Anda di halaman 1dari 11

TRANSPARANSI JEJAK PENDAPAT MENGENAI

KESIAPAN MAHASISWA UDAYANA DALAM


MENGHADAPI PERKULIAHAN TATAP MUKA

OLEH:
KOMUNITAS ASPIRASI MAHASISWA UDAYANA

UNIVERSITAS UDAYANA
2022
A. PENGANTAR

Pada hari Rabu, 29 Maret 2022, Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. Ir. I Nyoman
Gde Antara, M. Eng., IPU, mengeluarkan Surat Edaran No.4/UN14/SE/2022 tentang Pedoman
Pembelajaran Tatap Muka di Universitas Udayana. Per tanggal 1 April 2022, sivitas Unud
diminta melakukan perkuliahan tatap muka. Pengumuman tersebut secara resmi dipublikasi di
akun official Instagram @univ.udayana. Tak sedikit mahasiswa yang mengkritik kebijakan
PTM ini lantaran diumumkan secara mendadak. Berkaca pada aturan PTM sebelumnya,
ketidaksiapan Unud menjalankan PTM mengakibatkan PTM hanya berjalan selama 3 hari saja.
Banyak sekali sekali masalah yang menjadi keresahan kawan-kawan mahasiswa, mulai dari
biaya transport ke Bali, biaya kos, pemenuhan kebutuhan sehari-hari di Bali, bahkan tak sedikit
mahasiswa yang berdomisili di Bali juga keberatan dengan mendadaknya kebijakan PTM
dikarenakan tak semua mahasiswa tinggal di sekitar Denpasar atau Jimbaran.

Berangkat dari hal ini maka kami dari Komunitas Aspirasi Mahasiswa Udayana
(KAMU) mewadahi untuk melakukan jejak pendapat dengan mengadakan survei terhadap
kondisi kesiapan mahasiswa Udayana dalam menghadapi perkuliahan tatap muka. Survei
dilakukan dalam periode kurang dari satu hari (Pukul 01.00-20.00 WITA atau sama dengan 19
jam pada tanggal 30 Maret 2022). Data yang terlampir di bawah ini adalah hasil jejak pendapat
yang diambil dari total jumlah sampel 2.637 mahasiswa yang tersebar di 13 Fakultas di
Universitas Udayana.

B. TUJUAN PELAKSANAAN SURVEI

Adapun tujuan pelaksanaan hasil survei ini sebagai berikut:

1. Menginvestigasi permasalahan mahasiswa secara objektif mengenai kondisi dan


kesiapan mahasiswa udayana dalam menghadapi perkuliahan tatap muka;
2. Menjadi bahan pertimbangan kampus dalam mengambil keputusan atau kebijakan
dalam rangka memaksimalkan proses pembelajaran serta untuk memastikan
kesejahteraan mahasiswanya selama proses perkuliahan tatap muka berlangsung.
C. METODE PENGAMBILAN SAMPEL

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode


Stratified Systematic Random Sampling. Metode ini dilakukan dengan cara mengelompokkan
populasi di Universitas Udayana ke dalam sub-sub populasi dengan kriteria yang sama. Setelah
itu, dari sub populasi yang telah dikelompokkan tersebut, diambil sampel secara acak dan
proporsional mengikuti ukuran sampel. Dalam konteks jejak pendapat ini, kriteria sampel yang
kami pilih adalah seluruh mahasiswa Universitas Udayana yang berkuliah dari seluruh
angkatan yang masih berstatus aktif. Dari karasteristik yang sama ini, kami mengelompokkan
populasi sampelnya kembali berdasarkan Fakultas-fakultasnya yang berjumlah 13 Fakultas.

Sebelumnya, kami menargetkan margin sampel berada di angka 2500 – 3.000 mahasiswa.
Namun, karena yang mengisi kuisioner secara valid berjumlah 2.637 mahasiswa, maka bisa
disimpulkan bahwa response rate jejak pendapat ini adalah 87.9%.1 Sebagai informasi,
Response rate adalah persentase banyaknya responden yang menjawab instrumen penelitian
secara valid terhadap jumlah sampel yang ditetapkan pada awal penelitian. Dari jumlah sampel
yang mengisi kuisioner secara valid tersebut, maka diperoleh jumlah margin of error sebesar
1.9%. Angka ini diperoleh dengan asumsi tingkat kepercayaan 95%.

D. HAL-HAL YANG DIINVESTIGASI

Survey Jejak pendapat ini menginvestigasi hal-hal berikut:

1. Dimana domisili mahasiswa Unud saat ini?


2. Apakah mengetahui bahwa per tanggal 1 April 2022, perkuliahan di Universitas
Udayana akan dilaksanakan secara tatap muka?
3. Apakah setuju dengan kebijakan tersebut?
4. Apakah perlu Perkuliahan Tatap Muka ditunda?

1
Angka ini diperoleh dari rumus 2637 / 3000 x 100% = 87.9%. Jika response rate rendah (<50%) maka itu
mengindikasikan adanya kegagalan dalam pengambilan data. Karena akan menyebabkan hasil yang bias, dalam
hal ini ada kemungkinan meningkatkan margin of error, sehingga data yang disajikan pun menjadi lebih
diragukan.
E. PERSEBARAN POPULASI SAMPEL
Dari total populasi sampel (2.637 sampel) persebaran populasi dari setiap fakultas
adalah sebagai berikut:

Fakultas Jumlah Persentase


FIB 229 8,7%
FK 115 4,4%
FAPET 42 1,6%
FH 111 4,2%
FT 431 16,3%
FP 177 6,7%
FEB 850 32,1%
FMIPA 185 7%
FKH 65 2,5%
FTP 118 4,5%
FPAR 126 4,8%
FISIP 155 5,9%
FKP 33 1,3%
Total 2637 100%

Populasi sampel yang tersebar di 13 Fakultas ini, sedang menempuh semester 2


sejumlah 1377 orang; semester 4 sejumlah 727 orang; semester 6 sejumlah 468 orang ;
semester 8 sejumlah 52 orang; dan < semester 8 sejumlah 13 orang. Besarnya total responden
di seluruh fakultas menginterpretasikan antusiasme mahasiswa Unud dalam merespon
dikeluarkannya SE Rektor Unud No.4/UN14/SE/2022 tentang Pedoman Pembelajaran Tatap
Muka di Universitas Udayana.

F. RANGKUMAN HASIL JEJAK PENDAPAT


Berdasarkan hasil survey yang kami lakukan, menunjukkan bahwa 90% responden
telah mengetahui bahwa per tanggal 1 April 2022, perkuliahan di Unud akan dilaksanakan
secara tatap muka. Sedangkan, 10% responden masih belum mengetahui informasi tersebut.
Urgensi Penundaan Perkuliahan Tatap Muka hingga Semester Ganjil

Mayoritas responden menilai bahwa informasi yang disampaikan melalui Surat Edaran
Rektor Unud No.4/UN14/SE/2022 tentang Pedoman Pembelajaran Tatap Muka di Universitas
Udayana ini terlalu terburu-buru dan tanpa sosialisasi lebih lanjut kepada mahasiswa, yakni H-
3 dari pelaksanaannya.

Dari total 2.637 responden, 87,1% tidak setuju dengan pelaksanaan PTM tersebut,
sedangkan 12,9% setuju diimplementasikannya PTM di Unud sesuai SE Rektor
No.4/UN14/SE/2022. Adapun alasan dari responden yang setuju selain karena sudah bosan dan
jenuh terhadap perkuliahan online yaitu, karena perkuliahan online dianggap tidak begitu
memberi dampak signifikan dalam hal akademik, akibat berbagai keterbatasan dalam
pelaksanaannya. Perkuliahan tatap muka dinilai akan jauh lebih efektif dan mahasiswa menjadi
lebih paham pada materi yang diberikan terutama mahasiswa yang seharusnya melakukan
praktikum secara langsung.
Dari survey ini, didapatkan data 66,9% responden yang berdomisili di Bali dan 33,1%
sedang berdomisili di luar Bali. Namun demikian, tak sedikit mahasiswa yang berdomisili di
Bali juga merasa perlu penundaan terhadap perkuliahan tatap muka, misalnya yang tinggal di
luar wilayah kampus seperti Tabanan, Bangli, Karangasem, bahkan Singaraja. Mendadaknya
pengumuman PTM yang menginstruksikan penyelenggaraan kuliah luring/offline sejak 1 April
2022, seperti tidak mempertimbangkan kondisi ekonomi mahasiswa khususnya memberikan
kesempatan kepada teman-teman mahasiswa rantau untuk mempersiapkan dana transport
untuk datang ke Bali, mencari biaya tempat tinggal atau kos, serta kebutuhan sehari-hari selama
proses perkuliahan berlangsung nantinya.

Berdasarkan rekapitulasi data survey, 87.8% mahasiswa menolak implementasi PTM


dan menilai PTM perlu ditunda hingga semester ganjil mendatang. Pertimbangannya adalah
tidak hanya karena alasan finansial mahasiswa, namun masih terkendalanya fasilitas belajar di
beberapa fakultas yang sedang dalam tahap tata ulang, renovasi dan perbaikan pada ruang-
ruang kuliah sehingga tidak bisa digunakan. Penerapan protokol kesehatan yang sangat minim,
ruang-ruang kelas yang tidak cukup untuk menampung mahasiswanya, dan berbagai
permasalahan lainnya seperti air di kamar mandi yang mati, wifi dan proyektor yang rusak,
papan tulis copot, plafond rusak dan genteng yang runtuh, lantai berlubang dan banyak yang
pecah. Artinya, sarana prasana untuk menunjang perkuliahan belum memadai dan belum
memenuhi standar kelayakan untuk dapat dilakukan perkuliahan tatap muka, karena telah
cukup lama fasilitas di kampus tidak digunakan sehingga perlu untuk dilakukan perawatan.

Di sisi lain, banyak orang tua dari responden tidak menyetujui dan/atau tidak
menyanggupi anaknya untuk melaksanakan PTM kembali, semenjak eksekusi PTM di awal
semester yang hanya berlangsung 3 hari saja, sehingga mengakibatkan mahasiswa rantau dan
juga mahasiswa yang berdomisili di luar area kampus yang sudah sempat memutuskan untuk
menetap, malah kembali melakukan perkuliahan secara online tanpa subsidi kuota dari pihak
kampus. Hal ini jelas merugikan secara materil yang mengakibatkan mahasiswa harus
mengeluarkan biaya-biaya yang seharusnya menjadi tanggung jawab Unud —contohnya
fasilitas penunjang perkuliahan seperti kuota yang menjadi tanggung jawab perguruan tinggi.

Padahal ketika mahasiswa telah membayar UKT, seharusnya Uang Kuliah Tunggal ini
membiayai seluruh biaya operasional perkuliahan sejak awal berkuliah sampai lulus. Dalam
menentukan komponen “biaya operasional” yang dibayarkan oleh mahasiswa, maka
pemerintah telah membuat Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi (SSBOPT).
Kesimpulannya: “UKT telah membiayai semua hal yang dibutuhkan untuk operasional
perkuliahan, termasuk di dalamnya adalah pulsa kuota sebagai fasilitas penopang yang
diperlukan agar perkuliahan bisa berjalan dengan baik dalam konteks perkuliahan daring
(online) sebagai ganti perkuliahan konvensional (tatap muka).

Dasar hukumnya:

a) UU No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, pasal 88 tentang Pembiayaan dan
Pengalokasian;
b) Permenristekdikti No. 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT);
c) Permenristekdikti No. 5 tahun 2016 tentang Tata Cara Penetapan Standar Satuan Biaya
Operasional Pendidikan Tinggi

SESUAI dengan mandat statuta Unud bahwa mahasiswa berhak memperoleh jaminan
kesejahteraan dan pelayanan yang baik secara akademik, maka sudah SEWAJIBNYA bagi
pihak kampus untuk memberikan mahasiswa fasilitas-fasilitas yang diperlukannya dalam
menjalankan perkuliahan sesuai dengan haknya, menimbang Unud memiliki kapasitas
anggaran yang sangat besar setiap tahunnya —bahkan masih menyisakan surplus karena
anggarannya tidak 100% bisa direalisasikan. Jika kampus mengatakan tidak memiliki anggaran
yang cukup untuk memberikan fasilitas penunjang perkuliahan baik secara daring seperti
kuota, ataupun secara luring seperti fasilitas perkuliahan, solusinya adalah dengan
menghentikan sementara proyek-proyek pembangunan non esensial Unud. Tapi lebih
memprioritaskan renovasi dan melengkapi fasilitas penunjang kebutuhan perkuliahan.
LAMPIRAN:

Q&A

1. Apakah PTM ini wajib bagi seluruh mahasiswa Unud?

Jawabannya adalah TIDAK. dalam SE Rektor Unud No.4/UN14/SE/2022 sama sekali tidak
ada paksaan bagi mahasiswa yang terkendala dengan perkuliahan luring diperkenankan untuk
mengikuti perkuliahan secara daring (poin e); Mahasiswa yang mengikuti PTM harus
mendapatkan izin dari orangtua dibuktikan dengan surat pernyataan (poin f). Jadi jika kalian
masih terkendala atau tidak diizinkan orangtua untuk melaksanakan perkuliahan tatap muka,
kalian TIDAK WAJIB PTM dan BOLEH melakukan perkulihan secara daring/online.

2. Tapi, bukannya pada poin a itu berbenturan dengan poin e? karena pada poin a
dikatakan Pembelajaran Tatap Muka, baik perkuliahan, praktikum, studio, praktik
lapangan, maupun bentuk pembelajaran lainnya dilaksanakan secara offline/luring
untuk semua strata 100% (seratus persen) dilaksanakan mulai tanggal 1 April 2022

100% (seratus persen) pada poin a bukanlah kapasitas jumlah mahasiswa dalam pelaksanaan
perkuliahannya, melainkan semua strata 100% yang dimaksud adalah surat edaran tersebut
berlaku untuk semua strata atau level yang ada di Unud mulai dari Diploma-S3.

3. Bagaimana jika ada dosen yang menolak untuk melakukan perkuliahan secara hybrid
dan mengharuskan untuk offline semuanya?

Seharusnya, setiap Fakultas harus mengacu pada aturan pusat yakni Universitas. Kalo ada yg
berbeda, dapat disimpulkan bahwa, Fakultas dan Univ tidak sepaham. Oleh karena itu,
mahasiswa yang di luar bali khususnya, punya kapasitas untuk menolak PTM dan tetap
berkuliah secara online dengan pertimbangan sebagai berikut:

 Izin orang tua.


 Kelengkapan vaksin atau booster.
 Finansial seperti dana transportasi, kos, dan kebutuhan sehari-hari yang tidak dapat
terpenuhi karena informasi yang mendadak, dll.

Anda mungkin juga menyukai