NAMA : SUPARDI
NIM : P1337420820002
PRODI : Keperawatan
DOSEN PENGAMPU : Dr. Rr Endang S.
c. Asmoro Achmadi, 2014. Etika dibagai 2 yaitu menyangkut “tindakan” dan “baik-
buruk”. Apabila permasalahan jatuh pada “tindakan” maka etika disebut sebagai
filsafat praktis, sedangkan jatuh pada “baik-buruk” maka etika disebut “filsafat
normatif”.
d. Surahwardi K. Lubis, dalam istilah Latin, ethos atau ethikos selalu disebut dengan
mos, sehingga dari perkataan tersebut lahirlah moralitas atau yang sering
diistilahkan dengan perkataan moral. Namun demikian, apabila dibandingkan
dalam pemakaian yang lebih luas, perkataan etika dipandang sebagai lebih luas
dari perkataan moral, sebab terkadang istilah moral sering dipergunakan hanya
untuk menerangkan sikap lahiriah seseorang yang biasa dinilai dari wujud tingkah
laku atau perbuatan nyata.
e. Menurut Bertens dalam Abdulkadir Muhammad, arti etika dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a) Etika dipakai dalam arti: nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangana bagi seseorang atau sekelompok dalam mengatur tingkah
lakunya. Arti ini dapat juga disebut sebagai “sistem nilai” dalam hidup
manusia perseorangan atau hidup bermasyarakat. Misalnya Etika orang
jawa, etika agama Budha, dll.
b) Etika dipakai dalam arti: kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud
disini adalah kode etik.
c) Etika dipakai dalam arti: ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Arti etika
disini sebagai filsafat moral.
Etika adalah masalah sifat pribadi yang meliputi apa yang kita sebut “menjadi orang
baik”, tetapi juga merupakan masalah sifat keseluruhan segenap masyarakat yang tepatnya
disebut "ethos"nya. Jadi etika adalah bagian dan pengertian dari ethos, usaha untuk mengerti
tata aturan sosial yang menentukan dan membatasi tingkah laku kita, khususnya tata aturan
yang fundamental seperti larangan membunuh dan mencuri dan perintah bahwa orang harus
"menghormati orang tuanya" dan menghormati hak-hak orang lain yang kita sebut moralitas.
Hubungan erat antara etika dan adat sosial ("adat-istiadat" yang mempunyai akar
etimologis yang sama dengan kata "moralitas") mau tidak mau menimbulkan pertanyaan
apakah moralitas adalah adat istiadat masyarakat tertentu, dan apakah etika adalah suatu
hukum tertentu. Jelaslah bahwa etika dan moralitas berkaitan erat sekali dengan hukum dan
adat istiadat/kebiasaan masyarakat. Misalnya di Indonesia pada umumnya berpelukan di
depan umum atau mencari untung dengan berlipat-lipat dalam transaksi bisnis dianggap tak
bermoral dalam masyarakar tertentu.
Penggunaan kata etika dan etiket sering dicampuradukan. Padahal antara kedua istilah
tersebut terdapat perbedaan yang sangat mendasar walaupun ada juga persamaanya. Kata
Etika berarti moral, sedangkan kata etiket berarti sopan santun, tata krama. Persamaan antara
kedua istilah tersebut adalah keduanya mengenai perilaku manusia. Baik etika maupun etiket
mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya memberi norma perilaku manusia
bagaimana seharusnya berbuat atau tidak berbuat. Dari pertanyaan tersebut Bertens dalam
Abdulkadir Muhammad menyampaikan:
1. Etika menetapkan norma perbuatan, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak,
misalkan masuk rumah orang lain tanpa izin. Bagaimana cara masuknya, bukan menjadi
permaslahan, akan tetapi etiket menetapkan cara melakukan perbuatan, menunjukan
apakah cara itu baik, benar dan tepat sesuai yang diharapkan.
2. Etika bergantung pada ada tidaknya orang lain, misalnya larangan mencuri selalu
berlaku, baik atau tidak ada orang lain. Etiket hanya berlaku pada pergaulan jika tidak
ada orang lain etiket tidak berlaku.
3. Etika bersifat absolut, tidak dapat ditawar menawar, misalnya jangan mencuri dan
jangan membunuh. Etiket bersifat relatif, yang dianggap tidak sopan dalam suatu
kebudayaan dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain, misalnya di Indonesia
memegang kepala orang, di Indonesia tidak sopan, akan tetapi di negara lain bisa saja
sopan.
4. Etika memandang manusia dari segi dalam (batiniah), orang yang bersifat etis adalah
orang yang benar-benar baik, sifatnya tidak bersifat munafik. Etiket memandang
manusia dari segi luar (lahiriah), tampaknya dari luar sangat sopan dan halus, tetapi
didalam dirinya penuh kebusukan dan kemunafikan.
Etika Etiket
Etika menyangkut cara dilakukannya suatu Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu
perbuatan sekaligus memberi norma dari perbuatan harus dilakukan manusia.
perbuatan itu sendiri
Etika selalu berlaku, baik kita sedang Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana
sendiri atau bersama orang lain. kita tidak seorang diri (ada orang lain di
sekitar kita).
Etika bersifat absolut. Etiket bersifat relatif.
Etika memandang manusia dari segi dalam. Etiket memandang manusia dari segi
lahiriah saja.
Orang yang etis tidak mungkin bersifat Orang yang berpegang pada etiket bisa juga
munafik, sebab orang yang bersikap etis bersifat munafik.
pasti orang yang sungguh-sungguh baik.
C. FUNGSI ETIKA
Sebenarnya etika tidak langsung membuat manusia menjadi lebih baik, tetapi
etika merupakan sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan pelbagai
moralitas yang membingungkan.
Etika akan menampilkan ketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk
berargumentasi secara rasional dan kritis.
Orientasi etis ini diperlukan dalam mengambil sikap yang wajar dalam suasana
pluralisme. Pluralisme moral diperlukan karena:
1. pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku, daerah
budaya dan agama yang hidup berdampingan;
2. modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur dan nilai kebutuhan
masyarakat yang akibatnya menantang pandangan moral tradisional;
3. berbagai ideologi menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan, masing-
masing dengan ajarannya sendiri tentang bagaimana manusia harus hidup.
D. MACAM-MACAM ETIKA
1. Etika secara umum dapat dibagi menjadi etika umum yang berisi prinsip
serta
moral dasar
2. Etika secara khusus atau etika terapan yang berlaku khusus. Etika khusus ini
masih dibagi lagi menjadi etika individual dan etika sosial.
3. Etika sosial dibagi menjadi:
E. SISTIMATIKA ETIKA
ETIKA
Etika
Normatif
Etika Etika
Individual Sosial
Sikap dan
Perilaku Manusia
Moral merupakan aturan dimana manusia harus bertindak baik secara lisan
maupun tulisan secara batin maupun lahiriah. Fungsi moral adalah memberi pedoman
pada tindakan manusia agar selalu dalam koridor kebenaran.
Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di
antara sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai
manusia.
contoh adalah aborsi, di dalam keadaan medis tertentu seorang dokter terpaksa
melakukan aborsi untuk menyelamatkan salah satu nyawa. Namun moralitas tidak dapat
membenarkan tindakan tersebut, karena seorang dokter tidak punya hak atau wewenang
untuk memilih mana yang harus diselamatkan si ibu atau si anak. Atas pertimbangan
apa seorang dokter berlaku sebagai Tuhan yang menentukan siapa berhak hidup dan
siapa harus mati? Hal tersebut sampai hari ini masih menjadi polemik diantara
kelompok pro choice dan pro life
Beauchamp and Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai ke suatu
keputusan etik diperlukan dasar moral (moral principle) dan beberapa jalan di
bawahnya. Keempat kaidah dasar moral tersebut adalah:
1. Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama
hak otonomi pasien (the rights to self determination). Prinsip moral inilah yang
kemudian melahirkan doktrin informed consent;
2. Prinsip beneficence, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang
ditujukan ke kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan
untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih
besar dari pada sisi buruknya (mudharat);
3. Prinsip non maleficience yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien
Perbuatan manusia dikatakan baik apabila motivasi, tujuan akhir, dan lingkungannya
juga baik. Apabila salah satu faktor penentu tersebut tidak baik, maka keseluruhan
Motivasi adalah hal yang diinginkan oleh pelaku perbuatan dengan maksud untuk
mencapai sasaran yang hendak dituju. Jadi, motivasi itu dikehendaki secara sadar,
sehingga menentukan kadar moralitas perbuatan.
B. HUKUM KESEHATAN
c. Prof.H.J.J.Leenen
Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berhubungan
langsung pada pemberian pelayanan kesehatan dan penerapanya pada hukum
perdata, hukum administrasi dan hukum pidana. Arti peraturan disini tidak
hanya mencakup pedoman internasional, hukum kebiasaan, hukum
yurisprudensi, namun ilmu pengetahuan dan kepustakaan dapat juga
merupakan sumber hukum.
Hanafiah, Jusuf M. dan Amri, Amir. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum
Kesehatan. Jakarta: EGC