Anda di halaman 1dari 14

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN

UMUM BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 15 TAHUN


2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DALAM
UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA KUPANG

Maria Adventya Parnes Jani

Fakultas Hukum, Universitas Nusa Cendana, Kota Kupang, Indonesia

Email: janiasni@gmail.com

Abstrak

Maria Adventya Parnes Jani. Efektivitas Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Parkir di Tepi Jalan
Umum Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan
Parkir di Tepi Jalan Umum dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Kupang. Dibimbing
oleh: Saryono Yohanes sebagai Pembimbing I dan Rafael Rape Tupen sebagai Pembimbing II.
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui dan menganalisis efektivitas pelaksanaan
pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum berdasarkan peraturan daerah tentang retribusi pelayanan
parkir di tepi jalan umum dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Kupang dan (2) Untuk
mengetahui dan mendeskripsikan faktor-faktor penghambat efektivitas pelaksanaan pemungutan retribusi
parkir di tepi jalan umum berdasarkan peraturan daerah tentang retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum
dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Kupang. Penelitian ini merupakan penelitian hukum
yang bersifat empiris di mana datanya diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian dan menggunakan
analisis secara yuridis deskriptif kualitatif sesuai dengan data yang diperoleh dengan tetap memperhatikan
teori, asas, dan kaidah hukum. Pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara terhadap 18
narasumber.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di tepi jalan
umum berdasarkan Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan
Parkir di Tepi Jalan Umum dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Kupang belum efektif
dan (2) Faktor yang menghambat efektivitas pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan Parkir di
Tepi Jalan Umum dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Kupang yaitu faktor pelaksana
hukum, faktor sarana atau fasilitas, dan faktor kesadaran hukum masyarakat.

Kata Kunci: Efektivitas, Pemungutan, Retribusi Parkir Tepi Jalan Umum, Faktor Penghambat.

Latar Belakang Masalah

Melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, daerah diberikan kewenangan untuk melakukan pemungutan kepada masyarakat berupa
pajak daerah dan retribusi daerah, dengan membentuk Peraturan Daerah sebagai dasar pemungutannya. Hal
tersebut juga merupaan implementasi Pasal 23A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
2

1945 yang menegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak dan pungutan lain yang
bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang, sehingga pemungutan atas pajak
daerah dan retribusi daerah harus didasarkan pada undang-undang.1

Retribusi daerah sebagai salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah juga merupakan
faktor yang dominan peranannya dan kontribusinya untuk menunjang pemerintahan daerah. Salah satu jenis
retribusi tersebut adalah retribusi parkir di tepi jalan umum. Meskipun bukan penerimaan retribusi yang
utama, namun retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum memiliki peranan yang cukup penting, yakni
sebagai salah satu penyumbang dalam penerimaan retribusi daerah.2

Parkir merupakan keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara karena
ditinggalkan oleh pengemudinya, dan secara hukum tentu terdapat larangan untuk parkir di tengah jalan raya
atau parkir di sembarang tempat, namun diperbolehkan untuk parkir di sisi jalan atau parkir di tepi jalan
dengan ketentuan dari pemerintah. Kota Kupang sebagai ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
berpotensi memperoleh pendapatan asli daerah yang besar karena Kota Kupang adalah salah satu kota yang
cukup tersohor dengan perkembangan saat ini yang semakin pesat dengan objek wisata yang ditawarkan
seperti wisata hiburan, wisata kuliner, dan wisata belanja. Hal ini juga disertai dengan perluasan lahan parkir
dengan bertambahnya tempat perbelanjaan atau toko atau bangunan, taman bahkan café yang ada di Kota
Kupang setiap tahunnya. Tentunya hal ini diharapkan dapat mendatangkan pendapatan yang besar terhadap
penerimaan dari sektor pajak dan retribusi parkir apabila semua kendaraan terpungut.

Tiap pengguna jasa parkir di tepi jalan umum akan dikenakan biaya parkir. Keuntungan dari jasa
parkir ini juga akan semakin meningkat seiring dengan jumlah kendaraan yang makin meningkat. Dengan
kata lain peningkatan jumlah kendaraan bermotor akan banyak berdampak bagi lalu lintas dan juga
berdampak pada pemasukan pemerintah. Di luar dari pemasukan daerah, pemerintah juga semakin ditantang
dengan peningkatan jumlah kendaaan bermotor yang tiap tahunnya semakin meningkat dalam bentuk
pembuatan kebijakan yang inovatif dan juga pelayanan yang baik dalam menyediakan lahan parkir. Maka
dari itu, peran pemerintah sangatlah penting dalam menanggapi siatuasi ini agar bisa berdampak positif bagi
perkembangan dan pembangunan daerah.

Guna mengoptimalkan pendapatan dari tarif parkir adalah dengan mengawasi proses dari pada
retribusi parkir itu apakah sudah berjalan sesuai dengan Peraturan Daerah yang berlaku. Kota Kupang adalah
kota berkembang yang tentu saja berdampak pada semakin banyaknya kendaraan sehingga kurangnya
kesadaran masyarakat serta kurangnya perhatian dari pemerintah menyebabkan banyaknya parkir tidak resmi
di berbagai tempat.

Kesadaran masyarakat yang kurang dengan parkir sembarangan menjadi salah satu faktor penyebab
kemacetan di Kota Kupang. Hal ini menjadi kesempatan bagi para juru parkir tidak resmi untuk mengambil

1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Penjelasan.
2 http://e-journal.uajy.ac.id/5043/2/1HK09802 diakses pada tanggal 22 September 2022, Pukul 23:55 Wita
3

keuntungan dari hal ini. Adanya oknum yang tidak bertanggung jawab dan berusaha memanfaatkan demi
kepentingan pribadi itulah yang menyebabkan adanya parkir tidak resmi.

Di Kota Kupang, pelaksanaan pemungutan retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum menurut
pengamatan saya sejauh ini kurang terlaksana dengan baik. Misalnya ketentuan dalam Perda setiap orang
yang memarkir motor di pinggir jalan harus membayar retribusi Rp.1.000 tetapi kenyataannya banyak orang
tidak membayar ketika dia memarkir. Kemudian pihak petugas parkir tidak menggunakan atribut dan tidak
memberikan karcis kepada pemilik motor sesuai aturan. Ciri-ciri petugas parkir resmi adalah memakai atribut
(rompi) parkir dan tanda pengenal. Petugas parkir tidak resmi bisa menyalahgunakan nama pemerintah,
sehingga realisasinya yang terjadi di lapangan saat ini belum sesuai dengan apa yang tercantum dalam
peraturan yang ada saat ini dan belum berjalan terlalu efektif.

Peran lebih dari pemerintah dalam meningkatkan retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum
harus ditingkatkan agar kinerja pemungutan retribusi dapat berjalan efektif. Upaya yang harus dilakukan
pemerintah yaitu mengawasi kegiatan pendaftaran petugas pemungut dan kegiatan pemungutan retribusi
parkir agar tidak ada kecurangan oleh pihak pemungut sehingga akan menurunkan penerimaan retribusi
parkir di tepi jalan umum. Selain itu kesadaran dari pihak masyarakat juga harus diperhatikan dalam
membayar retribusi parkir agar peningkatan retribusi parkir di tepi jalan umum sesuai dengan apa yang
diharapkan.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Seberapa jauh efektivitas pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi
Jalan Umum dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Kupang?
2. Apakah faktor penghambat efektivitas pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan
Parkir di Tepi Jalan Umum dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Kupang?

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis efektivitas pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di tepi jalan
umum berdasarkan peraturan daerah tentang retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum dalam
upaya meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Kupang.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor-faktor penghambat efektivitas pelaksanaan
pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum berdasarkan peraturan daerah tentang retribusi
pelayanan parkir di tepi jalan umum dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Kupang.

Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan terkhususnya di bidang Hukum Tata Negara.
4

b. Manfaat Praktis
1) Bagi pemerintah Kota Kupang yaitu sebagai bahan evaluasi dan masukan untuk meningkatkan
kelancaran pelaksanaan peraturan daerah tentang retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum
dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Kupang.
2) Bagi masyarakat wajib retribusi yaitu sebagai tambahan pengetahuan dan informasi mengenai
pelaksanaan peraturan daerah tentang retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum di Kota
Kupang sehingga mampu meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan
pendapatan asli daerah Kota Kupang.
3) Bagi kalangan akademisi yaitu sebagai referensi dan bahan perbandingan untuk melanjutkan
penelitian terkait hal yang sama.

Metode Penelitian
a) Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih dalam rangka pelaksanaan penelitian adalah Jln. W.J. Lalamentik,
khususnya di titik Kawasan Kuliner Oepoi dan Kawasan Pinggir Jalan Depan Flobamora Mall Kota
Kupang
b) Spesifikasi Penelitian
Penelitian ini pada dasarnya menggunakan metode penelitian yuridis empiris yaitu: meneliti
pelaksanaan peraturan daerah Kota Kupang tentang retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum
yang dilakukan langsung ke pihak terkait agar dapat mendapatkan informasi masalah yang diteliti.
c) Aspek-aspek Penelitian
Aspek-aspek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Efektivitas pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Kupang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan
Umum dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Kupang meliputi:
a. Pendaftaran pengelola parkir di tepi jalan umum
b. Pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum
c. Penerimaan retribusi parkir di tepi jalan umum
2. Faktor penghambat efektivitas pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Retribusi
Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah Kota
Kupang meliputi:
a. Faktor pelaksana hukum
b. Faktor sarana/fasilitas
c. Faktor kesadaran hukum masyarakat

Tinjauan Pustaka
A. Otonomi Daerah
Pengertian otonomi daerah berdasarkan Pasal 1 butir 6 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah hak, wewenang, dan
5

kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah,
yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri, berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.3
Daerah Kabupaten/Kota berkedudukan sebagai daerah otonom mempunyai kewenangan
dan keleluasaan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi
masyarakat. Prinsip pemberian hak otonomi oleh pemerintah pusat kepada daerah Kabupaten/Kota
adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta untuk menampung aspirasi dan
keinginan masyarakat untuk diolah/diproses menjadi kebijakan daerah yang langsung dijalankan
oleh daerah Kabupaten/Kota.
Pemberian kewenangan (devolution of authority) kepada pemerintahan daerah, merupakan
suatu kebutuhan yang mutlak dan tidak dapat dihindari. Segi positif pemberian kewenangan kepada
pemerintah daerah adalah tugas-tugas pemerintahan akan dijalankan dengan lebih baik, karena
masyarakat di daerah sudah sangat memahami konteks kehidupan sosial, ekonomi, dan politik yang
di sekitar lingkungannya. Pemerintah daerah memahami betul kebutuhan masyarakatnya serta
bagaimana memobilisasi sumber daya dan sumber biaya yang dimilikinya dalam rangka mendukung
fungsi dan tugas pemerintahan.4
B. Penyelenggara Pemerintahan Daerah
Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan oleh Kepala Daerah dan DPRD
dibantu oleh Perangkat Daerah. Dalam hal kedudukan Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah memiliki kewenangan untuk memimpin pelaksanaan dari urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom, atau Kepala Daerah pada dasarnya memimpin dan
melaksanakan kewenangan bidang eksekutif pada pemerintahan daerah. 5
C. Peraturan Daerah (Perda)
Perda adalah semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah setempat untuk melaksanakan
peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi derajatnya 6. Perda terdiri dari Perda Provinsi dan Perda
Kabupaten/Kota. Dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah,
Kepala Daerah dan DPRD selaku penyelenggara pemerintahan daerah membuat Perda sebagai dasar
hukum bagi daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah sesuai dengan kondisi dan aspirasi
masyarakat serta kekhasan dari daerah tersebut.7
Peraturan daerah merupakan instrumen penting dalam pelaksanaan otonomi daerah untuk
menentukan arah dan kebijakan pembangunan daerah serta fasilitas pendukungnya, yang
diselaraskan dengan segala sumber daya yang dimiliki. Lahirnya sebuah Perda harus mengandung

3Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, Education Antara Realita Politik dan Implementasi Hukumnya, Gramedia Pustaka Umum, Jakarta,
2010, hlm. 6.
4Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 16/No. 1/April 2019, hlm. 127
5Rauf, H. Rahyunir. (2018). Asas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Pekanbaru:Zanafa Publishing. Hlm. 362
6Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, PSH FH UII,Yogyakarta, 2002, hal.136
7UU Nomor 23 Tahun 2014, Penjelasan
6

sebuah regulasi yang dapat ditaati oleh masyarakatnya, dan untuk menunjang ini maka sangat perlu
untuk memahami keinginan dan kondisi sosial masyarakatnya sehingga dapat diterapkan dalam
jangka waktu yang lama.8
D. Retribusi Daerah
a) Retribusi secara umum
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 22, retribusi daerah
yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah
untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Objek retribusi adalah penyediaan/pelayanan barang dan/atau jasa dan pemberian izin
tertentu kepada orang pribadi atau badan oleh pemerintah daerah, sedangkan wajib retribusi
adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan barang, jasa,
dan/atau perizinan. Wajib retribusi wajib membayar atas layanan yang digunakan/dinikmati.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, sebagaimana diatur dalam Pasal 87 ayat (1) menegaskan bahwa
jenis retribusi terdiri atas:
a. Retribusi jasa umum
Pelayanan parkir di tepi jalan umum termasuk dalam jenis retribusi jasa umum.
b. Retribusi jasa usaha
c. Retribusi perizinan tertentu
b) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Kupang
Nomor 15 Tahun 2011
1. Pengertian
Pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah pelayanan tempat parkir di tepi jalan umum
yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah. Retribusi parkir
adalah sejumlah uang yang harus dibayar kepada pemerintah daerah oleh setiap orang yang
memarkir kendaraan di tempat parkir.9

2. Objek
Objek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah penyediaan pelayanan parkir
di tepi jalan umum yang ditentukan oleh pemerintah daerah. 10
3. Subjek

8Suharjono, Muhammad. “Pembentukan Peraturan Daerah Yang Responsif Dalam Mendukung Otonomi Daerah”. Jurnal Ilmu Hukum
Vol. 10, No. 19(2014):22
9 Pasal 1 Perda Kota Kupang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
10Ibid, Pasal 3
7

Subjek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah orang pribadi atau badan
yang menggunakan atau menikmati fasilitas pelayanan parkir di tepi jalan umum. 11
4. Tarif
Pasal 9 Perda Kota Kupang Nomor 4 Tahun 2016 menegaskan bahwa struktur dan
besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut:
a. Sepeda motor Rp.1.000,-/sekali parkir
b. Taxi, mobil pribadi dan sejenisnya Rp. 2.000,-/sekali parkir
c. Bus, bus mini dan truk besar Rp. 3.000,-/sekali parkir
d. Truk roda 8 (delapan) atau lebih dan sejenisnya Rp. 4.000,-/sekali parkir.
Penetapan tarif retribusi diatur dengan peraturan walikota.
5. Mekanisme atau tata cara pemungutan retribusi
Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan
subjek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi yang terutang sampai
kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada Wajib Pajak atau Wajib Retribusi serta
pengawasan penyetorannya.12
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 4 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 15 Tahun 2011 Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi
Jalan Umum sebagaimana diatur dalam Pasal 12, tata cara pemungutan yaitu sebagai
berikut:
(1) Pengelolaan parkir di tepi jalan umum dapat dikerjasamakan dengan orang pribadi
atau badan yang dianggap mampu mengelola perparkiran.
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD.
(3) Hasil pemungutan retribusi disetor secara bruto ke kas Daerah.
(4) Tata cara pelaksanaan pungutan retribusi selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan
Walikota.
E. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 20,
Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD adalah pendapatan daerah yang diperoleh
dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-
lain Pendapatan Asli Daerah yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

F. Efektivitas Hukum
Efektivitas diartikan sebagai sesuatu atau kondisi dimana telah sesuai dengan target atau
tujuan yang akan ditempuh atau diharapkan. Ada pula yang menyatakan suatu hukum itu dikatakan
efektif apabila warga masyarakat berperilaku sesuai yang diharapkan atau dikehendaki oleh

11Ibid, Pasal 4
12 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009.....Op.Cit, Pasal 1 ayat 49
8

hukum.13 Teori efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto adalah bahwa efektif atau tidaknya
suatu hukum dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor yaitu :14
a. Faktor hukumnya sendiri
b. Faktor penegak/pelaksana hukum
c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum
d. Faktor masyarakat
e. Faktor kebudayaan

Hasil Penelitian dan Pembahasan


A. Efektivitas Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum Berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Kupang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum Dalam
Upaya Meningkatkan PAD Kota Kupang
1. Mekanisme Pendaftaran Pengelola Parkir di Tepi Jalan Umum
Penyelenggaraan perpakiran dalam wilayah Kota Kupang dilakukan dan diawasi
oleh Pemerintah Kota Kupang melalui Dinas Perhubungan Kota Kupang sebagai Instansi
Teknis. Pengelolaan perpakiran dikerjasamakan dengan pihak ketiga yang selanjutnya
disebut Pengelola Parkir. Pihak ketiga sebagaimana dimaksud adalah orang pribadi yang
dianggap mampu dan memenuhi syarat.
Prosedur pengelolaan parkir tepi jalan umum di Kota Kupang saat ini dilakukan
berdasarkan Kerangka Acuan Penyelenggaraan Perpakiran Dalam Wilayah Kota Kupang
Tahun 2022. Prosedur dan persyaratan serta ketentuan seleksi calon pengelola parkir yaitu
sebagai berikut:15
a. Dinas Perhubungan Kota Kupang sebagai dinas teknis yang menangani pengelolaan
perpakiran melakukan penetapan lokasi parkir berdasarkan hasil survey dan
membentuk Tim Seleksi Calon Pengelola Parkir;
b. Tim seleksi mengumumkan penetapan lokasi, jadwal/waktu seleksi dan persyaratan-
persyaratan kepada masyarakat Kota Kupang (calon pengelola parkir) melalui media
cetak dan/atau elektronik atau papan informasi pada Dinas Perhubungan Kota
Kupang;
c. Tim seleksi menyiapkan format permohonan parkir dan rekomendasi parkir khusus;
d. Calon pengelola parkir mengajukan permohonan tertulis sesuai format yang
disiapkan Tim Seleksi, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Setiap warga Kota Kupang yang memiliki kemampuan dan komitmen yang kuat
untuk mengelola parkir serta telah berusia minimal 17 tahun dan maksimal 60
tahun diberi kesempatan untuk mengikuti seleksi calon pengelola parkir dalam
wilayah Kota Kupang;

13Soerjono Soekanto, 1985, Efektivitas Hukum dan Penerapan Sanksi, Remadja Karya,Bandung, (selanjutnya disingkat Soerjono
Soekanto II), h. 1-2.
14 Soerjono Soekanto, 2008, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Hlm.8
15 Kerangka Acuan Penyelenggaraan Perpakiran Dalam Wilayah Kota Kupang Tahun 2022
9

2) Permohonan diisi secara lengkap dan benar dengan mencantumkan jenis parkir,
lokasi dan kode lokasi parkir sesuai daftar penetapan serta besaran nilai retribusi
parkir bulanan dan tahunan, ditandatangani di atas materai Rp. 10.000 dengan
lampiran: 1 (satu) lembar fotocopy KTP-E Kota Kupang atau identitas lainnya
yang sah dan masih berlaku dan 1 (satu) lembar fotocopy Slip Penyetoran
Retribusi Parkir bulan Desember (khusus bagi pengelola lama);
3) Permohonan beserta lampiran dimasukkan dalam amplop tertutup dan
disampaikan kepada Kepala Dinas Perhubungan Kota Kupang melalui Tim
Seleksi sesuai jadwal.
e. Tim seleksi menerima permohonan sesuai jadwal kegiatan kemudian membuat
rekapitulasi dan melakukan seleksi calon pengelola parkir serta menetapkan
pengelola parkir, dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1) Kelengkapan berkas permohonan dan lampiran-lampiran;
2) Rasionalitas nilai retribusi yang diajukan dengan potensi dan target;
3) Kinerja pengelolaan parkir tahun berjalan/tahun sebelumnya (khusus pengelola
lama);
f. Tim seleksi mengumumkan hasil seleksi dan menetapkan pengelola parkir serta
jadwal penandatanganan Surat Perjanjian Kerja (SPK) melalui papan informasi pada
Dinas Perhubungan Kota Kupang;
g. Hasil seleksi diserahkan kepada bidang teknis untuk selanjunya membuat SPK dan
penerbitan master karcis;
h. Pengelola parkir yang telah ditetapkan diwajibkan untuk:
1) Menyiapkan 1 (satu) buah Map Snalhecter plastik transparan (warna biru untuk
parkir tepi jalan umum) dan 2 (dua) lembar materai Rp. 10.000;
2) Menandatangani Surat Perjanjian Kerja (SPK);
3) Membayar retribusi parkir dimuka 3 (tiga) bulan pada saat penandatanganan
SPK;
4) Menggandakan master karcis setiap bulan untuk mendapatkan legalisasi Dinas
Perhubungan Kota Kupang.
i. Pengelola parkir yang tidak memenuhi kewajiban seperti pada huruf h di atas sampai
dengan batas waktu yang telah diumumkan sesuai huruf f, dianggap mengundurkan
diri dan langsung diganti dengan calon pengelola lainnya.
Pengelola parkir dalam menjalankan tugasnya diwajibkan:
a. Menempatkan papan nama atau papan pengumuman di tempat parkir yang mencantumkan
nama pengelola, nomor dan tanggal SPK serta tarif retribusi parkir;
b. Mengangkat dan menempatkan juru parkir;
c. Melengkapi juru parkir dengan peluit, tanda pengenal, seragam, dan senter Lalin (untuk
malam hari);
d. Menjamin keamanan dan kesejahteraan juru parkir;
e. Membina dan mengawasi juru parkir;
10

f. Menyediakan karcis yang sudah mendapakan legalisasi Dishub Kota Kupang;


g. Menyetor retribusi parkir secara tertib setiap bulan berjalan paling lambat tanggal 10
(sepuluh) di Bank NTT Capem Walikota.

Pengelola parkir dilarang untuk:16


 Mengalihkan SPK atau mengalihkan pengelolaan parkir kepada pihak lain dengan
alasan apapun juga, kecuali dengan ijin Kepala Dinas Perhubungan Kota Kupang. Jika
terjadi pengalihan hak sepihak, maka Kepala Dinas Perhubungan Kota Kupang akan
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
 Menggunakan tenaga juru parkir berusia di bawah 17 tahun
 Menggunakan karcis retribusi kadarluarsa (habis masa berlaku), lokasi lain, dalam
bentuk lain atau tidak dilegalisasi Dinas Perhubungan Kota Kupang
 Melakukan pungutan lebih tinggi dari tarif yang tercetak pada karcis retribusi.
2. Mekanisme pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum
Tata cara pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum diatur dalam Pasal 12
Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 4 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan
Daerah Kota Kupang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi
Jalan Umum sebagai berikut.
1) Pengelolaan parkir di tepi jalan umum dapat dikerjasamakan dengan orang pribadi atau
badan yang dianggap mampu mengelola perparkiran
2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD (Surat Ketetapan Retribusi Daerah)
3) Hasil pemungutan retribusi (sebagaimana disebutkan pada ayat 2) disetor secara bruto
ke kas Daerah
4) Tata cara pelaksanaan pungutan retribusi selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan
Walikota.
Dalam proses pemungutan retribusi parkir, pengelola parkir dan juru parkir tidak
hanya bertugas memungut uang retribusi tetapi juga harus memberikan pelayanan yang
baik kepada masyarakat pengguna parkir. Menurut pengamatan peneliti terkait retribusi
parkir di tepi jalan umum di Kota Kupang bahwa dalam pelayanan parkir masih banyak
petugas parkir yang tidak memberikan karcis kepada wajib retribusi. Wajib retribusi juga
tidak pernah menanyakan kepada petugas parkir apakah ada layanan karcis atau tidak untuk
memastikan legalitas pelayanan parkir di tempat tersebut karena wajib retribusi
beranggapan bahwa hanya 2000 rupiah saja dan memang sudah menjadi kewajiban mereka
untuk membayar parkir tetapi tidak menyadari bahwa pelayanan parkir tanpa karcis
tersebut melanggar aturan yang berlaku.
Terkait penyetoran biasanya pihak perhubungan mengatur dengan pengelola dan
membuat penetapan per bulan berapa jadi dilakukan uji coba dulu. Jadi ketika pengelola
mendaftarkan diri untuk mau mengelola suatu lokasi parkir, pihak perhubungan akan
melakukan uji coba dulu untuk titik parkir yang baru. Pihak perhubungan melakukan uji

16Ibid
11

coba selama 5 hari atau 1 minggu kemudian setelah itu baru dihitung rata-ratanya dan
dikalikan dengan jumlah hari kerja (menjaga parkir). Kemudian dari rata-rata itu akan
dikalikan dengan 30%, jadi pengelola menyetor kepada pemerintah Kota Kupang sebanyak
30% per bulan dan 70% untuk pengelola yang kemudian dibagi dengan juru parkir sebagai
upahnya sesuai kesepakatan bersama per harinya.
3. Penerimaan retribusi parkir di tepi jalan umum
Sebagai bentuk kemampuan dalam melaksanakan tugasnya, Dinas Perhubungan Kota
Kupang mendongkrak potensi dalam retribusi parkir di tepi jalan umum guna memberikan
kontribusi pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan memberikan target baru di setiap
tahunnya, yang meskipun tiap tahunnya target tersebut tidak sesuai dengan realisasi. Salah
satunya adalah perubahan target yang telah ditetapkan oleh Dinas Perhubungan Kota
Kupang yang selalu berubah di setiap tahunnya.

Tabel 3
Jumlah Data Titik Parkir dan Realisasi Penerimaan Retribusi Parkir Tepi
Jalan Umum Tahun 2018-2021
No. Tahun Jumlah Target (Rp) Realisasi Persentase
Penerimaan (Rp) (%)
1. 2018 112 1.500.000.000 1.520.168.780 101%
2. 2019 108 1.650.000.000 1.315.609.550 80%
3. 2020 106 2.000.000.000 1.364.127.470 68%
4. 2021 126 2.450.000.000 1.471.202.730 60%
Sumber Data :Dinas Perhubungan Kota Kupang Tahun 2022

Berdasarkan data yang diuraikan pada tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa persentase
realisasi penerimaan retribusi parkir di tepi jalan umum terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kota Kupang cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018
realisasi penerimaan mencapai target bahkan melebihi target yang ditentukan oleh
Pemerintah Kota Kupang, sedangkan pada tahun 2019 – tahun 2021 realisasi penerimaan
cenderung tidak mencapai target yang ditentukan oleh Pemerintah Kota Kupang. Hal ini
dapat dilihat pada perbandingan skala persentase realisasi penerimaan tahun 2018 sebesar
101% dan tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 80%. Kemudian tahun 2020 juga
mengalami penurunan menjadi 68% dan terakhir pada tahun 2021 masih mengalami
penurunan menjadi 60%.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun retribusi parkir di tepi jalan umum memiliki
potensi yang cukup besar sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah, namun hal itu
tidak menjamin realisasi penerimaan yang diberikan terhadap retribusi daerah dan
Pendapatan Asli Daerah juga meningkat setiap tahunnya.
B. Faktor yang Menghambat Efektivitas Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Parkir di Tepi Jalan
Umum Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Retribusi
12

Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum Dalam Upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota
Kupang
Berdasarkan hasil penelitian di Kota Kupang bahwa efektivitas pelaksanaan pemungutan retribusi
parkir di tepi jalan umum berdasarkan PERDA Kota Kupang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum dalam upaya meningkatkan PAD belum efektif. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut.
1. Faktor pelaksana hukum
 Kualitas sumber daya manusia (juru parkir) yang masih rendah
Sumber daya manusia (SDM) dari petugas parkir/juru parkir dikatakan kurang
memadai karena kebanyakan juru parkir juga berpendidikan rendah yang tidak terlalu
paham tentang peraturan daerah dan berakibat tidak mematuhi peraturan dan
penetapan yang sudah diberikan oleh pihak Dinas Perhubungan meski hanya beberapa
saja yang masih berperilaku seperti itu.
Sering kali di lapangan ditemukan banyak pengelola parkir dan juru parkir tidak
melaksanakan sejumlah kewajiban yang ditetapkan dalam SPK atau melanggar
peraturan yang telah ditetapkan, diantaranya pengelola wajib menyiapkan atribut
kepada juru parkir tetapi tiap saat kita temukan juru parkir tidak mengenakan atribut
dan tidak memberikan karcis kepada wajib retribusi kemudian juru parkir harus
mempunyai senter supaya mereka bisa mengatur parkir dengan baik pada malam hari
tetapi nyatanya banyak dari juru parkir yang tidak mempunyai senter dan ada
pengelola yang mempekerjakan anak di bawah umur sebagai juru parkir.
Hal-hal tersebut perlu diperhatikan karena kelengkapan seperti atribut, karcis, dan
senter merupakan identitas dari juru parkir itu sendiri. Sehingga Dinas Perhubungan
terus melakukan pengawasan dan pembinaan melalui kegiatan yang namanya
monitoring dan evaluasi.
 Tingkah laku pengelola
Sebagai pengelola parkir yang berhubungan langsung dengan juru parkir di lapangan,
ada pengelola yang berniat baik dan ada juga yang berniat tidak baik. Dalam tanda
petik disini, pengelola yang berniat baik akan tetap melaksanakan pedoman yang
ditetapkan dalam SPK dan menyetor kepada pemerintah tetapi ada juga pengelola-
pengelola tertentu yang ketika mereka selesai mengambil uang hasil retribusi parkir
dari juru parkir kemudian mereka lari dan tidak menyetor kepada pemerintah.
Pengelola parkir seperti ini memang hanya mau mengambil keuntungan pribadi dan
tidak mau menyetor ke pemerintah.

 Adanya juru parkir liar


Dalam pelaksanaan retribusi parkir tidak terlepas dari adanya juru parkir liar yang
tidak memiliki izin dari Dinas Perhubungan Kota Kupang. Namun, saat ini banyak
bermunculan tempat-tempat atau lokasi parkir liar yang tidak berizin resmi kadang
13

juga menimbulkan kemacetan pada lalu lintas yang membuat masyarakat resah dengan
adanya parkir liar tersebut. Tentunya dalam permasalahan ini dapat mengganggu
dalam pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum. Munculnya parkir
liar ini juga sangat merugikan masyarakat dan daerah karena mereka menarik retribusi
parkir di tepi jalan umum tetapi tidak menyetor kepada daerah dan malah mengambil
untuk keuntungan pribadi.
2. Faktor sarana atau fasilitas
Hasil penelitian melalui wawancara dengan Bapak Rianto selaku pengelola parkir di
Kawasan Kuliner Oepoi mendapat penjelasan bahwa fasilitas juru parkir resmi seperti rompi
parkir dan karcis parkir disiapkan oleh Dinas Perhubungan Kota Kupang, sedangkan tongkat
parkir dan peluit disiapkan sendiri oleh pengelola parkir. Sehingga untuk pengadaan lebih
sarana atau fasilitas parkir tentu saja membutuhkan anggaran yang lebih besar lagi karena jika
dilakukan penambahan sarana atau alat-alat pendukung tentu harus dibarengi dengan pengadaan
anggaran.
Hasil penelitian ditemukan bahwa kesediaan sarana atau fasilitas yang digunakan juru
parkir dalam memungut retribusi hanya ditemukan antara lain menunjukkan:
Tabel 4
Data sarana/fasilitas yang dibutuhkan untuk juru parkir di tepi jalan umum di Jln. W.J.
Lalamentik, khususnya di titik Kawasan Kuliner Oepoi dan Kawasan Pinggir Jalan
Depan Flobamora Mall Kota Kupang

Nama sarana atau Yang


No. Penyedia Yang tersedia
fasilitas dibutuhkan
1. Karcis Dinas Perhubungan 150 200
Kota Kupang
2. Rompi Parkir Dinas Perhubungan 4 6
Kota Kupang
3. Tongkat parkir Pengelola parkir 3 6
4. Peluit Pengelola parkir 3 6
Sumber Data :Hasil Olahan Data Primer Januari 2023

3. Faktor kesadaran hukum masyarakat


Salah satu faktor yang menghambat efektivitas pelaksanaan peraturan daerah tentang
retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum di Kota Kupang adalah kurangnya kesadaran
masyarakat tentang pentingnya mematuhi Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 15 Tahun
2011 tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum, dikarenakan masyarakat yang
masih kurang memahami dan mengetahui manfaat peraturan daerah tersebut terutama dalam
upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Kupang.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Pak Dani, juru parkir di Kawasan Parkir
Depan Flobamora Mall Kupang bahwa kebanyakan orang memarkir dan tidak membayar
retribusi parkir dengan alasan uang kecil tidak ada atau uang belanjanya sudah pas dan ada juga
14

yang memang tidak mau untuk membayar retribusi parkir atau tidak peduli dengan kewajiban
membayar retribusi parkir tersebut.

Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum berdasarkan Peraturan Daerah
Kota Kupang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
dalam upaya meningkatkan PAD Kota Kupang belum efektif.
2. Faktor yang menghambat efektivitas pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di tepi jalan
umum berdasarkan Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Retribusi
Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum dalam upaya meningkatkan PAD Kota Kupang yaitu:
1) Faktor pelaksana hukum, terdiri dari:
 Kualitas sumber daya manusia (juru parkir/pengelola parkir) yang masih rendah
 Tingkah laku pengelola
 Adanya juru parkir liar
2) Faktor sarana/fasilitas
3) Faktor kesadaran hukum masyarakat

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka demi tercapainya efektivitas pelaksanaan pemungutan
retribusi parkir tepi jalan umum dalam upaya meningkatkan PAD Kota Kupang penulis
menyarankan sebagai berikut:
1. Peran lebih dari pemerintah, dalam hal Dinas Perhubungan Kota Kupang dalam mengelola
dan mengawasi pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum sebaiknya ditingkatkan
agar kinerja pemungutan retribusi berjalan efektif. Kontribusi retribusi parkir di tepi jalan
akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah jika dikelola dengan lebih efektif. Dengan
memperbaiki penyelenggaraan, pemungutan dan pengelolaan retribusi parkir dapat tercapai
sesuai dengan harapan bersama.
2. Memberantas kegiatan parkir liar yang ada di Kota Kupang yang dapat mempengaruhi
jumlah Pendapatan Asli Daerah.
3. Petugas pemungut retribusi parkir, dalam hal ini pengelola parkir dan juru parkir sebaiknya
menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai aturan yang telah ditetapkan.
4. Masyarakat perlu untuk lebih meningkatkan kesadaran hukumnya, khususnya dalam
membayar retribusi parkir agar tercapai tujuan bersama yaitu meningkatkan PAD Kota
Kupang.

Anda mungkin juga menyukai