Anda di halaman 1dari 12

Sosiohumaniora, Volume 16 No.

3 November 2014: 270 - 281

IMPLEMENTASI DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH


PADA DAERAH OTONOMI BARU (DOB)
(Studi Di Kabupaten Pesawaran dan Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung)
Rahayu Sulistiowati
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung
Email: rahayu_sulistiowati@yahoo.co.id
ABSTRAK Riset ini didasarkan pada fenomena yang terjadi dalam penyelengaraan pemerintahan daerah
khususnya dalam hal pembentukan daerah otonom baru (DOB) yang ternyata belum sesuai dengan tujuan awal
dibentuknya DOB yaitu agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat akselerasi pembangunan, serta,
meningkatkan kulitas layanan publik. Pemekaran wilayah di berbagai daerah lebih banyak dilatarbelakangi
kepentingan elit politik di daerah. Sehingga pendekatan dalam implementasi kebijakan DOB juga lebih banyak
menggunakan pendekatan politik. Kementerian Dalam Negeri juga berpendapat bahwa penambahan DOB
tidak berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.
Bahkan sekitar 80% DOB mengalami kegagalan.Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pesawaran dan Kabupaten
Pringsewu Propinsi Lampung karena kedua kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten induk
yaitu Lampung Selatan dan Tanggamus. Penelitian bertujuan menggali berbagai informasi setempat yang
diperlukan dalam rangka menciptakan penguatan desentralisasi dan otonomi daerah sekaligus untuk menghindari
berulangnya dampak buruk implementasi otonomi daerah sebagaimana telah berlangsung di kabupaten lainnya.
Pengumpulan data melalui wawancara mendalam juga terstruktur, Fokus group discussion (FGD), observasi dan
studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa empat fungsi pemerintah daerah yaitu pelayanan publik,
pembuatan kebijakan, manajemen konflik, dan pemberdayaan masyarakat di kabupaten Pesawaran dan kabupaten
Pringsewu menunjukkan kondisi yang berbeda di mana Kabupaten Pringsewu yang lebih baru terbentuknya justru
menjalankan empat fungsi pemerintahan dengan lebih baik dibandingkan kabupaten Pesawaran.
Keywords : desentralisasi, otonomi derah, daerah otonomi baru (DOB), pemerintah daerah
THE IMPLEMENTATION OF DECENTRALIZATION AND LOCAL AUTONOMY
AT NEW LOCAL AUTONOMY
(Study at Pesawaran Regency and Pringsewu Regency in Lampung Province)
ABSTRACK This research is based on the phenomenon in local government, especially the forming of the new
autonomy region. The result of the research showed that the forming of the new autonomy region wasn’t suitable
with the purposes of the previous plans such as to obtain the prosperity of the development accseleration also to
develop public services. The motivation of forming the new autonomy region at many regions in Indonesia is
mostly based on elites interest. So that the implementation of the new autonomy regions is mostly use political
approach. The ministrer of local affairs also stated that the additional number fo new autonomy regions wasn’t
balanced with the comparisson with the public prosperity and public service. Even about 80 percent of new
outonomy regions were unsuccessfull. This research was conducted in Pesawaran and Pringsewu near South
Lampung and Tanggamus. The results aimed to get the information surroundings that was needed for the creating
the desentralisation and region autonomy also to get rid of the repetition of the bad influences as that was
implemented in other regions. The data collection used in depth and structured interview, focus group discussion
(FGD), observation and documentation. The result of the research showed that there were four functions of
local government such as public service, forming the regulation, conflict management and public empowerment
in Pesawaran, Pringsewu and shown that Pringsewu was better in implementing those four functions of local
government than Pesawaran.
Keywords : decentralisation, region autonomy, new autonomy region, local government
PENDAHULUAN kepada pemerintahan dan masyarakat lokal untuk
diselenggarakan guna meningkatkan kemaslahatan
Lahirnya Daerah Otonom Baru(DOB) dengan
umat.
segala permasalahannya adalah konsekuensi yang
Pelaksanaan otonomi daerah yang telah berjalan
muncul pasca diterapkannya satu bentuk penye-
sejak diterapkannya pada Januari 2001 dapat
lenggaraan pemerintahan yang baru di Indonesia
dikatakan belum menunjukkan hasil yang optimal.
yang memberikan peran yang lebih besar kepada
Berbagai perkembangan memang telah muncul
pemerintah daerah melalui pemberlakuan UU No 22
disana sini seperti inovasi yang dilakukan oleh
tahun 1999 tentang Otonomi Daerah (yang kemudian
beberapa pemerintah daerah dalam meningkatkan
direvisi menjadi UU No 32 tahun 2004 tentang
kualitas pelayanan publik. Contoh-contoh pemerintah
Otonomi Daerah. Otonomi daerah adalah sebuah
daerah yang telah berhasil melaksanakan otonomi
mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang
daerah diantaranya adalah kabupaten Sragen,
menyangkut pola hubungan antara pemerintahan
kabupaten Solok, Kabupaten Jembrana, juga
nasional dan pemerintahan lokal. Di dalam mekanisme
kabupaten Serdang Bedagai.
ini pemerintahan nasional melimpahkan kewenangan
270
Implementasi Desentralisasi Dan Otonomi Daerah Pada Daerah Otonomi Baru (Dob)
(Studi Di Kabupaten Pesawaran Dan Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung)
(Rahayu Sulistiowati)
Pada aras politik, desentralisasi juga telah the central government to its field organization,
mendorong demokrasi di tingkat lokal. Pemilihan lokal administrative units, semi autonomous, and
kepala daerah secara langsung yang telah berhasil prastatal organizations, Lokal government, or non
diselenggarakan di lebih dari 200 daerah otonom sejak governmental organizations.
Juni 2005 merupakan produk riel otonomi daerah Pemahaman terhadap konsep desentralisasi,
bagi pengembangan demokrasi di tingkat lokal. Tanpa menurut Carolie (dalam Waluyo, 2007:140), pada
menutup mata terhadap perkembangan positif tersebut, perkembangan lebih lanjut dibedakan menjadi dua
secara agregat pelaksanaan otonomi daerah masih yaitu desentralisasi administratif dan desentralisasi
menghadapi banyak kendala. Masih rendahnya kualitas politik. Desentralisasi administratif adalah suatu
pelayanan publik di sejumlah besar daerah, munculnya delegasi wewenang pelaksanaan yang diberikan
beragam peraturan daerah yang kontra produktif kepada pejabat pusat di daerah. Sedangkan
terhadap peningkatan ekonomi, meningkatnya angka Desentralisasi politik menyangkut delegasi
pengangguran, dan menguatnya jaringan patronase wewenang pembuatan keputusan tertentu mengenai
elite lokal, disertai dengan semakin memburuknya sumber-sumber daya yang diberikan kepada badan-
kesejahteraan masyarakat. Persoalan di atas merupakan badan pemerintah regional dan lokal dalam rangka
sebagian persoalan yang justru menguat di berbagai mengurus kepentingannya.
daerah(Laporan Depdagri, 2006:1). Jika demikian halnya, maka pengertian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pesawaran desentralisasi sebagaimana diuraikan di atas akan
dan Kabupaten Pringsewu Propinsi Lampung. Pe- terkait dengan proses pembentukan daerah otonomi.
milihan lokasi ini didasari pertimbangan bahwa Konsep otonomi, menurut Napitupulu (2007:29)
kedua kabupaten ini merupakan hasil pemekaran berasal dari dua kata, yaitu auto (sendiri) dan nomous
dari Kabupaten induk yaitu Lampung Selatan dan (aturan), sehingga berarti menyelenggarakan aturan
Tanggamus. Berdasarkan hasil observasi awal sendiri. Daerah sebagai satu kesatuan masyarakat
terdapat kondisi yang menunjukkan bahwa kabu- hukum mempunyai hak membuat aturan untuk
paten Pesawaran belum beranjak dari kondisi awal mengurus rumah tangganya sendiri
pasca dimekarkan pada 10 Agustus tahun 2007, Otonomi daerah di Indonesia baru diberlakukan
masyarakat masih banyak mengeluhkan layanan sejak 1 Januari 2001, sejalan dengan era reformasi
yang buruk dari Pemda Kabupaten Pesawaran selain pasca kekuasaan rezim Orde Baru. Meskipun demikian,
infra struktur yang masih sangat buruk . Sementara dalam implementasinya terjadi penyimpangan. Gejala
di Kabupaten Pringsewu yang dimekarkan pada tersebut, menurut Rauf (dalam Haris, 2007:162),
26 November 2008 dari hasil observasi awal disebabkan beberapa alasan. Pertama, otonomi daerah
menunjukkan kondisi yang lebih baik terutama diberlakukan di tengah-tengah krisis ekonomi yang
masalah perekonomian karena kabupaten Pringsewu amat parah. Daerah otonom memerlukan sumber dana
menjadi salah satu sentral kegiatan perekonomian yang besar karena harus membiayai berbagai keperluan
di Provinsi lampung bagian Barat. Tetapi kondisi sendiri padahal pertumbuhan ekonomi sangat kecil,
infrastruktur terutama jalan dan fasilitas umum masih investasi amat sulit diperoleh, dan sumber-sumber yang
sangat buruk pasca dimekarkan tahun 2008 tersebut. bisa menghasilkan uang sangat terbatas. Oleh karena
Penelitian ini diharapkan dapat menggali berbagai itu, tidak mengherankan bila banyak kabupaten dan
informasi setempat yang diperlukan dalam rangka kota menggunakan berbagai cara untuk meningkatkan
menciptakan penguatan desentralisasi dan otonomi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kedua, otonomi daerah
daerah sekaligus untuk menghindari berulangnya diberlakukan di tengah-tengah euphoria masyarakat,
dampak buruk implementasi otonomi daerah yakni semangat dan rasa percaya diri yang tinggi yang
sebagaimana telah berlangsung di kabupaten lainnya. seringkali bersifat kekrasan dan melewati batas-batas
Penelitian tentang implementasi desentralisasi dan kewajaran, seperti: pembakaran kantor polisi setempat,
otda di Daerah Otonom Baru (DOB) yang dilakukan gedung DPRD, atau kantor pemerintah daerah. Suasana
difokuskan pada empat fungsi pemerintahan daerah kejiwaan seperti itu juga diwarnai oleh rasa kebebasan
yaitu pelayanan publik, pembuatan kebijakan, yang besar sehingga otonomi daerah diberlakukan di
manajemen konflik, dan pemberdayaan masyarakat tengah-tengah kekacauan dan ketidakpastian hukum.
dengan membandingkan dua kabupaten dimaksud Di samping itu, implementasi otonomi daerah
yang merupakan dua kabupaten baru sebagai hasil juga ditandai pertambahan jumlah daerah baru. Pada
pemekaran dari kabupaten sebelumnya. tahun 1999 terdapat 26 propinsi, 234 kabupaten,
Secara etimologi, pengertian desentralisasi, menurut dan 59 kota. Jumlah daerah ini pada akhir 2008
Suradinata (dalam Waluyo, 2007:142), berasal dari membengkak menjadi 33 propinsi, 387 kabupaten,
bahasa latin “de” = lepas dan “centrum” = pusat. dan 90 kota. Persoalannya, sebagian besar daerah
Dengan demikian desentralisasi secara etimologi pemekaran ternyata berkinerja kurang bagus di bidang
berarti melepaskan diri dari pusat. Pengertian yang pelayanan publik. Berbagai indikator ekonomi juga
lebih lengkap mengenai desentralisasi dikemukakan menunjukkan kondisi yang lebih jelek dengan angka
Rondinelli (dalam Napitupulu, 2007:29) sebagai lebih dari 80% berada di bawah rata-rata nasional.
berikut: Rakyat di daerah pemekaran ternyata belum tersentuh
Decentralization is the transfer of planning, benar oleh pembangunan sebagaimana yang mereka
decision making, or administrative authority from idam-idamkan. Pemekaran yang sudah berlangsung
271
Sosiohumaniora, Volume 16 No. 3 November 2014: 270 - 281

sejak reformasi 1998 masih jauh dari memberikan “publik” menurut Syafi’ie (2002:11) ada tiga: (1)
manfaat nyata bagi kesejahteraan masyarakat umum; (2) negara/pemerintah; dan (3) masyarakat.
(Bappenas, 2007) Padanan kata “publik” yang tepat dalam bahasa
Visi dasar penyelenggaraan otonomi daerah, Indonesia adalah “praja = rakyat” sehingga lahir istilah
seperti dijelaskan dalam bagian awal Undang-undang “pamong praja” yang berarti pemerintah melayani
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah kepentingan seluruh rakyat. Pelayanan publik dapat
adalah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya diartikan sebagai kegiatan pemerintah dalam rangka
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, memenuhi kepentingan seluruh masyarakat. Dengan
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta demikian terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan
masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah publik: yaitu pertama, penyelenggara pelayanan
dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, yaitu pemerintah; kedua, penerima pelayanan
pemerataan, keadilan, keistemewaan dan kekhususan (pelanggan) yaitu masyarakat; dan ketiga, kepuasan
suatu daerah dalam system Negara Kesatuan Republik pelanggan(Depdagri dan LAN, 2007: 31). Rasyid
Indonesia. (2002) dalam berbagai wacana juga mengemukakan
Untuk mencapai tujuan otonomi daerah, pe- bahwa tujuan utama dibentuknya pemerintahan tak
merintah daerah memerlukan suatu manajemen lain adalah untuk menjaga suatu sistem ketertiban
publik yang handal. Manajemen publik merupakan sehingga masyarakat bisa menjalani kehidupannya
faktor utama dalam suatu administrasi publik untuk secara wajar. Pada hakikatnya, pemerintahan adalah
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Manajemen pelayanan kepada masyarakat. Pemerintahan tidaklah
publik, menurut Kristiadi (dalam Waluyo, 2007:119), diadakan untuk melayani diri sendiri, tetapi untuk
tak lain adalah upaya suatu organisasi untuk mencapai melayani masyarakat, serta menciptakan kondisi
tujuannya yang diwujudkan dalam berbagai kegiatan yang memungkinkan setiap anggota masyarakat dapat
pemerintah yang mencakup berbagai aspek kehidupan mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya
dan penghidupan warga negara atau masyarakatnya. demi mencapai kemajuan bersama. Oleh karena
Untuk mencapai tujuan tersebut, menurut Kim itu, dalam pemerintahan modern, pemerintah perlu
(dalam Waluyo, 2007:120), banyak negara melakukan didekatkan kepada masyarakat, sehingga pelayanan
langkah-langkah reformasi manajemen publik dengan yang diberikannya menjadi semakin baik (the closer
mendorong tanggung jawab pembuatan keputusan the government, the better it services).
dari bawah (responsibility for decision making Paradigma kebijakan pelayanan publik di
downward), meningkatkan penggunaan sektor privat era otonomi daerah memberikan arah terjadinya
untuk memberi pelayanan publik dan konsentrasi perubahan atau pergeseran paradigma penyelenggaraan
lebih besar pada kualitas pelayanan yang dierikan pemerintahan dari paradigma rule government ke
kepada warga negara (citizen) sebagai pelanggan. paradigma good governance. Dengan demikian,
Pada gilirannya, standar kinerja organisasi publik selaku regulator ia harus mengubah pola pikir dan cara
akan sama tinggi dengan standar kinerja organisasi kerjanya agar disesuaikan dengan tujuan pemberian
bisnis. Bahkan dengan semakin tingginya tuntutan otonomi daerah, yaitu memberikan dan meningkatkan
dalam pelayanan publik, membuat administrasi pelayanan demi kepuasan masyarakat. Pemerintah
publik bergerak lebih businesslike. daerah juga harus memberikan kesempatan luas
Pemerintah yang baik (good governance), menurut kepada warga masyarakat untuk mendapatkan
Gore (dalam Waluyo, 2007:121), adalah pemerintah akses pelayanan publik berdasarkan prinsip-prinsip
yang digerakkan oleh kesadaran baru dan sikap kesetaraan, transparansi, akuntabilitas, dan keadilan
responsif terhadap pengguna jasa. Lebih lanjut Gore (Depdagri dan LAN, 2007:32).
mengemukakan, untuk mengelola pemerintaha secara Kebijakan pemerintah secara konseptual tidak
baik, maka perlu diperhatikan empat hal: (a) Mereduksi terlepas dari sebuah bentuk kebijakan publik.
ukuran dan jumlah lembaga pemerintah, program, Menurut Derbyshire, (1974) dalam Wahab (2007:8)
dan staff (downsizing); (b) Mempermudah prosedur “ kebijakan publik merupakan sekumpulan kegiatan
(streamlining); (c) Mereformasi lembaga-lembaga secara yang dimaksudkan untuk memberi efek perbaikan
struktural agar dapat menjalankan misinya dengan baik terhadap kondisi-kondisi social ekonomi. Sedangkan
(restructuring); (d) Melimpahkan fungsi kepada sektor William Dunn (1981:4) menyatakan kebijakan publik
swasta yang lebih piawai (privatizing). Reinventing adalah serangkaian pilihan atau tindakan pemerintah
government, menurut Osborne dan Plastrik dimaksudkan (termasuk pilihan untuk tidak bertindak) guna
untuk mencapai tujuan peningkatan kulaitas pelayanan menjawab tantangan-tantangan yang menyangkut
kepada masyarakat yang lebih baik, lebih murah, dan kehidupan masyarakat. Kemudian W. I Jenkis dalam
lebih cepat (Depdagri dan LAN, 2007:23). Solichin Abdul Wahab (2007 : 4) merumuskan
Merujuk pada penelitian Depdagri dan UGM kebijakan negara sebagai serangkaian keputusan
(2006:7) terdapat 4 fungsi dasar pemerintah yaitu: yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor
Pelayanan publik, pembuatan kebijakan, manajemen politik berkenaan dengan tujuan yang dipilih beserta
konflik, dan pemberdayaan masyarakat. Pelayanan, cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi
menurut Syafi’ie (2002:11), berarti setiap kegiatan dimana keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih
yang menawarkan kepuasan meski hasilnya tidak berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan
terikat pada suatu produk secara fisik. Makna kata daripada aktor tersebut. Perubahan lingkungan politik
272
Implementasi Desentralisasi Dan Otonomi Daerah Pada Daerah Otonomi Baru (Dob)
(Studi Di Kabupaten Pesawaran Dan Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung)
(Rahayu Sulistiowati)
Indonesia dewasa ini mengakibatkan masyarakat Data dan informasi yang dikumpulkan mencakup
harus terlibat dalam proses pembuatan kebijakan. data sekunder yang diambil dari berbagai published
Harus tercipta mekanisme yang memberikan ruang material (literatur) yang terkait dengan monitoring dan
bagi partisipasi masyarakat dalam policy making. evaluasi dalam kerangka desentralisasi dan otda, baik
Fungsi dasar pemerintah daerah berikutnya adalah berupa teori pustaka, statistik, hasil monitoring dan
manajemen konflik. Bagaimana pemerintah daerah evaluasi, dokumen resmi lembaga lain, hasil penelitian
mampu mengelola konflik baik vertikal maupun lembaga lain, dan lain-lain yang terkait dengan
horizontal dengan baik. Konflik biasanya timbul dalam desentralisasi dan otda. Data juga dikumpulkan dari
organisasi sebagai hasil adanya masalah komunikasi. pusat Pemerintahan Provinsi Lampung, Kabupaten
Konflik adalah segala macam interaksi pertentangan Pesawaran maupun Kabupaten Pringsewu. Selain itu,
atau antagonistik antara dua atau lebih pihak. Konflik data yang dikumpulkan juga mencakup data primer
organisasi ( organizational conflict ) adalah ketidak yang diperoleh melalui: (a) Wawancara berstruktur
sesuaian antara dua atau lebih anggota – anggota atau dan in depth interview yang meliputi : Bupati
kelompok – kelompok organisasi yang timbul karena Kabupaten Pringsewu dan Pesawaran, Dinas Daerah
adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi yang memberikan layanan dasar pada masyarakat
sumber daya – sumber daya yang terbatas atau yaitu Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan serta Dinas
kegiatan – kegiatan kerja dan atau karena kenyataan Pembangunan Masyarakat (PMD), Anggota DPRD
bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, yang membidangi masalah Otonomi Daerah dan
nilai atau persepsi. Konflik adalah suatu pertentangan masalah pembangunan; beberapa tokoh masyarakt di
yang terjadi antara apa yang diharapkan oleh dua kabupaten tersebut (b) Observasi (pengamatan
seseorang terhadap dirinya, orang lain, organisasi langsung); (c) Focus Group Discussion (FGD) adapun
dengan kenyataan apa yang diharapkannya. informan dalam FGD ini meliputi unsur-unsur yang
Salah satu poin penting bagi upaya mendukung mewakili pemerintah kabupaten, Beberapa wakil
proses democratic desentralized governance adalah dari Dinas Daerah yang memberikan layanan dasar
pelibatan elemen masyarakat dalam wilayah yang kepada masyarakat, anggota DPRD, akademisi,LSM/
selama ini menjadi ranah yang didominasi pemerintah NGO, wakil dari media, serta babarapa tokoh
daerah. Hal ini akan menggeser pemahaman kekuasaan masyarakat . Selanjutnya untuk men-check validitas
yang elitis dan eksklusif menjadi sebuah konsep yang data, dilakukanlah trianggulasi data yang mencakup:
contested dan layak diperebutkan (Pease, 2002). (a) Membandingkan data hasil pengamatan
Walaupun demikian, hal ini tidak dapat dijadikan dengan hasil wawancara; (b) Membandingkan data
dasar bagi pemerintah untuk menunda transfer of berdasarkan pendapat umum dengan data pribadi;
power tersebut, karena masyarakat akan memintanya (c) Membandingkan pendapat orang tentang situasi
bahkan kalau perlu merebutnya. Sebaliknya apabila penelitian dengan situasi sepanjang waktu; (d)
dilakukan melalui serangkaian proses yang matang, Membandingkan prespektif seseorang dengan berbagai
hal ini justru mampu menciptakan situasi politik yang pandangan orang lain; (e) serta membandingkan hasil
lebih demokratis. Dalam kerangka inilah Empowered wawancara dengan dokumen.
participatory Governance (EPG) menjadi salah satu Analisis data dilakukan dengan menggunakan
alternatif bagi perwujudan nilai-nilai demokratis metode analisis data kualitatif. yang dilakukan
di tingkat lokal. EPG memberikan tugas kepada melalui langkah-langkah reduksi data, penyajian
pemerintah untuk melakukan proses transfer dari data, yang diakhiri dengan verifikasi dan penarikan
pemerintahan yang punya otoritas penuh dalam kesimpulan.
pengambilan kebijakan kepada upaya memfasilitasi
(a) Reduksi data berarti proses pemilihan, pemusatan
masyarakat untuk berperan dalam penentuan kebijakan.
perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian,
METODE dan transformasi data “kasar” yang muncul
dalam keseluruhan pengumpulan data. Reduksi
Kegiatan penelitian ini menggunakan metode
data bukanlah merupakan hal yang terpisah
penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif.
dari analisis data, melainkan merupakan bagian
Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong,
dari analisis data. Dalam proses ini data yang
2002:3), metode penelitian kualitatif sebagai suatu
terkumpul diklasifikasikan sesuai dengan data
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif,
yang dibutuhkan dalam penelitian.
yaitu kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
(b) Penyajian data berarti penyajian atas sekumpulan
prilaku yang diamati. Penelitian kualitatif memandang
informasi yang telah tersusun agar memberi
obyek yang diteliti secara holistik. Jadi dalam hal ini
kemungkinan bagi penarikan kesimpulan.
tidak mengisolasi individu atau organisasi ke dalam
(c) Verifikasi dan penarikan kesimpulan berarti usaha
variabel atau hipotesis tetapi memandangnya sebagai
mencari makna dari catatan tentang keteraturan,
bagian dari suatu keutuhan. Sedangkan jenis penelitian
pola-pola, penjelasan, konfigurasi, alur sebab
deskriptif, menurut Nawawi (2001:44) dapat diartikan
akibat, dan preposisi.
sebagai penelitian yang berusaha untuk menuturkan
pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan HASIL DAN PEMBAHASAN
data-data yang ada. Jadi ia juga menyajikan data,
Pelaksanaan kebijaksanaan otonomi daerah (Otda)
menganalisis, dan menginterpretasi.
273
Sosiohumaniora, Volume 16 No. 3 November 2014: 270 - 281

yang merupakan bagian dari proses bergulirnya ini dilihat dari dirasakan oleh masyarakat dilihat dari
reformasi birokrasi pemerintahan di Indonesia, telah indikator: ketepatan waktu pelayanan, bukti layanan,
banyak menunjukkan fenomena perubahan, baik daya tanggap aparat terhadap keluhan masyarakat,
kelembagaan maupun kinerja (performa) pemerintah akuntabilitasnya, dan empathy aparat terhadap kondisi
daerah di Indonesia. Munculnya berbagai instrumen mayarakat.
penyelenggaraan pemerintahan sebagai peraturan Kondisi belum maksimalnya layanan Standar
pelaksanaan (PP) dari UU No.32 Tahun 2004 tentang pelayanan oleh pemerintah daerah juga disampaikan
Pemerintahan Daerah dan UU No.33 Tahun 2004 oleh seorang informan anggota dewan di kabupaten
tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pesawaran seperti berikut ini bahwa : “Optimalisasi
Daerah, merupakan langkah-langkah penajaman pelayanan publik yang efisien dan efektif menjadi
pelaksanaan Otda. Berdasarkan dokumen dari perhatian utama pemerintah daerah agar dapat
kedua lokasi penelitian diketahui bahwa kabupaten menyajikan pelayanan publik yang prima bagi
Pesawaran dimekarkan pada 10 Agustus tahun 2007 masyarakat. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
dari kabupaten induknya yaitu Lampung Selatan. merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk
Sementara Kabupaten Pringsewu dimekarkan pada mendorong pemerintah daerah melakukan pelayanan
26 November 2008 dari kabupaten Tanggamus. publik yang tepat bagi masyarakat, dan sekaligus
Pemekaran kedua wilayah ini merupakan proses yang mendorong masyarakat untuk melakukan kontrol
panjang bahkan ide pemekaran kabupaten Lampung terhadap kinerja pemerintah di bidang pelayanan
Selatan untuk dimekarkan menjadi 3 kabupaten sudah publik. Tolok ukur pencapaian kinerja sangat penting
dimulai sejak tahun 1968 namun baru pada tahun 2007 untuk disertakan, agar masing-masing unit organisasi
dimekarkan menjadi kabupaten Pesawaran sedangkan pelaksana dari kewenangan/fungsi dalam bidang
kabupaten Pringsewu mengalami proses yang cukup tertentu dapat mengukur dirinya sendiri apakah
cepat untuk dimekarkan dari kabupaten induknya yaitu sudah berhasil melaksanakan tugasnya atau belum.
kabupaten Tanggamus. Di sisi lain, dengan ukuran kinerja yang jelas, publik
Berikut ini akan disampaikan pelaksanaan empat atau masyarakat juga bisa memantau kinerja unit
fungsi pemerintah daerah yaitu pelayanan publik, organisasi tersebut. Karena dengan transparansi
pembuatan kebijakan, manajemen konflik, dan pengukuran juga menggambarkan akuntabilitas unit
pemberdayaan masyarakat di kabupaten Pesawaran organisasi tersebut pada publik.
dan kabupaten Pringsewu Aturan normatif tentang penerapan pelayanan
publik di daerah belum secara tegas memuat tentang
Pelayanan Publik
sanksi bagi pelanggaran pelayanan pemerintah daerah
Dalam perkembangannya makna pelayanan mas- kepada publiknya. Hal ini seringkali ditengarai
yarakat ternyata bukan sekadar pelayanan dasar saja, telah terjadi “kekosongan” kebijakan publik dalam
namun pelayanan yang lebih luas lagi menyangkut penerapan pelayanan publik. Berkaitan dengan
berbagi kepentingan pengguna hasil dan penerima pelanggaran terhadap rambu-rambu pelayanan publik
pelayanan, sehingga secara luas dikenal kenal ini, sempat muncul wacana di pusat untuk “menunda”
“Pelayanan Publik”. pencairan dana alokasi umum (DAU). Kalau hal ini
Kondisi yang sama terjadi juga di Kabupaten yang terjadi justru makin memperkeruh persoalan
Pesawaran yang komposisi keuangan daerahnya bahkan menambah masalah baru, mengingat DAU
sangat tergantung dari DAU dan DAK yang mayoritas yang diberikan cenderung untuk pembiayaan gaji
peruntukannya untuk belanja pegawai mulai dari gaji, dan tunjangan aparatur di daerah. Oleh karena itu
tunjangan, fasilitas dan lain sebagainya. Kemudian perlu keberanian para pengambil keputusan di bidang
yang menjadi titik lemahnya adalah masih tertabasnya pemerintah untuk meninjau ulang (review) terhadap
kemampuan pemerintah daerah dalam menggali kebijakan SOTK dan eselonisai di daerah.
sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD), di mana Dalam konteks pemerintahan Kabupaten Pesawaran
sampai saat ini Pemerintah Kabupaten pesawaran sebagaimana dikemukan di atas mengenai masih
belum menunjukkan kemampuan menggali PAD jauhnya kualitas dan kuantitas pelayanan publik yang
secara maksimal. diberikan kepada masyarakat menunjukkan kinerja
Hasil observasi di Kantor Pelayanan Perizinan secara umum pemerintah daerah di Indonesia dan
Terpadu Kabupaten Pringsewu dan wawancara khususnya di Kabupaten Pesawaran masih rendah dan
yang dilakukan terhadap masyarakat di Kabupaten jauh dari harapan dan esensi otonomi daerah. Selayaknya
Pringsewu menunjukkan hal yang sedikit berbeda kondisi demikian tidak terjadi, mengingat calon kepala
dengan kondisi yang ada di kabupaten Pesawaran. daerah menyampaikan rumusan visi dan misi yang
Masyarakat menilai ada perubahan yang cukup selanjutnyan menjadi acuan pelaksaan pembangunan
signifikan dalam hal layanan publik dari masa selama satu periode kepemimpinan, hal yang lebih
sebelum dimekarkan yaitu saat masih bergabung prinsip lagi adalah visi dan misi adalah jamji kepada
dengan kabupaten Tanggamus dengan kondisi pasca masyarakat yang harus dipenuhi, mengingat substansi
pemekaran saat in, tetapi belum maksimal Menurut seluruh kepala daerah memuat kata-kata kesejahteraan.
masyarakat kalau pegawai mau lebih maksimal Dalam menjalankan roda pemerintahan, Bupati Aries
melayani masyarakat harusnya hasilnya akan lebih Sandi dan Wakil Bupati Musiran merumuskan visi:
optimal. Kondisi belum maksimalnya layanan publik “Terwujudnya Pesawaran yang Maju, Berbudaya,
274
Implementasi Desentralisasi Dan Otonomi Daerah Pada Daerah Otonomi Baru (Dob)
(Studi Di Kabupaten Pesawaran Dan Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung)
(Rahayu Sulistiowati)
Berdaya Saing dan Sejahtera”. Guna pencapaian visi penerapan pelayanan publik dari pemerintah daerah.
mulia tersebut, maka disusun misi Pesawaran yaitu: Oleh karena itu diperlukan regulasi daerah (Perda)
(1) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, tentang pelayanan publik yang proses penyusunannya
kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat; (2) lebih aspiratif, akomodatif dan transparan.
Mengoptimalkan potensi perekonomian daerah dan Berdasarkan wawancara dengan dengan Wakil
sumberdaya lokal serta pemberdayaan masyarakat; Ketua DPRD Pesawaran dari Fraksi PKS mengatakan
(3) Memelihara dan Meningkatkan infrastruktur bahwa “tidak maksimalnya pelayanan publik di
dan pembangunan perdesaan; (4) Mengoptimalkan Kabupaten Pesawaran adalah karena minimnya
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup; kualitas aparat pemerintah pemda. Pegawai datang dan
(5) Mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan pulang tidak tepat waktu, pada saat jam kantor sibuk
bertanggungjawab” mengerjakan hal-hal lain yang bukan tupoksinya,
Sementara itu berdasarkan hasil wawancara penempatan pegawai juga kadang-kadang kurang sesuai
dengan Bupati Pringsewu, didapatkan informasi dengan latar belakang pendidikan yang dimilikinya
bahwa dalam hal pelayanan publik telah dilakukan sehingga hal-hal tersebut membuat pelayanan kepada
berbagai hal untuk mewujudkan layanan publik yang masyarakat menjadi tidak maksimal.”.
lebih baik, diantaranya sudah dilakukan pembenahan Masyarakat seharusnya juga tidak hanya sekadar
administrasi dalam semua sektor, pembangunan infra menyampaikan keluhan (complain) saja, tetapi
struktur untuk memudahkan akses masyarakat ke juga secara jujur dapat menyampaikan kepuasan
pusat pemerintahan. Dalam hal kesehatan juga sedang (satisfaction). Keduanya dapat disampaikan dalam
dilakukan relokasi RSUD Pringsewu Ke Fajar Agung mekanisme yang normatif, santun dan demokratis
Barat karena lokasi RSUD Pringsewu saat ini yang sehingga dapat menjadi variabel guna perbaikan
sudah overload karena tingginya minat masyarakat dan peningkatan pelayanan publik masa depan.
berobat di RS tersebut tidak hanya masyarakat Oleh karena itu penerapan konsep pelayanan
Pringsewu, tetapi juga masyarakat dari kabupaten publik yang strategis untuk di perhatikan oleh
Pesawaran, Lampung Tengah, dan Tanggamus. pemerintah Pemerintah Daerah, lebih-lebih Daerah
RSUD tersebut juga telah mendapatkan Akreditasi Otonom Baru seperti Kabupaten Pesawaran dan
Lulus Penuh dari Departemen Kesehatan dan Kabupaten Pringsewu secara khusus dan seluruh
memberikan kontribusi PAD naik 100% dari tahun elemen masyarakat untuk meningkatkan kualitas
sebelumnya. Dalam hal layanan pembuatan e_KTP, pelayanan publik seperti yang dikemukakan Agus
kabupaten Tanggamus mendapatkan peringkat ke 3 Dwiyanto, 2002 dapat diterapkan yaitu: (1) Persepsi
secara nasional. Dalam hal pendidikan, kabupaten dan kesungguhan pemda dalam meningkatkan
ini juga sudah mengikuti UU yang berlaku dengan kesejahteraan masyarakat; (2) Standar pelayanan
menganggarkan 20 % dari APBD nya untuk sektor minimum (SPM) yang aspiratif, akomodatif dan
pendidikan ini. transparan; (3) Mekanisme kontrol secara normatif
Dari hasil wawancara di atas di atas menunjukkan dari masyarakat terhadap performa pelayanan yang
bahwa upaya untuk peningkatan layanan publik diberikan dapat menjadi umpan balik (feedback)
memang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten bagi peningkatan pelayanan di masa depan; (4)
Pringsewu.Selain persoalan keterlibatan masyarakat Kepemimpinan (leadership) dalam setiap institusi
dalam proses pelayanan publik, hal paling pokok pelayanan publik di daerah. (5) Administrative reform
yang dapat menjadi cermin pelayanan publik adalah atau reformasi perilaku birokrasi.Selain itu yang
keseimbangan alokasi pembiayaan dalam APBD. juga perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah
Pada APBD kabupaten Pringsewu tahun 2012 adalah seperti yang dikemukakan oleh Linden, 1994,
jumlah belanja sebesar 581.494.114.600, untuk dalam Dwiyanto bahwa dalam membuat kebijakan
belanja tidak langsung atau belanja aparatur sebesar dan interaksi pelaksanaan pelayanan publik; (1)
215.706.104.600, dan belanja tidak langsung atau menerapkan konsep slimless government (Struktur
belanja publik sebesar 365.788.011.000. Ini berarti Pemerintahan yang ringkas) dan strategic human
untuk belanja pegawai sebesar 37% sedangkan belanja resources management. (2)community involvement
publik sebesar 62%. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam memberikan informasi, mengoreksi dan
memang Pemkab Pringsewu sudah memperhatikan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan publik.
kebutuhan masyarakat, hal ini terbukti juga dengan Tolok ukur pencapaian kinerja sangat penting
dibentuknya Posko APBD yang salah satu tujuannya untuk disertakan, agar masing-masing unit organisasi
mengawasi penyusunan anggaran agar sesuai dengan pelaksana dari kewenangan/fungsi dalam bidang
ketentuan yang berlaku serta menerima saran dan tertentu dapat mengukur dirinya sendiri apakah
pengaduan dari masyarakat atas proses penyusunan sudah berhasil melaksanakan tugasnya atau belum.
APBD Kabupaten Pringsewu. Di sisi lain, dengan ukuran kinerja yang jelas, publik
Keterbatasan dan komitmen pemerintah daerah atau masyarakat juga bisa memantau kinerja unit
yang belum optimal tentu saja akan menghambat organisasi tersebut. Karena dengan transparansi
percepatan pembangunan sesuai tututan reformasi pengukuran juga menggambarkan akuntabilitas unit
dan semangat otonomi daerah. Sehingga yang organisasi tersebut pada publik. Bentuk akuntabilitas
perlu mendapat perhatian adalah masyarakat adalah dalam aspek pelayanan publik harus memuat
seorang informan, korektor dan evaluator dari beberapa hal seperti:
275
Sosiohumaniora, Volume 16 No. 3 November 2014: 270 - 281

1. Adanya rumusan standar kualitas yang jelas dan 5. Peningkatan Penyelenggaraan Pemerintahan yang
disosialisasikan kepada masyarakat baik dan bertanggungjawab.
2. Adanya sistem penanganan keluhan yang
Sementara itu dari hasil pelacakan dokumentasi di
responsif
kabupaten Pringsewu diketahui bahwa dari kegiatan
3. Adanya ganti rugi yang diberikan kepada klien
musrenbang yang dilakukan pada 2012 menunjukkan
atau pengguna jasa apabila mereka tidak puas
adanya program prioritas pembangunan yang
dengan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau pro
daerah
rakyat. Dengan memfokuskan diri pada program
Pembuatan Kebijakan pemberdayaan ekonomi masyarakat, peningkatan
infrastruktur, serta memperluas akses pendidikan
Mengenai proses pembuatan kebijakan, setidaknya
dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu (1) pembuatan
Secara umum tahapan proses penyusunan program pem-
kebijakan pada tataran masyarakat, maksudnya
bangunan sudah berjalan, hanya saja secara substansi
bagaimana keterlibatan masyarakat dalam proses
masih banyak persoalan dalam proses penyusunannya.
pembuatan kebijakan mulai dari hulu sampai hilir;
Hal ini dikarenakan musrembang kadang-kadang hanya
dan (2) pembuatan kebijakan pada tataran legislasi
dijadikan alat legitimasi kebijakan saja, dimana dianggap
atau politik, pada tataran ini pembuatan kebijakan
prosesnya telah melibatkan masyarakat. Dengan demi-
menjadi sesuatu yang rumit dikarenakan adanya
kian program pembangunan yang disusun sudah
pengaruh SDM elite politik, kepentingan politik
sesuai dengan aspirasi masyarakat. Dengan kondisi
praktis, konflik dan legitimasi politik.
demikian, proses penyusunan program pembangunan
Proses pembangunan pasca reformasi sudah
menjadi sekedar formalitas dan partisipasi mas-
mengalami perubahan pola, yang dulu sentralistik
yarakat juga tidak telalu kuat. Masyarakat hanya
“top down” saat ini sudah desentralistik “bottom
diwakili oleh tokoh-tokoh masyarakat saja. Selain
up”. Terkait dengan proses pembuatan kebijakan di
itu, usulan-usulan dari masyarakat hanya seputar
Kabupaten Pesawaran dan Kabupaten Pringsewu
program-program fisik semata, jarang sekali usulan-
dapat dilihat dari proses penyusunan Peraturan
usulan dari masyarakat berupa program yang
Daerah tentang Anggaran pendapatan dan Belanja
berorientasi pembangunan jangka panjang. Hal yang
Daerah (APBD). Secara formal penyusunan program
paling penting juga adalah, jumlah usulan masyarakat
pembangunan di kedua Kabupaten sama dengan
yang masuk dalam program pembangunan yang
daerah lainnya yang dikenal dengan Jaring Asmara
kemudian dianggarkan dalam APBD setiap tahunnya
atau Jaring Aspirasi Masyarakat. Tahapan proses
sangat terbatas, dikarenakan lebih banyak usulan
pembuatan kebijakan ini dimulai dari musyawarah
SKPD yang mengisi pos dana pembangunan.
tingkat desa, dilanjutkan dengan musyawarah tingkat
Khusus di kabupaten Pesawaran, aspek lainnya yang
kecamatan dan terakhir dilaksanakan Musyawarah
menyebabkan usulan pembangunan dari masyarakat
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tingkat
tidak terpenuhi dikarenakan anggaran daerah sudah
Kabupaten yang dihadiri oleh seluruh perwakilan
habis untuk memenuhi kebutuhan rutin pemerintah
SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di
hingga mencapai 65% dari total belanja setiap
lingkungan Pemerintah Kabupaten. Musrenbang
tahunnya, sedangkan di Kabupaten Pringsewu untuk
tingkat Kabupaten ini merupakan kelanjutan dari
belanja rutin hanya 40% sehingga relatif lebih baik.
pelaksanaan Musrenbang tingkat desa dan tingkat
Tahapan penting selanjutnya dalam pembuatan
kecamatan yang telah selesai dilaksanakan.
kebijakan publik adalah proses legislasi dan politik
Berdasarkan Musrenbang tahun 2012 yang
diantara Pemerintah Daerah dan DPRD. Pada bagian
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Pesawaran
ini kerap terjadi proses politik yang tidak produktif.
menekankan pada proses percepatan pembangunan
Secara umum di hampir semua daerah terjadi divided
daerah melalui peningkatan dan pemerataan kualitas
government atau pemerintahan yang terbelah. Kondisi
pendidikan, pelayanan kesehatan, peningkatan
ini tentunya sangat mengganggu proses pengambilan
infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat menuju
keputusan dalam proses kebijakan publik. Kondisi
Pesawaran yang Sejahtera. Selain itu, prioritas
demikian terjadi di Kabupaten Pesawaran, dua
pembangunan Kabupaten Pesawaran tahun 2012
tahun terakhir, di mana hubungan Bupati dan DPRD
difokuskan pada:
tidak harmonis. Bahkan pada tahun 2012 karena
1. Peningkatan kualitas Pendidikan, pelayanan ke- kondisi yang tidak harmonis antara legislatif dan
sehatan dan pemberdayaan masyarakat serta eksekutif dan juga ketidak harmonisan antara fraksi
perwujudan kehidupan sosial yang harmonis; di lembaga legislatif ini, DPRD terkesan mengulur
2. Peningkatan sarana prasarana dasar dan infrastruktur  waktu pembahasan APBD yang pada akhirnya
perdesaan.  APBD dilaksanakan hanya berdasarkan PERBUP
3. Peningkatan pembangunan ekonomi kerakyatan saja. Hal ini disebabkan oleh ketidak pahaman
berbasis pertanian, perikanan, industri, perdagangan, terhadap fungsi dan peran masing-masing institusi,
koperasi, ketenagakerjaan dan  pariwisata.  dimana Bupati dan DPRD adalah mitra kerja dalam
4. Optimalisasi pengelolaan potensi sumberdaya alam, bingkai pemerintahan daerah. Antara kedua lembaga
pelestarian fungsi lingkungan hidup dan tata ruang.  tersebut memiliki hubungan check and balance

276
Implementasi Desentralisasi Dan Otonomi Daerah Pada Daerah Otonomi Baru (Dob)
(Studi Di Kabupaten Pesawaran Dan Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung)
(Rahayu Sulistiowati)
yang berimbang. Implikasi dari kondisi tersebut Horizontal antara Bupati dengan DPRD; dan (3)
tentunya mengganggu tahapan proses pembangunan Konflik Kepala daerah dengan Wakil Kepala Daerah.
di Kabupaten Pesawaran, khususnya dalam hal Terkait dengan pemilihan pola konflik yang terjadi di
penyusunan anggaran pembangunan daerah yang daerah-daerah hasil pemekaran dan kecenderungan
termuat dalam Peraturan Daerah tentang APBD. di era desentralisasi yaitu: pertama, pola hubungan
Konsekuensinya pembangunan terhambat dan kepala daerah (Bupati) dengan Gubernur yang
masyarakat yang dirugikan cenderung tidak harmonis. Kondisi inilah yang
Kondisi berbeda ditemukan di lokasi penelitian terjadi di Kabupaten Pesawaran lebih kurang
yang kedua yaitu di kabupaten Pringsewu. Berdasarkan satu tahun terakhir yang tidak harmonis dengan
hasil wawancara dan observasi, hubungan antara Gubernur Lampung. Fenomena ini tidak hanya
legislatif dan eksekutif yang relatif harmonis sebagai terjadi pada Kabupaten Pesawaran, tetapi terjadi di
mitra kerja sangat mendukung kelancaran pembuatan hampir semua kabupaten/kota. Beberapa faktor yang
kebijakan di Kabupaten ini. Sejak pelantikan resmi mempengaruhinya adalah: (1) pemahaman tentang
bupati/wakil bupati pada 23 November 2011 tidak struktur pemerintahan, di mana banyak kepala
pernah ada konflik pemda dan DPRD, bahkan sidang- daerah yang memposisikan bahwa gubernur adalah
sidang selalu quorum dan menghasilkan kebijakan perpanjangan tangan pemerintah pusat yang tidak
yang telah diagendakan berdasarkan usulan dari memiliki hubungan hirarkis; (2) Pemahaman masing-
eksekutif. Namun demikian dari hasil wawancara masing kepala daerah tentang konsep ekonomi dan
dengan salah seorang anggota DPRD diakui bahwa pembangunan daerah yang menempatkan aspek
produk kebijakan yang pro rakyat hasil inisiatif integrasi pembangunan merupakan bagian dari
DPRD belum sepenuhnya terwujud, tetapi diupayakan pemebentukan struktur organisasi pemerintahan;
akan menuju ke arah tersebut yaitu legislatif dapat dan (3) adanya persaingan politik di daerah yang
menghasilkan produk kebijakan yang pro rakyat tidak sehat, mulai dari persaingan antar partai hingga
seperti Perda Peredaran Miras dan beberapa rancangan persaingan atau konflik golongan/ kelompok bahkan
Perda baru yang akan mengatur berbagai aspek untuk keluarga. Beberapa uraian di atas merupakan bagian
kesejahteraan masyarakat. dari faktor yang mempengaruhi hubungan masing-
masing tingkatan organisasi di masyarakat. Kedua,
Manajemen Konflik
konflik antara Kepala Daerah dengan DPRD. Pola
Salah satu persoalan pembangunan yang me- konflik ini terjadi pasca proses pilkada pertama
ngemuka saat ini terutama sejak otonomi daerah di Kabupaten Pesawaran, Bupati terpilih yang di
digulirkan adalah menguatnya gejala konflik, baik usung dan dukung oleh Demokrat, PKB, PKPB,
konflik yang bersifat horizontal maupun konflik yang PPP, dan PBB menang dalam pilkada sebanyak
bersifat vertikal. Konflik yang muncul mengakibatkan 30,50% suara. Meskipun secara konstitusional sudah
kekerasan di berbagai tempat di Indonesia. Banyak memenangi pilkada, namun perolehan suara tersebut
penyalahgunaan peralatan, sarana dan prasarana, bahkan merupakan perolehan suara minimum, dimana batas
senjata yang mengakibatkan cedera bahkan kehilangan minimum memenangkan pilkada adalah 30% suara.
nyawa di kalangan masyarakat. Ada banyak caci Hasil tersebut dari aspek politik tentunya kurang
maki serta hujatan yang mewarnai kegiatan-kegiatan menguntungkan, karena dari hasil tersebut legitimasi
demonstrasi yang dilakukan masyarakat, sehingga politiknya kurang maksimal.
mengarah pada tindakan kekerasan/kerusuhan. Lebih jauh untuk melihat posisi tawar Bupati
Kekerasan-kekerasan dan kerusuhan di Indonesia di DPRD dapat dilihat dari jumlah kursi partai
menjadi sesuatu yang sangat biasa. Hampir tiap hari pengusung di DPRD untuk mendukung pilihan-
terdapat berita di media yang melaporkan adanya pilihan kebijakan yang akan diambil oleh Bupati.
kekerasan dan kerusuhan di masyarakat. Menurut Minimnya dukungan politik yang dimiliki Bupati,
para pemerhati sosial, Indonesia adalah salah menyebabkan kepala daerah akan sulit dalam
satu negara yang saat ini paling tidak menikmati pembahasan program pembangunan, khususnya
perdamaian. Selain itu Kleden (dalam CSIS No.2, terkait dengan penganggaran saat penyusunan APBD.
2002) menyatakan keadaan sosial politik di Indonesia Implikasi akhir dari kondisi demikian maka kepala
semenjak reformasi ditandai oleh dua gejala yang daerah akan selalu melakukan transaksi politik agar
sangat mencolok dalam tingkah laku politik yaitu kebijakannya mendapat dukungan penuh dari DPRD.
kebebasan di satu pihak dan kekerasan di pihak Kaitannya dengan kondisi Kabupaten Pesawaran
lainnya. Kekerasan itu memperlihatkan diri dalam yang terjadi tidak jauh berbeda dengan kondisi
berbagai ekspresi yang berbeda-beda, tapi pada yang diuraikan di atas. Di mana hubungan Bupati
dasarnya menyembunyikan suatu struktur yang Pesawaran dengan DPRD selalu diwarnai dengan
kurang lebih sama. tarik menarik kepentingan dan kewenangan, sehingga
Terkait dengan manajemen konflik sebagai bagian banyak program yang tidak terbahas dan masyarakat
dari indikator penyeelanggaraan pemerintahan yang menjadi korban.
daerah di daerah hasil pemekaran yang mengemuka Pada tahun 2012 di kabupaten Pesawaran terjadi
adalah konflik politiknya, setidaknya terdapat 3 pembakaran Polsek di kecamatan Padang Cermin,
pola konflik dalam pemerintahan, yaitu: (1) Konflik pembakaran ini terjadi karena masyarakt menuntut
vertical dengan pemerintah provinsi; (2) Konflik dilepaskannya salah satu tahanan Polsek yang diduga
277
Sosiohumaniora, Volume 16 No. 3 November 2014: 270 - 281

merupakan provokator kerusukan antara pemuda penyebab terjadinya konflik antara lain: (1) terdapat
antar kampung di kawasan tersebut, polisi juga perbedaan pendapat antara dua orang atau lebih, (2)
menduga tahanan ini adalah seorang yang sering mempertahankan egonya masing-masing sehingga
terlibat dalam aksi pencurian dan pemerasan. Issue tidak terdapat kata sepakat, (3) ketidakpercayaan
yang merebak di masyarakat adalah bahwa tahanan masing-masing pihak terhadap pihak lain, (4) terjadi
tersebut dianiaya polisi. Masyarakat yang merasa kesalahpahaman antara kedua pihak, (5) penyelesaian
warganya mendapat perlakuan tidak adil dari polisi masalah dilakukan secara sepihak tidak berdasarkan
arah dan terjadilah aksi pembakaran Polsek tersebut. musyawarah mufakat.
Menurut hasil wawancara dengan Tokoh masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat
dan anggota DPRD Pesawaran bahwa Konflik
di Pesawaran yang terjadi di Kecamatan Padang Pemberdayaan masyarakat akan berjalan efektif
Cermin penyelesaiannya mengunakan hukum adat mana kala infrastruktur demokrasi yang ada mampu
yang diwakili oleh ketua-ketua adat yang dijembatani berjalan secara mandiri. Infrastruktur tersebut
oleh anggota kepolisian. Hal ini dirasakan lebih diantaranya meliputi, partai politik lokal, Ornop
menjamin keadilan dan lebih memiliki kekuatan local (NGOs), pers lokal, universitas lokal dan
nilai dibandingkan hukum nasional yang cenderung polisi daerah. Memang tidak semua daerah memiliki
kurang berpihak. Hal ini disebabkan karena kelima unsur tersebut, namun minimal adanya
hukum adat merupakan kesepakatan bersama dari partai politik lokal atau partai yang ada di daerah,
masyarakat setempat yang telah mempertimbangkan mampu berjalan secara fungsional dalam arti mampu
kepentingan-kepentingan masyarakat, individu, memperdayakan dirinya. Selain itu adanya organisasi
maupun pihak yang bertikai. non pemerintah (Ornop) yang independen seperti
Pasca pelantikan Bupati dan wakil bupati Ormas, LSM maupun kelompok-kelompok sukarela
terpilih di kabupaten Pringsewu, tidak pernah terjadi yang mencoba memberi penguatan pada masyarakat
konflik baik vertikal maupun horizontal. Lembaga serta melakukan pengawalan/pengontrolan pada
eksekutif dan legislatif bekerjasama dengan baik dan pemerintahan. Disamping itu pers sangat strategis
menjalankan tugasnya masing-masing serta sebagai dalam turut membentuk tercapaianya pemberdayaan
mitra kerja bersinergi bekerja untuk masyarakat. masyarakat.
Pemda terlihat sangat responsif dan antisipatif , Dalam era otonomi daerah pemerintah daerah yang
sebagai contoh ketika ada kerusuhan di kabupaten paling dekat dengan rakyat, ialah pemerintah desa. Oleh
lain seperti Lampung Selatan dan Lampung Tengah karena itu upaya untuk memperdayakan pemerintah
yang berdampak pada kerugian hingga milyaran desa merupakan hal yang harus dilakukan terlebih
rupiah hanya gara-gara kasus kriminal biasa dan dahulu sebelum, melakukan pemberdayaan masyarakat.
kesalahpahaman antar warga, menjadi sebuah ke- Yang perlu didasari oleh pemerintah dalam melakukan
rusuhan dengan skala besar dan meningkat menjadi pemberdayaan masyarakat bagaimana menciptakan
kerusuhan antar etnis. Hal tersebut sangat disyangkan suatu kondisi lingkungan birokrasi pemerintahan
sekali. Pemda Kabupaten Pringsewu pasca kerusuhan yang mudah dijangkau atau diakses oleh masyarakat
di dua kabupaten tersebut kemudian mengumpulkan terutama mereka yang hidup dalam kondisi serba
Organisasi Kemasyarakatan, Forum Komunikasi miskin. Mereka yang miskin bukanlah orang yang tidak
Umat Beragama (FKUB) juga dipanggil dan ber- mempunyai suatu apapun, akan tetapi berada dalam
diskusi bersama di Kabupaten ini juga konflik antar serba keterbatasan, baik ekonomi (modal), pengetahuan
masyarakat relatif tidak nampak walaupun se- (akses) terhadap modal, pasar dan sebagainya, sehingga
sungguhnya masyarakatnya sangat heterogen baik sulit untuk mengembangkan dirinya.
dari suku, agama maupun kondisi perekonomian, Dengan demikian apabila pemberdayaan masyarakat
tetapi nampaknya tingkat kesadaran masyarakat atas berhasil dijalankan, maka akan memperkokoh ke-
kondisi keberagaman menjadi sesuatu yang biasa mandirian daerah baik secara politik, ekonomi,
dan ini dapat menjadi modal yang sangat baik untuk dan budaya kekokohan dalam tiga bidang tersebut,
terus dikembangkan dalam rangka keberlanjutan akan mampu menangkal dan bersaing tinggi dalam
pembangunan. Konflik dan kekerasan di masyarakat menghadapi gemburan globalisasi ekonomi dunia
sudah seharusnya ditinggalkan karena hanya akan yang digerakkan oleh semangat kapitalisme-liberal.
merugikan masyarakat. Di mana kekokohan daerah akan menopang bagi
Mengapa perilaku kekerasan semakin marak terjadi proses pengkukuhan wilayah dan proses kehidupan ber
dalam masyarakat ketika pembangunan daerah semakin berbangsa dan bernegara.
gencar dilakukan dan kekerasan sudah membudaya di Untuk pemberdayaan masyarakat di Kabupaten
negara kita ini? Tindakan kekerasan muncul diakibatkan Pesawaran masih sangat terbatas baik secara kuantitas
konflik yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat. maupun kualitasnya. Sejauh ini yang sudah di-lakuakan
Konflik adalah suatu keadaan di mana terjadi secararutinadalahMusrebangKabupaten.Pemberdayaan
ketidakharmonisan hubungan antara beberapa orang yang dimaksud adalah memberikan kesempatan
dalam suatu organisasi atau kehidupan masyarakat. kepada masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif
Selain itu konflik juga dapat didefinisikan dengan adanya dalam proses pembangunan dengan mengikuti
pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok- kegitan musbang kelurahan dilanjutkan dengan
kelompok, atau organisasi-organisasi. Faktor-faktor musrenbang kecamatan dan terakhir musrenbang
278
Implementasi Desentralisasi Dan Otonomi Daerah Pada Daerah Otonomi Baru (Dob)
(Studi Di Kabupaten Pesawaran Dan Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung)
(Rahayu Sulistiowati)
kabupaten. Dalam program ini, masyarakat diberikan didapatkan informasi bahwa sesuai dengan karak-
keleluasaan untuk mengusulkan program-program teristik masyarakat Pringsewu, dibagi menjadi
prioritas untuk mengatasi permasalahan masyarakat 3 yaitu pegunungan, lembah, dan perkotaan.
secara umum dan memperluas pengembangan apabila Maka kemudian sektor yang dikembangkan untuk
orientasi kedepan untuk memandirikan masyarakat. meningkatkan perekonomian masyarakat dengan
Kabupaten Pesawaran mempunyai wilayah hutan budidaya perkebunan/pertanian, perikanan serta sektor
mangrove terutama di Kecamatan Punduh Pidada dan jasa dan perdagangan. Untuk perkebunan, dikembangkan
Padang Cermin. Salah satu kegiatan pemberdayaan usaha agribisnis coklat dan pemda telah mengirim
masyarakat secara umum berupa kegiatan pening- masyarakat di sentra perkebunan coklat untuk belajar
katan partisipasi masyarakat dalam pelestarian cara pembuatan dan pemasaran coklat “Monggo” di
mangrove dilakukan secara bertahap, baik dengan Jawa dan bahkan masyarakat dikirim untuk belajar
program fisik maupun dengan progran  non fisik. Hal hasil budidaya pertanian dan perkebunan di luar negeri.
ini dilakukan berdasarkan pada karakter masyarakat Demikian juga masyarakat di wilayah sentra perikanan
yang selalu ingin mendapatkan manfaat langsung seperti di kecamatan Pagelaran juga dilatih serta dikirim
dan secepat mungkin. Tujuan dari program ini ke daerah lain di Indonesia serta ke luar negeri seperti
adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Malaysia dan Singapura untuk mempelajari kemajuan
di desa binaan, melalui program fisik (beternak itik, perikanan dan menerapkannya di wilayah Pagelaran
budidaya empang paluh alam, pengolahan hasil dintaranya budidaya lele asap. Sementara itu sentra
perikanan, pembuatan gula nipah, budidaya ikan jasa dan perdagangan ada di wilayah Kota Pringsewu,
lele dumbo, budidaya udang windu), meningkatkan yang juga menjadi pusat pendidikan, bahkan ada
partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove, program pendirian kampung bahasa Inggris, Kampung
meningkatkan produktivitas kawasan mangrove, bahasa Arab, dan kampung bahasa Mandarin.(Hasil
mempertahankan garis pantai dan mencegah timbul- wawancara)
nya abrasi pantai, meningkatkan kemampuan dan Dalam pemberdayaan masyarakat yang perlu
keterampilan masyarakat dalam teknik pengo- diperhatikan agar efektifitas kegiatan dapat berjalan
lahan hasil perikanan, pembuatan gula nipah, serta dengan baik, maka harus tepat sasaran dalam arti
mendorong peran kelembagaan yang telah ada mereka yang benar-benar berada di lapisan bawah
(LKMD, Karang Taruna, Organisasi Pemuda) dalam (grassroot), ruang lingkupnya berada pada tingkat
memobilisasi masyarakat untuk berperan serta dalam lokal. Oleh karena itu perlu kiranya menengok
pelestarian hutan. kembali beberapa hal yang terkait dengan potensi
Menurut hasil penelitan dari Eva Septriana, 2012 lokal yang ada baik menyangkut SDA, SDM,
bahwa masyarakat di wilayah hutan mangrove telah Infrastruktur, dan kelembagaan dalam suatu sistem
dilibatkan dalam kegiatan pelestarian lingkungan dan jaringan. Sistem jaringan di sinergikan untuk saling
pemberdayaan masyarakat, program yang dilakukan memperkuat baik secara vertikal (dalam alur produksi
dan hirarkhi kelembagaan)  maupun secara horizontal
termasuk meningkatkan pendapatan keluarga melalui
(dalam mobilitas SDM dan barang serta jasa yang
pembuatan industri rumahtangga berbahan dasar
terpadu dan berdampak berantai secara maksimal).
pohon mangrove. Hanya saja ternyata keterlibatan Dengan adanya pemberdayaan maka seorang yang
pemerintah daerah sebagai salah satu stakeholder berada di lapisan bawah akan bisa terangkat derajatnya
dalam program ini ternyata belum begitu maksimal. sehingga bisa memunculkan suatu masyarakat baru
Hal ini sangat disayangkan mengingat salah satu kelas menengah. Kendati demikian karena sebagaimana
program yang digadang-gadang oleh Pemda pesawaran keadaan masyarakat miskin yang hidup dalam keserba-
adalah memperkuat wilayah pesisir dengan melibatkan kekurangan baik secara ekonomi, politik, maupun pe-
seluruh masyarakat pesisir lewat program-program ngetahuan, maka upaya untuk mendefisinikan kebutuhan
pemberdayaan ekonomi masyarakat. dan keperluannya terkadang tidak sepenuhnya mampu
Upaya untuk melakukan pemberdayaan tersebut ditangkap secara utuh dan sistimastis. Sehingga dari
harus membuka akses bagi rakyat terhadap sumber sini bisa dikatakan bahwa pada masyarakat miskin perlu
adanya bantuan orang/pihak lain untuk merumuskan
daya strategis yang dimiliki daerah baik yang berupa
dan mendefesinikan keperluan dan kebutuhannya yang
sumber daya alam, Pendapatan Asli Daerah (PAD),
berfungsi sebagai cambuk kemajuan (enabler).
APBN dan sebagainya. Terbuka akses tersebut Pemberdayaan masyarakat tersebut akan efektif
sebagai upaya untuk saling memiliki maupun manakala dilakukan bersama-sama antara masyarakat
berbagai kemanfaatan serta dilibatkanya dalam dan aparat secara transparan dan bertanggungjawab.
suatu perencanaan program-program kerja. Dengan Pemerintah daerah melalui sumber daya yang
demikian ada partisipasi rakyat terhadap sejumlah dimilikinya dituntut untuk melaksanakan misi
sumber daya strategis yang ada, partipasi disini pemberdayaan masyarakat. Hal ini dilakukan agar
meliputi perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi masyarakat mampu mempersiapkan dirinya sendiri
serta pengontrolan. untuk lebih berdaya dalam arti mampu bersaing,
Sementara itu di kabupaten Pringsewu mandiri dan profesional baik dalam menghadapi
berdasarkan hasil wawancara dengan Bupati persaingan lokal, reginonal maupun internasional
dengan isu globalisasinya.
279
Sosiohumaniora, Volume 16 No. 3 November 2014: 270 - 281

SIMPULAN legislasi dan politik diantara Pemerintah Daerah


dan DPRD. Pada bagian ini kerap terjadi proses
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
politik yang tidak produktif. Kondisi ini sangat
maka dapat disimpulkan bahwa: mengganggu proses pengambilan keputusan
1. Kebijakan otonomi daerah merupakan keputusan dalam proses kebijakan publik. Bahkan
politik pemerintah pusat untuk memberikan pada tahun 2012 karena kondisi yang tidak
kewenangan kepada pemerintah daerah. Hal ini harmonis antara legislatif dan eksekutif dan
seringkali cenderung secara interpretatif dimaknai juga ketidakharmonisan antarfraksi di lembaga
sebagai “penyerahan kedaulatan” untuk berbuat legislatif ini, DPRD terkesan mengulur waktu
apa saja. Pemaknaan inilah yang justru menjauhkan pembahasan APBD yang pada akhirnya APBD
dari hakikat kebijakan otonomi daerah. Padahal dilaksanakan hanya berdasarkan PERBUP
sejatinya kebijakan tersebut diarahkan bagi saja. Hal ini disebabkan oleh ketidak pahaman
peningkatan pelayanan kepada publik. Dengan terhadap fungsi dan peran masing-masing
demikian, maka pemda memiliki tanggungjawab institusi, dimana Bupati dan DPRD adalah
selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mitra kerja dalam bingkai pemerintahan daerah.
juga mengedepankan performa pelayanan mas- Antara kedua lembaga tersebut memiliki
yarkat yang berkelanjutan. hubungan check and balance yang berimbang.
2. Pelaksanaan otonomi daerah di dua lokasi penelitian Implikasi dari kondisi tersebut tentunya
yaitu kabupaten Pesawaran dan kabupaten Pring- mengganggu tahapan proses pembangunan di
sewu provinsi Lampung menunjukkan kondisi yang Kabupaten Pesawaran, khususnya dalam hal
berbeda. Kabupaten Pesawaran yang relatif lebih penyusunan anggaran pembangunan daerah
dulu dimekarkan dibanding Pringsewu ternyata lebih yang termuat dalam Peraturan Daerah tentang
tertinggal dalam pelaksanaan otonomi daerah yang APBD. Konsekuensinya pembangunan
dilihat dari 4 hal yaitu: pelayanan publik, pembuatan terhambat dan masyarakat yang dirugikan.
kebijakan, manajemen konflik, dan pemberdayaan. Di Kabupaten Pringsewu hubungan antara
(a) Pelaksanaan pelayanan publik sebagai salah legislatif dan eksekutif yang relatif harmonis
satu aspek penting dalam penyelenggaraan sebagai mitra kerja sangat mendukung
otonomi daerah belum terpenuhi dengan baik di kelancaran pembuatan kebijakan di Kabupaten
Kabupaten Pesawaran. Kondisi ini dikarenakan ini. Sejak pelantikan resmi bupati/wakil bupati
beberapa faktor, yaitu: (1) sebagai kabupaten pada 23 November 2011 tidak pernah ada
baru ketersediaan sarana prasarana publik masih konflik pemda dan DPRD, bahkan sidang-
terbatas, seperti, sekolah, rumah sakit, maupun sidang selalu quorum dan menghasilkan
infrastruktur lainnya; (2) masih terbatasnya kebijakan yang telah diagendakan berdasarkan
jumlah SDM dan kualitas SDM yang dapat usulan dari eksekutif.
memberikan pelayanan publik; (3) masih (c) Secara umum di Kabupaten Pesawaran, konflik
rendahnya komitmen, baik pejabat pemerintahan yang berujung dengan kekerasan secara
maupun pejabat birokrasi untuk mengedepankan horizontal di masyarakat cenderung tidak
kepentingan masyarakat; (4) rendahnya tampak secara terbuka, meskipun terdapat
kemampuan fiscal Kabupaten Pesawaran, yaitu beberapa kasus sifatnya hanya kasuistis dan
PAD yang masih terbatas dan sangat kecil; dan temporer. Konflik justru terjadi di kalangan
(5) pengalokasian anggran belanja publik atau penyelenggaraan pemerintahan daerah berupa
belanja langsung dalam APBD masih kecil konflik politiknya, yaitu: (1) Konflik vertical
(hanya 30%) dibandingkan alokasi untuk belanja dengan pemerintah provinsi; (2) Konflik
aparatur. Sedangkan dikabupaten Pringsewu Horizontal antara Bupati dengan DPRD;
dalam hal pelayanan publik Masyarakat menilai dan (3) Konflik Kepala daerah dengan Wakil
ada perubahan yang cukup signifikan dalam hal Kepala Daerah. Sedangkan di kabupaten
layanan publik dari masa sebelum dimekarkan Pringsewu Pasca pelantikan Bupati dan wakil
yaitu saat masih bergabung dengan kabupaten bupati terpilih di kabupaten Pringsewu, tidak
Tanggamus dengan kondisi pasca pemekaran pernah terjadi konflik baik vertikal maupun
saat in, tetapi belum maksimal. Kondisi belum horizontal. Lembaga eksekutif dan legislatif
maksimalnya layanan publik ini dilihat dari bekerjasama dengan baik den menjalankan
dirasakan oleh masyarakat dilihat dari indikator: tugasnya masing-masing serta sebagai mitra
ketepatan waktu pelayanan, bukti layanan, daya kerja bersinergi bekerja untuk masyarakat.
tanggap aparat terhadap keluhan masyarakat, Pemda sangat responsif dan antisipatif dalam
akuntabilitasnya, dan empathy aparat terhadap meredam konflik yang terjadi di masyarakat.
kondisi mayarakat (d) Untuk pemberdayaan masyarakat di Kabupaten
(b) Proses pembuatan kebijakan di kabupaten Pesawaran masih kurang maksimal baik
Pesawaran secara teknis proses penyusunan secara kuantitas maupun kualitasnya. Sejauh
program pembangunan sudah berjalan, namun ini yang sudah dilakuakan secara rutin
musrenbang hanya dijadikan alat legitimasi adalah Musrenbang Kabupaten. Kegiatan
kebijakan saja, dianggap prosesnya telah pemberdayaan masyarakat secara umum berupa
melibatkan masyarakat. Tahap pembuatan kegiatan peningkatan partisipasi masyarakat
kebijakan publik selanjutnya adalah proses dalam pelestarian mangrove dilakukan secara

280
Implementasi Desentralisasi Dan Otonomi Daerah Pada Daerah Otonomi Baru (Dob)
(Studi Di Kabupaten Pesawaran Dan Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung)
(Rahayu Sulistiowati)
bertahap, baik dengan program fisik maupun 4. Untuk pemberdayaan masyarakat perlu diperluas
dengan progran  non fisik. Hal ini dilakukan makna pemberdayaan. Kedepan pemberdayaan
berdasarkan pada karakter masyarakat yang diarahkan kepada pengembangan kemampuan
selalu ingin mendapatkan manfaat langsung inovatif masyarakat, sehingga dapat beradaptasi
dan secepat mungkin. Tujuan dari program dengan perubahan-perubahan sosial dan ekonomi.
ini adalah untuk meningkatkan pendapatan
DAFTAR PUSTAKA
masyarakat di desa binaan, melalui program
fisik (beternak itik, budidaya empang paluh BAPPENAS Bekerjasama dengan United Nation
alam, pengolahan hasil perikanan, pembuatan Development Programme, 2007, Studi Evaluasi
gula nipah, budidaya ikan lele dumbo, budidaya Dampak Pemekaran Daerah.
udang windu). Sementara di kabupaten Pring-
sewu bahwa sesuai dengan karakteristik Bob, Pease, 2002, Challanging Oppression, Oxford
masyarakat Pringsewu, dibagi menjadi 3 yaitu University Press
pegunungan, lembah, dan perkotaan. Maka Depdagri dan LAN, 2007, Modul 1 Paradigma
kemudian sektor yang dikembangkan untuk Kebijakan Pelayanan Publik di Era Otonomi
meningkatkan perekonomian masyarakat
Daerah, Diklat Teknis Pelayanan Publik,
dengan budidaya perkebunan/pertanian, per-
Akuntabilitas, dan Pengelolaan Mutu.
ikanan serta sektor jasa dan perdagangan. Untuk
perkebunan, dikembangkan usaha agribisnis. DEPDAGRI, 2006, Laporan Implementasi Otonomi
Masyarakat di wilayah lembah diberdayakan Daerah, Kerjasama dengan Sekolah Pascasarjana
dengan menitikberatkan pada sektor perikanan, Program Studi Ilmu Politik Konsentrasi Politik
dan kabupaten pringsewu merupakan salah satu Lokal dan Otonomi Daerah.
sentra produksi ikan tawar/kolam. Sementara
itu sentra jasa dan perdagangan ada di wilayah DEPDAGRI, 2006, Monev desentralisasi dan
Kota Pringsewu, yang juga menjadi pusat Otonomi daerah, Kerjasama dengan Sekolah
pendidikan, bahkan ada program pendirian pascasarjana Program Studi Ilmu Politik
kampung bahasa Inggris, Kampung bahasa Konsentrasi Politik Lokal dan Otonomi Daerah.
Arab, dan kampung bahasa Mandarin.
Dunn, William, 1981, Pengantar kebijakan Publik,
SARAN Bumi Cipta
Berdasarkan uraian kesimpulan di atas terdapat Dwiyanto, Agus, 2002, Reformasi Birokrasi Publik di
beberapa hal sebagai masukan bagi pihak-pihak terkait Indonesia, Gadjah Mada University Press
dengan topik penelitian. Sebagai berikut:
1. Pemerintah Kabupaten Pesawaran dan Pringsewu Hadari, Nawawi, 2001, Metode Penelitian Kualitatif,
sebagai daerah otonom baru, perlu melakukan peme- Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
taan secara menyeluruh aspek-aspek kebutuhan Haris, Syamsuddin, 2007, Desentralisasi &
masyarakat, selanjutnya melakukan penataan birokrasi Otonomi Daerah, Desentralisasi, Demokratisasi
sesuai dengan bidang keahlian agar sesuai dengan & Akuntabilitas Pemerintahan Daerah, Jakarta:
kebutuhan pelayanan; mempercepat pem-bangunan LIPI.
saran dan prasarana pelayanan publik; dan me-
lakukan pengawasan kinerja terhadap birokrat Moleong, Lexy K, 2002, Metodologi Penelitian
pelayan publik yang tidak professional. Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2. Di masa yang akan datang pembuatan kebijakan yang
Napitupulu, Paimin, 2007, Menakar Urgensi Otonomi
melibatkan masyarakat tidak sekedar sebagai alat
legitimasi kebijakan saja, lebih jauh lagi pelibatan Daerah, Solusi atas Ancaman Disintegrasi,
masyarakat dalam pembuatan kebijakan diarahkan Bandung: Alumni.
pada efiensi dan efektifitas pembangunan. Selain itu Septriana, Eva, 2012, Peran Civil Society dalam
dalam proses legislasi dan politik diantara Pemerintah Pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Hutan
Daerah dan DPRD hendaknya mengedepankan Mangrowe Pulau Pahawang, Skripsi Universitas
kepentingan masyarakat dibandingkan kepentingan Lampung
aprtai politik atau kepentingan golongan. Rasyid, Ryas, 2002, Pengantar Ilmu Pemerintahan,
3. Untuk mengatasi persoalan konflik yang kerap Institut Ilmu Pemerintahan, Jakarta
terjadi, baik horizontal maupun vertical adalah
dengan jalan membangun pola komunikasi politik Syafi’ie, Inu Kencana, 2002, Ilmu Administrasi
dan komunikasi pembangunan yang efektif. Publik, Jakarta: Rineka Cipta.
Selain itu yang terpenting juga pemerintah daerah Wahab, Solichin Abdul, 2007, Implementasi
menjalankan fungsi dan perannya sesuai dengan Kebijakan Publik, Bumi Aksara
standar kinerja. Sedangkan untuk menata konflik
politik atar lembaga pemerintahan, perlunya Waluyo, 2007, Manajemen Publik, Konsep Aplikasi
pemerintah pusat mengatur secara tegas dan dan Implementasinya Dalam Pelaksanaan
memberikan sanksi kepada lembaga-lembaga di Otonomi Daerah, Bandung: Mandar Maju.
daerah yang menyalah gunakan kewenangan atau Jurnal CSIS no 2 tahun 2002
melampaui kewenangannya.

281

Anda mungkin juga menyukai