Anda di halaman 1dari 20

POTENSI DAN REALISASI PAJAK PARKIR TERHADAP

PENDAPATAN DAERAH KOTA MAKASSAR


Rafika Nur Isna1, Mudminna2, Elfirayanti Nur3
Abstract
This study aims to determine the potential and realization of Parking Tax
in relation to the acceptance of Local Own Revenue in Makassar City. To
implement these objectives, data collection techniques are used through
observation, interviews and literature study, with data analysis techniques using
qualitative analysis. Based on the results of analysis of research data, namely the
potential for Makassar City Parking Tax for 2016 to 2021 where the potential for
Parking Tax for the last 6 years (2016 to 2021) is not too far from the target set
by Bapenda Makassar City and can have an impact on increasing Locally-
generated revenue. However, the tax potential for 2018 has experienced a very
high increase, but in reality the Original Regional Parking Revenue has
decreased. The results of the analysis regarding the realization of Parking Tax
with PAD revenues from 2016 to 2021 show that for the last 6 years (2016 to
2021) the realization of Parking Tax has increased. However, in 2018 the
realization of Parking Tax increased, while the realization of PAD revenue
decreased until 2018.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan realisasi Pajak
Parkir dalam kaitannya dengan penerimaan Pendapatan Asli Daerah di Kota
Makassar. Untuk menerapkan tujuan tersebut maka digunakan teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi pustaka, dengan
teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif . Berdasarkan hasil analisis
data penelitian yakni potensi Pajak Parkir Kota Makassar selama tahun 2016 s/d
2021 dimana potensi Pajak Parkir selama 6 tahun terakhir (2016 s/d 2021) tidak
terlalu jauh dengan target yang telah ditentukan Bapenda Kota Makassar dan
dapat memberikan dampak dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Namun
potensi Pajak untuk tahun 2018 mengalami kenaikan yang sangat tinggi, namun
kenyataannya Pendapatan Parkir Asli Daerah mengalami penurunan. Hasil
analisis mengenai realisasi Pajak Parkir dengan penerimaan PAD selama tahun
2016 s/d 2021 yang menunjukkan bahwa untuk 6 tahun terakhir (2016 s/d 2021)
realisasi Pajak Parkir meningkat. Namun dalam tahun 2018 realisasi Pajak
Parkir meningkat, sedangkan realisasi penerimaan PAD menurun hingga tahun
2018.

1
Pendahuluan

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah yang kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor

34 Tahun 2000 dan diubah lebih lanjut dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009 lahir sebagai landasan hukum yang memberikan kewenangan kepada daerah

untuk memungut jenis pajak atau retribusi yang akan diterapkan ke daerah

tersebut. Berdasarkan Undang-Undang ini, daerah dapat mengusulkan dan

membuat jenis pajak dan retribusi baru sesuai dengan karakteristik daerahnya.

(Apriandi et al., 2013).

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan

retribusi daerah ditetapkan secara utuh pada daerah kabupaten dan kota, yang

diselenggarakan atas dasar otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.

Dengan demikian, kabupaten dan kota kabupaten memiliki yurisdiksi penuh,

kecuali di bidang pertahanan, keamanan, peradilan, politik luar negeri, kebijakan

moneter, dan agama. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah

sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah yang diikuti dengan Undang-undang No 33 Tahun 2004

tentang perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, timbul hak

dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang, sehingga perlu dikelola

dalam pengelolaan keuangan daerah.

Pajak merupakan kristalisasi dari iuran rakyat kepada kas negara

berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat

2
balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma

hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk

mencapai kesejahteraan umum. Akan tetapi, dengan banyaknya karut-marut

perpajakan dewasa ini, epistemologi pajak semacam ini terasa jauh (Thohari,

2011). Macam-macam Pajak Daerah yaitu Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak

Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam

dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, BPHTB,

dan PBB Pedesaan dan perkotaan (Jemmy J. Pietersz, Benjamin Carel Picauly,

2021).

Pajak Parkir merupakan suatu tempat yang disediakan oleh suatu badan

usaha.Pajak parkir juga salah satu pajak daerah yang berpotensial, artinya hasil

pajak parkir berpotensi cukup besar dan baik sebagai sumber pendapatan daerah

dalam pertumbuhan ekonomi di daerah. Sebagai salah satu daerah otonom, maka

Kota Makassar dalam melaksanakan pembangunan diwujudkan dengan

membentuk prakarsa, yaitu dalam menentukan kebijakan, perencanaan,

pelaksanaan, dan segi penerimaan pajak daerah(Siregar & Kusmilawaty, 2022).

Kota Makassar merupakan salah satu kota terbesar dan terpadat di

Indonesia dan pada saat ini tingkatpendapatan perkapita penduduknya semakin

tinggi. Berdasarkan letak wilayahnya, Kota Makassar berpotensi sebagai kota

bisnis dan perdagangan. Kota Makassar terkenal sebagai salah satu tujuan kota

wisata dan pendidikan di Indonesia bagian timur sehingga banyak orang datang

untuk bersekolah dan mencari pekerjaan di kota Makassar. Kota ini semakin padat

dan ramai oleh kendaraan yang berlalulalang dijalanan, akibat dari keramaian ini

3
lalu lintas di kota ini sangat macet. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya

kesadaran masyarakat yang memarkir kendaraannya di atas bahu jalan.

Untuk mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya dari

sektor Pajak Parkir dan Retribusi Parkir, pemerintah kota Makassar dalam hal ini

Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar (Bapenda) yang menyusun kebijakan,

pengelolaan, pemantauan, evaluasi serta pembinaan teknis harus bersinergi

dengan Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya yang tugas pokoknya adalah

merencanakan, merumuskan, membina, mengendalikan, mengoptimalkan

pemungutan retribusi parkir, serta mengkoordinir kebijakan di bidang perparkiran,

sehingga tidak lagi terjadi kesenjangan atau keresahan bagi pengguna jasa parkir

dan yang paling utama mampu memberikankontribusi dari sektor pajak parkir dan

retribusi parkir.

Metodologi Penilitian

Metode mini riset ini menggunakan studi pustaka (library research) yaitu

metode pengumpulan data dengan cara memahami dan mempelajari teori -teori

dari berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian. Menurut Zed (2004)

ada empat tahap studi pustaka yaitu menyiapkan perlengkapan alat yang

diperlukan, menyiapkan bibliografi kerja, mengorganisasikan waktu dan membaca

serta mencatat bahan penelitian. Pengumpulan data dengan cara mencari sumber

dan merkontruksi dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, dan riset-riset yang

sudah ada. Metode analisis menggunakan analisis conten dan analisis deskriptif.

Bahan pustaka yang didapat dari berbagai referensi dianalisis secara kritis dan

mendalam agar dapat mendukung proposisi dan gagasan (Fadli, 2021).

4
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kualitatif yaitu mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari

penelitian di lapangan yang kemudian dihubungkan dengan teori-teori, asas-asas,

dan kaidah-kaidah hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan sehingga

diperoleh jawaban atas permasalahan yang dirumuskan (Khan, 2013). Data yang

telah dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan studi pustaka dalam

penelitian ini selanjutnya akan dianalisis secara kualitatif (Triratnawati et al.,

2022).

Hasil dan Pembahasan


1. Definisi Pajak Parkir dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Secara umum perpajakan adalah sumbangan yang diberikan oleh penguasa

atau pemerintah kepada wajib pajak sesuai dengan undang-undang yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan penguasa atau pemerintah, dan saat ini

wajib pajaknya merupakan orang perorangan atau organisasi termasuk wajib pajak

yang memiliki hak perpajakan dan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan

undang-undang perpajakan (Irnawati et al., 2021).

Menurut Siahaan dalam Feisly, Kesek (2013) dalm jurnalnya yang

berjudul Efektivitas dan Kontribusi Pajak Parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kota Manado mendefinisikan bahwa pajak parkir adalah:

“Pajak atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang

disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu

usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Sedangkan

yang dimaksud dengan parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan

yang tidak bersifat sementara.”

5
Menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan

retribusi daerah mendefinisikan pajak parkir adalah: “Pajak atas penyelenggaraan

tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok

usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat

penitipan kendaraan bermotor (Rachman et al., 2021).”

Salah satu upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan asli

daerah (PAD) adalah dengan meningkatkan penerimaan Pajak daerah melalui

pemungutan pajak yang dilakukan secara efektif dan efisien (Katman, Muhammad

Nasri, Indrawati, 2021). UpayaPendapatan asli daerah adalah penerimaan yang

diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah,

hasil pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan

asli daerah yang sah. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah,

Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak. Klasifikasi PAD yang terbaru berdasarkan

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 terdiri atas: pajak daerah, retribusi daerah,

hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah

yang sah. Adapun pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pendapatan Asli Daerah (PAD) dipisahkan

menjadi empat jenis pendapatan, yaitu: “pajak daerah, retribusi daerah, hasil

perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang

dipisahkan, lain-lain PAD yang sah (Rizqy Ramadhan, 2019).”

2. Analisis Perkembangan Potensi dan Realisasi Pajak Parkir

6
Definisi dari Pajak Parkir ada berbagai macam dan para ahli atau

pemerhati pajak yang menyajikan definisi tersebut sesuai dengan kemampuan

pemahaman dan penukaran mereka. Menurut Siahaan , Undang-undang Nomor 28

Tahun 2009 pasal 31 dan 32, pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan

tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok

usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat

penitipan kendaraan bermotor (Woryandari et al., 2015). Sedangkan yang

dimaksud dengan parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang

tidak bersifat sementara (Setiawan & Tulidawiyah, 2020).

Berikut tabel Potensi Penerimaan dan Realisasi Pajak Parkir Anggaran

Tahun 2019 sampai tahun 2021:

Tahun Potensi (Rp) Realisasi (Rp) Persentase (%)

2016 27.100.717.000 14.662.554.901 54.1

2017 30.000.000.000 16.495.485.771 54.9

2018 91.891.478.000 16.907.817.225 18.3

2019 60.750.000.000 20.071.410.111 33.4

2020 11.000.000.000 9.960.487.183 90.5

2021 80.000.000.000 10.940.173.709 3.6

Referensi Data : (Chrystina Geraky et al., 2020) (Zainuddin et al., 2022)


(Nurmiati & Diana, 2019) (Dwijayanti et al., 2020)

7
Untuk mengetahui pertumbuhan potensi dan realisasi Pajak Parkir,
digunakan rumus perhitungan sebagai berikut:

Pertumbuhan Target Pajak Parkir Tahun 2016 hingga 2021

Tahun 2016

P=

Tahun 2017

P=

Tahun 2018

P=

Tahun 2019

P=

Tahun 2020

P=
=

Tahun 2021

8
P=

Pertumbuhan Realisasi Pajak Parkir Tahun 2016 hingga 2021


Tahun 2016

P=
=

Tahun 2017

P=
=

Tahun 2018

P=
=

Tahun 2019

P=
=

Tahun 2020

P=
=

Tahun 2021

P=
=

Dari hasil perhitungan diatas, data potensi dan realisasi Pajak Parkir dapat

disimpulkan kedalam tabel berikut:

Perolehan
Tahun Pajak Parkir Pajak Perkembangan
Parkir

9
Potensi Realisasi (%) Potensi Realisasi
(Rp) (Rp) (%) (%)
2016 27,100,717,000 14,662,554,901 54.1 52.85 3.73
2017 30,000,000,000 16,495,485,771 54.9 10.69 12.50
2018 1,891,478,000 16,907,817,225 18.3 206.30 2.49
2019 60.750.000.000 20.071.410.111 33.04 33.04 59,75
2020 11.000.000.000 9.960.487.183 90.55 90.55 -12,63
2021 80.000.000.000 10.940.173.709 13.68 13.68 13,46

Dengan memperhatikan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada tahun

2016 Pajak Parkir ditargetkan sebesar Rp. 27,100,717,000,- dan terealisasi hanya

sebesar Rp. 14,662,554,901,-, hanya 54.1% persentase perolehan yang

didapatkan. Perkembangan target pada tahun 2016 sebesar 52.85% dengan

perkembangan realisasi yang tercapai hanya sebesar 3.73%.

Pada tahun 2017 Pajak Parkir ditargetkan sebesar Rp.30,000,000,000,- dan

yang terealisasi hanya sebesar Rp. 16,495,485,771,- dengan persentase

perolehannya sebesar 54.9%. Perkembangan target pada tahun 2017 sebesar

10.69% dengan perkembangan realisasi yang tercapai hanya sebesar 12.50%.

Namun pada tahun 2018, Pajak Parkir ditargetkan Rp. 91,891,478,000,- Akan

tetapi yang terealisasi hanya sebesar Rp. 16,907,817,225,- dengan persentase

perolehannya hanya18.3%. Perkembangan target pada tahun 2018 sebesar

206.30%, namun perkembangan realisasi yang tercapai hanya 2.49%.

Pada tahun 2019 sebesar -33,88% dengan pertumbuhan realisasi yang

tercapai hanya sebesar 18,71%. Pada tahun 2020 Pajak Parkir ditargetkan sebesar

Rp. 11.000.000.000,- dan yang terealisasi hanya sebesar Rp. 9.960.487.183,-

dengan persentase perolehannya sebesar 90.55%. Pertumbuhan target pada tahun

10
2020 sebesar -81,89% dengan pertumbuhan realisasi yang tercapai hanya sebesar -

50,37%.

Namun pada tahun 2021, Pajak Parkir ditargetkan Rp. 80.000.000.000,-

Akan tetapi yang terealisasi hanya sebesar Rp. 10.940.173.709,- dengan

persentase perolehannya hanya 13,68%. Pertumbuhan target pada tahun 2021

sebesar 627,27%, namun pertumbuhan realisasi yang tercapai hanya 9,83%.

Bisa dilihat perbandingan persentase perolehan dari tahun 2016 dan tahun

2017, terjadi peningkatan persentase sebesar 0.8%. Namun perbandingan tahun

2017 dengan tahun 2018 terjadi penurunan persentase, dari 54.9% turun menjadi

18.3%.

Kemudian, perbandingan persentase perolehan dari tahun 2019 dan tahun

2020, terjadi peningkatan persentase sebesar 57,51%. Namun perbandingan tahun

2020 dengan tahun 2021 kembali mengalami penurunan persentase, dari 90,55%

turun menjadi 13,68%.

3. Analisis Perkembangan Potensi dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah


Kota Makassar
Untuk menganalisa kontribusi pendapatan parkir terhadap pendapatan asli

daerah, penulis mengumpulkan data yang di nilai dapat membantu penelitian ini.

Data yang berhasil penulis kumpulkan dan berhasil diolah yaitu data Daftar

Rekapitulasi Target dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Daerah Tahun 2016

hingga Tahun 2018.

Berikut tabel Potensi dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun 2019

sampai tahun 2021:

11
Tahun Potensi (Rp) Realisasi (Rp) Persentase (%)

2016 1.286.067.656.000 971.859.753.605.8 75.57

2017 1.482.238.537.000 1.112.339.255.190 75.04

2018 1.503.411.219.000 1.102.683.491.353 73.35

2019 1.482.238.537.000 1.112.339.255.190 75.04

2020 1.286.067.656.000 971.859.753.605.8 75.57

2021 1.503.411.219.000 1.102.683.491.353 73.35

Referensi Data : (Chrystina Geraky et al., 2020), (Zainuddin et al., 2022), (Diana

et al., 2018), (Haeriyanto et al., 2021), (Nurmiati & Diana, 2019)

Untuk mengetahui perkembangan target dan realisasi PAD Kota Makassar,

digunakan rumus perhitungan sebagai berikut: P = 100 %

a. Perkembangan Target PAD Tahun 2016 hingga 2021

Tahun 2016

P= 100%

P = 42,19%

Tahun 2017

P= 100%

P = 15,25%

12
Tahun 2018

P= 100%

P = 1,42%

Tahun 2019

P= 100%

P = 15,25%

Tahun 2020

P= 100%

P = -13,23%

Tahun 2021

P= 100%

P = 16,89%

b. Perkembangan realisasi PAD tahun 2016 sampai 2021

Tahun 2016

P= 100%

P = 39,58%

Tahun 2017

P=

P = 14,45%

Tahun 2018

P=

13
P=

Tahun 2019

P=

P = 59,75%

Tahun 2020

P= 100%

P =- 12,63%

Tahun 2021

P=

P=

Dari hasil perhitungan diatas, data potensi dan realisasi Pendapatan Asli

Daerah dapat disimpulkan kedalam tabel berikut:

Pendapatan Asli Daerah Perkembangan


Perolehan
Tahun PAD
(%)
Target Realisasi Target Realisasi
(Rp) (Rp) (%) (%)

2016 1,286,067,65 971,859,753, 75.57 42.1 39.58

2017 1,482,238,53 1,112,339,25 75.04 15.2 14.45

2018 1,503,411,21 1,102,683,49 73.35 1.42 -0.86

2019 1,482.238.537.000 1.112.339.255.190 75,04 15,25 59,75

2020 1.286.067.656.000 971.859.753.605,80 75,57 -13,23 -12,63

2021 1.503.411.219.000 1.102.683.491.353 73,35 16,89 13,46

14
Dalam tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 Pendapatan

Asli Daerah Kota Makassar ditargetkan sebesar Rp. 1,286,067,656,000,- dan

terealisasi sebesar Rp. 971,859,753,605.8,- serta persentase perolehan Pendapatan

Asli Daerah 75.57%. Perkembangan target dan realisasinya sebesar 42.19% dan

39.58%.Pada tahun 2017, Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar ditargetkan

sebesar Rp. 1,482,238,537,000,- dan dapat direalisasikan sebesar Rp.

1,112,339,255,190,- dengan persentase perolehan sebesar 75.04%. Perkembangan

target dan realisasi sebesat 15.25% dan 14.45%.Namun pada tahun 2018,

Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar ditargetkan sebesar Rp.

1,503,411,219,000,- dan nilai yang terealisasi sebesar Rp. 1,102,683,491,353,-

yakni persentase perolehannya yakni sebesar 73.35% dan perkembangan target

serta realisasinya adalah 1.42% dan - 0.86%.Tahun 2019 Pendapatan Asli Daerah

Kota Makassar ditargetkan sebesar Rp. 1,482.238.537.000,- dan terealisasi

sebesar Rp. 1.112.339.255.1908,- serta persentase perolehan Pendapatan Asli

Daerah 75,04%. Pertumbuhan target dan realisasinya sebesar 15,25% dan 59,75%.

Pada tahun 2020, Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar ditargetkan sebesar Rp.

1.286.067.656.000 ,- dan hanya direalisasikan sebesar Rp. 971.859.753.605,8,-

dengan persentase perolehan sebesar 75,57%. Pertumbuhan target dan realisasi

sebesat -13,23% dan - 12,63%. Namun pada tahun 2021, Pendapatan Asli Daerah

Kota Makassar ditargetkan sebesar Rp. 1,503,411,219,000,- dan nilai yang

terealisasi sebesar Rp. 1,102,683,491,353,- yakni persentase perolehannya yakni

sebesar 73.35% dan pertumbuhan target serta realisasinya adalah 16,89% dan

13,46%.

15
4. Kontribusi Pendapatan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kota Makassar

Perusahaan Daerah (PD) Parkir Kota Makassar didirikan pada tahun 1999

berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kotamadya DATI II Ujung Pandang No. 5

Tahun 1999, tentang : Pendirian Perusahaan Daerah Parkir Makassar Raya

Kotamadya Daerah Tingkat II Ujung Pandang (Lembaran Daerah Kotamadya Dati

II Ujung Pandang No. 19 Tahun 1999, Seri D, Nomor 6, kemudian diubah dengan

Perda Kota Makassar, No. 16 Tahun 2006 (Nurmiati & Diana, 2019).

Sumber-sumber penerimaan PD. Parkir Makassar Raya untuk jasa parkir

terdapat 4 sumber penerimaan yaitu Penerimaan jasa Parkir Tepi Jalan Umum,

Penerimaan Jasa parkir Komersial, Penerimaan Jasa parkir Insidentil dan

Penerimaan Jasa parkir Bulanan (Triratnawati et al., 2022).

Kontribusi PD Parkir Makassar Raya terhadap PAD Kota Makassar tahun

2016-2021 secara terperinci dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tahun Realisasi Realisasi PAD Kontribusi


PD.Parkir (Rp) (Rp)
2016 15.283.622.944 759.202.412.170 0.020%
2017 1.299.840.531 1.337.231.094.232 0.097%
2018 1.093.581.939 1.185.453.010.990 0.092%
2019 20.071.410.111 1.112.339.255.190 1,80%
2020 9.960.487.183 971.859.753.605 1,02%
2021 10.940.173.709 1.102.683.491.353 0,99%

16
Referensi Data : (Dwijayanti et al., 2020) (Zainuddin et al., 2022) (Diana et al.,
2018) (Haeriyanto et al., 2021)

Setelah melihat hasil dari Bapenda Kota Makassar, dari data tahun 2016-
2021, dapat dilihat bahwa kontribusi PD. Parkir Makassar Raya terhadap PAD
Kota Makassar sangat kecil hanya berkisar 0,020% hingga 1,80% dan secara rata-
rata 0,051%.

5. Kendalan-kendala dan Upaya Pemungutan Pajak Parkir


Meskipun dilandasi dengan Peraturan Daerah, seringkali wajib pajak lalai

melaksakan kewajibannya. Inilah yang dirasakan oleh Bidang Pajak I dan

Retribusi Daerah, berdasarkan hasil wawancara dengan staff pegawai Sub-Bid

Penetapan, Pembukuan dan Pelaporan Pajak dan Retribusi Daerah Bapenda Kota

Makassar: Kendala yang dihadapi oleh Bapenda Kota Makassar, khususnya di

Bidang Pajak itu adalah adanya Wajib Pajak yang tidak membayar iuran wajib

pajak.

Hal ini membuat realisasi anggaran tidak mencapai target yang telah di

tetapkan. Namun, walaupun pajak itu sifatnya memaksa, Bapenda juga tidak bisa

langsung dengan semena-mena memberhentikan ijin usaha dari wajib pajak

tersebut. Dikarenakan ada tahap-tahap yang harus dilakukan, yakni memberikan

Surat Peringatan Pertama kepada wajib pajak yang tidak membayar minimal 1

bulan tagihan pajak parkir, yang apabila tidak dihiraukan akan diberikan Surat

Peringatan Kedua dengan rentang waktu 1 minggu setelah dikeluarkannya Surat

Peringatan Pertama. Dan jika tetap tidak merespon setelah dikeluarkannya Surat

Peringatan Kedua, maka tugas diambil alih oleh Sub Bidang Pembinaan,

Pengawasan dan Penindakan dalam hal ini Bapenda langsung terjun ke lapangan.

17
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penerapan sistem

pemungutan pajak parkir terhadap pendapatan asli daerah kota Makassar,

kesimpulan dapat ditarik sebagai berikut:

1. Kota Makassar memungut pajak parkir kepada wajib pajak parkir

sesuai dengan yang tertulis dalam perda No. 13 tahun 2002, yakni

sebesar 30% dari pendapatan pajak parkir yang ada.

2. Realisasi penerimaan pajak parkir dilihat dari penerimaan pajak parkir

selama 3 tahun terakhir pada 2019 dan 2020 cenderung menunjukkan

menurun dikarenakan pas tahun tersebut adanya wabah covid 19 yang

menjadi penghambat naiknya pendapatan, tapi jika dilihat dari

peningkatan penerimaan pajak parkir dari tahun 2021 sedikit

menunjukkan peningkatan yang siknifikan

3. Kontribusi pajak parkir terhadap PAD kota Makassar dikatakan rendah

atau tidak melewati target yang telah di tentukan dikarenakan wajib

pajak parkir tidak taat atau lalai membayar pajak.

Daftar Pustaka
Apriandi, W., Angriani, R., & Oke Ana, A. (2013). Analisa Yuridis Pelaksanaan
Parkir Berlangganan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. Artikel Ilmiah Hasil
Penelitian Mahasiswa, 1(2), 1–11.

Chrystina Geraky, A. C., H.Ahmad, I., & Iskandar, S. (2020). Kontribusi

18
Pendapatan Parkir Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota
Makassar. Accounting Journal, 1(2), 254–262. http://ojs.stkip-
ypup.ac.id/index.php/SA/article/view/308

Diana, F., Murbayani, & Nurmiati. (2018). Kajian Pendapatan Asli Daerah Kota
Makassar. Jurnal Pajak Universitas Patria Artha, 32, 334–341.

Dwijayanti, A., Sudirman, & Randy, M. F. (2020). Pengelolaan Dan Kontribusi


Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Badan Pendapatan
Daerah Kota Makassar. Macakka Journal, 01(04), 112–120.

Fadli, M. R. (2021). Memahami desain metode penelitian kualitatif. Humanika,


21(1), 33–54. https://doi.org/10.21831/hum.v21i1.38075

Haeriyanto, Arfah, A., Baharuddin, D., Rahman, Z., & Arifin. (2021). Efektivitas
Dan Kontribusi Pajak Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah
Kota Surabaya. Journal Of Economics, 1(3), 12–31.

Irnawati, J., Moridu, I., Yunia, D., Masripah, Zunaidi, A., Rahayu, H. A., Sari, P.
N., Soerono, A. N., Machfuzhoh, A., Sarra, H. D., Katman, M. N.,
Kalbuana, N., & Rahmadani. (2021). Perpajakan : Konsep, Teori, dan
Praktik. In Widina Bhakti Persada Bandung.

Jemmy J. Pietersz, Benjamin Carel Picauly, D. (2021). Perpajakan Teori Dan


Praktik. In Widina Bhakti Persada Bandung (Grup Cv. Widina Media
Utama).

Katman, Muhammad Nasri, Indrawati, R. (2021). Dampak Pandemi Covid-19


terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Provinsi
Sulawesi Selatan. Jurnal Ekonomi Islam, I(I), 26–41.

Nurmiati, & Diana, F. (2019). Kajian Kontribusi Pd. Parkir Dan Pd. Pasar
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar. Jurnal Inovasi Dan
Pelayanan Publik Makassar, 1, 14–23.

Rachman, D., Anggraeni, I., & Wigiyanti, N. (2021). Pengaruh pemungutan


pajak parkir dan pajak penerangan jalan terhadap penerimaan
pendapatan asli daerah Kota Bandung periode 2011-2018. Akurat|Jurnal
Ilmiah Akuntansi Fe Unibba, 12(1), 33–47.

Rizqy Ramadhan, P. (2019). Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Terhadap


Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara. Jurnal
Akuntansi Dan Bisnis : Jurnal Program Studi Akuntansi, 5(1), 81.
https://doi.org/10.31289/jab.v5i1.2455

Setiawan, D., & Tulidawiyah, F. (2020). Pengaruh Penerimaan Pajak Hiburan


Dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bandung
Pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Bandung Periode 2011-

19
2018. Akurat: Jurnal Ilmiah Akuntansi, 11(3), 55–65.
https://ejournal.unibba.ac.id/index.php/akurat/article/view/336

Siregar, A. A., & Kusmilawaty, K. (2022). Pengaruh Pajak Parkir Dan Pajak
Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Medan. JAS (Jurnal
Akuntansi Syariah), 6(1), 57–68. https://doi.org/10.46367/jas.v6i1.553

Thohari, A. A. (2011). Epistemologi Pajak, Prespektif Hukum Tata Negara.


Jurnal Legislasi Indonesia, 8(1), 1–10.

Triratnawati, Sari, S. N., & Mahardian, H. (2022). Tinjauan pemungutan retribusi


parkir di tepi jalan umum kota Makassar. Income Jounal : Accounting,
Management and Economic Research, 1(2), 59–62. http://income-
journal.com/index.php/income/article/view/12

Woryandari, Wijayanti, A., & Comsatu, Y. (2015). Analisis Efektifitas Pajak


Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukoharjo.
Economica, 4(1), 87–101.
https://doi.org/10.22202/economica.2015.v4.i1.381

Zainuddin, I., Kallabe, A., Kati, S., Limoa, W. S., & Lawalata, J. (2022).
Penerapan Sistem Pemungutan Pajak Parkir Pada Bapenda Kota
Makassar. Jurnal Edueco Universitas Balikpapan, 5, 149–157.

20

Anda mungkin juga menyukai