Anda di halaman 1dari 31

PENGAWASAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 3

TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM DAERAH PEMBERDAYAAN


GOTONG ROYONG (Studi Di Kabupaten Sumbawa Barat)

JURNAL ILMIAH

Oleh:

ELSA ELYA SAFITRI


D1A115079

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2019
HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH

Judul

PENGAWASAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 3


TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM DAERAH PEMBERDAYAAN
GOTONG ROYONG (Studi Di Kabupaten Sumbawa Barat)

Oleh :

Elsa Elya Safitri

D1A115079

Menyetujui

PembimbingPertama

H. Sofwan , SH.,M.Hum
NIP. 195901171986021002
PENGAWASAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 3
TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM DAERAH PEMEBRDAYAAN
GOTONG ROYONG (Studi Di Kabupaten Sumbawa Barat)

ABSTRAK

ELSA ELYA SAFITIRI


D1A115079

Masih lemahnya pelaksanaan pengawasan terhadap penyelenggaraan suatu


peraturan daerah dalam suatu daerah, salah satunya Peraturan Daerah Kabupaten
Sumbawa Barat yang masih belum optimal sehingga menjadi latar belakang
dalam penyusunan skripsi ini. Adapun permasalahan penyusunan dalam skripsi ini
adalah bagaimana pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaan terhadap Peraturan
Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Program
Daerah Pemberdayaan Gotong Royong, serta faktor pendukung dan penghambat
peraturan daerah tersebut. Tujuan penyusun melakukan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaan Peraturan Daerah
Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 3 Tahun 2016 tentang Program Daerah
Pemberdayaan Gotong Royong, serta faktor pendukung dan penghambat
peraturan daerah tersebut. Metode penelitian yang penyusun gunakan yaitu
metode penelitian empiris. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa yang
pertama, pengawasan dalam pelaksanaan peraturan daerah Nomor 3 Tahun 2016
sudah baik, namun masih banyak menemukan keluhan dari masyarakat yang tidak
puas terhadap pelaksanaannya, serta kurang optimalnya sistem pendataannya.
Kedua, yang menjadi faktor pendorong pelaksanaannya adalah adanya keinginan
pemerintah daerah untuk mensejahterahkan masyarakat, dan faktor
penghambatnya masih kurangnnya komunikasi antara pemerintah dengan
masyarakat sehingga banyak menimbulkan kesalahpahaman terhadap
pelaksanaannya.

Kata Kunci : Pengawasan; Pelaksanaan; Peraturan Daerah

SUPERVISION TO IMPLEMENTATION OF REGIONAL REGULATION


NUMBER 3 YEAR 2016 CONCERNING REGIONAL PROGRAM FOR
COMMUNITY COOPERATION (GOTONG ROYONG)
EMPOWERMENT (Study in Sumbawa Barat District)

Weakness of supervision to the implementation of regional regulation in a


region that still remained; one of them is Sumbawa Regional Regulation which
still not optimal yet is the background of this research. Legal issue in this
research is how the implementation and supervision of the implementation of the
Sumbawa Barat District Regulation Number 3 of 2016 concerning the Regional
Program for Community Cooperation (Gotong Royong) Empowerment, as well as
the supporting factors and obstacles to the implementation and supervision of that
regional regulation. Purpose of this research is to find out the implementation
and supervision of the implementation of the Sumbawa Barat District Regulation
Number 3 of 2016 concerning the Regional Program for Community Cooperation
(Gotong Royong) Empowerment, as well as the supporting factors and obstacles
to the implementation and supervision of that regional regulation. This reseach
use empirical reseach method. Result of this research showed that: first;
supervision of regional regulation number 3 Year 2016 have running well,
however there are lot of society complaints that are not satisfied with the
implementation of the regional regulation and collection data sytem that are not
optimal yet. Second; the driving factor for its implementation is the willingness of
the regional government to prosper the community, and the inhibiting factors is
the lack of communication between the government and the community, causing
many misunderstandings regarding its implementation.

Keywords : supervision; implementation; regional regulation.


i

I. PENDAHULUAN

Pada dasarnya penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan

atas asas otonomi dan tugas pembantuan dalam sistem negara kesatuan

republik Indonesia. Penyelengaraan pmerintahan dalam suatu daerah

tentunya didorong karena adanya keinginan dalam suatu daerah tersebut

untuk menjadi daerah yang maju dan lebih baik.

Sebagaimana yang tercantum dalam pasal 1 Undang-undang

Nomor 23 tahun 2014 bahwa pemerintahan daerah adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan dan tugas

pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana yang diatur

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam melaksanakan pemerintahan, pemerintah daerah tentunya

menginginkan yang terbaik untuk daerahnya masing-masing. Pemerintah

daerah terdiri dari pemerintah eksekutif dan pemerintah legislatif. Dimana

lembaga eksekutif adalah lembaga yang memiliki kekuasaan dan tanggung

jawab yang tinggi terhadap suatu daerah. Sedangkan lembaga legislatif

adalah lembaga yang memiliki tugas dan wewanang membuat dan

menetapkan peraturan perundang-undangan bersama dengan lembaga

eksekutif.
ii

Pelaksanaan fungsi pemerintahan dilakukan melalui penggunaan

instrumen-instrumen pemerintahan. Instrumen-instrumen pemerintahan

tersebut diperlukan agar fungsi pemerintahan untuk mewujudkan

kesejateraan rakyat dapat dilaksanakan secara efektif.1

Peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan sebagai produk

administrasi negara kecendrungannya semakin meningkat secara

kuantitatif sejalan dengan tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan

tugas-tugas pemerintahan dalam negara kesejateraan. Problematika yang

mungkin timbul sehubungan dengan semakin meningkatnya kuantitas

peraturan perundang-undangan produk pemerintah adalah adanya

perbedaan besar dan kurangnya koordinasi dari peraturan perundang-

undangan.2

Pembentukan daerah otonom yang secara serentak (stimulan)

merupakan kelahiran status otonomi yang didasarkan atas aspirasi dan

kondisi objektif dari masyarakat di daerah/wilayah tertentu sebagai bagian

dari bangsa dan wilayah nasional Indonesia. Aspirasi tersebut terwujud

dengan diselenggarakannya desentralisasi kemudian menjelma menjadi

daerah otonom. Dengan demikian, desentralisasi sebenarnya menjelma

otonomi masyarakat setempat untuk memecahkan berbagai masalah dan

1
Tjandra Riawan. W. Hukum Administrasi Negara, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
Yogyakarta, 2008, hlm. 23
2
Ibid, hlm. 32
iii

pemberian layanan yang bersifat lokalitas (daerah setempat) demi

kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan.3

Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah daerah tentunya

menginginkan yang terbaik untuk daeranya dengan dibentuknya atau

ditetapkannya suatu instrumen atau peratutan daerah yang bersangkutan.

Dalam pelaksanaan terhadap peraturan tersebut seringkali banyak

mengandung pro dan kontra yang akan menjadi permasalahan dalam

pelaksaannya. Hal ini tengah dirasakan oleh Kabupaten Sumbawa Barat.

Kabupaten Sumbawa Barat merupakan Kabupaten yang terletak di

bagian barat Pulau Sumbawa. Sumbawa Barat berbatas langsung dengan

Selat Alas disebelah barat, Samudera Indonesia disebelah selatan dan

Kabupaten Sumbawa disebalah Utara dan Timur. Untuk mempermudah

pelayanan birokrasi dan pemerataan pembangunan maka Kabupaten

Sumbawa Barat dibagi menjadi delapan wilayah administrasi kecamatan.

Kecamatan tersebut terdiri dari Kecamatan Sekongkang, Kecamatan

Jereweh, Kecamatan Maluk, Kecamatan Taliwang, Kecamatan Brang Ene,

Kecamatan Brang Rea, Kecamatan Seteluk dan Kecamatan Poto Tano.

Sebagian besar penghasilan masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat adalah

dari sektor pertanian.

Dengan keadaan tersebut masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat

sangat menjujung perilaku gotong royong dalam setiap kegiatan yang

3
Widjaja HAW. Otonomi Daerah Dan daerah Otonom, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2011, hlm. 23
iv

dilaksanakan. Melihat hal tersebut pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat

membuat dan menetapkan suatu peraturan daerah yang berbasiskan gotong

royong. Peraturan tersebut adalah Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa

Barat Nomor 3 tahun 2016 Tentang Program Daerah Pemberdayaan

Gotong Royong. Peraturan daerah tersebut, melibatkan masyarakat dan

pemerintah daerah dalam pelaksanaanya sehingga di satu sisi dengan

adanya peraturan daerah tersebut hubungan antara pemerintah daerah

dengan masyarakat akan lebih baik, dan di sisi lain dengan adanya

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Program Daerah

Pemberdayaan Gotong Royong telah membawa masyarakat Kabupaten

Sumbawa Barat menjadi sejahtera.

Namun pada kenyataannya berbanding terbalik dengan apa yang

harapkan. Seperti yang telah dilansi dalam situs Gaung NTB, bahwa

banyak laporan yang terjadi terkait dengan penggunaan dana dan bantuan

sosial lain yang terkait disalahgunakan, serta laporan dari masyarakat

mengenai kelebihan pembayaran dana jamban dibeberapa daerah terpencil

yang mengakibatkan tidak dilaksanakan.4 Berbagai faktor tersebut bisa

mengahabat pelaksanaan dan pengawasan terhadap peraturan daerah

tersebut bisa menjadi suatu kendala dalam pelaksanaannya. Berdasarkan

uraian diatas, penyusun tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Pelaksanaan Pengawasan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat


4
http://www.gaungntb.com/2016/10/aparat-hukum-harus-tanggap-fakta-dugaan-
pelanggaran-hukum/ (17:00) sabtu 26 oktober 2018
v

Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Program Daerah Pemberdayaan Gotong

Royong (Studi di Kabupaten Sumbawa Barat)”.

Sebagaimana yang telah diuraikan di dalam latar belakang tersebut

maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu, 1.

Bagaimana pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2016 Tentang

Program Daerah Pemberdayaan Gotong?, 2. Bagaimana pengawasan

pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2016 Tentang program

Daerah Pemberdayaan Gotong Royong?, 3. Faktor pendorong dan

pengahambat apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan Peraturan Daerah

Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Program Daerah Pemberdayaan Gotong

Royong?

Adapun tujuan ini adalah untuk mengetahui pengawasan

pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Program

Daerah Pemberdayaan Gotong Royong.

Untuk menjawab rumusan masalah diatas digunakan jenis

penelitian empiris, penelitian ini merupakan jenis penelitian yang

menganalisis tentang apa yang seharusnya terjadi terbalik dengan

kenyataannya atau dalam hal ini kesenjangan antara das sein dan das

sollen. Sehingga dalam penelitian ini penyusun menggunakan metode

pendekatan konseptual (Conceptual Approach), pendekatan

perundang-undangan (Statute Approach), dan pendekatan sosiologis.


vi

II. PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2016 Tentang

Program Daerah Pemberdayaan Gotong Royong (PDPGR)

Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat

Nomor 3 Tahun 2016 tentang Program Daerah Pemebrdayaan Gotong

Royong menjelaskan bahwa pemberdayaan (empowerment) adalah proses

perbaikan pola pikir (kognitive), sikap mental (afective) dan pola tindak

(psicomotoric) sumberdaya manusia/masyarakat, baik secara perorangan

maupun berkelompok, dalam melaksanakan berbagai aktivitas kehidupan

guna peningkatan kesejateraan.

Sedangkan pengertian Program Pemberdayaan Gotong Royong

atau yang disingkat dengan PDPGR dalam Pasal 1 Peraturan Daerah

Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 3 Tahun 2016 menjelaskan bahwa,

program daerah pemberdayaan gotong royong adalah penyedian ruang dan

penegasan arah penguatan gotong royong sebagai suatu nilai dan cara

mencapai tujuan yang dilaksanakan secara sukarela, bersama-sama dan

tolong menolong dengan dilandasi semangat Ikhlas, Jujur dan Sungguh-

sungguh dalam mewujudkan pembangunan, pemberdayaan masyarakat

dan perluasan kesempatan kerja secara efektif dan efisien untuk percepatan

pengentasan kemiskinan.

1. Pelaksanaan di Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat

Pelaksanan peraturan daerah tentu tidak lepas dari berbagai

kendala atau hambatan pemerintah daerah dalam melaksanakannya.


vii

Terkait dengan Program Pemberdayaan Gotong Royong yang

diterapkan di Kabupaten Sumbawa Barat tentu tidaklah mudah dalam

melaksanakannya. Namun seiring dengan berjalannya waktu,

masyarakat mampu menerima program tersebut dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Suryaman selaku

Camat Taliwang menyatakan bahwa:

“Terkait dengan pelaksanaan Program Daerah Pemberdayaan


Gotong Royong, camat merupakan Tim Pembina dalam PDPGR
dimana bersama dengan Tim Penggerak dan Tim Penanggung
Jawab Program kegiatan bahwa pelaksanaan PDPGR di
Kecamatan Taliwang telah berjalan sesuai dengan keinginan
pemerintah. Setiap kendala dalam pelaksanaannya mampu
diselsaikan secara bersama melalui rapat yang dilaksanakan di
berbagai kelurahan dan kajian pada setiap malam jumaat di
kediaman Bupati Sumbawa Barat dengan menyampaikan
argumen dan laporan dalam ssetiap pelaksanaan PDPGR”. 5

Dalam melaksanakan program PDPGR, camat mempunyai

peran penting selaku Tim Pembina, karena pihak Peliuk/Blog Wilayah

bisa langsung melaporkan kejadian atau kendala apa saja yang tengah

terjadi dalam pelaksanaan program PDGR, tanpa melalui pihak desa

atau kelurahan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Amransyah selaku

kepala Kelurahan Kuang Kecamatan Taliwang menyatakan bahwa:

“Pelaksanaan PDPGR telah terlaksana dengan baik, dimana


dengan adanya program ini, masyarakat bisa membangkitkan
kembali nilai gotong royong selama ini mulai luntur dalam
masyarakat Taliwang. Program ini memberikan dampak positif
bagi masyarakat. Pelaksanaannya pun telah berjalan dengan
baik. Karena setiap pelaksanaanya tetap selalu melibatkan
5
Wawancara dengan Pak Suryaman selaku Camat Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat,
Pada Tanggal 02 April 2019
viii

masyarakat setempat bersama dengan pemerintah. Terkait


dengan kendala pelaksanaannya selama ini belum ada, karena
masyarakat hanya menerima saja. Kalaupun ada masalah, itu
hanya sekedar keluhan karena komunikasi yang kurang, namun
masih bisa diselsaikan.”6

Desa/Kelurahan bersama dengan Camat setampat bersama-sama

dengan Tim Pemberdayaan yang lain melaksanakan tugasnya sesuai

dengan keputusan yang telah dikeluarkan oleh Bupati.

Berdasarkan wawancara dengan Pak Nasrullah selaku Ketua

Peliuk/Blog Wilayah Tiang Enam dan Pak Syaifullah selaku Ketua

Peliuk/Blog Wilayah Datu menjelaskan bahwa:

“Pelaksanaan PDPGR di lingkup Tiang Enam, telah terlaksana


dengan baik. Dimana pelaksanaan program dilakukan bersama
kepala lingkungan setempat dengan tetap melakukan koordinasi
kepada masyarakat setempat. Selama masa jabatan sebagai
ketua peliuk belum ada kendala atau keluhan dari masyarakat
mengenai pelaksanaan Program PDPGR, jadi pelaksanaannya
telah berjalan dengan baik. Adapun kendala-kendala yang ada,
kita masih bisa menyelsaikannya dengan baik bersama dengan
RT dan Kepala Lingkungan setempat.”7

“Pelaksanaan PDPGR dari Bupati di lingkup Datu telah


terlaksana dengan baik. Belum ada kendala atau masalah terkait
dengan pelaksanaan PDPGR, karena pihak dari kami tetap
berkoordinasi kepada masyarakat setempat. Terkait dengan
kendala-kendala yang ada memang sering sekali ditemukan,
namun kendala tersebut hanya karena kurangnya komunikasi
masyarakat terhadap pemerintah setempat, tetapi masih dapat
diselesaikan bersama pada saat rapat bersama kepala
lingkungan, RT serta masyarakat.”8

6
Wawancara dengan Pak Amransyah selaku kepala Kelurahan Kuang Kecamatan
Taliwang, Pada Tanggal 10 April 2019
7
Wawancara dengan Nasrullah selaku Ketua Peliuk/Blog Wilayah Tiang Enam, Pada
Tanggal 27 April 2019
8
Wawancara dengan Pak Syaifullah selaku Ketua Peliuk/Blog Wilayah Datu, Pada
Tanggal 27 April 2019
ix

Dari wawancara yang dilakukan dengan informan diatas, bahwa

pelaksanaan PDPGR selama ini berjalan dengan baik, namun dari hasil

wawancara dengan beberapa responden di Kecamatan Taliwang

mengatakan lain. Para responden justru belum puas dengan hasil

pelaksanaan PDPGR. Dimana menurut responden pemerintah daerah

belum sepenuhnya melakukan pemerataan terhadap masyarakat yang

kurang mampu seperti mereka.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Atun dan Ibu Samsia selaku

respoden yang kurang puas dengan pelaksanaan PDPGR menjelaskan

bahwa :

“pelaksanaan program pemberdayaan belum efektif, karena saya


waktu itu diminta untuk didata untuk mendapatkan bantuan
tersebut. Beberapa kali rumah saya di data namun belum juga
terlaksanakan hingga sampe saat ini. Hal ini membuat saya
kecewa, hingga saya berfikir untuk memperbaiki rumah saya
sendiri dengan uang saya sendiri.”9

“Pelaksanaan Program dari pemerintah seperti ini saja, tidak ada


perubahan. Hanya saja merubah sedikit dari rumah kami. Tidak
ada perubahan yang besar. Selebihnya kami mengeluarkan biaya
sendiri.”10

Dari berbagai pelaksanaan Program Pemberdayaan yang

dilakukan oleh pemerintah Kecamatan Taliwang, belum bisa membuat

masyarakat puas karena masih ada masyarakat yang kecewa karena

belum bisa terealisasikan keinginannya.

9
Wawancara dengan Ibu Aton selaku masyarakat Kelurahan Kuang Pada Tanggal 27
April 2019
10
Wawancara dengan Ibu Samsia selaku masyarakat Kelurahan Kuang Pada Tanggal 27
April 2016
x

2. Pelaksanaan di Kecamatan Brang Ene Kabupaten Sumbawa

Barat

Dalam melaksanakan peraturan daerah, tentu tidak hanya

pemerintah saja yang berperan aktif namun juga masyarakat selaku

subjek sekaligus objek yang merasakan apa yang diterapkan oleh

pemerintah dalam mewujudkan pemerintahan yang baik.

Berdasarkan wawancara dengan Pak Adi Sosiawan selaku Kasih

Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Brang Ene menyatakan bahwa:

“Pelaksanaan PDPGR di Kecematan Brang Ene telah berjalan


semestinya. Masyarakat merespon dengan cepat terkait dengan
program PDPGR ini. Contohnya pengentasan kemiskinan, ini
adalah satu faktor pelaksanaan Program PDPGR ini berjalan
agar jiwa gotong royong dari masyarakat itu kembali.”11

Menjadi tolak ukur dari pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat

melaksanakan program ini, adalah untuk melahirkan kembali jiwa

gotong royong yang selama ini tertanam dalam masyarakat Kabupaten

Sumbawa Barat.

Berdasarkan wawancara dengan Pak Sirajul Munir selaku

Kepala Desa Mura menjelaskan bahwa:

“Terkait dengan pelaksaan Program PDPGR di Desa Mura, dari


laporan yang kami terima dari Tim Peliuk selama ini berjalan
dengan baik. Belum ada laporan dari masyarakat terkait ketidak
puasan masyarakat dengan pelaksanaan program PDPGR. Kami
sebagai Tim Penggerak di Desa melihat sejauh ini mengenai
PDPGR berjalan dengan baik, dan dari masyarakatpun sendiri
menerima segala bentuk kegiatan yang kami lakukan. Terkait
dari kendala dalam pelaksanaannya pihak peliuk masih belum

11
Wawancara dengan Pak Adi Sosiawan selaku Kasih Pemberdayaan Masyarakat
Kecamatan Brang Ene, Pada Tanggal 02 April 2019
xi

efektif dalam memberikan laporan atau belum adanya salinan


laporan pelaksanaan program PDPGR.” 12

Berdasarkan wawancara dengan Pak Agustono selaku Ketua

Peliuk Tegaran dan Ibu Kabatia selaku bendahara menjelaskan bawah:

“Pelaksanaan program PDPGR telah berjalan dengan baik, tidak


ditemukan tidak ditemukan kendala ataupun masalah dalam
pelaksanaannya, karena masyarakat menerima dengan baik
semua yang diberikan pemerintah daerah. Belum ada keluhan
yang datang dari masyarakat.”13

3. Pelaksanaan di Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa

Barat.

Pemberdayaan gotong royong sebagai program unggulan daerah

Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) dalam mempercepat pemenuhan

kebutuhan dasar masyarakat sangat ditentukan keberhasilan

pelaksanaannya oleh adanya pemberdayaan kapasitas Kelembagaan

Pengelola Program Daerah Pemberdayaan Gotong Royong (PDPGR).

Berdasarkan wawancara dengan Pak A. Rahim selaku Camat

Barang Rea menjelaskan bahwa:

“Terkait dengan pelaksanaan program PDPGR di Kecamatan


Brang Rea, telah berjalan baik. Hambatan-hambatan dalam
setiap pelaksanaannya tetap ada. Karena hambatan dalam setiap
pelaksanaan suatu program pemerintah daerah selalu ada.
Namun hal tersebut menjadi dorongan buat kami untuk tetap
melaksanakan program PDPGR untuk mensejaterahkan
masyarakat.”14

12
Wawancara dengan Pak Sirajul Munir selaku Kepala Desa Mura, Pada Tanggal 24
April 2019
13
Wawancara dengan Pak Agustono selaku Ketua Peliuk Tegaran, Pada Tanggal 27 April
2019
14
Wawancara dengan Pak A. Rahim selaku Camat Barang Rea, Pada Tanggal 01 April
2019
xii

Berdasarkan wawancara dengan Pak Jarot selaku Tim Peliuk

Kratuk Desa Tepas dan Pak Jibrianto selaku Tim Peliuk Sario Desa

Tepas menjelaskan bahwa:

“Pelaksanaan program PDPGR di Dusun Kratuk selama ini


berjalan dengan baik. Selama pelaksanaan tidak ada suatu hal
yang menyimpang yang kami temukan. Namun ada beberapa
masyarakat yang belum bisa menerima jika ada masyarakat
yang selalu mendapatkan bantuan dari program PDPGR ini.
Karena mereka merasa, mereka juga berhak untuk
mendapatkannya. Namun dilihat dari sege ekonomi mereka,
mereka tidak layak untuk mendapat bantuan tersebut.
Permasalahan itu sering ada di masyarakat sini, namun pihak
kami berhasil untuk memastikan kepada mereka mengenai hal
tersebut.”15

“Terkait dengan pelaksanaan program PDPGR di Dusun Sario


selalu diwarnai dengan banyaknya protes dari masyarakat yang
menganggap dirinya harus mendapatkan program tersebut,
tentu kami sebagai Tim Peliuk berusaha untuk meyakinkan
warga Desa Tepas, agar dapat mengerti dengan apa yang kami
lakukan. Jika dilihat dari segi aturannya, pelaksanaan program
PDPGR di Desa Tepas ini telah berjalan dengan baik. Namun
kendalannya masih banyak masyarakat yang memprotes agar ia
juga mendapatkan bagiannya dari program tersebut.”16

Dari hasil wawancara dengan informan diatas, pemerintah

daerah sangat merespon dengan baik terhadap diberlakukannya

peraturan daerah PDPGR tersebut, begitu pula mendapat respon baik

dari masyarakat, contohnya salah satu responden menyatakan baik dia

sangat terbantu dengan bantuan PDPGR yang diberikna kepadanya.

15
Wawancara dengan Pak Jarot selaku Tim Peliuk Kratuk Desa Tepas, Pada tanggal 27
April 2019
16
Wawancara dengan Pak Jibrianto selaku Tim Peliuk Sario Desa Tepas, Pada Tanggal
27 April 2019
xiii

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Inin dan Ibu Ana selaku

responden yang puas dengan adanya peraturan daerah PDPGR

menyatakan bahwa:

“Saya bersyukur dengan ada bantuan dari program PDPGR ini


saya lebih mudah melakukan kehidupan saya, karena saya
tinggal sendiri dan saya sendiri sudah tua. Jadi dengan adanya
bantuan dari pemerintah yang diberikan kepada saya, saya dapat
menjalani hidup saya yang sudah tua dengan baik ”17

"Terkait dengan program yang diberikan oleh pemerintah


kepada saya memang saya menerimanya. Saya mendapat
bantuan jambanisasi. Saya bersyukur karna saya sudah punya
jamban sendiri, namun dari program ini saya pikir hanya bisa
membantu sedikit sepenuhnya kami menggunakan biaya
sendiri.”18

Dari wawawancara yang dilakukan, bahwa pelaksanaan

Peraturan Daerah PDPGR memang baik, namun sebagian masyarakat

yang masih kurang puas dengan pelaksanaan yang dilakukan oleh

pemerintah daerah. Dimana masih cendrung terjadinya

kesalahpahaman antara pemerintah daerah dengan masyarakat

setempat.

17
Wawancara dengan Ibu Inin selaku masyarakat Desa Teapas Kecamatan Brang Rea,
Pada Tanggal 25 April 2016
18
Wawancara dengan Ibu Ana selaku masyarakat Desa Tepas Kecamatan Brang Rea,
Pada Tanggal 25 April 2016
xiv

B. Pengawasan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2016

Tentang Program Daerah Pemberdayaan Gotong Royong.

Berdasarkan Pasal 19 Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2016

Tentang Program Daerah Pemberdayaan Gotong Royong dalam rangka

menjamin penyelenggaraan PDPGR sesuai rencana dan tujuan program

dibentuk Tim Pengawas dan Tim Pengendali Program. Tim Pengawasan

dan Tim Pengendali terdiri atas:

a. Inspektur Inspektorat sebagai Ketua;

b. Staf Ahli Bupati;

c. Staf Khusus Bupati

Pengawasan dan pengendalian PDPGR dilaksanakan oleh Tim

Pengawas dan Pengendali PDPGR. Tim Pengawas dan Pengendali

PDPGR menyampaikan laporan hasil pengawasan dan pengendali PDPGR

kepada Bupati melalui Tim Penanggung Jawab Program.19

Selain pengawasan oleh Tim Pengawas dna Tim Pengendali

PDPGR, masyarakat berhak melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

pekerjaan yang yang digotong royongkan oleh Agen Pemberdayaan

PDPGR. Pengawasan oleh masyarakat yang dimaksud disini adalah:20

a. Pemberian usul saran atau masukan dalam menyusun


perencanaan gotong royong;
b. Pemberian saran atau masukan secara bertanggung jawab baik
lisan maupun terhadap pelaksanaan pekerjaan yang digotong
royongkan;

19
Opcit, Psl. 50
20
Ibid, Psl. 51
xv

c. Pemberian informasi, masukan atau koreksi secara bertanggung


jawab baik lisan maupun tertulis kepada Bupati tentang
pelaksanaan gotong royong.

Berdasarkan wawancara dengan Pak Ahmad Yani selaku Inspektur

Pembantu Khusus menjelaskan bahwa:

“Selama pengawasan dari inspektorat belum ada penyelewengan


yang terjadi. Dalam pengawasan, bukan hanya dari inspektorak
saja, tetapi juga dari staf khusus Bupati selaku tim pengendali. Jadi
terkait dengan penyalahgunaan kekuasaan atau penyelewengan
tidak ada terjadi selama ini. Yang terjadi hanya laporan dari
masyarakat karena kurangnya komunikasi dengan pemerintah
setempat terkait dnegan pelaksanaan program PDPGR. Namun hal
tersebut bisa diatasi langsung dengan laporan ke Tim Pembina di
Kecamatan atau dapat langsung datang ke kediaman Bupati pada
setiap malam jum’at. Disana masyarakat dapat langsung
mengeluarkan aspirasi yang ingin disampaikannya. Pernah kejadian
pada tahun 2017 pada saat pelaksanaan subtiteng atau pembuatan
gorong-gorong. Subtiteng ini dilaksanakan dua kali, yang pertama
menggunakan beton untuk pembuatan gorong-gorong. Hal ini
dianggap kurang baik oleh masyarakat pesisir, karena menurut
mereka airnya masih bisa meresap dan mengakibatkan terjadinya
pencemaran lingkungan. Dari hal tersebut muncul kendala-kendala
dari masyarakat serta laporan-laporan. Namun hal ini masih dapat
diatasi.” 21

Terkait dengan laporan terhadap penyelewengan, masih belum

ditemukan. Dikarenakan dari para Tim Pengawas belum menemukan

adanya laporan terkait dengan hal tersebut. Tim pengawas dan Tim

Pengendali program hanya menerima laporan-laporan yang biasa. Namun

jika ditemukan adanya penyelewengan maka tentu akan cepat di tindak

lanjuti.

21
Wawancara dengan Pak Ahmad Yani selaku Inspektur Pembantu Khusus, Pada
Tanggal 26 April 2019
xvi

Berdasarkan wawancara dengan Pak Abu Bakar selaku Tim

Penggerak PDPGR menjelaskan bahwa:

“Terkait dengan pengawasan, selama ini belum ada laporan dari


masyarakat kepada pihak kami terkait dengan penyelewengan dana.
Hanya saja laporan terkait dengan belum terlaksanakannya
perbaikan rumah warga yang terkena gempa, dimana dikarenakan
oleh SK setiap orang berbeda-beda.” 22
Berdasarkan wawancara dengan Pak Selamat Riadi selaku Kabid

Gotong Royong Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa menjelaskan

bahwa:

“Dari pantauan kami selama ini, pengawasan yang dilakukan oleh


setiap Agen atau Tim masing-masing telah berjalan dengan baik.
Tidak ada penyelewengan atau penyimpangan yang kami temukan
dilapangan. Karena disetiap wilayah tetap memberikan hasil
laporan pelaksanaan kepada kami. Jika ditemukan hal tersebut,
maka kami akan dengan cepat menindak lanjut kembali pelaku
tersebut.”23
Berdasarkan wawancara dengan Pak Suryaman selaku Camat

Taliwang menyatakan bahwa:

“Pengawasasan terhadap penyelenggaraan Perda PDPGR dilakukan


oleh Lurah/Kepala Desa bersama dengan Babinsa dan
Bhabinkabtimnas sebagai tim penggerak sekaligus pengawasan di
setiap wilayah. Di wilayah Kecamatan Taliwang sejauh ini tidak
ada masalah, karena pihak kelurahan bersama dengan tim yang
telah di tetapkan oleh bupati tetap melaporkan hasil dari setiap
pelaksanaan program. Jadi belum ada masalah terkait dengan
pengawasan pelaksanaannya.” 24

Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 3

Tahun 2016 di Kecamatan Taliwang sejauh ini masih baik-baik saja,

22
Wawancara dengan Pak Abu Bakar selaku Tim Penggerak PDPGR, Pada Tanggal 23
April 2019
23
Wawancara dengan Pak Selamat Riadi selaku Kabid Gotong Royong Dinas
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pada Tanggal 23 April 2019
24
Wawancara dengan Pak Suryaman seelaku Camat Kecamatan Taliwang, Pada Tanggal
02 April 2019
xvii

belum ada permasalahan yang selama dalam pengawasan terhadap

penyelenggaraan peraturan daerah tersebut.

Berdasarkan wawancara dengan Pak Adi Sosiawan selaku Kasih

Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Brang Ene menyatakan bahwa:

“Dari hasil pengawasan dari tim pengawas di Kecamatan Brang


Ene berjalan dengan sangat baik. Kami tidak menemukan
pelaporan dari masyarakat setempat terkait dengan permasalahan
dalam pelaksanaan. Masyarakat di sini menerima sangat baik
berbagai program yang diberikan.”25
Berdasarkan wawancara dengan Pak A. Rahim selaku Camat

Barang Rea menyatakan bahwa:

“Terkait dengan pengawasan pelaksanaan perda PDPGR di


Kecamatan Brang Rea, memang tetap ada laporan yang masuk
terkait dengan pengawasannya, namun laporan tersebut bisa
diselesaikan dengan memberikan pemahaman kembali kepada
masyarakat setempat, agar masyarakat lebih mengerti”26
Dari wawancara yang telah penyusun lakukan, dari tiga kecamatan

tersebut tidak ditemukan adanya penyimpangan dalam pelaksanaannya.

Hal ini karena masyarakat hanya melaporkan mengapa mereka tidak

mendapatkan bagian dari pemerintah terkait dengan program tersebut.

Berdasarkan wawancara diatas, dari berbagai pihak belum ada

pelaporan masyarakat terkait penyimpangan, karena melihat respon

masyarakat sangat baik dalam menerima program yang dibuat pemerintah.

Untuk melihat penyimpangan, sangat minim ditemukan.

Dari wawancara dengan salah seorang warga di Kecamatan

Taliwang yaitu Ibu Atun mengatakan bahwa beliau menerima bantuan dan

25
Wawancara dengan Pak Adi Sosiawan selaku Kasih Pemberdayaan Masyarakat
Kecamatan Brang Ene, Pada Tanggal 02 April 2016
26
Wawancara dengan Pak A. Rahim selaku Camat Barang Rea, Pada Tanggal 01 April
2016
xviii

telah didata oleh pihak pemerintah setempat pada tahun 2016, namun

samapai dengan saat ini beliau belum juga mendapatkannya, hal ini

dikarenakan enggannya laporan atau pengaduan dari masyarakat setempat

terhadap hal tersebut. Sehingga pemerintah tidak menemukan masalah

tersebut. Serta perhatian yang diberikan kepada masyarakat oleh

pemerintah belum sepenuhnya penuh.

Jadi, pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 3

Tahun 2016 tentang PDPGR masih berjalan dengan baik, karena

pemerintah belum menemukan adanya penyimpangan atau penyelewengan

yang terjadi pada saaat pelaksanaan program PDPGR tersebut. Hal ini

dikarenakan masyarakat yang masih enggan memberikan atau

menyampaikan laporan tersebut, sehingga pemerintah kurang

mendapatkan informasi atau masih minimnya informasi terhadapa hal

tersebut.
xix

C. Faktor Pendorong Dan Penghambat Pelaksanaan Peraturan Daerah

Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Program Daerah Pemberdayaan

Gotong Royong.

1. Faktor Pendorong Dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah

Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 3 Tahun 2016 Tentang

Program Daerah Pemberdayaan Gotong Royong.

Untuk menngetahui faktor yang mendorong pelaksanaan PDPGR,

penulis akan menjelaskan hasil penelitian yang telah dilakukan baik dari

instansi terkait maupun data yang diperoleh pada saat di lapangan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan berbagai

sumber atau instansi terkait, maka dapat diatarik kesimpulan bahwa faktor

pendorong pelaksanaan PDPGR adalah sebagai berikut:

a. Adanya keinginan pemerintah untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam menyukseskan program/kegiatan pemerintah

berbasis masyarakat.

b. Adanya keinginan pemerintah untuk meningkatkan kepedulian

masyarakat terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan.

c. Adanya keinginan pemerintah untuk meningkatakan kemampuan

sumberdaya manusia dalam pemeliharaan dan pengelolaan

program/kegiatan.
xx

d. Adanya keinginan pemerintah untuk meningkatkan aktivitas sosial

ekonomi masyarakat, khususnya kelompok usaha ekonomi masyarakat

miskin.

e. Meningkatnya pengetahuan, pemahaman dan pengamalan tata nilai dan

makna gotong royong dari pemerintah daerah, masyarakat dan swasta

dalam pelaksanaan pembangunan dan pemerintahan. Meningkatnya

pengetahuan dan pemahaman tersebut menjadi penggerak motivasi dan

menjadi landasan bagi pemerintah dan masyarakat dalam

melaksanakan aktivitas kehidupannya dengan ikhtiar sungguh-sungguh

disertai doa.

f. Terbinanya pola hubungan sosial budaya dan ekonomi antara

Pemerintah Daerah dengan masyarakat dan swasta yang harmonis.

Perencanaan partisipatif sebagai rangkaIan aktivitas pemberdayaan

gotong royong, diikuti secara aktif oleh semua Stakeholders

pembangunan KSB.

g. Tersedianya program dan kegiatan pembangunan dari, oleh dan untuk

masyarakat (pro rakyat). Aspirasi, kebutuhan dan kemampuan

masayarakat menjadi sarana untuk menginventarisasi, menganalisis

dan menyusun program/kegiatan pembangunan yang sesuai kebutuhan

rill masyarakat.

Berdasarkan data tersebut di atas, bahwa Pemerintah Kabupaten

Sumbawa Barat mempunyai tujuan dalam membentuk Program

Pemberdayaan tersebut, karena keinginannya untuk menjadikan


xxi

Kabupaten Sumbawa Barat lebih maju dan sejahtera yang berbasiskan

gotong royong.

2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten

Sumabawa Barat Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Program Daerah

Pemberdayaan Gotong Royong

Pada halaman-halaman sebelumnya penulis telah menjelaskan

tentang faktor-faktor yang pendukung pelaksanaan Peraturan Daerah

Pemberdayaan Gotong Royong, maka selanjutnya penulis akan

menjelaskan faktor-faktor yang penghambat pelaksanaan peraturan daerah

tersebut. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kurangnya komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah yang

mengakibatkan kesalahpahaman antara masyarakat dan pemerintah

daerah.

b. Faktor dana yang belum terealisasikan dari pemerintah daerah.

c. Adanya keinginan dari masyarakat yang ekonominya lebih baik untuk

mendapatkan program PDPGR dari pemerintah daerah.

d. Banyaknya pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan

menyebabkan timbulnya hambatan/masalah koordinasi karena

beberapa pihak, terutama Agen Pemberdayaan PDPGR juga terlibat

pada kegiatan lain.


xxii

e. Terbatasnya waktu antara perencanaan dan pelaksanaan kegiatan

mengakibatkan pemahaman berbagai pihak, terutama masyarakat calon

penerima bantuan masih sangat terbatas.

f. Pendataan calon penerima bantuan yang dilakukan oleh Agen

Pemberdayaan PDPGR kurang melibatkan Pihak Aparatur

Desa/Kelurahan.

g. Adanya calon penerima bantuan yang lolos padahal tidak memenuhii

persyaratan sebagai calon penerima bantuan.

h. Calon penerima bantuan terkadang kurang sabar menunggu

penyerahan bantuan karena menganggap lamanya waktu menunggu

antara proses buka rekening tabungan dan penyerahan bantuan. Calon

penerima bantuan sering melayangkan protes kepada Dinas Pertanian

Perkebunan Peternakan dan minta dipercepat penyerahan bantuan,

padahal pengadaan ternak butuh proses dan secara waktu juga belum

melampaui dari perjanjian pemberian bantuan ternak.


xxiii

III. PENEUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang terdapat pada bab-bab sebelumnya maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 3

Tahun 2016 Tentang Program Daerah Pemberdayaaan Gotong

Royong telah terlaksana namun masih belum sepenuhnya optimal.

Meskipun dari berbagai informan mengatakan bahwa pelaksanaan

Program Daerah Pemberdayaan Gotong Royong ini sudah baik, akan

tetapi belum mampu mengajak masayarakatnya menjadi puas akan

program tersebut, dimana masih banyak masyarakat yang mengeluh

karena masih kurangnya perhatian dari pemerintah daerah terhadap

masyarakat yang belum mendapatkan pelayanan dari program

tersebut.

2. Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah mengenai

Pemberdayaan Daerah Gotong Royong telah terlaksana dengan baik

karena belum ada menemukan penyimpangan terhadap pelaksanaan

program tersebut. Tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

penyusun bahwa masih ada masyarakat yang mengeluh terkait dengan

program tersebut, namun tidak berani untuk menyampaikannya

langsung kepada pemerintah setempat.

3. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan Peraturan

Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 3 Tahun 2016 Tentang


xxiv

Program daerah Pemberdayaan Gotong Royong adalah, Faktor

Pendukung adanya keinginan pemerintah, bersama dengan masyarakat

untuk mewujudkan pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan

perluasan kesempatan kerja, secara efektif dan efisien dalam

pengentasan kemiskinan. Sedangkan faktor Penghambat adalah

kurangnya komunikasi antara pemerintah dan masyarakat, yang

mengakibatkan kesalahpahaman dalam pelaksanaan peraturan daerah

tersebut.

B. Saran

Akhirnya sebagai penutup skripsi ini, penulis memberikan

saran-saran yang kiranya bermanfaat dalam melaksanakan Program

Daerah Pemberdayaan Gotong Royong menjadi lebih baik dan

bermanfaat bagi masyarakat yaitu:

1. Karena sering terjadi kesalahpahaman dari masyarakat kepada

pemerintah, maka sebaiknya pemerintah daerah memberikan

komunikasi kembali kepada masyarakat setempat khususnya

masyarakat desa dengan lebih sering melakukan penyuluhan atau

sosialisasi tentang hukum dan program PDPGR, agar

kesalahpahaman tidak terjadi antara masyarakat dan pemerintah.

2. Karena masih ada responden yang kurang puas dengan sistem

pendataan oleh program PDPGR, maka sebaiknya pemerintah

daerah mendata secara valid siapa saja yang mendapatkan bantuan

dari Program Daerah Pemberdayaan Gotong Royong, agar


xxv

masyarakat tidak kecewa, dan pemerintah segera melakukan atau

memberikan bantuan terhadap masyarakat yang belum

mendapatkannya.
xxvi

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Tjandra Riawan. W. Hukum Administrasi Negara, Universitas Atma Jaya


Yogyakarta, Yogyakarta, 2008.

Widjaja, HAW.Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom, PT RajaGrafindo


Persada, Jakarta, 2011.

B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2016 tantang Program Daerah

Pemberdayaan Gotong Royong.

C. Sumber Lain

http://www.gaungntb.com/2016/10/aparat-hukum-harus-tanggap-fakta-dugaan-

pelanggaran-hukum/

D. Wawancara

Wawancara dengan Pak Suryaman Pada Tanggal 02 April 2019

Wawancara dengan Pak Amransyah Pada Tanggal 10 April 2019

Wawancara dengan Nasrullah Pada Tanggal 27 April 2019

Wawancara dengan Pak Syaifullah Pada Tanggal 27 April 2019

Wawancara dengan Ibu Aton Tanggal 27 April 2019

Wawancara dengan Ibu Samsia selaku Pada Tanggal 27 April 2016

Wawancara dengan Pak Adi Sosiawan Pada Tanggal 02 April 2019

Wawancara dengan Pak Sirajul Munir Tanggal 24 April 2019

Wawancara dengan Pak Agustono Pada Tanggal 27 April 2019

Wawancara dengan Pak A. Rahim Pada Tanggal 01 April 2019


xxvii

Wawancara dengan Pak Jarot, Pada tanggal 27 April 2019

Wawancara dengan Pak Jibrianto Pada Tanggal 27 April 2019

Wawancara dengan Ibu Inin Pada Tanggal 25 April 2016

Wawancara dengan Ibu Ana Pada Tanggal 25 April 2016

Wawancara dengan Pak Ahmad Yani Pada Tanggal 26 April 2019

Wawancara dengan Pak Abu Bakar Pada Tanggal 23 April 2019

Wawancara dengan Pak Selamat Riadi Pada Tanggal 23 April 2019

Anda mungkin juga menyukai