui rangkaian detonator dalam peledakan cukup untuk menyalakan
seluruh detonator. Arus yang dihitung harus sama dengan atau lebih dari minimum
standar yang tercantum dalam Tabel 4-8.

3.2.2.4.1. Rangkaian seri

Pada rangkaian seri Gambar 4.28 arus dari sumber tenaga hanya melalui satu
jalan, jumlah arus yang melalui setiap detonator adalah sama.
Rangkaian seri sangat cocok untuk meledakkan jumlah detonator yang tidak
banyak, disarankan maksimum 50 buah atau tahanannya 100 ohm. Arus minimum
untuk peledakan dalam rangkaian seri adalah 1,5 amp untuk DC atau 2,0 amp
untuk AC (lihat Tabel 4-8). Rumus-rumus yang dipakai

V = I.R
RT = R D + R c + R F

V = sumber tenaga, Volt RT tahanan total


I = arus, ampere RD = tahanan detonator
R = tahanan, ohm Rc = tahanan "connecting wire"
RF = tahanan "firing line"

TABEL 4-7

DAFTAR TAHANAN KAWAT DAN

DETONATOR DARI BERBAGAI UKURAN


GAMBAR 4-28
RANGKAIAN SERI

GAMBAR 4-29
RANGKAIAN PARALEL

GAMBAR 4-30
RANGKAIAN PARALEL-SERI
TABEL 4-8
KEBUTUHAN ARUS MINIMUM UNTUK PELEDAKAN

Contoh
Hitunglah arus yang mengalir dalam rangkaian seri yang terdiri dari
40 detonator dengan panjang "legwire" tembaga 24 ft, "connecting
wire" tembaga 20-AWG = 200 ft dan "firing line" tembaga 14-AWG = 500 ft.

1 Tahanan detonator (RD)


Tahanan setiap detonator menurut Tabel 4-7 adalah 2,3 ohm
Tahanan detonator dalam rangkaian = RD = 40 x 2,3 ohm = 92 ohm

2. Tahanan "firing line dan tahanan "connecting wire" (R F dan Rc)


Tahanan "firing line" 500 ft 14-AWG dan "connecting wire" 200 ft 20-
AWG
Dari Tabel 4-7 tahanan kawat tembaga 14-AWG adalah 2,53 ohm per
1.000 ft dan 20-AWG adalah 10,15 ohm per 1.000 ft
3. Arus

Arus yang mengalir dalam rangkaian seri dari sumber tenaga 220 volt
"power line" :

I = 2,28 ampere

Dari Tabel 4-8 terlihat bahwa arus minimum AC untuk rangkaian seri adalah
2,0 amp. H as il perhitungan didapat 2,28 amp melampau i kebutuhan
minimum, sehingga peledakan dapat dilaksanakan.

3.2.2.4.2. Rangkaian paralel

Rangkaian paralel Gambar 4.29 adalah sama dengan rangkaian paralel


seri Gambar 4.30, perbedaannya bahwa setiap cabang hanya berisi satu
detonator, supaya distribusi arus lebih merata maka penyambungan paralel
diatur secara "reverse hook up" seperti dalam Gambar 4.34.

RT = RD + RB + RF + Rc

Contoh :

Peledakan dalam terowongan "round" dengan memakai 60 buah detonator jenis


16-ft "copper wire delay electric detonator" dirangkaikan dalam paralel
(reverse parallel). Buswire 200 ft, 14-AWG "copper". "Firing line" terdiri
dari "expendable firing line" 200 ft 14-AWG "copper" dan "permanent firing
line" 2.000 ft 10-AWG. Sumber tenaga yang tersedia adalah 220 volt AC dan
440 volt AC "power line". Menurut Tabel 4-8 arus yang dihasilkan dari
sumber tenaga untuk setiap detonator adalah minimum 1.0 ampere dan
maksimum 10 ampere untuk AC maupun DC.

1 Tahanan detonator dalam rangkaian (RD)


Tahanan setiap detonator menurut Tabel 4-7 untuk 16 ft-"copper wire"
detonator adalah 1,9 ohm.

RD = 0,253 ohm

2. Tahanan buswire (RB)


Tahanan buswire adalah z x panjang buswire x tahanan kawat 14 - AWG per
feet (lihat Tabel 4-7).

3. Tahanan "firing line (RF)


Tahanan "firing line" adalah jumlah dari tahanan "expendable firing line"
14-AWG "copper" dan "permanent firing line" 10-AWG (lihat Tabel 4-7). = tahanan
expendable firing line (lihat Tabel 4-7)

RF1 = 1,012 ohm


RF2 = 3,996 ohm

RF = RF1+RF2
RF = 1,012 ohm + 3,996 ohm
RF = 5,008 ohm

4 Tahanan Total (RT)


RT = RD + R B + R F
RT = 0,032ohm + 0,253 ohm + 5,008ohm
RT = 5,293 ohm
4. Arus
Arus yang mengalir dalam rangkaian dari sumber tenaga 220 volt AC atau 440volt
AC dapat dihitung dengan rumus :

I = 41.56 ampere

Arus per detonator = = 0,69 ampere / detonator


Sumber tenaga 220volt AC tidak mencukupi untuk meledakan “round” dalam
pembuatan terowongan .
Sumber tenaga 440 volt AC

I = 83,13 ampere

Arus per detonator = = 1,38 ampere/detonator

Ternyata sumber tenaga 440 volt AC dapat dipakai untuk peledakan "round"
karena arus yang mengalir per detonator di antara minimum 1.0 ampere dan
maksimum 10 ampere (label 4-8).

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa tahanan detonator dalam rangkaian
kecil (0.032 ohm) dan yang terbesar adalah tahanan "firing line" (5.29 ohm).
Salah satu jaian untuk menambah total arus yang mengalir dalam rangkaian
atau arus yang mengalir di setiap detonator adalah mengurangi tahanan firing
line. Caranya : dalam peledakan tersebut dipakai firing line dengan kawat
yang ukurannya lebih besar (heavier gauge). Arus yang mengalir dalam
rangkaian dibatasi 10 ampere, apabila terlalu besar akan terjadi "arcing".

3.2.2.Latihan

1. Apa yang dimaks ud dengan "D elay connector" ?

J aw ab :

"D elay connector" adalah perlengkapan peledakan yang digunakan


untuk menyelenggarakan peledakan tunda (delay blasting) dalam suatu
peledakan memakai sumbu ledak.

2. Buatlah gambar rangkaian peledakan secara seri ?

Jawab :

Gambar rangkaian peledakan secara seri yaitu :


3. Apa perbedaan antara sumbu api dengan sumbu ledak?

Jawab :

Perbedaannya adalah Sumbu api adalah pembawa api berupa sumbu yang
fungsinya merambatkan api dengan kecepatan tetap. Perambatan api tersebut dapat
menyalakan detonator (plain detonator) yang dipasang pada ujung sumbu
guna meledakkan bahan peledak. Sedangkan

Sumbu ledak (detonating fuse atau detonating cord) adalah sumbu yang terdiri dari
inti "initiating explosive" (PETN) dibalut lapisan plastik dan dibungkus dengan
kombinasi tekstil, kawat, dan lapisan plastik

5. Detonator terbagi menjadi tiga kelas sebutkan ?

Jawab :

Detonator dapat pula dibagi menjadi tiga kelas, yaitu

- "Instantaneous Detonator"

- "Milli-Second Detonator"

- "Half-Second Detonator"

5.Apa yang dimaksud dengan "D elay connector" ?

J aw ab : "D elay connector" adalah perlengkapan peledakan yang


digunakan untuk menyelenggarakan peledakan tunda (delay blasting) dalam
suatu peledakan memakai sumbu ledak.

3.2.3 Rangkuman
Perlengkapan dan peralatan peledakan menurut Mike Smith terdiri dari :
- fuse cap
- electric cap
- special electric
- non electric

Pada peledakan Cara non listrik ada 2 :


1. Memakai sumbu Api (Safety fuse)
Sumbu api adalah pembawa api berupa sumbu yang fungsinya merambatkan
api dengan kecepatan tetap. Perambatan api tersebut dapat menyalakan detonator
(plain detonator) yang dipasang pada ujung sumbu guna meledakkan
bahan peledak.
Sumbu api terdiri dari inti (central core) berupa "black powder" (low explosive) dan
pembungkus berupa tekstil dan material kedap air. Fungsi pembungkus untuk
menjaga sumbu api dari kerusakan mekanis dan kerusakan akibat air atau minyak.

2. Memakai Sumbu Ledak (Detonating fuse)

Sumbu ledak (detonating fuse atau detonating cord) adalah sumbu yang terdiri dari
inti "initiating explosive" (PETN) dibalut lapisan plastik dan dibungkus dengan
kombinasi tekstil, kawat, dan lapisan plastic.

Sumbu ledak mudah dan aman penggunaannya, mempunyai ketahanan terhadap air
yang baik sekali dan mempunyai kecepatan detonasi yang tinggi, sekitar 21.000
feet per detik, serta mempunyai kuat tarik yang baik, ringan dan fleksibel.

Sumbu ledak apabila dinyalakan dengan detonator dapat merambatkan


gelombang detonasi ke semua tempat di sepanjang sumbu. Peledakan dengan sumbu
ledak tidak memerlukan detonator di dalam lubang tembak, seluruh rangkaian
dan seri muatan (instantaneous atau delay) dapat dinyalakan dengan memakai
satu detonator No.6 (plain atau electric detonator). Detonator diikatkan pada
sumbu ledak (trunk line) memakai "tape", dengan ujung dasarnya mengarah
pada arah rambatan gelombang detonasi.

Peledakan cara listrik terdiri 3 elemen yang terpenting yaitu :

- detonator listrik (electric detonator)

- kawat rangkaian (circuit wiring) : leg wire, connecting wire, firing line dan buswire

- Sumber tenaga (power source) :blasting machine dan AC “power line”

3.3. Penutup

3.3.1. Tes Formatif


Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberikan tanda silang pada
abjad a, b, c, d atau e.

1. Peledakan dalam terowongan "round" dengan memakai 60 buah detonator jenis


16-ft "copper wire delay electric detonator" dirangkaikan dalam paralel
(reverse parallel). Buswire 200 ft, 14-AWG "copper". "Firing line" terdiri
dari "expendable firing line" 200 ft 14-AWG "copper" dan "permanent firing
line" 2.000 ft 10-AVVVV. Sumber tenaga yang tersedia adalah 220 volt AC dan
440 volt AC "power line". Menurut Tabel 4-8 arus yang dihasilkan dari
sumber tenaga untuk setiap detonator adalah minimum 1.0 ampere dan
maksimum 10 ampere untuk AC maupun DC. Berapa tahanan detonator dalam
rangakaian ?

a. RD = 0,253 ohm

b. RD = 0,153 ohm

c. RD = 0,053 ohm

d. RD = 0,353 ohm

e. RD = 0,453 ohm

2. Dari soal no. 1 hitunglah arus per detonator “


a. I = 0,38 ampere/detonator
b. I = 1,38 ampere/detonator
c. I = 3,38 ampere/detonator
d. I = 5,38 ampere/detonator

e. I = 7,38 ampere/detonator

3. Sumbu api (Safety fuse) adalah………………………………………

a. pembawa api berupa sumbu yang fungsinya merambatkan api


dengan kecepatan tetap
b. pembawa api berupa kabel yang fungsinya merambatkan api
dengan kecepatan tidak tetap
c. terbuat dari rangkaian detonator yang fungsinya merambatkan api
dengan kecepatan tidak tetap
d. rangkaian detonator yang disusun secara paralel
e. sumber tenaga saat meledakan bahan peledak

4. "Buswire" adalah……………………………………………………………………..
a.perpanjangan dari "firing line" dimana masing-masing detonator) atau masing-
masing detonator dalam seri dihubungkan.
b. bahan peledak tidak mau meledak karena kondisi basah
c, Kesalahan dalam membuat rangkaian detonator
d. susunan rangkaian peledakan, secara seri
e. susunan rangkaian peledakan, secara parallel

5. "Legwire" adalah…………………………………………………………
a. dua kawat yang menjadi satu dengan detonator listrik, yang salah satu ujung
dihubungkan dengan "bridge wire" yang terdapat dalam detonator
b. hasil ledakan lari jauh dari bidang bebas
c. hasil ledakan mendekati bidang bebas
d. proses peledakan tidak semapt terjadi.
e. tiga tahanan detonator yang dirangkai seri

3.3.2. Umpan Balik


Untuk bahasan ini mahasiswa banyak kendala karena memang lebih sulit , tetapi
sekitar 25 % saja, yang mengalami kesulitan tetapi setelah diskusi di kelas dan
mengerjakan bersama-sama jadi tidak ada masalah lagi , sehingga bisa
dilanjutkan ke bab IV.

3.3.3. Tindak Lanjut


Dengan hasil yang diperoleh sehingga mahasiswa mulai melakukan
pembelajaran sistim kelompok dengan teman-teman lain, supaya kesulitan bisa
dipecahkan bersama. Karena dengan belajar sendiri banyak kendalanya. Semua
sehingga dapat diatasi untuk mempersiapkan bahan untuk ujian semester
nantinya.
3.3.4. Kunci jawaban .
1. a
2. b
3. a
4. a
5. a

Anda mungkin juga menyukai