Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH

HUKUM DAN ETIK KESEHATAN

DI AMPU OLEH : Dr. Rr. Sri Endang Pudjiastusi SKM. MNS

oleh :

Dita Nafira Hidayat

P1337420820012

PRODI KEPERAWATAN MAGISTER TERAPAN KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2020
RESUME TENTANG PENTINGNYA

HUKUM & ETIK DALAM KESEHATAN DAN PROFESI

Hukum memberikan arah terhadap lahirnya perumusan berbagai kaedah hukum dan
kaedah perilaku, sekaligus berfungsi sebagai suatu batu uji terhadap keabsahan suatu kaedah
hukum. Demikian halnya dengan hukum keperawatan, melalui keberadaan UU Nomor 38 Tahun
2014 tentang Keperawatan, penetapan asas‐asas hukum di dalamnya tidaklah terlepas dari nilai‐
nilai etis yang menjadi karakteristik khusus pelayanan kesehatan keperawatan. Salah satu asas
hukum tersebut adalah asas otonomi profesi yang menjadi landasan filsafati pendukung asas
kesetaraan yang menjiwai keberadaan UU Keperawatan.

Dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa tenaga


keperawatan yang merupakan bagian dari tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum
dan wewenang khusus yang sesuai dengan bidang keahlian masing‐masing dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Setiap tenaga kesehatan, termasuk tenaga keperawatan
berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum sesuai dengan tugas profesinya. Pernyataan
Pasal 27 UU Kesehatan tersebut secara tegas menuntut adanya sistem hukum yang akan
memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada profesi tenaga kesehatan agar pelayanan
yang diberikan pun menjadi suatu pelayanan yang bersifat dan berkarakteristik profesional.

UU Keperawatan 2014 yang dijiwai oleh nilai kesebandingan dan asas kesetaraan
menghendaki kemandirian perawat dalam menjalankan profesi keperawatannya. Hal ini
tercermin dari adanya asas etika dan profesionalitas yang tercantum sebagai salah satu asas
hukum UU Keperawatan 2014. Namun konsep asas etika dan profesionalitas ini pun masih
membutuhkan penjabaran yang lebih konkrit di dalam derivasi kaedah‐kaedah yang berlaku.

Keperawatan adalah suatu profesi. Hal ini dengan tegas dinyatakan di dalam UU Nomor
38 Tahun 2014 Pasal 1 angka 3 yang menyebutkan bahwa pelayanan keperawatan adalah suatu
bentuk pelayanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit. Sebagai suatu pelayanan yang bersifat
profesional dibutuhkan kaedah‐kaedah hukum yang dilandasi asas‐asas hukum yang mendukung
profesionalitas tersebut, salah satunya adalah asas otonomi. Asas otonomi selama ini dikenal
sebagai asas yang berkorelasi dengan penghormatan hak‐hak pasien yang harus dijaga dan ditaati
oleh tenaga kesehatan, termasuk perawat.

Nilai etis yang mendasari asas‐asas hukum tersebut bukan saja sekedar memberikan
perlindungan terhadap harkat dan martabat pasien/klien tetapi juga terhadap perawat itu sendiri
selaku tenaga kesehatan agar pelayanan yang diberikan tetap berada dalam suatu sistem hukum
yang berkarateristik humanis profesional seperti yang dicntumkan di dalam konsiderans UU
Keperawatan itu sendiri. Perlindungan dan kepastian hukum tersebut diperlukan profesi perawat
untuk memberikan kedudukan yang setara dengan tenaga kesehatan lain khususnya tenaga medis
(dokter) sehingga dapat dilakukan maksimalisasi pelayanan keperawatan.

Etika akan memberikan semacam batasan maupun standard, yang akan mengatur
pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Etika ini, kemudian diwujudkan dalam bentuk
aturan (code) tertulis, yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip prinsip moral
yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi
segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense), dinilai menyimpang
dari kode etik. Dengan demikian, etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self
control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok
social (professi) itu sendiri.

Adapun Istilah professi, telah dimengerti oleh banyak orang, bahwa suatu hal yang
berkaitan dengan bidang pekerjaan, yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian.
Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut
professi. Melainkan perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari pelaksanaan praktik dan
hubungan antara teori dan penerapan dalam praktik.

Dalam praktiknya, sering kita jumpai penyimpangan dalam penerapan prinsip/kaedah


dasar etik ini dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Walaupun Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI), telah lama menerbitkan dan mensosialisasikan Kode Etik Keperawatan
Indonesia. Bahkan dalam struktur mata ajar, saat masih di bangku kuliah pun, juga telah
diberikan pembekalan tentang pentingnya memahami dan menerapkan Etika Professi
Keperawatan dalam praktik professional.
Menurut asumsi umum, bahwa walaupun sudah ada standard dan regulasi yang mengatur,
namun jika tidak diterapkan atau diimplementasikan dengan baik, maka tetap tidak akan
memberi dampak yang berarti, dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat. Untuk itu, melalui forum yang terhormat ini, maka saya meng-himbau kepada kita
semua, kiranya memperhatikan dan mengawal penerapan etika professi kepe-rawatan dalam
pelayanan kepe-rawatan, sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan dari pelayanan kesehatan
secara umum. Dengan demikian, masya-rakat sebagai penerima layanan (care receiver), dalam
sistem la-yanan kesehatan secara umum, dapat terpenuhi harapannya, yaitu layanan kese-hatan
secara merata dan berkeadilan, sesuai dengan visi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
dan cita-cita luhur bangsa Indonesia dalam memberikan dan memajukan Kesejahteraan Umum,
seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

Anda mungkin juga menyukai