Anda di halaman 1dari 11

Dosen : Dr. MUCHLIS BAHAR Lc, M.

Ag
& ASNAWI S.HI, MA
Study : METODE PENELITIAN HUKUM

MAKALAH
METODE PENELITIAN HUKUM
Tentang
“ Menganalisis Laporan Hasil Penelitian terdahulu ”

Disusun
O
L
E
H
KELOMPOK 12

1 Edo Afrialdi 1813040152


.
2 Jafri Naldo 1813040153
.
3 Muhammad Aidil Zikra Pratama 1813040154
.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG


HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
2020 M/ 1442 H

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Retribusi daerah merupakan pembayaran yang dilakukan oleh masyarakat
kepada daerah atas pelayanan yang diterima secara langsung atau atas
perizinan yang diperoleh. Berbeda dengan pajak yang dikenakan tidak
berdasarkan pelayanan langsung, retribusi hanya dapat dikenakan apabila
pemerintah daerah memberikan pelayanan secara langsung kepada masyarakat
atau pemerintah daerah memberikan izin untuk melaksanakan kegiatan
tertentu.
Secara nasional retribusi diatur dalam undang-undang nomor 28 tahun
2009 tentang pajak daerah dan retribusi. Retribusi adalah pungutan yang
dikenakan kepada masyarakat yang menggunakan fasilitas yang disediakan
oleh negara dan mendapatkan imbalan secara langsung untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya. Sesuai dengan ketentuan pada Pasal 108 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi
daerah, dijelaskan bahwa retribusi daerah dibagi menjadi 3 (tiga) jenis yaitu: a.
Retribusi Jasa Umum, b. Retribusi Jasa Usaha, c. Retribusi Perizinan Tertentu.
Parkir kendaraan merupakan salah satu potensi pendapatan asli daerah
yang cukup besar. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang
tidak bersifat sementara. Menurut undang-undang lalu lintas dan angkutan
jalan, parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk
beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya.( Undang-undang Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 1 angka 15)
Dalam hal perparkiran di bawah Pemerintah Daerah terdapat beberapa
pihak yakni Pemerintah Daerah, juru parkir, dan pengguna jasa parkir.
Pemerintah Daerah berhak menerima uang setoran retribusi dari juru parkir,
sedangkan juru parkir memiliki kewajiban mengatur dan menjaga kendaraan si
pemilik (pengguna jasa parkir), memberikan karcis sebagai bentuk perjanjian,
serta memberikan pelayanan untuk masuk dan keluar dari area parkir tersebut.
Sedangkan pemilik kendaraan (pengguna jasa parkir) berkewajiban membayar
kepada juru parkir sejumlah tarif parkir yang telah ditentukan.[CITATION
Mar16 \p 21 \l 1033 ]
Dalam penyelenggaraan retribusi pelayanan parkir ditepi jalan di Kawasan
Objek Wisata Pantai Muaro Lasak timbul kendala-kendala yang dihadapi
dalam pelaksanaan retribusi pelaksanaan parkir diantaranya, adanya oknum
yang memanfaatkan melakukan pungutan liar atau pungli terhadap para subjek
retribusi parkir dan ketidaktahuan para subjek retribusi tentang apa yang
mereka bayar, juru parkir atau petugas yang bertugas memungut parkir
biasanya menaikan tarif yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah
setempat.
Praktik yang terjadi di kawasan objek wisata Muaro Lasak Pantai Padang,
mengenai tempat yang mereka tempati untuk lahan parkir di tepi jalan Pantai
Muaro Lasak itu disewakan oleh pemerintah yang tarif pembayarannya sesuai
dengan yang sudah ditetapkan oleh Perda yaitu sepeda motor Rp. 2.000,-
sekali parkir dan mobil Rp. 4.000,- sekali parkir untuk tempat parkir pelataran,
lingkungan taman. Tapi yang terjadi dilapangan juru parkir memungut uang
jasa parkir untuk mobil sebesar Rp. 5.000,- .(Perda No. 2 Tahun 2016)
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan di lapangan, harga
tarif parkir di kawasan objek wisata Muaro Lasak pantai Padang berbeda-
beda, ada yang sesuai dengan Perda Nomor 2 Tahun 2016, adapula yang tidak
sesuai. Pada hari libur sekolah dan hari lebaran tarif parkir di kawasan objek
wisata Muaro Lasak pantai Padang naik karena banyak pengunjung yang
datang. Hasil wawancara dengan salah seorang pengunjung yang bernama
Medio Rahma mengungkapkan bahwa:
“saya membayar parkir mobil sebesar Rp.5000 untuk sekali parkir,
pembayaran yang saya lakukan sesuai dengan tarif yang petugas parkir
minta. Sesuai tidaknya dengan peraturan yang sudah ada saya tidak tahu”.
[ CITATION Med19 \l 1033 ]

Ungakapan dari pengguna jasa parkir di atas dapat dipahami bahwa tidak
sesuainya praktik yang terjadi di lapangan dengan peraturan yang sudah ada,
sedangkan dalam Perda Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Retribusi Jasa Usaha
biaya parkir mobil dengan tempat parkir di Pelataran, Lingkungan Taman
sebesar Rp.4000. Dapat dilihat bahwa tidak sesuainya Perda No.2 Tahun 2016
dengan Lapangan tentang praktik pemungutan retribusi parkir di kawasan
Objek Wisata Muaro Lasak pantai Padang.
Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari manusia melakukan berbagai
macam cara seperti jual beli, bertani, berdagang, buruh, pinjam-meminjam dan
ada yang melakukan akad sewa-menyewa, yang dalam kitab fiqih disebut
dengan ijarah. Ijarah itu sendiri mempunyai pengertian yang sangat luas,
salah satunya adalah akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa.
[CITATION Soe09 \p 349 \l 1033 ] Semua barang yang mungkin diambil
manfaatnya dengan tetap zatnya sah untuk disewakan, apabila
kemanfaatannya itu dapat ditentukan dengan salah satu dari dua perkara, yaitu
dengan masa dan perbuatan. Sewa menyewa artinya melakukan akad
mengambil manfaat sesuatu yang diterima dari orang lain dengan jalan
membayar sesuai dengan perjanjian yang telah ditentukan.[CITATION Rif78 \p
428 \l 1033 ]
Merujuk pada ketentuan di atas, maka dapat diketahui bahwa suatu
pemungutan yang diperbolehkan menurut hukum indonesia adalah suatu
pungutan yang menurut peraturan perundang-undangan diperbolehkan untuk
dikenakan atau dipungut. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009
Pasal 96 ayat (2) tentang Pajak dan Retribusi daerah yang berbunyi “ Setiap
wajib pajak, wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan surat ketetapan
pajak atau dibayar sendiri oleh wajib pajak berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan”. Pemungutan terhadap retribusi parkir merupakan
kewenangan dari pemerintah dan setiap pemungutan tersebut diatur dalam
peraturan daerah (PERDA).
Perda yang mengatur mengenai retribusi ini terdapat dalam Peraturan
Daerah Kota Padang Nomor 2 tahun 2016 tentang Retribusi Jasa Usaha Pasal
20 dijelaskan bahwa struktur dan besaran tarif retribusi tempat khusus parkir
tercantum dalam lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
peraturan daerah ini. Pada lampiran II menjelaskan bahwa struktur dan
besaran tarif retribusi parkir Rp. 2.000,- sepeda motor dan Rp. 4.000,- mobil
untuk pelataran, taman dan lingkungan. Pelataran adalah lokasi tertentu di
kawasan Objek Wisata Muaro Lasak Pantai Padang yang ditetapkan sebagai
tempat parkir bagi wisatawan. (Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 2
Tahun 2016)
Melihat fenomena yang terjadi di kawasan Objek Wisata Muaro Lasak
Pantai Padang perlu adanya kejelasan mengenai praktik pemungutan ini
apakah telah sesuai dengan konsep ijarah yang mana pemungutan uang
retribusi ini berbeda-beda dari lokasi yang satu dengan lokasi lainnya. Dari
permasalahan di atas, penulis mencoba untuk melakukan penelitian yang
berjudul “PRAKTIK PEMUNGUTAN RETRIBUSI PARKIR
DIKAWASAN OBJEK WISATA MUARO LASAK PANTAI PADANG
DITINJAU DARI KONSEP IJARAH”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan dari latar belakang masalah di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah praktik
pemungutan retribusi parkir dikawasan objek wisata Muaro lasak pantai
Padang ditinjau dari konsep ijarah?

1.3 Pertanyaan Penelitian


Berdasarkan rumusan diatas yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini
adalah:
1.3.1 Bagaimanakah praktik pemungutan retribusi parkir di kawasan objek
wisata Muaro Lasak pantai Padang?
1.3.2 Bagaimanakah pelaksanaan parkir di kawasan objek wisata Muaro
Lasak pantai Padang?
1.3.3 Bagaimanakah tinjauan konsep ijarah terhadap praktik pemungutan
retribusi parkir di kawasan objek wisata Muaro Lasak pantai Padang?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.4.1 Untuk mengetahui praktik pemungutan retribusi parkir dikawasan
objek wisata Muaro Lasak pantai Padang.
1.4.2 Untuk mengetahui tinjauan konsep ijarah terhadap praktik
pemungutan retribusi parkir dikawasan objek wisata Muaro Lasak
pantai Padang.

1.5 Signifikansi Penelitian


1.51 Untuk menambah wawasan mengenai hukum yang terkait didalamnya
mengenai praktik pemungutan retribusi parkir dikawasan objek wisata
Muaro Lasak pantai Padang ditinjau dari konsep ijarah.
1.52 Pengembangan ilmu pengetahuan.
1.53 Bagi masyarakat, dengan adanya penelitian ini dapat memberikan
informasi dan pemahaman tentang praktik pemungutan retribusi parkir
dikawasan objek wisata Muaro Lasak pantai Padang ditinjau dari
konsep ijarah.

1.6 Studi Literatur


Studi literatur yang penulis lakukan yaitu dengan melakukan pencarian
terhadap berbagai sumber tertulis, seperti skripsi yang relevan dengan
permasalahan yang dikaji:
Lelmardianis Bp.308.107 “Penyewaan Jalan Raya Untuk Parkir Di
Pasar Raya Padang Ditinjau Dari Hukum Islam” penelitian ini mengkaji
tentang penyebab unit pelaksana unit dinas (UPTD) perpakiran Kota Padang
menyewakan jalan raya untuk parkir adalah karena keadaan Kota yang tidak
mungkin dibiarkan semraut. Berdasarkan pada akad ijarah dan mashlahah
armursalah, maka kontrak lahan parkir bisa bermanfaat untuk keamanan kota
dan membantu para juru parkir yang tidak mempunyai lapangan pekerjaan.
Perbedaan skripsi diatas dengan penelitian penulis yaitu penulis lebih
menfokuskan kepada pemungutan yang dilakukan yang oleh juru parkir
kepada jasa parkir merujuk kepada Perda Nomor 2 Tahun 2016 Tentang
Retribusi Jasa Usaha yang ditinjau dari konsep ijarah, sedangkan skrpsi diatas
meneliti mengenai penyebab unit pelaksana unit dinas (UPTD) perpakiran
Kota Padang menyewakan jalan raya untuk parkir karena keadaan Kota yang
tidak mungkin dibiarkan semraut yang ditinjau dari hukum Islam.
Ria Pertiwi Bp.304.180 “Retribusi Pasar Ditinjau dari Hukum Islam
(Studi Kasus Pasar Raya Padang)” penelitian ini mengkaji penyebab
terjadinya perbedaan jumlah besarnya pembayaran retribusi antara pedagang
kaki lima dengan pedagang toko karena pedagang toko memiliki tokonya
sendiri atau toko tersebut milik pribadi, akan tetapi pedagang kaki lima hanya
menggunakan los atau pelataran di tempat mereka berdagang. Berdasarkan
kepada akad ijarah maka retribusi pasar termasuk kepada ijarah yang bersifat
manfaat yang telah dijelaskan dalam ayat dan hadist, maka dengan demikian
dalil tersebut juga menjadi dasar hukum kebolehan retribusi pasar yang
dilakukan di Pasar Raya Kota Padang.
Perbedaan skripsi di atas dengan penelitian penulis yaitu penulis lebih
menfokuskan kepada pemungutan yang dilakukan yang oleh juru parkir
kepada jasa parkir merujuk kepada Perda Nomor 2 Tahun 2016 Tentang
Retribusi Jasa Usaha yang ditinjau dari konsep ijarah, jelas sekali perbedaan
penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian di atas menjelaskan
penelitiaannya terkait dengan perbedaan besarnya jumlah pembayaran
retribusi antara pedagang kaki lima dan pedagang toko.

1.7 Kerangka Teori


Kerangka teori yang digunakan adalah mengenai sewa meyewa (ijarah).
Ijarah disebut juga dengan sewa-menyewa dalam bahasa Indonesia. Ijarah
merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam memenuhi kebutuhan
hidup manusia, seperti sewa-menyewa, kontrak, atau menjual jasa dan lain-
lain.[CITATION Nas07 \p 228 \l 1033 ]
Rukun Ijarah yaitu, ijab (ungkapan menyewakan) dan qabul (persetujuan
terhadap sewa menyewa. Akan tetapi, jumhur ulama mengatakan bahwa rukun
ijarah itu ada empat, yaitu: (a) orang yang berakad, (b) sewa/imbalan, (c)
manfaat, dan (d) shighat (ijab dan qabul). Ijarah baru dianggap sah apabila
telah memenuhi rukun dan syaratnya, syarat yang harus terpenuhi dalam
ijarah adalah (a) untuk kedua orang yang berakad (al-muta’ aqidain) yaitu
telah balig dan berakal, (b) kedua belah pihak yang berakad menyatakan
kerelaannya untuk melakukan akad ijarah, (c) manfaat yang menjadi objek
ijarah harus diketahui secara sempurna, sehingga tidak muncul perselisihan
dikemudian hari, (d) obyek ijarah itu boleh diserahkan dan dipergunakan
secara langsung dan tidak bercacat, (e) objek ijarah itu sesuatu yang
dihalalkan oleh syara’, (f) yang disewakan itu bukan suatu kewajiban bagi
penyewa, (g) objek ijarah itu merupakan sesuatu yang biasa disewakan, (h)
upah/sewa dalam akad ijarah harus jelas, (i) ulama hanafiyah mengatakan
upah/sewa ini tidak sejenis dengan manfaat yang disewa.
1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian lapangan (field research), yaitu
penelitian yang dilakukan langsung ke lapangan digunakan untuk
mengumpulkan data secara intensif disertai dengan analisa semua data
yang dikumpulkan untuk mendapatkan data yang kongkrit.[CITATION
Mel89 \p 6 \l 1033 ] Metode ini dilakukan dengan cara melakukan
penelitian kepada pihak juru parkir dan jasa pengguna parkir.

1.8.2 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini bertempat di kawasan objek wisata pantai
Padang khususnya di pantai Muaro Lasak. Lokasi ini dipilih karena
adanya masalah pemungutan retribusi yang tidak sesuai dengan
struktur dan besaran tarif pelayanan parkir Perda Nomor 2 Tahun 2016
tentang Retribusi Jasa Usaha.
1.8.3 Sumber Data
1.8.3.1 Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek
yang diteliti[CITATION Adi05 \p 57 \l 1033 ]. Data primer dalam
penelitian ini yaitu data yang diperoleh langsung dari juru parkir
dan pengguna jasa parkir di kawasan Objek Wisata Muaro Lasak
Pantai Padang.
1.8.3.2 Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui dokumen
arsip dan referensi lain yang relevan dengan objek penelitian.
1.8.4 Teknik Pengumpulan Data
1.8.4.1 Observasi
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan
dengan mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala
yang di selidiki[CITATION Ahm02 \p 1 \l 1033 ].
Observasi yang digunakan dalam penelitian disini adalah
observasi partisipan. Maksud penelitian ini untuk mengamati
langsung kelapangan kepada juru parkir dan pengguna jasa parkir
di kawasan objek wisata Muaro Lasak pantai Padang.
1.8.4.2 Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitan yang
berlangsung secara lisan dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan. Wawancara yang akan dilakukan dalam penelitian ini
adalah wawancara mendalam (in-deepth interview). Wawancara
dilakukan terhadap juru parkir dan pengguna jasa parkir di
kawasan Objek wisata Muaro Lasak pantai Padang. Wawancara
mendalam merupakan sebuah wawancara informal antara
pewawancara dengan informan yang dilakukan berulang-ulang.
Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur
dan wawancara tidak berstruktur, wawancara terstruktur adalah
wawancara di mana pewawancara menyiapkan format yang sudah
dibuat sebelumnya, sedangkan wawancara tidak terstruktur artinya
pewawancara bebas menanyakan berbagai hal kepada informan
dan informan menjawab pertanyaan menurut apa yang mereka
inginkan.[CITATION Afr05 \p 44 \l 1033 ]
1.8.5 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh melalui wawancara, diolah dengan teknik
analisa deskriptif kualitatif yaitu merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu status
gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya, pada saat
penelitian dilakukan[CITATION Ari92 \p 309 \l 1033 ].
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis di lapangan maka praktik
pemungutan retribusi parkir di kawasan objek wisata Muaro Lasak pantai
Padang dapat disimpulkan sebagai berikut:
5.1.1 Praktik pemungutan retribusi parkir di kawasan objek wisata Muaro
Lasak pantai Padang adalah pengguna jasa parkir datang ke objek
wisata Muaro Lasak pantai Padang setelah selesai parkir pengguna
jasa parkir membayar uang parkir.
5.1.2 Pelaksanaan parkir di kawasan objek wisata Muaro Lasak pantai
Padang adalah bahwa pengguna jasa parkir membayar uang parkir
tidak sesuai dengan harga yang sudah ditetapkan dalam Perda Kota
Padang tahun 2016 tentang Retribusi Jasa Usaha dan begitu juga
dengan petugas parkir yang masih tidak sepenuhnya mematuhi
peraturan yang berlaku.
5.1.3 Tinjauan konsep ijarah tentang praktik pemungutan retribusi parkir
di kawasan objek wisata Muaro Lasak pantai Padang adalah tidak
sesuai dengan konsep ijarah karena syarat ijarah belum terpenuhi
yaitu tidak jelas dalam pembayaran uang parkir oleh pengguna jasa
parkir.
5.2 Saran
Berdasarkan dari semua uraian dan pembahasan diatas, maka saran dari
penulis mengenai pungutan uang retribusi parkir di kawasan objek wisata
Muaro Lasak Pantai Padang yaitu:
5.2.1 Bagi petugas parkir di kawasan objek wisata Muaro Lasak Pantai
Padang agar mematuhi peraturan yang telah diberlakukan oleh
Walikota Padang agar tidak terjadi kesalahpahaman antara petugas
parkir dan pengguna jasa parkir dalam memungut uang parkir,
karena uang pungutan yang diberikan oleh jasa parkir termasuk
retribusi pendapatan asli daerah Kota Padang. Begitu juga dalam
konsep ijarah, petugas parkir harus menjalankan peraturan yang
sudah ada ketetapannya.
5.2.2 Bagi petugas parkir berilah karcis kepada pengguna jasa parkir agar
lebih jelas mengenai ketentuan sistem parkir tersebut.
5.2.3 Bagi pengguna jasa parkir hendaknya lebih memperhatikan terkait
peraturan yang berlaku.
5.2.4 Para tokoh masyarakat terutama para ulama diharapkan dapat
menyampaikan pengetahuan tentang apa yang dibolehkan dalam
mencari rezeki yang sesuai dengan konsep Islam.
5.2.5 Pemerintah Kota Padang lebih memperhatikan praktik pemungutan
retribusi parkir di kawasan objek wisata Muaro Lasak pantai Padang
mengenai adanya penaikan tarif parkir.

Anda mungkin juga menyukai