Anda di halaman 1dari 10

Volume 7 No2, Desember 2021

HAMBATAN YANG MUNCUL DALAM IMPLEMENTASI PENGELOLAAN


RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM BERDASARKAN PERATURAN
DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2016
TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA DI KABUPATEN KARANGANYAR

Danar Aji Yoga Pratama


Fakultas Hukum, Universitas Surakarta
Email : pyoga683@gmail.com
Asri Agustiwi
Fakultas Hukum, Universitas Surakarta
Email : tiwiasri26@gmail.com
Arie Purnomosidi
Fakultas Hukum, Universitas Surakarta
Email : Arie.purnomosidi1@gmail.com

Abstrak
Otonomi Daerah telah diberlakukan di Indonesia sebagaimana diatur dalam dengan
Undang-Undang Nomor Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dimana Pemerintah
Daerah mempunyai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, maka daerah dipacu untuk dapat mencari
sumber pendapatan daerah yang dapat mendukung pembiayaan pengeluaran daerah.
Tujuan penelitian ini untuk Mengetahui Hambatan yang Muncul Implementasi
Pengelolaan Retribusi Parkir Di Tepi Jalan Umum Berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Karanganyar Nomor 17 Tahun 2016 tentang Retribusi Jasa Usaha di
Kabupaten Karanganyar. Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan hukum
ini adalah penelitian hukum empiris untuk mengetahui peristiwa atau keadaan yang
terjadi didalam praktek lokasi penelitian mengambil lokasi di Dinas Perhubungan
Kabupaten Karanganyar. Data penelitian wawancara adalah Pejabat Dinas Perhubungan
Kabupaten Karanganyar serta pihak-pihak yang terlibat dalam masalah perparkiran di
Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif yaitu
data yang diperoleh disusun secara sistematis dan dianalisis secara kualitatif dengan
menguraikan data-data yang diperoleh dilapangan kemudian dihubungkan dengan teori-
teori, asas-asas, dan kaidah-kaidah hukum. Hasil penelitian ini Pengawasan dan
pengendalian secara rutin dalam waktu sebulan sangat diperlukan untuk dapat membuat
efek jera kepada pelaku pelanggaran parkir dan diadakannya sosialisasi hukum kepada
masyarakat Kabupaten Karanganyar mengenai ketentuan rambu-rambu lalu lintas yang
dilaksanakan secara rutin dalam setahun oleh Dinas Perhubungan Kabupaten
Karanganyar dan Instansi terkait untuk meningkatkan kesadaran hukum bagi pengelola,
petugas, maupun pengguna parkir itu sendiri.

Kata kunci : Implementasi, Retribusi, Pemerintah Daerah Karanganyar

A. PENDAHULUAN
Otonomi Daerah telah diberlakukan di Indonesia sebagaimana diatur dalam
dengan Undang-Undang Nomor Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas

70
ISSN 2443 2784 Rechtmatig: Jurnal Hukum Tata Negara

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dimana


Pemerintah Daerah mempunyai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, maka daerah dipacu untuk
dapat mencari sumber pendapatan daerah yang dapat mendukung pembiayaan
pengeluaran daerah. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah, sumber-sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari:
1. Pajak Daerah,
2. Retribusi Daerah,
3. Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan dan,
4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.1
Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD adalah pendapatan
yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah sebagai salah satu sumber
pendapatan daerah yang membiayai penyelenggaran pemerintah kabupaten/kota dan
DPRD untuk memenuhi atau mencukupi Anggaran Belanja Rutin, sebagai syarat
sekaligus kewajiban bagi setiap daerah seperti yang tercantum dalam Undang-Undang
dalam pelaksanaan Pemerintahan Daerah sebagaimana peranan Pendapatan Asli Daerah
diharapkan dan diupayakan dapat menjadi penyangga utama dalam membiayai kegiatan
pembangunan di daerah.2
Sumber Pendapatan Asli Daerah di antaranya adalah pajak daerah dan retribusi
daerah dimana daerah diberi kewenangan untuk melaksanakan pemungutan berbagai
jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Hal ini digunakan untuk meningkatkan pendapatan daerah dalam upaya
pemenuhan kebutuhan daerah.
Retribusi adalah pembayaran dari penduduk kepada negara karena adanya jasa
tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan.3 Sementara
didalam Pasal 1 angka 64 Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah yang dimaksud dengan Retribusi Daerah adalah “pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
Badan”. Salah satu bagian yang termasuk dalam retribusi daerah adalah retribusi parkir
ditepi jalan umum.
Kabupaten Karanganyar merupakan daerah otonom yang dapat menjalankan
kewenangnnya untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri. Untuk mengatur
urusan rumah tangganya sendiri, pemerintah membutuhkan dana untuk menjalankan
tugas dan kewajibannya serta kewenangan yang ada. Sebagai salah satu Kabupaten di
Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Karanganyar mempunyai potensi pemasukan
pendapatan daerah yang besar melalui retribusi daerah. Salah satu retribusi yang dapat

1 Md. Krisna Arta Anggar Kusuma dan Ni Gst. Putu Wirawati, Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan PAD Se Sekabupaten/Kota Di Provinsi Bali. E-Jurnal Akutansi Universitas
Udayana 5.3, 2013. hal. 575.
2 Penjelasan tentang Pendapatan Asli Daerah (PAD) berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. (yang selanjutnya disebut Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004)
3 Marihot Pahala Siahaan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, edisi revisi, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, hal. 4.

71
Volume 7 No2, Desember 2021

menunjang pendapatan asli daerah adalah retribusi parkir ditepi jalan umum, hal ini
telah di tuangkan didalam Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 17 Tahun
2016 tentang Retribusi Jasa Usaha.
Sebagaimana diketahui pertumbuhan volume kendaraan dan lahan parkir harus
tumbuh seimbang karena bertambahnya jumlah kendaraan begitu pula kebutuhan ruang
parkir akan bertambah. Kebutuhan akan ruang parkir akan semakin bertambah apabila
sebagian besar dari kendaraan tersebut digunakan untuk bepergian sehingga dibutuhkan
lebih dari satu unit ruang parkir. Pemungutan Retribusi Parkir adalah salah satu dari
pelaksanaan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab sebagai mana yang
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
merupakan upaya pemerintah daerah dalam menggali dan mengembangkan potensi
daerah dalam rangka untuk memperoleh dana sehubungan dengan penyelenggaraan
tugas pemerintahan dan pembangunan daerah. Perparkiran adalah merupakan bagian
dari sub sistem lalu lintas angkutan jalan penyelenggaraan dilaksanakan oleh
pemerintah daerah, dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan kepada masyarakat di
bidang perparkiran, penataan lingkungan, ketertiban, dan kelancaran arus lalu lintas
serta sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

B. METODELOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan hukum ini adalah
penelitian hukum empiris untuk mengetahui peristiwa atau keadaan yang terjadi
didalam praktek lokasi penelitian mengambil lokasi di Dinas Perhubungan
Kabupaten Karanganyar. Data penelitian wawancara adalah Pejabat Dinas
Perhubungan Kabupaten Karanganyar serta pihak-pihak yang terlibat dalam masalah
perparkiran di Kabupaten Karanganyar

C. PEMBAHASAN
1. Pengertian Tentang Kewenangan
Pengertian kewenangan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan
sama dengan wewenang, yaitu hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu.
Hassan Shadhily menerjemahkan wewenang (authority) sebagai hak atau
kekuasaan memberikan perintah atau bertindak untuk mempengaruhi tindakan
orang lain, agar sesuatu dilakukan sesuai dengan yang diinginkan. Hassan
Shadhily memperjelas terjemahan authority dengan memberikan suatu pengertian
tentang “pemberian wewenang (delegation of authority)”.4 Delegation of authority
ialah proses penyerahan wewenang dari seorang pimpinan (manager) kepada
bawahannya (subordinates) yang disertai timbulnya tanggung jawab untuk
melakukan tugas tertentu. Proses delegation of authority dilaksanakan melalui
langkah-langkah yaitu : menentukan tugas bawahan tersebut; penyerahan
wewenang itu sendiri; dan timbulnya kewajiban melakukan tugas yang sudah
ditentukan.
2. Tinjauan Tentang Otonomi Daerah

4 Salim H.S dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan Disertasi,
Jakarta, Rajawali Pers, 2013, hal. 185.

72
ISSN 2443 2784 Rechtmatig: Jurnal Hukum Tata Negara

R.D.H. Koesomahatmadja berpendapat bahwa dengan diberikannya “hak dan


kekuasaan” perundangan dan pemerintahan kepada daerah otonom seperti
Kabupaten / Kota dan provinsi maka daerah tersebut dengan inisiatifnya sendiri
dapat mengurus rumah tangga daerahnya. Untuk mengurus rumah tangga daerah
tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: Pertama, membuat produk-
produk hukum daerah yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
maupun perundang-undangan lainnya. Kedua, menyelenggarakan kepentingan-
kepentingan umum.5
3. Tinjauan Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan keuangan daerah merupakan bagian integral dari manajemen
anggaran publik yang mengatur rangkaian perhitungan anggaran dan pendapatan
(belanja) pemerintah negara yang meliputi proses; penyusunan, pengesahan,
pelaksanaan dan pengawasan (evaluasi) pendayagunaan keuangan. Hal ini berarti
bahwa segmen pengelolaan keuangan daerah menjadi bagian inti komponen
objektif pembicaraan kebijakan publik.
4. Tinjauan Tentang Retribusi Daerah
Sebagaimana halnya dengan pajak daerah, retribusi daerah juga diharapkan
mampu berperan sebagai sumber pendapatan daerah, pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan, dan pembangunan-pembangunan daerah guna
meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Retribusi adalah pungutan
atas pembayaran jasa atau pemberian izin tertentu yang disediakan dan/atau
diberikan oleh pemerintah untuk kepentingan pribadi atau badan. Restribusi
daerah adalah pemungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian
izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah
untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi daerah, yang selanjutnya
disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.6
Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum merupakan salah satu potensi besar
pendapatan asli daerah Kabupaten Karanganyar. Dengan besarnya potensi yang
dihasilkan maka besarpula potensi pelanggaran yang akan ditimbulkan salah
satunya lewat karcis. Meskipun setoran tidak didasari dengan banyaknya karcis
parkir akan tetapi karcis parkir digunakan sebagai tanda bukti pembayaran
penggunaan jasa parkir sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar
tentang Retribusi Jasa usaha. Karcis parkir juga dapat menimbulkan banyaknya
pelanggaran apabila digunakan tidak sesuai aturan yang telah ditetapkan. Dari segi
intensifikasi pelaksanaan pengelolaan retribusi parkir ditepi jalan umum telah
intensif dengan penetapan tarif parkir di tepi jalan umum yang mampu memenuhi
target yang ditentukan untuk menambah pendapatan asli daerah. Sedangkan secara
ekstensifikasi pengelolaan pungutan retribusi parkir di tepi jalan umum juga
mampu berkontribusi meningkatkan pendapatan asli daerah melalui denda yang di
berikan kepada pelanggar yang melakukan parkir ditepi jalan umum tidak sesuai

5. R.D.H. Koesomahatmadja. Pengantar Ke Arah Sistem Pemerintahan Daerah di Indonesia, Bandung,


Penerbit Bina Cipta, 2009 , hal 16.
6 Mardiasmo, Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2004, hal. 15.

73
Volume 7 No2, Desember 2021

tempat yang ditentukan oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Karanganyar. Secara


teori intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah
sudah berjalan dengan baik dan mampu meningkatkan pemasukan daerah melalui
retribusi parkir ditepi jalan umum. Dalam penelitian lapangan yang penulis
lakukan dengan mengambil beberapa sampel penelitian pengamatan dilokasi
parkir di tepi jalan Kabupaten Karanganyar terjadi beberapa pelanggaran yaitu:
1) Penggunaan Karcis Parkir berulang kali
Karcis parkir seharusnya hanya digunakan untuk sekali parkir saja akan
tetapi dalam pelaksanaan dilapangan penggunaan karcis
parkir oleh petugas parkir tidak untuk sekali parkir saja tetapi
digunakan secara berulang kali. Dalam penelitian lapangan yang
penulis lakukan petugas parkir memakai kembali karcis yang
sebelumnya telah digunakan. Dilokasi pertama penulis melakukan
penelitian di salah area parkir tepi jalan umum di Jalan utama yang merupakan
salah satu pusat bisnis di Kabupaten Karanganyar ditemukan bahwa petugas
parkir tidak menyobek karcis parkir setelah digunakan oleh pengguna jasa
parkir akan tetapi digunakan kembali sebagai tanda bukti pengguna jasa parkir
lain setelah itu. Dilokasi kedua penulis melakukan penelitian didepan
swalayan Luwes di Jalan Lawu hal serupa dengan apa yang penulis temukan
dilokasi sebelumnya juga ditemukan di lokasi tersebut.
2) Petugas Parkir meminta tarif parkir tidak sesuai zonanya
Tarif parkir di kota Surakarta telah ditentukan berdasarkan
Lampiran V Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 17 Tahun 2016
tentang Retribusi Jasa Usaha. Akan tetapi masih terdapat beberapa oknum
petugas parkir yang tidak menerapkan tarif parkir sesuai dengan aturan yang
ada. Misalnya parkir yang seharusnya menurut zonyanya tarif yang ditentukan
untuk sepeda motor yaitu Rp 1.500,- (seribu lima ratus rupiah) akan tetapi
petugas parkir meminta tarif parkir kepada pengguna jasa parkir sebesar Rp
2.000.- (dua ribu rupiah). Hal tersebut penulis temukan di beberapa lokasi
parkir di Kabupaten Karanganyar.
3) Penggunaan lahan yang tidak sesuai peruntukan
Lahan yang seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai lahan parkir ditepi
jalan umum untuk menambah pendapatan dihidang retribusi
parkir terkadang digunakan tidak sesuai dengan peruntukannya. Dalam
penelitian lapangan yang penulis lakukan masih banyak lokasi yang harusnya
dapat dikelola untuk lahan parkir tetapi peruntukannya untuk kegiatan lain.
Dilokasi pertama penulis melakukan penelitian di kawasan Alun alun
Karanganyar lahan dipinggir jalan yang seharusnya dapat dimanfaatkan
sebagai lahan parkir tetapi lahan tersebut digunakan sebagai tempat berhenti
atau pangkalan mobil carteran dan taxi.
Berdasarkan hasil sampel diatas bahwa dapat dilihat adanya suatu
pelanggaran-pelanggaran dalam pelaksanaan pengelolaan retribusi parkir di
tepi jalan umum. Maka Pemerintah Kabupaten Karanganyar melakakukan
upaya penegakan hukum secera represif dan preventif terhadap pelaksanaan
Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar terkait retribusi parkir di tepi jalan
umum. Ada beberapa instansi terkait dalam melakukan suatu penegakan
hukum terhadap pelanggaran parkir. Instansi berarti badan pemerintah umum
(seperti jawatan, kantor). Dalam teori administrasi, dibedakan antara unit-unit

74
ISSN 2443 2784 Rechtmatig: Jurnal Hukum Tata Negara

kegiatan-kegiatan yang diadakan untuk mencapai tujuan organisasi secara


langsung, yang dengan istilah tehnis disebut unit organisasi lini, dan kegiatan-
kegiatan yang diadakan untuk mencapai tujuan organisasi secara tidak
langsung, yang disebut dengan istilah tehnis Unit organisasi staf.
Instansi tersebut diantaranya Dinas Perhubungan Kabupaten Karanganyar,
Kepolisian Resort Kabupaten Karanganyar, Detasemen Polisi Militer
Karanganyar, Kejaksanaan Negeri Karanganyar, Pengadilan Negeri
Karanganyar, Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Karanganyar dan
Asosiasi Parkir Kabupaten Karanganyar. Dinas Perhubungan Kabupaten
Karanganyar merupakan unsur pelaksana pemerintah Kabupaten dipimpin oleh
seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati
melalui sekertaris daerah. Kabupaten Karanganyar mempunyai tugas
melaksanakan kewenangan otonomi dalam rangka pelaksanaan tugas
desentralisasi. Dinas Perhubungan Kabupaten Karanganyar mempunyai fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan ruang lingkup tugasnya;
b. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum;
c. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas dan Cabang Dinas dalam
lingkup tugasnya.
Mengenai mekanisme penegakan hukum terhadap pelanggaran parkir,
pemerintah Indonesia telah memberi kebebasan kepada instansi yang ditunjuk
sebagai petugas inspeksi demi menciptakan keselamatan lalu lintas dan
angkutan jalan yang dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (11) Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2017 menjelaskan bahwa Inspeksi
Bidang Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang selanjutnya disebut
Inspeksi Bidang KLLAJ adalah pengamatan langsung obyek tertentu sesuai
dengan tugas dan fungsi masing-masing pembina lalu lintas dan angkutan
jalan yang dilaksanakan oleh inspektor masing-masing untuk mengetahui
keadaan dan kinerja obyek yang diinspeksi. Selanjutnya mengenai tugas,
fungsi dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan pengamatan dan
pemantauan dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (12) Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 37 Tahun 2017 menjelaskan bahwa Pengamatan dan
Pemantauan Bidang Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
selanjutnya disebut Pengamatan dan Pemantauan Bidang KLLAJ adalah
kegiatan mengamati dan mengikuti perkembangan obyek tertentu di bidang
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan melalui laporan yang disampaikan
sesuai dengan tugas, fungsi, dan wewenang masing-masing pemangku
kepentingan.
Mengenai mekanisme penegakan hukum terhadap pelanggaran parkir, dalam
prakteknya prosedur yang dilaksanakan berupa:
1) Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten karanganyar menerbitkan Surat
Perintah Tugas (SPT) pelaksanaan penertiban untuk ditindaklanjuti oleh
bidang yang terkait dengan pelaksanaan penegakan hukum terhadap
pelanggaran parkir yaitu Bidang Pengembangan, Pengendalian dan
Keselamatan.
2) Surat Perintah Tugas (SPT) yang diterbitkan oleh Kepala Dinas
Perhubungan Kabupaten Karanganyar disampaikan juga kepada
Kepolisian Republik Indonesia untuk wilayah Kabupaten Karanganyar
(Polres Karanganyar), Detasemen Polisi Militer Karanganyar, Kejaksanaan

75
Volume 7 No2, Desember 2021

Negeri Karanganyar, Pengadilan Negeri Karanganyar, Satuan Polisi


Pamong Praja Kabupaten Karanganyar dan Asosiasi Parkir Kabupaten
Karanganayar untuk turut bekerja sama dalam melaksanakan penertiban.
3) Surat Perintah Tugas (SPT) yang diterbitkan oleh Kepala Dinas
Perhubungan Kabupaten Karanganyar yang diterima oleh Kepala Bidang
Pengembangan, Pengendalian dan Keselamatan ditindaklanjuti untuk
secepatnya melaksanakan penertiban.
4) Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Karanganyar yang diterima oleh
Kepala Bidang Pengembangan, Pengendalian dan Keselamatan meng
instruksikan kepada Kasi Bimbingan dan Keselamatan Lalu Lintas dan
angkutan untuk melakukan pemantauan di lokasi jalan yang rutin menjadi
tempat dilaksanakan penertiban.
5) Kasi Bimbingan & Keselamatan Lalu Lintas dan angkutan menunjuk salah
satu dari anggotanya menjadi komandan patroli untuk melaksanakan
pemantauan lokasi pelaksanaan penertiban.
6) Kepala Dinas Perhubungan, Kepala Bidang Pengembangan, Pengendalian
dan Keselamatan, Kasi Bimbingan & Keselamatan Lalu Lintas dan
angkutan, komandan patroli dan dibantu beberapa anggota dari Polres
Karanganyar, Detasemen Polisi Militer Karanganyar, Kejaksanaan Negeri
Karanganyar, Pengadilan Negeri Karanganyar, Satuan Polisi Pamong Praja
Kabupaten Karanganyar dan Asosiasi Parkir Kabupaten Karanganyar
secara keseluruhan ataupun beberapa perwakilan turun menuju lokasi yang
telah ditentukan untuk dilaksanakan penertiban.
Apabila pada saat pelaksanaan penertiban terdapat kenderaan yang
melakukan pelanggaran, maka pihak Dinas Perhubungan Kabupaten
Karanganyar dapat langsung menerapkan sanksi-sanksi yang sesuai dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 17 Tahun 2016 tentang
Retribusi Jasa Usaha berupa pemindahan atau penderekan, penguncian dan
penggembosan atau pengempesan roda kenderaan yang telah melakukan
pelanggaran sebagai bentuk penegakan hukum. Selanjutnya, anggota
kepolisian yang turut bekerja sama dalam melaksanakan penertiban juga dapat
menerapkan sanksi tilang kepada pemilik kenderaan yang melakukan
pelanggaran di lokasi. Yang mana mekanisme secara detail terkait penegakan
hukum terhadap pelaksaan pengelolaan retribusi parkir di tepi jalan umum
sudah penulis jelaskan dalam Bab IV huru A nomor 3 pada bagian Hasil
Penelitian.
Mengenai dampak penegakan hukum atas pelanggaran parkir terhadap
ketertiban lalu lintas, Dinas Perhubungan Kabupaten Karanganyar bekerja
sama dengan Kepolisian Republik Indonesia untuk wilayah Kabupaten
Karanganyar (Polres Karanganyar), Detasemen Polisi Militer Karanganyar,
Kejaksanaan Negeri Karanganyar, Pengadilan Negeri Karanganyar, Satuan
Polisi Pamong Praja Kabupaten Karanganyar dan Asosiasi Parkir Kabupaten
Karanganyar dalam tugasnya melaksanakan Peraturan Bupati Karanganyar
Nomor 103 Tahun 2016 adalah untuk mencapai dampak positif. Dampak
positif yang ditimbulkan dari penegakan hukum atas pelanggaran parkir adalah
berupa:

76
ISSN 2443 2784 Rechtmatig: Jurnal Hukum Tata Negara

1) Membentuk masyarakat agar bersikap disiplin mematuhi ketentuan rambu-


rambu lalu lintas dan tidak mengulangi perbuatan negatif berupa
melakukan pelanggaran parkir.
2) Membuat efek jera kepada oknum-oknum juru parkir tidak resmi dengan
melakukan penangkapan terhadap orang-orang yang menjadi juru parkir
tidak resmi dilaksanakan oleh pihak Dinas Perhubungan Kabupaten
Karanganyar bekerja sama dengan Kepolisian Republik Indonesia untuk
wilayah Kabupaten Karanganyar (Polres Karanganyar), Detasemen Polisi
Militer Karanganyar, Kejaksanaan Negeri Karanganyar, Pengadilan Negeri
Karanganyar, Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Karanganyar dan
Asosiasi Parkir Kabupaten Karanganyar yang bekerja sama dalam
melaksanakan penertiban.
3) Menambah kapasitas jalan yang berkurang akibat pelanggaran parkir.
4) Menciptakan kelancaran bagi arus lalu lintas di sekitar jalan yang menjadi
lokasi penertiban.
5) Mewujudkan Kabupaten Karanganyar yang tertib akan perparkiran yang
mana seperti tujuan diberlakukanya Peraturan Daerah Kabupaten
Karanganyar terkait dengan pengeloaan parkir di tepi jalan umum.
Hambatan yang dihadapi oleh Dinas Perhubungan Kabupaten
Karanganyar dalam melaksanakan penegakan hukum pada masyarakat yang
melakukan pelanggaran parkir yaitu:
1. Faktor Internal Mengenai faktor internal yang dimaksud adalah Dinas
Perhubungan Kabupaten Karanganyar yang dalam melaksanakan tugasnya
mendapatkan hambatan-hambatan sebagai berikut:
a) Anggota yang terdapat dalam Dinas Perhubungan Kabupaten
Karanganyar untuk melaksanakan penertiban masih sedikit jumlahnya
dan tidak sebanding dengan tingkat pelanggaran yang terjadi di
beberapa lokasi wilayah Kabupaten Karanganyar.
b) Perlengkapan untuk melaksanakan penegakan hukum seperti armada
mobil untuk melakukan pemindahan/penderekan kenderaan dan kunci
roda untuk penguncian roda kenderaan masih sedikit jumlahnya yang
berbanding terbalik dengan tingkat kenderaan yang melakukan
pelanggaran.
2. Faktor Eksternal Mengenai faktor eksternal yang dimaksud adalah pihak-
pihak diluar Dinas Perhubungan Kabupaten Karanganyar yang menjadikan
hambatan-hambatan sebagai berikut:
a) Beberapa oknum anggota masyarakat yang dalam keseharian masih
terlihat belum memiliki kesadaran hukum terhadap ketentuan rambu-
rambu lalu lintas yang ada.
b) Masih banyak terdapat oknum-oknum petugas parkir yang tersebar di
beberapa lokasi dan tidak terdaftar resmi pada Dinas Perhubungan
Kabupaten Karanganyar yang mengatur serta menempatkan kenderaan
untuk parkir di lokasi jalan yang tidak sesuai dengan ketentuan rambu-
rambu lalu lintas yang ada atau tempat yang dilarang untuk parkir
kenderaan.

77
Volume 7 No2, Desember 2021

D. PENUTUP
Beberapa hal yang menjadi faktor penyebab kurang maksimalnya
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 17 Tahun 2016
tentang Retribusi Jasa Usaha adalah dari segi sarana dan prasarana atau fasilitas
fisik yang belum memadai, dan penggunaan kelengkapan atribut juru parkir
yang kurang maksimal, tidak efektifnya pungutan tarif parkir beserta cara
pemungutannya, Pelaksanaan penegakan hukum berupa pemindahan atau
penderekan, penguncian, dan penggembosan atau pengempesan roda kenderaan
oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Karanganyar merupakan bentuk
pelaksanaan mekanisme penegakan hukum terhadap pelanggaran parkir
berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 17 Tahun 2016
tentang Retribusi Jasa Usaha sehingga memberikan dampak terhadap yang baik
bagi ketertiban, keamanan, kelancaran, dan kenyamanan lalu lintas di wilayah
Kabupaten Karanganyar. Dan dapat tercapainya tujuan diberlakukanya Peraturan
Daerah Kabupaten Karanganyar tersebut.
Pengawasan dan pengendalian secara rutin dalam waktu sebulan sangat
diperlukan untuk dapat membuat efek jera kepada pelaku pelanggaran parkir dan
diadakannya sosialisasi hukum kepada masyarakat Kabupaten Karanganyar
mengenai ketentuan rambu-rambu lalu lintas yang dilaksanakan secara rutin
dalam setahun oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Karanganyar dan Instansi
terkait untuk meningkatkan kesadaran hukum bagi pengelola, petugas, maupun
pengguna parkir itu sendiri. Dan dilakukanya suatu penegakan hukum secara
jelas dan tegas secara terbuka kepada seluruh oknum yang melanggar tanpa
adanya tebang pilih oleh penegak hukum kepada pelanggar agar tujuan dari
penegakan hukum itu dapat tercapai. Selain itu dalam pelaksanaanya harus
adanya sinkronisasi antara pihak-pihak instansi terkait dalam melakukan
penegakan hukum pengelolaan retribusi parkir ditepi jalan umum yaitu unsur
Dinas Perhubungan Kabupaten Karanganyar, Kepolisian Resort Kabupaten
Karanganyar, Detasemen Polisi Militer Karanganyar, Kejaksanaan Negeri
Karanganyar, Pengadilan Negeri Karanganyar, Satuan Polisi Pamong Praja
Kabupaten Karanganyar dan Asosiasi Parkir Kabupaten Karanganyar.

DAFTAR PUSTAKA
R.D.H. Koesomahatmadja. Pengantar Ke Arah Sistem Pemerintahan
Daerah di Indonesia, Bandung, Penerbit Bina Cipta, 2009
Mardiasmo, Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta:
Penerbit Andi, 2004
Marihot Pahala Siahaan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, edisi revisi, Jakarta: Rajawali Pers, 2010
Md. Krisna Arta Anggar Kusuma dan Ni Gst. Putu Wirawati, Analisis
Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan
PAD Se Sekabupaten/Kota Di Provinsi Bali. E-Jurnal Akutansi Universitas
Udayana 5.3, 2013

78
ISSN 2443 2784 Rechtmatig: Jurnal Hukum Tata Negara

Penjelasan tentang Pendapatan Asli Daerah (PAD) berdasarkan Undang-


Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. (yang selanjutnya disebut Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004

79

Anda mungkin juga menyukai