Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR DALAM PENINGKATAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEKANBARU

PROPOSAL

IKA PERTIWI
180301081

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSIAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Parkir merupakan salah satu masalah utama yang muncul dikarenakan meningkatnya

lalu lintas jalan dan dampak dari pembangunan sarana transportasi yang terus meningkat.

Kekurangan ketersediaan ruang parkir di daerah perkotaan telah meningkatkan permintaan

untuk ruang parkir terutama di daerah-daerah seperti kawasan pusat bisnis yang berdampak

terhadap pilihan parkir. Parkir di sebagian besar perkotaan sudah menjadi sumber konflik

dan inefisiensi. Hal ini membutuhkan tindakan segera untuk mengatasi masalah tersendiri.

Dalam implikasi nya masih terdapat banyak masalah dan kendala dalam penerapan

parkir yang sesuai dengan SOP yang di tentukan oleh Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru,

juru parkir liar adalah salah satu penyebab terjadinya permasalahan yang terjadi yang

diindikasikan menjadi penyebab tidak dapat terealisasinya antara target dan realisasi

anggaran dalam pendapatan parkir di Kota Pekanbaru. Pentingnya parkir dalam kebijakan

transportasi sering diremehkan. Namun faktanya menemukan tempat untuk parkir yang

potensial adalah paling penting daripada keprihatinan atas kurangnya ruang jalan yang

tersedia untuk menampung mobil (Valleley dan Garland,1997). Analisis potensi parkir di

Kota Pariaman dapat digunakan sebagai pertimbangan perhitungan sumber pendapatan

daerah. Titik parkir dapat menentukan besaran target retribusi parkir. Kapasitas ruang

parkir di Kota Pekanbaru belum dipetakan secara keseluruhan yang bisa dijadikan

perhitungan berapa jumlah kapasitas dan titik parkir sehingga dapat dihitung potensi telah

menjadi landasan bagi terlaksananya otonomi daerah di Indonesia. Sistem ini

mengharuskan adanya perubahan untuk lebih memberikan pelayanan yang lebih baik
kepada masyarakat dan berinovasi dalam mencari berbagai sumber pemasukan yang

mampu digunakan untuk membiayai belanja atau pengeluaran pemerintah daerah.

Penerimaan terbesar daerah yang berasal dari wilayahnya itu sendiri salah satunya

ialah pendapatan asli daerah (PAD). Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang

bertujuan meenyerahkan kekuasaan kepada suatu daerah agar dapat mengoptimalkan

potensi anggaran dalam penyelenggaraan otonomi daerah yang merupakan bentuk dari

desentralisasi. Sumber pemasukan daerah yang memiliki nilai yang cukup tinggi adalah

pajak retribusi daerah dan pajak daerah. Berlandaskan Pasal 1 (64) Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dijelaskan bahwa

Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa, pelayanan atau

pemberian izin tertentu yang secara khusus diberikan dan / atau difasilitasi oleh pemerintah

daerah untuk kepentingan pribadi atau perseorangan.

Retribusi daerah sebagai salah satu penyumbang penerimaan keuangan daerah

menjadi suatu andalan pendapatan asli daerah. Adapun beberapa kelebihan retribusi

sebagai pemasukan pendapatan asli daerah bila dibedakan dengan sumber pendapatan

daerah yang lainnya ialah pelayanan yang dijalankan dari retribusi bisa dipungut secara

berkelanjutan atau terus-menerus, bagi masyarakat dan pengguna yang menggunaakan

pelayanan yang difasilitasi oleh pemerintah daerah (Pasla, 2016:13). Retribusi daerah juga

menjadi dasar dari penerimaan daerah, yang fungsinya sebagai pendorong dalam menabah

pendapatan asli daerah. Adapun salah satu komponen dari retribusi daerah sebagai sumber

penerimaan yang sah yaitu retribusi parkir.

Retribusi parkir merupakan salah satu potensi yang dikelola untuk dijadikan sumber

penerimaan daerah yang berasal dari dalam wilayahnya. Hal tersebut menjadi tolak ukur

dalam menilai tingkat pendapatan asli daerah yang diperoleh wilayah tersebut. Hasil dari
pendapatan tersebut akan dialokasikan untuk pembangunan wilayah itu sendiri, khususnya

dalam membangun fasilitas dan sarana perbaikan lahan parkir yang berdampak pada

tatakelola dalam pelaksanaan parkir berjalan dengan baik dan tidak mengganggu pengguna

jalan lainnya. Retribusi parkir secara umum merupakan pungutan sebagai pembayaran atas

jasa atau pemberian izin parkir yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah

untuk kepentingan pribadi atau Badan (Yani, 2018:55).

Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Rahmawati Widya Putri tentang Analisis

Kontribusi Retribusi Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Malang, yang

menununjukkan bahwa kontribusi retribusi parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Malang mengalami fluktuasi.Maka penelitian ini akan di lakukan di Kota

Pekanbaru yang salah satu sumber pendapatannya berasal dari retribusi yang sangat

penting peranannya dalam meningkatkan penerimaan daerah dalam rangka pengembangan

dan penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu sumber penerimaan retribusi ialah retribusi

parkir di kota Pekanbaru. Banyaknya penduduk dan kendaraan yang ada di kota Pekanbaru

setiap harinya, sudah semestinya harus disertai dengan jumlah titik parkir yang ada, karena

setiap kendaraan bermotor yang digunakan masyarakat sudah pasti akan berhenti di tempat

tertentu. Untuk itu pemerintah nantinya akan menjadi aktor penting dan aktif dalam

mengurus titik parkir yang ada di kota Pekanbaru.

Setelah ditetapkannya Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 14 tahun 2016

tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum, semoga pemerintah daerah mampu memberi

sumbangsih dalam mengoptimalkan penerimaan pendapatan asli daerah kota Pekanbaru.

Dinas Perhubungan selaku penanggug jawab pelaksanaan terhadap penerimaan retribusi

parkir telah aktifkan 625 titik parkir jalan umum. Melihat banyaknya area parkir tersebut

semestinya pendapatan yang didapatkan dari retribusi parkir dapat lebih ditingkatkan dari
pendapatan yang sudah direalisai sejauh ini.

Namun terhadap realisasinya pendapatan dari retribusi parkir dapat dikatakan masih

berada dibawah target yang ditetapkan. Adapun penerimaan dari retribusi parkir yang

dirangkum dalam realisasi penerimaaan daerah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Penerimaan Retribusi Parkir Kota Pekanbaru Tahun 2019-2021

No Tahun Target Realisasi Persentase

1. 2019 Rp 11.905.673.842 Rp 8.447.971.000 71.20 %

2. 2020 Rp 11.210.672.516 Rp 3.799.997.000 28.58 %

3. 2021 Rp 13.000.000.000 Rp 6.032.069.991 46.40 %

(Sumber: Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru Tahun 2022)

Dapat dikatakan dari tabel realisai penerimaan diatas bahwa retribusi parkir di Kota

Pekanbaru belum mencapai target yang ditetapkan. Permasalahan pungutan retribusi parkir

mulai dari tahun 2017 sampai 2019 mengalami penurunan dikarenakan target yang

ditetapkan meningkat setiap tahunnya sedangkan realisasi pendapatan yang diterima

menurun. Hal ini menjadi problematika yang dihadapi dengan belum optimalnya

penerimaan retribusi parkir yang merupakan komponen dari Pendapatan Asli Daerah

(PAD).

Berdasarkan permasalahan yang ada retribusi parkir di kota Pekanbaru perlunya

perhatian yang serius, dengan banyaknya penerimaan retribusi parkir yang belum terkelola

dengan optimal dan adanya oknum yang tidak bertanggungjawab mengambil keuntungan

dari situasi ini. Keadaan tersebut semestinya mendapatkan perhatian yang harus lebih

serius dari pemerintah kota Pekanbaru yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Dinas
Perhubungan Kota Pekanbaru selaku pihak yang mengelola perparkiran, sehingga

pendapatan dari retribusi parkir dapat lebih dioptimalkan dan sejalan dengan potensi yang

ada.

Pajak Daerah (PAD) Kota Pekanbaru pada triwulan pertama tahun 2019 baaru

menyentuh angka 17.36% atau kurang lebih Rp94 miliar dari target PAD sebesar Rp541

miliar. Dari data yang dihimpun oleh Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota

Pekanbaru, pendapatan pajak daerah Kota Pekanbaru di triwulan pertama di tahun 2019

terhitung tanggal 13 April 2019 masih jauh dari target pendapatan daerah yakni hanya

mencapai 17.36%.

Pengelolaan retribusi parkir di kota Pekanbaru memerlukan perhatian khusus dari

pemerintah dalam mengatur dan mengelola terhadap kelangsungan pelaksanaan

pemungutan retribusi parkir. Pemerintah melalui Dinas Perhubungan bertanggungjawab

mengenai penyediaan atas jasa parkir yang nantinya bias digunakan untuk masyarakat

yang memakai jasa tersebut. Dalam pengelolaannya Dinas tersebut memiliki banyak unsur

pelaksana teknis, salah satunya Unit Pelakasana Teknis (UPT) pada bagian pengelolaan

parkir. UPT parkir merupakan unsur pelaksana tugas teknis yang membidangi pengelolaan

parkir, di mana UPT parkir tersebut bertanggungjawab secara keseluruhan mengenai

pengelolaan retribusi parkir.Dalam pelaksanaannya UPT parkir tersebut melibatkan para

pegawai sebagai sumber daya manusia untuk menjalankan tugasnya sebagai para

pelaksana. Khususnya pengelolaan retribusi parkir di kota Pekanbaru agar penerimaan dari

segi ini lebih optimal dan dapat menambahkan jumlah Pendapatan Asli Daerah, yang hal

ini dilaksanakan oleh UPT Pelayan Parkir Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru selaku

pelaksana teknis daerah. Selain itu, peran dari kepala dinas sangat diperlukan guna untuk

mengarahkan dan membuat perencanaan terhadap kelangsungan pelaksanaan dan


pengelolaan retribusi parkir

Berdasarkan masalah yang diuraikan di atas tadi, penulis menganggap hal ini perlu

untuk diteliti agar pengelolaan retribusi parkir dapat dibenahi dan diperbaiki kekurangan

yang ada agar mampu meningkatkan penerimaan daerah, sehingga penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGELOLAAN RETRIBUSI

PARKIR DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA

PEKANBARU”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang sudah penulis paparkan di atas, maka rumusan masalah

yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan SOP pada bidang parkir di Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru?

2. Bagaimana Pengelolaan Retribusi Parkir oleh Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru Dalam

Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah?

3. Seberapa besar kontribusi yang diberikan Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru melalui

retribusi parkir terhadap pendapatan asli daerah kota Pekanbaru?

4. Apa faktor penghambat Pengelolaan Retribusi Parkir Dalam Meningkatkan Pendapatan

Asli Daerah Kota Pekanbaru?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang akan dikaji ini adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan SOP pada bidang parkir di Dinas Perhubungan Kota

Pekanbaru
2. Untuk mengetahui Pengelolaan Retribusi Parkir oleh Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru

Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

3. Untuk mengetahui kontribusi yang diberikan Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru melalui

retribusi parkir terhadap pendapatan asli daerah kota Pekanbaru

4. Untuk mengetahui faktor penghambat Pengelolaan Retribusi Parkir Dalam Meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah Kota Pekanbaru

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang akan dikaji ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat memberikan wawasan serta pengetahuan

peneliti dan pengembangan keilmuan mengenai Program Ilmu Sosial dan Humaniora,

dalam Program Studi Administrasi Negara khususnya mata kuliah Pelayanan Publik,

Manajemen Pelayan Publik, dan Pengantar Ilmu Administrasi Negara.

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa dan para peneliti yang akan

melanjutkan penelitian ini lebih mendalam dan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi

dalam studi kepustakaan tentang pengelolaan retribusi parkir yang ada di kota Pekanbaru.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak UPT Pelayanan Parkir Dinas

Perhubungan Kota Pekanbaru selaku pelaksana teknis dalam pelayanan parkir dan menjadi

bahan masukan dan pertimbangan mengenai proses pelaksanaan serta pengelolaan retribusi

parkir kota Pekanbaru yang ditinjau dari berbagai indicator seperti, jumlah titik parkir yang
bisa lebih dioptimalkan dan evaluasi mengenai faktor penghambat untuk meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah melalui pengelolaan Retribusi Parkir.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah mempelajari dan memahami karya tulis ilmiah ini, maka berikut akan

diuraikan tentang sistematika pembahasan yang dibagi dalam lima bab:

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, , kajian hasil penelitian terhadulu, dan sistematika

pembahasan.

Bab II : Landasan Teori

Dalam bab ini diuraikan mengenai teori-teori yang mendasari penelitian ini, yaitu

mengenai pengelolaan, indikator pengelolaan, pendapatan asli daerah dan retribusi

parkir

Bab III : Metodelogi Penelitian

Tentang metodologi penelitian yang meliputi jenis dan pendekatan penelitian, sumber

data, teknik pengumpulan data, metode analisa data, tempat dan waktu

Bab IV : Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, terdiri

dari analisis data dan pembahasan untuk masing-masing pertanyaan dalam rumusan

masalah.

Bab V : Penutup

Dalam bab ini diuraikan mengenai yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Teori Dasar


2.1.1 Teori Institusional

Banyak penelitian pada organisasi sektor publik menggunakan teori institusional

(institutional theory) sebagai acuan untuk menjelaskan struktur maupun perubahan

organisasi. Beberapa penelitian yang menggunakan teori institusional dalam konteks

organisasi sektor publik khususnya di Indonesia, misalnya: Akbar et al. 2012; Wijaya dan

Akbar 2013; Sofyani dan Akbar 2015, 2013; Manafe dan Akbar 2014; Primarisanti dan

Akbar 2015; Akbar et al. 2015; Ahyaruddin 2015; dan Ahyaruddin dan Akbar 2016, 2018).

Pandangan dalam teori institusional menjelaskan tentang struktur organisasi

dimana sebuah organisasi mengadopsi sesuatu yang sesuai (conformity) dengan kode etik

budaya yang kemudian mengarah pada legitimasi dan dukungan dari organisasi eksternal

(Dimaggio dan Powell 1983; Ahyaruddin dan Akbar 2016, 2018). Dalam teori ini, suatu

organisasi cenderung bergerak ke arah homogenisasi, meskipun pada awalnya mereka

menunjukkan adanya keragaman yang cukup besar (Dimaggio dan Powell 1983). Istilah

yang tepat untuk menggambarkan proses homogenisasi tersebut adalah isomorfisma.

Dimaggio dan Powell (1983) mengemukakan bahwa isomorfisma terdiri dari

isomorfisma kompetitif yang terkait dengan efisiensi (penjelasan teknis atau ekonomis)

serta isomorfisma institusional yang berkembang sesuai dengan tiga mekanisme, yaitu

koersif, mimetik, dan normatif. Dalam konsep isomorfisma kompetitif, dikatakan bahwa

ketika ada suatu cara yang lebih murah, lebih baik, atau lebih efisien dalam melakukan

sesuatu, kekuatan kompetitif mendorong organisasi untuk menuju ke arah pendekatan baru
tersebut. Sementara itu, dalam konsep isomorfisma institusional, pengaruh institusional

tersebar melalui area organisasi yang disebut dengan medan organisasi, yang berarti bahwa

organisasi-organisasi secara keseluruhan merupakan sebuah area yang diakui dari

kehidupan institusional, yaitu pemasok kunci, sumberdaya dan pelanggan produk,

ketergantungan peraturan, dan organisasi lain yang menyediakan layanan dan produk

serupa (Erro dan Sánchez 2012). Isomorfisma struktural digambarkan sebagai sebuah

konsekuensi penting dari proses kompetitif dan institusional. Akibatnya, organisasi tidak

bersaing untuk mendapatkan sumber daya atau pelanggan tetapi untuk mendapatkan

kekuasaan dan legitimasi, selain untuk kesejahteraan sosial dan hasil ekonomi (Dimaggio

dan Powell 1983; Erro dan Sánchez 2012; Akbar et al. 2012; Ahyaruddin dan Akbar 2016,

2018).

2.3. Pengelolaan Parkir

2.3.1. Definisi Pengelolaan

Pengelolaan merupakan salah satu istilah yang dipakai dalam ilmu manajemen.

Secara etimologi pengelolaan berasal dari kata “kelola” (to manage) dan biasanya merujuk

pada proses mengurus atau menangani sesuatu untuk mencapai tujuan. Beberapa ahli telah

memaparkan mengenai definisi pengelolaan sebagai berikut :

a. Menurut Prajudi, pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan semua faktor

sumber daya yang menurut suatu perencana diperlukan untuk penyelesaian suatu

tujuan tertentu.

b. Menurut Balderton, mengemukakan bahwa istilah pengelolaan sama dengan

manajemen yaitu menggerakkan, mengorganisirkan, dan mengarahkan usaha

manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai
suatu tujuan.

c. Menurut Moekijat, mengemukakan bahwa pengelolaan juga dapat diartikan sebagai

rangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, petunjuk,

pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan.

d. Menurut Soekanto, pengelolaan dalam administrasi adalah merupakan suatu proses

yang dimulai dari proses perencanaan, pengaturan, pengawasan, penggerak sampai

dengan proses terwujudnya tujuan.

e. Menurut Hamalik, istilah pengelolaan identik dengan istilah manajemen, dimana

manajemen itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.

Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Balderton yang menjelaskan hal

yang sama antara pengelolaan dengan manajemen, yaitu menggerakkan,

mengorganisasikan dan mengerahkan usaha manusia untuk mencapai tujuannya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa istilah pengelolaan memiliki pengertian yang

sama dengan manajemen, dimana pengelolaan merupakan bagian dari proses

manajemen karena didalamnya harus diperhatikan mengenai proses kerja yang baik,

mengorganisasikan suatu pekerjaan, mengarahkan dan mengawasi, sehingga apa yang

diharapkan dapat terlaksana dengan baik.

2.3.2. Definisi Parkir

Setiap perjalanan yang menggunakan kendaraan diawali dan diakhiri di tempat

parkir. Pengertian parkir sendiri adalah menaruh kendaraan bermotor untuk beberapa

saat di tempat yang sudah disediakan.73 Parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau

tidak bergerak untuk beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya.74 Sedangkan,

fasiltas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian kendaraan
yang tidak bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu.

Fasilitas parkir bertujuan untuk memberikan tempat istirahat kendaraan, dan

menunjang kelancaran arus lalu lintas.

Tempat parkir adalah tempat memberhentikan kendaraan di lokasi tertentu baik

di tepi jalan umum, gedung, pelataran atau bangunan umum. Tempat parkir umum

adalah tempat yang berada di tepi jalan atau halaman pertokoan yang tidak

bertentangan dengan rambu-rambu lalu lintas dan tempat-tempat lain yang sejenis yang

diperbolehkan untuk tempat parkir umum dan dipergunakan untuk menaruh kendaraan

bermotor dan/atau tidak bermotor yang tidak bersifat sementara. Terdapat empat jenis

parkir, yaitu :

1. Parkir di ruang milik jalan (on-street). Sesuai namanya, adalah ruang parkir

pada jalan umum meskipun hal ini menjadi kabur apabila jalan, atau milik jalan

seringkali mengambil ruang, baik secara legal maupun tidak, yang sebenarnya

disediakan untuk pejalan kaki.

2. Parkir umum di luar ruang milik jalan (public off-street). Parkir mobil tidak di

jalan umum, dimana semua anggota masyarakat dapat menggunakan, sesuai

ketentuan berlaku (misal: waktu parkir maksimum (dalam satuan jam), atau

pengenaan biaya parkir).

3. Parkir swasta non-residensial di luar ruang milik jalan (private nonresidential

(PNR) off-street). Parkir jenis ini adalah yang umum dijumpai di dalam suatu

bangunan gedung atau tata guna lahan. Contohnya adalah parkir dalam pusat

perbelanjaan, atau gedung perkantoran. Secara teoritis, hanya mereka yang

terkait dengan gedung tersebut yang dapat menggunakan ruang parkir tersebut,

dan pemilik gedung dapat mengendalikan hal ini dalam batas ketentuan hukum
yang berlaku. 4) Parkir pribadi dalam permukiman (private residential parking).

Jenis ini biasa ditemui dalam gedung yang terkait dengan perumahan atau

rumah susun. Secara teoritis, hanya penghuni yang dapat menggunakan parkir

disini. Maka dapat disimpulkan bahwa strategi pengelolaan parkir merupakan

penentuan tahapan atau pengambilan langkah-langkah yang harus diambil

seperti merencanakan, menjalankan, mengorganisasikan, mengendalikan, dan

melakukan pengawasan terhadap parkir untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

2.4. Retribusi Parkir

Retribusi parkir adalah retribusi daerah sebagai pembayaran atas jasa pelayanan

parkir. dalam Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 14 Tahun 2016 Tentang

Penyelenggaran dan Retribusi Parkir. Ada beberapa pengertian yang disebutkan dalam

peraturan tersebut tentang pelayanan parkir, yang perlu dijelaskan maksud dari peraturan

daerah tersebut:

1. Retribusi parkir adalah pembayaran atas penggunaan tempat parkir yang diselenggarakan
oleh daerah.

2. Retribusi parkir ditepi jalan umum adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas
pelayanan parkir di ruang milik jalan yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan perorangan atau badan.

3. Retribusi tempat khusus parkir adalah pungutan daerah untuk biaya jasa atas pelayanan
parkir di luar ruang milik jalan yang disediakan/dikelola oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan perseorangan atau badan.

4. Sarana Parkir adalah perangkat/fasilitas yang digunakan untuk menunjang pelayanan


parkir diantaranya sistem berbasis elektronik, bangunan tempat parkir, rambu parkir dan
atau petak parkir.
5. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk
melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

6. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya singkat SKRDLB adalah
surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena
jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya
terutang.

7. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti

pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir

atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas Daerah melalui tempat pembayaran yang oleh

Kepala Daerah.

2.5. Pendapatan Asli Daerah

Menurut Kunarjo (2018: 227) Pendapatan Asli Daerah adalah Pendapatan daerah

dari pajak daerah, pajak daerah, perusahaan daerah dan perusahaan daerah lainnya.

Sebagaimana diatur dalam pasal 6 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sumber-sumber

Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) terdiri dari :

1. Pajak daerah

Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah sumbangan wajib kepada daerah

yang dibayarkan oleh perseorangan atau badan hukum yang bersifat paksaan menurut

undang-undang tanpa mendapat imbalan langsung dan digunakan untuk kebutuhan daerah

untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Retribusi daerah

Retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah untuk
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang diberikan khusus oleh pemerintah

daerah untuk kepentingan perorangan atau badan. Sumber pendapatan daerah yang

berperan penting salah satunya adalah retribusi daerah. Secara umum, retribusi daerah

adalah pembayaran kepada pemerintah oleh pengguna layanan pemerintah. Menurut

Prawirohardjono (Adisasmita, 2019:109) retribusi daerah merupakan pajak daerah sebagai

imbalan atas penggunaan atau penerimaan jasa untuk pekerjaan, bisnis atau properti

daerah, baik secara langsung maupun tidak langsung;

Retribusi daerah diselenggarakan sesuai dengan undang undang Nomor 28 Tahun

2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun

2001 tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah dan Undang- Undang Nomor 12 Tahun

2008 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, selanjutnya untuk pelaksanaannya di

setiap daerah, pungutan retribusi daerah diuraikan dalam bentuk peraturan daerah yang

mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang ada.

Beberapa pengertian yang terkait dengan Retribusi Daerah menurut UU No.

28 Tahun 2009 antara lain :

1. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atau jasa atau pemberian

izin tertentu yang diberikan dan / atau diberikan secara khusus oleh pemerintah daerah

untuk kepentingan perseorangan atau badan;

2. Retribusi perizinan tertentu adalah imbalan untuk kegiatan pemerintahan tertentu dalam
rangka pemberian izin kepada perseorangan atau badan yang ditujukan untuk
pengembangan, pengaturan, penguasaan dan pengawasan kegiatan dan pemanfaatan ruang,
pemanfaatan sumber daya alam, aset, prasarana, bangunan, atau bangunan tertentu dalam
rangka menjaga kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan

Dalam pennyelenggaraannya adapun ciri-ciri retribusi daerah adalah sebagai berikut


(Adisasmita, 2019:110):

1. Pungutan dilakukan oleh pemerintah daerah


2. Pengenaan pungutan bersifat imbal prestasi atas jasa yang diberikan pemerintah
daerah
3. Dikenakan kepada orang yang memanfaatkan jasa yang disediakan pemerintah
daerah
3. Hasil pengelolahan kekayaan yang dipisahkan
Kekayaan yang dipisahkan adalah salah satu komponen kekayaan negara yang

dikelola oleh badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah. Kekayaan negara

yang dipisahkan merupakan bagian dari PAD, yang antara lain berasal dari bagian laba

perusahaan daerah, bagian keuntungan lembaga keuangan perbankan, bagian keuntungan

penyertaan modal pada badan usaha lain.

4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, meliputi:


1) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
2) Jasa giro
3) Pendapatan bunga
4) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dan komisi, potongan,

ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan atau pengadaan barang atau jasa oleh

daerah.

2.6. Hubungan Kontribusi Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah.


Kontribusi dihitung dengan membandingkan antara besarnya pajak parkir terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD), pajak parkir dikatakan memiliki kontribusi besar apabila

memiliki hasil lebih 50% persen. Menurut Siahaan , Undang-undang Nomor 28 Tahun

2009, pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan,

baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai

suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor, sedangkan yang

dimaksud dengan parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara.

Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan yang diperoleh daerah dari

sumber-sumber wilayah tersendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah yang sesuai

dengan peraturan yang berlaku, Pendapatan Asli Daerah dapat berupa hasil pajak dan

retribusi daerah, salah satunya yang menjadi pajak daerah sebagai penerimaan Pendapatan

Asli Daerah yakni pajak parkir.

2.7. Kajian Pustaka

Setelah melakukan telaah beberapa penelitian, penulis menemukan sejumlah


penelitian yang meneliti tentang retribusi parkir. Berikut adalah tabel hasil penelitian
terdahulu
No Nama Penelitian Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. 1. Fitri Rosmala Dewi Analisis Pengelolaan Hasil penelitian
dkk, Keuangan Retribusi Parkir
menunjukkan bahwa:
Pegawai Negeri Sipil Di
1. Pengelolaan retribusi
Lingkup Pemerintahan
Kota Palu. Dimuat. Dalam parkir PNS masih belum
e- Jurnal Katalogis,
optimal dilaksanakan di
Volume 4 Nomor 6 , 2016
daerah ini, misalnya,
hlm 49-59 ISSN 2302-
2019 kurangnya sosialisasi dan

pengumuman publik.

Pelaporan dan

pemantauan biaya parkir

berjalan dengan baik

antara Dinas

Perhubungan dan Dinas

Pendapatan Keuangan
Daerah Kota Palu.

2. Efisiensi pengelolaan

parkir angkutan jalan

raya pada tahun 2012 dan

2013 menurut

perusahaan angkutan

tidak akan efektif pada

tahun 2014 dan 2015.

Penerimaan tepi jalan

sangat efisien.

3. Beberapa kendala dalam

memperoleh biaya parkir

karcis musiman khusus

bagi PNS adalah

kurangnya payung

hukum yang kuat dalam

pelaksanaan langkah-

langkah tersebut dan

kurangnya sosialisasi

kepada polisi hutan dan

pengguna taman.

2. Komang Sutami Analisis Pengelolaan Hasil penelitian


dkk Anggaran Retribusi Parkir
menunjukkan bahwa:
Kabupaten Buleleng.
1. Proses
Dimuat dalam e-Journal engelolaan
S1 Ak Universitas anggaran retribusi parkir
Pendidikan Ganesha Vol:
Kabupaten Buleleng
8 No: 2 Tahun 2017.
selalu dilaksanakan

melalui fungsi-fungsi

administratif, antara lain

proses perencanaan,

pengorganisasian,

pengerahan, dan

pemantauan.

2. Kendala utama dalam

penetapan anggaran

fasilitas parkir adalah

Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah yang

menyebutkan bahwa

dilarang parkir di jalan

raya, sehingga tidak

mungkin dilakukan

perubahan jumlah tempat

parkir dan luas lahan

parkir. anggaran biaya

parkir meningkat.

3. Delma Marlina Pengaturan Pengelolaan Hasil penelitian ini


Pasla Retribusi Parkir Sebagai menunjukkan bahwa :
Sumber Pendapatan Asli pengaturan pengelolaan
Kota Manado. Dimuat parkir dikota manado
dalam Jurnal Lex et sesuai dengan peraturan
Societatis, Vol. IV No. 8 daerah yang ada yaitu
Tahun 2016 Perda No 6 tahun 2000
tentang Tentang
Retribusi Tempat Khusus
Parkir dan Peraturan
Daerah Kota Manado No.
3 Tahun 2011 Tentang
Jasa Umum, namun
pendapatan dari dana
daerah tidak sebanding
dengan pendapatannya
sehari-hari. Hal tersebut
tercermin dari tidak
mungkin tercapai tujuan
pencapaian biaya parkir
di kota Manado dari
tahun ke tahun.
Pendapatan awal daerah
seharusnya meningkat
dari tahun ke tahun,
mengingat jumlah
kendaraan yang terus
meningkat di Kota
Manado dari tahun ke
tahun. Namun, ini tidak
sesuai dengan
pendapatan asli daerah
(PAD) dari retribusi
parkir.
4. Yulia Febrianti dkk Analisis Kualitas Penelitian ini
Pelayanan Retribusi Parkir
menunjukkan bahwa
Berlangganan (Studi di
Dinas Perhubungan perihal implementasi pelayanan
Parkir Berlangganan di parkir di wilayah
Kabupaten Sidoarjo).
Kabupaten Sidoarjo
Dimuat dalam Jurnal
Administrasi Publik (JAP), masih belum terlaksana
Vol. 1, No. 6, Hal. 1077- dengan baik, hak-hak
1085
pengguna parkir yang

tidak diminta secara

keseluruhan tidak

dihormati dan respon

terhadap pelayanan

parkir yang kurang

memuaskan

berkeyakinan bahwa

pelayanan parkir perlu

dioptimalkan. Layanan

parkir perlu ditujukan

untuk meningkatkan

PAD daripada

mengoptimalkan layanan

parker

5. Novelia Analisis Potensi Dan Studi ini menunjukkan


Malombeke, Efektivitas Pemungutan bahwa potensi pajak
Pajak Parkir Di Kabupaten
parkir dapat meningkat
Minahasa Utara. Dimuat
dalam Jurnal EMBA Vol.4 setiap tahun dan
No.1-2016, ISSN 2303- efisiensinya bervariasi.
1174 Hal.645-655
Namun dengan

banyaknya potensi yang

ada, terlihat cukup bagus

karena terus bertambah

setiap tahunnya.

Sebaiknya Dinas

Perhubungan

Komunikasi dan

Informatika (DISHUB)

di Kabupaten Minahasa

Utara harus melakukan

perhitungan ulang

terhadap penetapan target

pemungutan Pajak Parkir

agar sesuai dengan

potensi rill yang dimiliki.

6. Rahmawati Widya Analisis Kontribusi Penelitian ini


Putri Retribusi Parkir Terhadap menununjukkan bahwa
Pendapatan Asli Daerah kontribusi retribusi parkir
Kabupaten Malang. terhadap Pendapatan Asli
Dimuat dalam jurnal Daerah Kabupaten
JESP-Vol. 8, No 1-2016. Malang mengalami
ISSN (P) 2086-1575 E- fluktuasi. Pasalnya,
ISSN 2502-7115, hal.23- pencapaian pungutan
32. parkir yang dicapai
hanya ditujukan untuk
mencapai target, tanpa
memperhitungkan
pertumbuhan historis
pelaksanaan pungutan
parkir per tahun.

7. Boby Fandhi Putra Analisis Efektivitas Hasil penelitian ini


dkk Penerimaan Dan
menunjukkan bahwa
Kontribusi Retribusi
Daerah Terhadap efektivitas perolehan
Pendapatan Asli Daerah manfaat lokal melalui
(Studi Pada Dinas
bentuknya sebagian
Pengelola Keuangan
Daerah Kota Blitar). besar efektif antara tahun
Dimuat dalam Jurnal 2008 - 2012. Namun,
Administrasi Bisnis (JAB)
porsi retribusi daerah
Vol.10 No.1-2014.
dalam pendapatan asli

daerah kurang

mencukupi pada tahun-

tahun tersebut dan

program-program yang

dijalankan oleh

pemerintah masih belum

optimal. Hal ini


disebabkan kurangnya

kesadaran dan kepatuhan

masyarakat terhadap

kewajiban biaya

penggunaan saat

melakukan pembalasan,

serta kurangnya sumber

daya manusia atau

otoritas daerah yang

perlu dioptimalkan

seiring dengan

peningkatan pendapatan

asli daerah.

8. Yuli Dwi Astanti Determination of Penelitian ini


dkk Roadside Parking
menunjukkan bahwa
Retribution Contract
Value using Fuzzy Sugeno fasilitas parkir di Sleman

Method. Dimuat dalam merupakan salah satu


Jurnal Proceedings of the
sumber pendapatan asli
International Conference
of Business, Economy, daerah. Namun

Entrepreneurship and penerimaan retribusi


Management, Vol.1-2019
parkir belum optimal.
ISBN: 978-989-758-471-
8, hal 639-645. Besaran setoran retribusi

parkir pinggir jalan saat


ini ditentukan

berdasarkan kontrak yang

disetujui antara petugas

parkir dan pemerintah,

serta berdasarkan

pertimbangan hasil

survei potensi parkir oleh

pemerintah. Sistem

tersebut dinilai belum

mampu memaksimalkan

potensi pendapatan

daerah dari retribusi

parkir karena besaran

retribusi parkir tidak

ditentukan berdasarkan

peningkatan pendapatan

parkir.

Tabel 1.2. Hasil Penelitian Terdahulu


2.5 Kerangka Pemikiran

Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 14 tahun 2016 Tentang


Penyelenggaraan dan Retribusi Parkir

Permasalahan

 Rendahnya realisasi retribusi parkir dari target yang sudah ditetapkan

 Banyaknya titik-titik parkir yang belum dioptimalkan dengan baik

Pengelolaan
Retribusi Parkir
Oleh UPT Parkir
Dinas Perhubungan
Kota

Penerimaan Retribusi
Parkir

Peningkatan Pendapatan
Asli Daerah

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran(Sumber: Peneliti, 2022)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif

(Sugiyono, 2014:200). Penelitian ini digunakan dikarenakan untuk merincikan data secara

akurat, faktual dan sistematis tentang kejadian yang terdapat dilapangan. Dengan memakai

jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif bertujuan untuk mengkaji dan

memahami fakta tentang Pengelolaan Retribusi Parkir Dalam Peningkatan Pendapatan Asli

Kota Pekanbaru. Dalam hal ini dilakukan oleh UPT Pelayanan Parkir Dinas Perhubungan

Kota Pekanbaru selaku pelaksana teknis daerah yang mengelola jasa parkir.

3.2. Lokasi Dan Jadwal Penelitian

3.2.1. Lokasi

Penelitian ini bertempat di UPT Pelayanan Parkir Dinas Perhubungan Kota

Pekanbaru. Selain itu juga peneliti melakukan penelitian di beberapa titik-titik parkir di

Kecamatan Sukajadi dan Kecamatan Marpoyan yang ada di Kota Pekanbaru. Lokasi
tersebut dipilih karena mempunyai seluruh aspek pendukung supaya penelitian bisa

dilaksanakan sebaik mungkin.

3.3. Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif istilah yang digunakan bukanlah populasi, tetapi oleh

Spradley (Sugiyono, 2014: 215), dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang

terdiri dari tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang

saling berkaitan. Adapun data-data yang menjadi sumber dalam penelitian ini terbagi

menjadi data primer dan data sekunder sebagai berikut:

1. Data Primer

Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Data ini juga merupakan data yang belum pernah

ada sebelumnya.

2. Data Sekunder

Data ini dikumpulkan oleh orang lain, bukan ilmuwan. Informasi ini sering diperoleh dari

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh lembaga atau organisasi.

Adapun sumber data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Informan, sebagai sumber data ucapan dan aksi dari informan yang diwawancara dan

diamati sebagai dasar utama dalam penelitian ini.

Tabel 3.1 Data Informan

No Nama Jabatan

1 Fathullah Ketua Komisi II DPRD Kota Pekanbaru

2. Radinal Munandar, S.STP Kepala UPT Pelayanan Parkir

3. Handoyo Petugas Pemungut Parkir

4. PT Yabisa
5. Hendrawan Petugas Parkir

6. Agus Petugas Parkir


(Sumber : Survei lapangan Peneliti, 2022)

2. Dokumen, sebagai sumber data digunakan dalam penelitian dokumen sebagai sumber data

yang ingin dikaji dapat dimanfaatkan dan digunakan untuk menafsirkan, meramalkan,

bahkan sebagai alat menguji.

3. Tempat dan peristiwa, sumber data ini merupakan tambahan yang dijalankan lewat proses

observasi langsung terhadap tempat dan peristiwa yang berhubungan dengan Pengelolaan

Retribusi Parkir Dalam Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Pekanbaru.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Gunawan ( 2018:141), terdapat tiga macam cara yang digunakan dalam

pengumpulan data secara umum, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi, yaitu:

1. Observasi, adalah suatu kegiatan yang dalam hal ini peneliti melakukan observasi dengan

melihat dan memantau secara langsung dilapangan.

2. Wawancara adalah perbincangan atau pertemuan untuk bertukar pengetahuan, ide dan

informasi melalui tanya jawab yang dilakukan dua orang, agar dapat dikonstruksikan

dalam suatu pembicaraan topik tertentu. Adapun wawancara yang peneliti lakukan dengan

tokoh-tokoh yang berkaitan dengan penelitiannya.

3. Dokumentasi, yaitu catatan atau tulisan peristiwa yang masa lalu. Dokumen dapat berupa

gambar, lisan, atau karya seni monumental dari individu atau kelompok, sebagai bahan

penambah dalam penelitian. Peneliti dalam hal ini memakai buku-buku yang menyokong

dalam penelitian.

3.5. Metode Analisis Data


Menurut pendapat Miles dan Huberman (Sugiyono, 2018: 246-247), bahwa kegiatan

dalam analisis data kualitatif dilakukan secara berkelanjutan sampai tuntas, sehingga

datanya menjadi jenuh. Kegiatan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Menyebarkan berarti meringkas, memilih hal terpenting, memfokuskan pada hal

terpenting, dan mencari objek dan gambar. Oleh karena itu, data yang berkurang

memberikan gambaran yang lebih detail dan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan

dan mungkin mencari lebih banyak data.

2. Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, data dapat disajikan dalam bentuk penjelasan singkat, diagram,

hubungan kelas, dan diagram blok. Teks naratif paling banyak digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif.

3. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan/Verifikasi)

Hasil penelitian kualitatif merupakan penemuan baru yang belum pernah ada sebelumnya.

Hasilnya bisa berupa uraian atau uraian tentang objek yang sebelumnya kabur, sehingga

setelah diteliti menjadi jelas, berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Daftar Pustaka
Abdul Wahab, Solichin. 2008. Analisis Kebijaksanaan :Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan
Negara. Cetakan Keenam. Jakarta: Bumi Aksara.
Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan Publik. Edisi Revisi Cetakan Ketiga. Jakarta: Suara Bebas.
Ahmad Yani. 2004. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Anne Ahira. (2012). Pengertian Kontribusi. Diambil tanggal 22 Maret 2014 pukul
B. Milles, Matthew dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2010. Samarinda Dalam Angka 2010. Samarinda: BPS.
Halim, Abdul., 2004, Manajemen Keuangan Daerah, Edisi Revisi, Yogyakarta :UPP AMP YKPN Bunga
Rampal.
Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaruan
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991
Marihot.2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Bandung : Raja grafindo Persada
Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta
Ratminto dan Winarsih, Atik Septi. 2005. Manajemen Pelayanan. Pengembangan model konseptual,
penerapan citizen carter dan standar pelayanan minimal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Siahaan, Mariot P. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah, Jogyakarta : Raja Gravindo Persada.
Sinambela, Lijan Poltak. 2006. Reformasi Pelayanan Publik, Teori, Kebijakan, dan Implementasi. Jakarta:
Bumi Aksara
Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Soenarko. 2000. Public Policy: Pengertian Pokok Untuk Memahami Analisa Kebijaksanaan Pemerintah.
Surabaya: Airlangga University Press
Sutopo, Indrawijaya, A. Ibrahim. 2001. Dasar-Dasar Administrasi Publik. Jakarta: LAN
Wirawan, GW. 2011. Manajemen Perencanaan Pembangunan. Jakarta: Insight consulting press. eJournal
Administrasi Negara, Volume 3, Nomor 1, 2015 : 35-46 46
Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai