PROPOSAL
IKA PERTIWI
180301081
PENDAHULUAN
Parkir merupakan salah satu masalah utama yang muncul dikarenakan meningkatnya
lalu lintas jalan dan dampak dari pembangunan sarana transportasi yang terus meningkat.
untuk ruang parkir terutama di daerah-daerah seperti kawasan pusat bisnis yang berdampak
terhadap pilihan parkir. Parkir di sebagian besar perkotaan sudah menjadi sumber konflik
dan inefisiensi. Hal ini membutuhkan tindakan segera untuk mengatasi masalah tersendiri.
Dalam implikasi nya masih terdapat banyak masalah dan kendala dalam penerapan
parkir yang sesuai dengan SOP yang di tentukan oleh Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru,
juru parkir liar adalah salah satu penyebab terjadinya permasalahan yang terjadi yang
diindikasikan menjadi penyebab tidak dapat terealisasinya antara target dan realisasi
anggaran dalam pendapatan parkir di Kota Pekanbaru. Pentingnya parkir dalam kebijakan
transportasi sering diremehkan. Namun faktanya menemukan tempat untuk parkir yang
potensial adalah paling penting daripada keprihatinan atas kurangnya ruang jalan yang
tersedia untuk menampung mobil (Valleley dan Garland,1997). Analisis potensi parkir di
daerah. Titik parkir dapat menentukan besaran target retribusi parkir. Kapasitas ruang
parkir di Kota Pekanbaru belum dipetakan secara keseluruhan yang bisa dijadikan
perhitungan berapa jumlah kapasitas dan titik parkir sehingga dapat dihitung potensi telah
mengharuskan adanya perubahan untuk lebih memberikan pelayanan yang lebih baik
kepada masyarakat dan berinovasi dalam mencari berbagai sumber pemasukan yang
Penerimaan terbesar daerah yang berasal dari wilayahnya itu sendiri salah satunya
ialah pendapatan asli daerah (PAD). Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang
potensi anggaran dalam penyelenggaraan otonomi daerah yang merupakan bentuk dari
desentralisasi. Sumber pemasukan daerah yang memiliki nilai yang cukup tinggi adalah
pajak retribusi daerah dan pajak daerah. Berlandaskan Pasal 1 (64) Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dijelaskan bahwa
Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa, pelayanan atau
pemberian izin tertentu yang secara khusus diberikan dan / atau difasilitasi oleh pemerintah
menjadi suatu andalan pendapatan asli daerah. Adapun beberapa kelebihan retribusi
sebagai pemasukan pendapatan asli daerah bila dibedakan dengan sumber pendapatan
daerah yang lainnya ialah pelayanan yang dijalankan dari retribusi bisa dipungut secara
pelayanan yang difasilitasi oleh pemerintah daerah (Pasla, 2016:13). Retribusi daerah juga
menjadi dasar dari penerimaan daerah, yang fungsinya sebagai pendorong dalam menabah
pendapatan asli daerah. Adapun salah satu komponen dari retribusi daerah sebagai sumber
Retribusi parkir merupakan salah satu potensi yang dikelola untuk dijadikan sumber
penerimaan daerah yang berasal dari dalam wilayahnya. Hal tersebut menjadi tolak ukur
dalam menilai tingkat pendapatan asli daerah yang diperoleh wilayah tersebut. Hasil dari
pendapatan tersebut akan dialokasikan untuk pembangunan wilayah itu sendiri, khususnya
dalam membangun fasilitas dan sarana perbaikan lahan parkir yang berdampak pada
tatakelola dalam pelaksanaan parkir berjalan dengan baik dan tidak mengganggu pengguna
jalan lainnya. Retribusi parkir secara umum merupakan pungutan sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin parkir yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah
Kontribusi Retribusi Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Malang, yang
Pekanbaru yang salah satu sumber pendapatannya berasal dari retribusi yang sangat
dan penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu sumber penerimaan retribusi ialah retribusi
parkir di kota Pekanbaru. Banyaknya penduduk dan kendaraan yang ada di kota Pekanbaru
setiap harinya, sudah semestinya harus disertai dengan jumlah titik parkir yang ada, karena
setiap kendaraan bermotor yang digunakan masyarakat sudah pasti akan berhenti di tempat
tertentu. Untuk itu pemerintah nantinya akan menjadi aktor penting dan aktif dalam
tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum, semoga pemerintah daerah mampu memberi
parkir telah aktifkan 625 titik parkir jalan umum. Melihat banyaknya area parkir tersebut
semestinya pendapatan yang didapatkan dari retribusi parkir dapat lebih ditingkatkan dari
pendapatan yang sudah direalisai sejauh ini.
Namun terhadap realisasinya pendapatan dari retribusi parkir dapat dikatakan masih
berada dibawah target yang ditetapkan. Adapun penerimaan dari retribusi parkir yang
Dapat dikatakan dari tabel realisai penerimaan diatas bahwa retribusi parkir di Kota
Pekanbaru belum mencapai target yang ditetapkan. Permasalahan pungutan retribusi parkir
mulai dari tahun 2017 sampai 2019 mengalami penurunan dikarenakan target yang
menurun. Hal ini menjadi problematika yang dihadapi dengan belum optimalnya
penerimaan retribusi parkir yang merupakan komponen dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD).
perhatian yang serius, dengan banyaknya penerimaan retribusi parkir yang belum terkelola
dengan optimal dan adanya oknum yang tidak bertanggungjawab mengambil keuntungan
dari situasi ini. Keadaan tersebut semestinya mendapatkan perhatian yang harus lebih
serius dari pemerintah kota Pekanbaru yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Dinas
Perhubungan Kota Pekanbaru selaku pihak yang mengelola perparkiran, sehingga
pendapatan dari retribusi parkir dapat lebih dioptimalkan dan sejalan dengan potensi yang
ada.
Pajak Daerah (PAD) Kota Pekanbaru pada triwulan pertama tahun 2019 baaru
menyentuh angka 17.36% atau kurang lebih Rp94 miliar dari target PAD sebesar Rp541
miliar. Dari data yang dihimpun oleh Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota
Pekanbaru, pendapatan pajak daerah Kota Pekanbaru di triwulan pertama di tahun 2019
terhitung tanggal 13 April 2019 masih jauh dari target pendapatan daerah yakni hanya
mencapai 17.36%.
mengenai penyediaan atas jasa parkir yang nantinya bias digunakan untuk masyarakat
yang memakai jasa tersebut. Dalam pengelolaannya Dinas tersebut memiliki banyak unsur
pelaksana teknis, salah satunya Unit Pelakasana Teknis (UPT) pada bagian pengelolaan
parkir. UPT parkir merupakan unsur pelaksana tugas teknis yang membidangi pengelolaan
pegawai sebagai sumber daya manusia untuk menjalankan tugasnya sebagai para
pelaksana. Khususnya pengelolaan retribusi parkir di kota Pekanbaru agar penerimaan dari
segi ini lebih optimal dan dapat menambahkan jumlah Pendapatan Asli Daerah, yang hal
ini dilaksanakan oleh UPT Pelayan Parkir Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru selaku
pelaksana teknis daerah. Selain itu, peran dari kepala dinas sangat diperlukan guna untuk
Berdasarkan masalah yang diuraikan di atas tadi, penulis menganggap hal ini perlu
untuk diteliti agar pengelolaan retribusi parkir dapat dibenahi dan diperbaiki kekurangan
yang ada agar mampu meningkatkan penerimaan daerah, sehingga penulis tertarik untuk
PEKANBARU”
Berdasarkan uraian yang sudah penulis paparkan di atas, maka rumusan masalah
1. Bagaimana penerapan SOP pada bidang parkir di Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru?
2. Bagaimana Pengelolaan Retribusi Parkir oleh Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru Dalam
3. Seberapa besar kontribusi yang diberikan Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru melalui
1. Untuk mengetahui penerapan SOP pada bidang parkir di Dinas Perhubungan Kota
Pekanbaru
2. Untuk mengetahui Pengelolaan Retribusi Parkir oleh Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru
3. Untuk mengetahui kontribusi yang diberikan Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru melalui
1. Manfaat Teoritis
peneliti dan pengembangan keilmuan mengenai Program Ilmu Sosial dan Humaniora,
dalam Program Studi Administrasi Negara khususnya mata kuliah Pelayanan Publik,
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa dan para peneliti yang akan
melanjutkan penelitian ini lebih mendalam dan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi
dalam studi kepustakaan tentang pengelolaan retribusi parkir yang ada di kota Pekanbaru.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak UPT Pelayanan Parkir Dinas
Perhubungan Kota Pekanbaru selaku pelaksana teknis dalam pelayanan parkir dan menjadi
bahan masukan dan pertimbangan mengenai proses pelaksanaan serta pengelolaan retribusi
parkir kota Pekanbaru yang ditinjau dari berbagai indicator seperti, jumlah titik parkir yang
bisa lebih dioptimalkan dan evaluasi mengenai faktor penghambat untuk meningkatkan
Untuk mempermudah mempelajari dan memahami karya tulis ilmiah ini, maka berikut akan
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
pembahasan.
Dalam bab ini diuraikan mengenai teori-teori yang mendasari penelitian ini, yaitu
parkir
Tentang metodologi penelitian yang meliputi jenis dan pendekatan penelitian, sumber
data, teknik pengumpulan data, metode analisa data, tempat dan waktu
Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, terdiri
dari analisis data dan pembahasan untuk masing-masing pertanyaan dalam rumusan
masalah.
Bab V : Penutup
Dalam bab ini diuraikan mengenai yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
organisasi sektor publik khususnya di Indonesia, misalnya: Akbar et al. 2012; Wijaya dan
Akbar 2013; Sofyani dan Akbar 2015, 2013; Manafe dan Akbar 2014; Primarisanti dan
Akbar 2015; Akbar et al. 2015; Ahyaruddin 2015; dan Ahyaruddin dan Akbar 2016, 2018).
dimana sebuah organisasi mengadopsi sesuatu yang sesuai (conformity) dengan kode etik
budaya yang kemudian mengarah pada legitimasi dan dukungan dari organisasi eksternal
(Dimaggio dan Powell 1983; Ahyaruddin dan Akbar 2016, 2018). Dalam teori ini, suatu
menunjukkan adanya keragaman yang cukup besar (Dimaggio dan Powell 1983). Istilah
isomorfisma kompetitif yang terkait dengan efisiensi (penjelasan teknis atau ekonomis)
serta isomorfisma institusional yang berkembang sesuai dengan tiga mekanisme, yaitu
koersif, mimetik, dan normatif. Dalam konsep isomorfisma kompetitif, dikatakan bahwa
ketika ada suatu cara yang lebih murah, lebih baik, atau lebih efisien dalam melakukan
sesuatu, kekuatan kompetitif mendorong organisasi untuk menuju ke arah pendekatan baru
tersebut. Sementara itu, dalam konsep isomorfisma institusional, pengaruh institusional
tersebar melalui area organisasi yang disebut dengan medan organisasi, yang berarti bahwa
ketergantungan peraturan, dan organisasi lain yang menyediakan layanan dan produk
serupa (Erro dan Sánchez 2012). Isomorfisma struktural digambarkan sebagai sebuah
konsekuensi penting dari proses kompetitif dan institusional. Akibatnya, organisasi tidak
bersaing untuk mendapatkan sumber daya atau pelanggan tetapi untuk mendapatkan
kekuasaan dan legitimasi, selain untuk kesejahteraan sosial dan hasil ekonomi (Dimaggio
dan Powell 1983; Erro dan Sánchez 2012; Akbar et al. 2012; Ahyaruddin dan Akbar 2016,
2018).
Pengelolaan merupakan salah satu istilah yang dipakai dalam ilmu manajemen.
Secara etimologi pengelolaan berasal dari kata “kelola” (to manage) dan biasanya merujuk
pada proses mengurus atau menangani sesuatu untuk mencapai tujuan. Beberapa ahli telah
sumber daya yang menurut suatu perencana diperlukan untuk penyelesaian suatu
tujuan tertentu.
manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai
suatu tujuan.
Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Balderton yang menjelaskan hal
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa istilah pengelolaan memiliki pengertian yang
manajemen karena didalamnya harus diperhatikan mengenai proses kerja yang baik,
parkir. Pengertian parkir sendiri adalah menaruh kendaraan bermotor untuk beberapa
saat di tempat yang sudah disediakan.73 Parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau
fasiltas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian kendaraan
yang tidak bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu.
di tepi jalan umum, gedung, pelataran atau bangunan umum. Tempat parkir umum
adalah tempat yang berada di tepi jalan atau halaman pertokoan yang tidak
bertentangan dengan rambu-rambu lalu lintas dan tempat-tempat lain yang sejenis yang
diperbolehkan untuk tempat parkir umum dan dipergunakan untuk menaruh kendaraan
bermotor dan/atau tidak bermotor yang tidak bersifat sementara. Terdapat empat jenis
parkir, yaitu :
1. Parkir di ruang milik jalan (on-street). Sesuai namanya, adalah ruang parkir
pada jalan umum meskipun hal ini menjadi kabur apabila jalan, atau milik jalan
seringkali mengambil ruang, baik secara legal maupun tidak, yang sebenarnya
2. Parkir umum di luar ruang milik jalan (public off-street). Parkir mobil tidak di
ketentuan berlaku (misal: waktu parkir maksimum (dalam satuan jam), atau
(PNR) off-street). Parkir jenis ini adalah yang umum dijumpai di dalam suatu
bangunan gedung atau tata guna lahan. Contohnya adalah parkir dalam pusat
terkait dengan gedung tersebut yang dapat menggunakan ruang parkir tersebut,
dan pemilik gedung dapat mengendalikan hal ini dalam batas ketentuan hukum
yang berlaku. 4) Parkir pribadi dalam permukiman (private residential parking).
Jenis ini biasa ditemui dalam gedung yang terkait dengan perumahan atau
rumah susun. Secara teoritis, hanya penghuni yang dapat menggunakan parkir
diinginkan.
Retribusi parkir adalah retribusi daerah sebagai pembayaran atas jasa pelayanan
parkir. dalam Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 14 Tahun 2016 Tentang
Penyelenggaran dan Retribusi Parkir. Ada beberapa pengertian yang disebutkan dalam
peraturan tersebut tentang pelayanan parkir, yang perlu dijelaskan maksud dari peraturan
daerah tersebut:
1. Retribusi parkir adalah pembayaran atas penggunaan tempat parkir yang diselenggarakan
oleh daerah.
2. Retribusi parkir ditepi jalan umum adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas
pelayanan parkir di ruang milik jalan yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan perorangan atau badan.
3. Retribusi tempat khusus parkir adalah pungutan daerah untuk biaya jasa atas pelayanan
parkir di luar ruang milik jalan yang disediakan/dikelola oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan perseorangan atau badan.
6. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya singkat SKRDLB adalah
surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena
jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya
terutang.
7. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti
pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir
atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas Daerah melalui tempat pembayaran yang oleh
Kepala Daerah.
Menurut Kunarjo (2018: 227) Pendapatan Asli Daerah adalah Pendapatan daerah
dari pajak daerah, pajak daerah, perusahaan daerah dan perusahaan daerah lainnya.
1. Pajak daerah
Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah sumbangan wajib kepada daerah
yang dibayarkan oleh perseorangan atau badan hukum yang bersifat paksaan menurut
undang-undang tanpa mendapat imbalan langsung dan digunakan untuk kebutuhan daerah
2. Retribusi daerah
Retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah untuk
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang diberikan khusus oleh pemerintah
daerah untuk kepentingan perorangan atau badan. Sumber pendapatan daerah yang
berperan penting salah satunya adalah retribusi daerah. Secara umum, retribusi daerah
imbalan atas penggunaan atau penerimaan jasa untuk pekerjaan, bisnis atau properti
2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun
2001 tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah dan Undang- Undang Nomor 12 Tahun
setiap daerah, pungutan retribusi daerah diuraikan dalam bentuk peraturan daerah yang
1. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atau jasa atau pemberian
izin tertentu yang diberikan dan / atau diberikan secara khusus oleh pemerintah daerah
2. Retribusi perizinan tertentu adalah imbalan untuk kegiatan pemerintahan tertentu dalam
rangka pemberian izin kepada perseorangan atau badan yang ditujukan untuk
pengembangan, pengaturan, penguasaan dan pengawasan kegiatan dan pemanfaatan ruang,
pemanfaatan sumber daya alam, aset, prasarana, bangunan, atau bangunan tertentu dalam
rangka menjaga kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan
dikelola oleh badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah. Kekayaan negara
yang dipisahkan merupakan bagian dari PAD, yang antara lain berasal dari bagian laba
ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan atau pengadaan barang atau jasa oleh
daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD), pajak parkir dikatakan memiliki kontribusi besar apabila
memiliki hasil lebih 50% persen. Menurut Siahaan , Undang-undang Nomor 28 Tahun
2009, pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan,
baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai
suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor, sedangkan yang
dimaksud dengan parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara.
sumber-sumber wilayah tersendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah yang sesuai
dengan peraturan yang berlaku, Pendapatan Asli Daerah dapat berupa hasil pajak dan
retribusi daerah, salah satunya yang menjadi pajak daerah sebagai penerimaan Pendapatan
pengumuman publik.
Pelaporan dan
antara Dinas
Pendapatan Keuangan
Daerah Kota Palu.
2. Efisiensi pengelolaan
2013 menurut
perusahaan angkutan
sangat efisien.
kurangnya payung
pelaksanaan langkah-
kurangnya sosialisasi
pengguna taman.
melalui fungsi-fungsi
proses perencanaan,
pengorganisasian,
pengerahan, dan
pemantauan.
penetapan anggaran
Undang-Undang Nomor
menyebutkan bahwa
mungkin dilakukan
parkir meningkat.
keseluruhan tidak
terhadap pelayanan
memuaskan
berkeyakinan bahwa
dioptimalkan. Layanan
untuk meningkatkan
PAD daripada
mengoptimalkan layanan
parker
setiap tahunnya.
Sebaiknya Dinas
Perhubungan
Komunikasi dan
Informatika (DISHUB)
di Kabupaten Minahasa
perhitungan ulang
daerah kurang
program-program yang
dijalankan oleh
masyarakat terhadap
kewajiban biaya
penggunaan saat
melakukan pembalasan,
perlu dioptimalkan
seiring dengan
peningkatan pendapatan
asli daerah.
serta berdasarkan
pertimbangan hasil
pemerintah. Sistem
mampu memaksimalkan
potensi pendapatan
ditentukan berdasarkan
peningkatan pendapatan
parkir.
Permasalahan
Pengelolaan
Retribusi Parkir
Oleh UPT Parkir
Dinas Perhubungan
Kota
Penerimaan Retribusi
Parkir
Peningkatan Pendapatan
Asli Daerah
METODE PENELITIAN
(Sugiyono, 2014:200). Penelitian ini digunakan dikarenakan untuk merincikan data secara
akurat, faktual dan sistematis tentang kejadian yang terdapat dilapangan. Dengan memakai
jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif bertujuan untuk mengkaji dan
memahami fakta tentang Pengelolaan Retribusi Parkir Dalam Peningkatan Pendapatan Asli
Kota Pekanbaru. Dalam hal ini dilakukan oleh UPT Pelayanan Parkir Dinas Perhubungan
Kota Pekanbaru selaku pelaksana teknis daerah yang mengelola jasa parkir.
3.2.1. Lokasi
Pekanbaru. Selain itu juga peneliti melakukan penelitian di beberapa titik-titik parkir di
Kecamatan Sukajadi dan Kecamatan Marpoyan yang ada di Kota Pekanbaru. Lokasi
tersebut dipilih karena mempunyai seluruh aspek pendukung supaya penelitian bisa
Dalam penelitian kualitatif istilah yang digunakan bukanlah populasi, tetapi oleh
Spradley (Sugiyono, 2014: 215), dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang
terdiri dari tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang
saling berkaitan. Adapun data-data yang menjadi sumber dalam penelitian ini terbagi
1. Data Primer
Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Data ini juga merupakan data yang belum pernah
ada sebelumnya.
2. Data Sekunder
Data ini dikumpulkan oleh orang lain, bukan ilmuwan. Informasi ini sering diperoleh dari
Adapun sumber data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Informan, sebagai sumber data ucapan dan aksi dari informan yang diwawancara dan
No Nama Jabatan
4. PT Yabisa
5. Hendrawan Petugas Parkir
2. Dokumen, sebagai sumber data digunakan dalam penelitian dokumen sebagai sumber data
yang ingin dikaji dapat dimanfaatkan dan digunakan untuk menafsirkan, meramalkan,
3. Tempat dan peristiwa, sumber data ini merupakan tambahan yang dijalankan lewat proses
observasi langsung terhadap tempat dan peristiwa yang berhubungan dengan Pengelolaan
Menurut Gunawan ( 2018:141), terdapat tiga macam cara yang digunakan dalam
pengumpulan data secara umum, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi, yaitu:
1. Observasi, adalah suatu kegiatan yang dalam hal ini peneliti melakukan observasi dengan
2. Wawancara adalah perbincangan atau pertemuan untuk bertukar pengetahuan, ide dan
informasi melalui tanya jawab yang dilakukan dua orang, agar dapat dikonstruksikan
dalam suatu pembicaraan topik tertentu. Adapun wawancara yang peneliti lakukan dengan
3. Dokumentasi, yaitu catatan atau tulisan peristiwa yang masa lalu. Dokumen dapat berupa
gambar, lisan, atau karya seni monumental dari individu atau kelompok, sebagai bahan
penambah dalam penelitian. Peneliti dalam hal ini memakai buku-buku yang menyokong
dalam penelitian.
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara berkelanjutan sampai tuntas, sehingga
datanya menjadi jenuh. Kegiatan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
terpenting, dan mencari objek dan gambar. Oleh karena itu, data yang berkurang
memberikan gambaran yang lebih detail dan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan
Dalam penelitian kualitatif, data dapat disajikan dalam bentuk penjelasan singkat, diagram,
hubungan kelas, dan diagram blok. Teks naratif paling banyak digunakan untuk
Hasil penelitian kualitatif merupakan penemuan baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Hasilnya bisa berupa uraian atau uraian tentang objek yang sebelumnya kabur, sehingga
setelah diteliti menjadi jelas, berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Daftar Pustaka
Abdul Wahab, Solichin. 2008. Analisis Kebijaksanaan :Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan
Negara. Cetakan Keenam. Jakarta: Bumi Aksara.
Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan Publik. Edisi Revisi Cetakan Ketiga. Jakarta: Suara Bebas.
Ahmad Yani. 2004. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Anne Ahira. (2012). Pengertian Kontribusi. Diambil tanggal 22 Maret 2014 pukul
B. Milles, Matthew dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2010. Samarinda Dalam Angka 2010. Samarinda: BPS.
Halim, Abdul., 2004, Manajemen Keuangan Daerah, Edisi Revisi, Yogyakarta :UPP AMP YKPN Bunga
Rampal.
Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaruan
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991
Marihot.2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Bandung : Raja grafindo Persada
Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta
Ratminto dan Winarsih, Atik Septi. 2005. Manajemen Pelayanan. Pengembangan model konseptual,
penerapan citizen carter dan standar pelayanan minimal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Siahaan, Mariot P. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah, Jogyakarta : Raja Gravindo Persada.
Sinambela, Lijan Poltak. 2006. Reformasi Pelayanan Publik, Teori, Kebijakan, dan Implementasi. Jakarta:
Bumi Aksara
Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Soenarko. 2000. Public Policy: Pengertian Pokok Untuk Memahami Analisa Kebijaksanaan Pemerintah.
Surabaya: Airlangga University Press
Sutopo, Indrawijaya, A. Ibrahim. 2001. Dasar-Dasar Administrasi Publik. Jakarta: LAN
Wirawan, GW. 2011. Manajemen Perencanaan Pembangunan. Jakarta: Insight consulting press. eJournal
Administrasi Negara, Volume 3, Nomor 1, 2015 : 35-46 46
Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo.