Anda di halaman 1dari 3

WOC Epilepsi

Tumor serebri, gejala sisa Gaya mekanik pada otak Obat – obatan Bakteri atau virus
meningitis, ensefalitis, (metrazol) berlebihan
kontusia serrebri, trauma lahir
Potensial membran sel saraf m
Toksik Infeksi pada otak dan
Asitilkolin tertimbun di selaputnya
permukaan otak Muatan listrik lepas
dari sel saraf
Inflamasi
Adanya sikatrik pada
KEJANG Kejang motorik
permukaan otak
Resiko
Spasme otot Pelepasan mediator
Jatuh
Menekan otak Hiperaktifitas neuron pernafasan kimia prostagladin

Rusak suatu area dari Reflek menelan P Pengeluarn energi Penumpukan sekret Suhu tubuh m
jaringan otak hilang listrik

Kebutuhan energi m Obstruksi jalan nafas


Regurgirasi aspirasi Gelisah

Metabolisme m Hipoventilasi
Obstruksi jalan nafas
Pola nafas Resiko Jatuh
Pengeluaran energi PC O2 , PO2
tidak Hipoventilasi listrik oleh sel – sel
saraf motorik dapat
m sampai 1000/dt Ph
Hipoxia jaringan

Aliran darah serebrat Asidosis respiratorik


Hipoxia jaringan
m
otak
P TIK
Ggn. Asam basa
Ggn. Perfusi cerebri
Gangguan kesadaran
Penurunan Kapasitas
Adaptif Intrakranial

Nama : Dita Nafira Hidayat


Nim : P1337420921023
Prodi :Profesi Ners Poltekkes Semarang

Pengertian Etiologi
Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat Fakto Resiko ⁃ Epilepsi idiopatik, yaitu epilepsi yang faktor penyebabnya
dengan ciri terjadinya serangan yang bersifat spontan ⁃ Riwayat asfiksia. tidak diketahui. Kurang lebih 65% dari seluruh kasus
dan berkala. Epilepsi merupakan diagnosis klinis, ⁃ Trauma kepala/ cedera epilepsi merupakan epilepsi idiopatik dan terjadi pada
pemeriksaan EEG merupakan pemeriksaan kepala 50% kasus epilepsi pada anak, awitan biasanya pada usia
neurofisiologi yang diperlukan untuk melihat adanya ⁃ Infeksi susunan saraf lebih dari 3 tahun.
fokus epileptogenik, menentukan sindrom epilepsi pusat ⁃ Epilepsi simtomatik, penyebabnya sangat bervariasi
tertentu, evaluasi pengobatan, dan menentukan ⁃ Faktor genetik bergantung pada usia awitan.
prognosis Kelompok usia 0-6 bulan
Kelainan intra-uterin, Kelainan selama persalinan,
berhubungan dengan asfiksia dan perdarahan intrakranial,
biasanya disebabkan oleh kelainan materna,Kelainan
Penatalaksanaan Epilepsi kongenital, dapat disebabkan oleh kromosom abnormal,
⁃ Pengobatan diberikan setelah diagnosis ditegakkan (ini berarti pasien radiasi, Gangguan metabolik, Infeksi susunan saraf pusat
mengalami lebih dari 2 kali bangkitan yang sama). Kelompok usia 6 bulan-3 tahun
⁃ Obat yang diberikan sesuai dengan jenis bangkitan. Selain penyebab yang sama dengan kelompok usia 0-6
⁃ Sebaiknya menggunakan monoterapi, dengan cara ini akan mengurangi bulan, pada usia ini dapat juga disebabkan oleh kejang
toksisitas, mempermudah pemantuan, dan menghindari interaksi obat. demam yang biasanya dimulai pada usia 6 bulan
⁃ Dosis disesuaikan secara individu. Kelompok anak-anak sampai remaja
⁃ Evaluasi hasilnya. Disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit dan abses
⁃ Pengobatan bisa dihentikan setelah bangkitan hilang minimal 2-3 tahun otak yang frekuensinya sampai 32% yang meningkat
setelah operasi.
Kelompok usia muda
Cedera kepala merupakan penyebab tersering, disusul
Pemeriksaan Penunjang oleh tumor otak dan infeksi
Elektroensefalogram (EEG) untuk melihat aktivitas kelistrikan otak.
High-density EEG. Pemeriksaan ini dapat membantu dokter untuk menentukan area
otak yang dipengaruhi oleh kejang secara lebih tepat. Tanda dan Gejala Epilepsi
CT scan. Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan abnormalitas dari otak yang mungkin Gejala utama dari epilepsi adalah kejang yang terjadi secara
bisa memicu kejang. Misalnya, tumor, perdarahan, atau kista. berulang.
MRI. Pemindaian otak ini dapat menunjukkan lesi atau abnormalitas di dalam otak Kejang fokal atau parsial  
yang mungkin bisa menjadi pemicu kejang. Ketika kejang muncul sebagai hasil dari ketidaknormalan
Functional MRI (fMRI). Pemeriksaan ini akan mengukur perubahan pada aliran darah aktivitas hanya pada satu area otak, kondisi ini disebut juga
di bagian tertentu otak ketika otak sedang bekerja.  kejang parsial.
Tomografi emisi positron (PET). Pemeriksaan ini berfungsi membantu dokter dalam kejang umum
SDKI : SDKI : RESIKO JATUH (D.0143) SDKI : RESIKO INFEKSI (D.0142)
PENURUNAN KAPASITAS ADAPTIF
INTRAKRANIAL (D.0066) SLKI : Tingkat Jatuh (L.14138) SLKI : Tingkat Infeksi (L.14137)
SLKI : Kapasitas Adaptif Intrakranial (L.06049) Kriteria hasil: Kriteria Hasil
Jatuh dari tempat tidur menurun -Kemerahan menurun
Kriteria Hasil
-Tingkat kesadaran meningkat -Nyeri menurun
SIKI
-Fungsi kognitif meningkat -Demam menurun
1. Pencegahan Jatuh (I.14540)
-Refleks Neurologis membaik -kebersihan tubuh meningkat
⁃ Identifikasi factor resiko jatuh (penurunan
-Tekanan intracranial membaik tingkat kesadaran)
⁃ Identifikasi resiko jatuh setidaknya sekali SIKI
SIKI setiap shift
1. Pemantauan Tekanan Intrakranial (I.06198) 1. Pencegahan Infeksi (1.14539)
⁃ Pasang handrall tempat tidur
⁃ Observasi penyebab peningkatan TIK (mis. ⁃ Monitor tanda dan gejala infeksi
⁃ Pastikan roda tempat tidur dalam kondisi
Lesi menempati ruang, gangguan metabolism, terkunci ⁃ Batasi Jumlah pengunjung
edema sereblal, peningkatan tekanan vena, ⁃ Anjurkan memanggil perawat jika ⁃ Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
⁃ Monitor pelebaran tekanan nadi (selish TDS membutuhkan bantuan dengan pasien dan lingkungan pasien
dan TDD)
⁃ Pertahankan teknik aseptic pada anak
⁃ Monitor penurunan tingkat kesadaran
⁃ Monitor perlambatan atau ketidaksimetrisan ⁃ Lakukan perawatan luka, jika perlu
respon pupil ⁃ Jelaskan tanda dan gejala infeksi
⁃ Monitor tekanan perfusi serebral ⁃ Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
⁃ Monitor efek stimulus lingkungan terhadap
TIK
⁃ Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien

DAFTAR PUSTAKA
⁃ Benjamin W. Hubungan Frekuensi Kekambuhan Kejang Terhadap Perubahan Fungsi Kognitif Pada Pasien
Dewasa Dengan Epilepsi Di Poliklinik Neurologi Rsud Budhi Asih. 2019;3:1–9.
⁃ Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
⁃ Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta. Retrieved from

Anda mungkin juga menyukai