Anda di halaman 1dari 12

a.

Data nominal
Menuruti Moh. Nazir, data nominal adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka
yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan
tingkatan apapun. 
Ciri-ciri data nominal adalah hanya memiliki atribut, atau nama, atau diskrit. 

Data nominal merupakan data diskrit dan tidak memiliki urutan. 


Bila objek dikelompokkan ke dalam set-set, dan kepada semua anggota set diberikan angka,
set-set tersebut tidak boleh tumpang tindih dan bersisa. 
Misalnya tentang jenis olah raga yakni tenis, basket dan renang. Kemudian masing-masing
anggota set di atas kita berikan angka, misalnya:

 tenis (1), 
 basket (2) dan 
 renang (3). 

Jelas kelihatan bahwa angka yang diberikan tidak menunjukkan bahwa tingkat olah raga
basket lebih tinggi dari tenis ataupun tingkat renang lebih tinggi dari tenis.  
Angka tersebut tidak memberikan arti apa-apa jika ditambahkan. 
Angka yang diberikan hanya berfungsi sebagai label saja. 

Begitu juga tentang suku, yakni Dayak, Bugis dan Badui. Tentang partai, misalnya Partai
Bulan, Partai Bintang dan Partai Matahari. Masing-masing kategori tidak dinyatakan lebih
tinggi dari atribut (nama) yang lain. 
Seseorang yang pergi ke Jakarta, tidak akan pernah mengatakan dua setengah kali, atau tiga
seperempat kali. Tetapi akan mengatakan dua kali, lima kali, atau tujuh kali.  

Begitu juga tentang ukuran jumlah anak dalam suatu keluarga. 


Numerik yang dihasilkan akan selalu berbentuk bilangan bulat, demikian seterusnya. Tidak
akan pernah ada bilangan pecahan. 
Data nominal ini diperoleh dari hasil pengukuran dengan skala nominal. 

Menuruti Sugiono, alat analisis (uji hipotesis asosiatif) statistik nonparametrik yang


digunakan untuk data nominal adalah Coefisien Contingensi. 
Tetapi karena pengujian hipotesis Coefisien Contingensi memerlukan rumus Chi Square/chi
kuadrat/kai kuadrat (χ2), *****maka  perhitungannya dilakukan setelah kita
menghitung Chi Square. 

Penggunaan model statistik nonparametrik selain Coefisien Contingensi tidak lazim


dilakukan.

b. Data ordinal

Data ordinal, selain memiliki nama (atribut), juga memiliki peringkat atau urutan. 
Angka yang diberikan mengandung tingkatan. Ia digunakan untuk mengurutkan objek dari
yang paling rendah sampai yang paling tinggi, atau sebaliknya. 
Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya memberikan
peringkat saja. 
Jika kita memiliki sebuah set objek yang dinomori, dari 1 sampai n, misalnya peringkat 1, 2,
3, 4, 5 dan seterusnya, bila dinyatakan dalam skala, maka jarak antara data yang satu dengan
lainnya tidak sama. 

Ia akan memiliki urutan mulai dari yang paling tinggi sampai paling rendah. 

Atau paling baik sampai ke yang paling buruk. Misalnya dalam skala Likert (Moh Nazir),
mulai dari: 

 sangat setuju, 
 setuju, 
 ragu-ragu, 
 tidak setuju 
 sangat tidak setuju. 

Atau jawaban pertanyaan tentang kecenderungan masyarakat untuk menghadiri rapat umum
pemilihan kepala daerah, mulai dari: 

 tidak pernah absen menghadiri, dengan kode 5, 


 kadang-kadang saja menghadiri, dengan kode 4, 
 kurang menghadiri, dengan kode 3, 
 tidak pernah menghadiri, dengan kode 2
 tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode 1. 

Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala ordinal ini akan diperoleh data
ordinal. Alat analisis (uji hipotesis asosiatif) statistik nonparametrik yang lazim digunakan
untuk data ordinal adalah Spearman Rank Correlation dan Kendall Tau.

c. Data interval
Pemberian angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan
ditambah satu sifat lain, yakni jarak yang sama pada pengukuran  dinamakan data
interval. Data ini memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur. 

Akan tetapi ukuran interval tidak memberikan jumlah absolut dari objek yang diukur. 
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan skala interval dinamakan data
interval. 

Misalnya tentang nilai ujian 6 orang mahasiswa, yakni:


 A, B, C, D, E dan F diukur dengan ukuran interval pada skala prestasi dengan ukuran 1, 2, 3,
4, 5 dan 6, maka dapat dikatakan bahwa beda prestasi antara mahasiswa C dan A adalah 3 – 1
= 2. 

Beda prestasi antara mahasiswa C dan F adalah           6 – 3 = 3. 

Akan tetapi tidak bisa dikatakan bahwa prestasi mahasiswa E adalah 5 kali prestasi
mahasiswa A ataupun prestasi mahasiswa F adalah 3 kali lebih baik dari prestasi mahasiswa
B. 

Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala interval ini akan diperoleh data interval. 
Alat analisis (uji hipotesis asosiatif) statistik parametrik yang lazim digunakan untuk data
interval ini adalah Pearson Korelasi Product Moment, Partial Correlation, Multiple
Correlation, Partial Regression, dan Multiple Regression.
d. Data rasio
Ukuran  rasio (data rasio) yakni ukuran yang memberikan keterangan tentang nilai absolut
dari objek yang diukur. 
Data rasio, yang diperoleh melalui mengukuran dengan skala rasio memiliki titik nol. 
Karenanya, interval jarak tidak dinyatakan dengan beda angka rata-rata satu kelompok
dibandingkan dengan titik nol di atas. 

Oleh karena ada titik nol, maka data rasio dapat dibuat perkalian ataupun pembagian. 
Angka pada data rasio dapat menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yang diukur. 
Jika ada 4 orang pengemudi, A, B, C dan D mempunyai pendapatan masing-masing perhari
Rp. 10.000, Rp.30.000, Rp. 40.000 dan Rp. 50.000. 
Bila dilihat dengan ukuran rasio maka; 

 pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. 


 Pendapatan pengemudi D adalah 5 kali pendapatan pengemudi A. 
 Pendapatan pengemudi C adalah 4/3 kali pendapatan pengemudi B. 

Dengan kata lain, rasio antara; 

 pengemudi C dan A adalah 4 : 1,  


 pengemudi D dan A adalah 5 : 1,  
 pengemudi C dan B adalah 4 : 3. 

Interval pendapatan pengemudi A dan C adalah 30.000, dan pendapatan pengemudi C adalah


4 kali pendapatan pengemudi A. 
Contoh data rasio lainnya adalah berat badan bayi yang diukur dengan skala rasio. 
Bayi A memiliki berat 3 Kg. 
Bayi B memiliki berat 2 Kg dan bayi C memiliki berat 1 Kg. Jika diukur dengan skala rasio,
maka bayi A memiliki rasio berat badan 3 kali dari berat badan bayi C. 
Bayi B memiliki rasio berat badan dua kali dari berat badan bayi C, dan bayi C memiliki
rasio berat badan sepertiga kali berat badan bayi A, dst. 
Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala rasio ini akan diperoleh data rasio. 
Alat analisis (uji hipotesis asosiatif) yang digunakan adalah statistik parametrik dan yang
lazim digunakan untuk data ratio ini adalah Pearson Korelasi Product Moment, Partial
Correlation, Multiple Correlation, Partial Regression, dan Multiple Regression.

Sesuai dengan ulasan jenis pengukuran yang digunakan, maka variabel penelitian lazimnya
bisa di bagi menjadi 4 jenis variabel, yakni variabel nominal, variabel ordinal, variabel
interval, dan variabel ratio. 
Variabel nominal, yaitu variabel yang dikategorikan secara diskrit dan saling terpisah satu
sama lain, misalnya status perkawinan, jenis kelamin, suku bangsa, profesi pekerjaan
seseorang dan sebagainya.   

Variabel ordinal adalah variabel yang disusun atas dasar peringkat, seperti motivasi


seseorang untuk bekerja, peringkat perlombaan catur, peringkat tingkat kesukaran suatu
pekerjaan dan lain-lain.   
Variabel interval adalah variabel yang diukur dengan ukuran interval seperti indek prestasi
mahasiswa, skala termometer dan sebagainya.
 
Variabel rasio adalah variabel yang disusun dengan ukuran ratio seperti tingkat
penganggguran, penghasilan, berat badan, dan sebagainya.

e. Konversi variabel ordinal


Adakalanya kita tidak ingin menguji hipotesis dengan alat uji hipotesis statistik
nonparametrik dengan berbagai pertimbangan, baik dari segi biaya, waktu maupun dasar
teori. Misalnya kita i
ngin melakukan uji statistik parametrik Pearson Korelasi Product Moment, Partial
Correlation, Multiple Correlation, Partial Regresion dan Multiple Regression. 
Padahal data yang kita miliki adalah hasil pengukuran dengan skala ordinal, sedangkan
persyaratan penggunaan statistik parametrik adalah selain data harus berbentuk interval atau
ratio, data harus memiliki distribusi normal. 
Jika kita tidak ingin melakukan uji normalitas karena data yang kita miliki adalah data
ordinal, hal itu bisa saja kita lakukan dengan cara menaikkan data dari pengukuran skala
ordinal menjadi data dalam skala interval dengan metode Suksesive Interval..

Menuruti Al-Rasyid, menaikkan data dari skala ordinal menjadi skala interval dinamakan
transformasi data. Transformasi data itu dilakukan diantaranya adalah dengan
menggunakan Metode Suksesive Interval (MSI). 
Tujuan dari dilakukannya transformasi data adalah untuk menaikkan data dari skala
pengukuran ordinal menjadi skala dengan pengukuran interval yang lazim digunakan bagi
kepentingan analisis statistik parametrik. 
Transformasi data ordinal menjadi interval itu, selain merupakan suatu kelaziman, juga untuk
mengubah data agar memiliki sebaran normal. 
Artinya, setelah dilakukan transformasi data dari ordinal menjadi interval, penggunaan model
dalam suatu penelitian tidak perlu melakukan uji normalitas. 
Karena salah satu syarat penggunaan statistik parametrik, selain data harus memiliki skala
interval (dan ratio), data juga harus memiliki distribusi (sebaran) normal. 
Dengan dilakukannya transformasi data, diharapkan data ordinal sudah menjadi data interval
dan memiliki sebaran normal yang langsung bisa dilakukan analisis dengan statistik
parametrik. Berbeda dengan statistik nonparametrik, ia hanya digunakan untuk mengukur
distribusi. (Ronald E. Walpole).

Perbedaan Jenis atau kadang disebut jenis skala Data :


Skala Nominal
-  Merupakan skala yang hanya membedakan kategori / klasifikasi
berdasarkan jenis atau macamnya
-  Skala ini tidak membedakan kategori / klasifikasi  berdasarkan urutan atau tingkatan.
Contoh  : - jenis kelamin terbagi menjadi laki-laki dan perempuan.
- Jenis pekerjaan bisa diklasifikasi sebagai: 
                1.  Pegawai negeri
                2.  Pegawai swasta                                                                                  
3.  Wiraswasta
Ciri Data Nominal: 
- Posisi data setara. Dalam contoh tersebut, pegawai negeri tidak lebih tinggi/lebih rendah
dari pegawai swasta. 
-Tidak bisa dilakukan operasi matematika (X, +, - atau : ). Contoh, tidak mungkin 3-2=1
(Wiraswasta dikurangi pegawai swasta=pegawai negeri

Skala Ordinal
-  Merupakan skala yang membedakan kategori berdasarkan tingkat atau urutan.
Contoh:  membagi tinggi badan sampel ke dalam 3 kategori: tinggi, sedang, dan pendek.
            - Sangat puas 
            - Puas
               - Cukup puas 
            - Tidak puas 
            - Sangat tidak puas
Ciri Data Ordinal:
- posisi data tidak setara. Dalam kasus di atas, sikap pelanggan yang sangat puas, lebih tinggi
dari yang puas. Sikap pelanggan yang puas, lebih tinggi dari yang cukup puas, dst.
Angka/tanda bisa dibalik dari 5 hingga 1, tergantung kesepakatan. 
-  Tidak bisa dilakukan operasi matematika. Tidak mungkin 1+2=3 (yang berarti sangat puas
ditambah puas = cukup puas)

Skala Interval
- Merupakan skala yang membedakan kategori dengan selang atau jarak tertentu dengan jarak
antar kategorinya sama.
- Skala interval tidak memiliki nilai nol mutlak.
Contoh: membagi tinggi badan sampel ke dalam 4 interval yaitu: 140-149, 150-159, 160-169,
dan 170-179
-Temperatur ruangan. Bisa diukur dalam Celsius, atau Fahrenheit, dengan masing-masing
punya skala sendiri. Untuk air membeku dan mendidih:
                         -  Celcius pada 0° C sampai 100° C. Sakala ini jelas jaraknya, bahwa 100-
0=100 
                         -  Fahreinheit pada 32° F sampai 212°F. Skala ini jelas jaraknya, 212-32=180
Ciri Data Interval:
- Tidak ada kategorisasi atau pemberian kode seperti terjadi pada data nominal dan ordinal. 
- Bisa dilakukan operasi matematika. (panas 40 derajad adalah dua kali panas disbanding 20
derajad)

Skala Rasio
-  Merupakan penggabungan dari ketiga sifat skala sebelumnya. Skala rasio memiliki nilai nol
mutlak dan datanya dapat     dikalikan atau dibagi.
- Jarak antar kategorinya tidak sama karena bukan dibuat dalam rentang interval.
Contoh :  tinggi badan sampel terdiri dari 143, 145, 153, 156, 175, 168, 173, 164, 165, 152.
Ciri Data Rasio:
- Tak ada kategorisasi atau pemberian kode. 
- Bisa dilakukan operasi matematika. Missal: 100 cm + 35 cm = 135 cm; 5 mangga + 2
mangga = 7 mangga.
Kelebihan
-  Penggunaan skala untuk membedakan kategori yang satu dengan yang lain
sangatlah praktis.
-  Perbandingan antara kategori yang ada dapat secara jelas terlihat
Kekurangan
-  Skala yang lebih tinggi (rasio dan interval) dapat diubah dalam skala yang lebih rendah
(nominal dan ordinal), namun tidak berlaku sebaliknya. 
- See more at: http://catatan-ati.blogspot.co.id/2014/12/perbedaan-nominalordinalinterval-
dan.html#sthash.pVMVMQRi.dpuf
Skala Nominal
-  Merupakan skala yang hanya membedakan kategori / klasifikasi
berdasarkan jenis atau macamnya
-  Skala ini tidak membedakan kategori / klasifikasi  berdasarkan urutan atau tingkatan.
Contoh  : - jenis kelamin terbagi menjadi laki-laki dan perempuan.
- Jenis pekerjaan bisa diklasifikasi sebagai: 
                1.  Pegawai negeri
                2.  Pegawai swasta                                                                                  
3.  Wiraswasta
Ciri Data Nominal: 
- Posisi data setara. Dalam contoh tersebut, pegawai negeri tidak lebih tinggi/lebih rendah
dari pegawai swasta. 
-Tidak bisa dilakukan operasi matematika (X, +, - atau : ). Contoh, tidak mungkin 3-2=1
(Wiraswasta dikurangi pegawai swasta=pegawai negeri
Skala Ordinal
-  Merupakan skala yang membedakan kategori berdasarkan tingkat atau urutan.
Contoh:  membagi tinggi badan sampel ke dalam 3 kategori: tinggi, sedang, dan pendek.
            - Sangat puas 
            - Puas
               - Cukup puas 
            - Tidak puas 
            - Sangat tidak puas
Ciri Data Ordinal:
- posisi data tidak setara. Dalam kasus di atas, sikap pelanggan yang sangat puas, lebih tinggi
dari yang puas. Sikap pelanggan yang puas, lebih tinggi dari yang cukup puas, dst.
Angka/tanda bisa dibalik dari 5 hingga 1, tergantung kesepakatan. 
-  Tidak bisa dilakukan operasi matematika. Tidak mungkin 1+2=3 (yang berarti sangat puas
ditambah puas = cukup puas)

Skala Interval
- Merupakan skala yang membedakan kategori dengan selang atau jarak tertentu dengan jarak
antar kategorinya sama.
- Skala interval tidak memiliki nilai nol mutlak.
Contoh: membagi tinggi badan sampel ke dalam 4 interval yaitu: 140-149, 150-159, 160-169,
dan 170-179
-Temperatur ruangan. Bisa diukur dalam Celsius, atau Fahrenheit, dengan masing-masing
punya skala sendiri. Untuk air membeku dan mendidih:
                         -  Celcius pada 0° C sampai 100° C. Sakala ini jelas jaraknya, bahwa 100-
0=100 
                         -  Fahreinheit pada 32° F sampai 212°F. Skala ini jelas jaraknya, 212-32=180
Ciri Data Interval:
- Tidak ada kategorisasi atau pemberian kode seperti terjadi pada data nominal dan ordinal. 
- Bisa dilakukan operasi matematika. (panas 40 derajad adalah dua kali panas disbanding 20
derajad)
Skala Rasio
-  Merupakan penggabungan dari ketiga sifat skala sebelumnya. Skala rasio memiliki nilai nol
mutlak dan datanya dapat     dikalikan atau dibagi.
- Jarak antar kategorinya tidak sama karena bukan dibuat dalam rentang interval.
Contoh :  tinggi badan sampel terdiri dari 143, 145, 153, 156, 175, 168, 173, 164, 165, 152.
Ciri Data Rasio:
- Tak ada kategorisasi atau pemberian kode. 
- Bisa dilakukan operasi matematika. Missal: 100 cm + 35 cm = 135 cm; 5 mangga + 2
mangga = 7 mangga.
Kelebihan
-  Penggunaan skala untuk membedakan kategori yang satu dengan yang lain
sangatlah praktis.
-  Perbandingan antara kategori yang ada dapat secara jelas terlihat
Kekurangan
-  Skala yang lebih tinggi (rasio dan interval) dapat diubah dalam skala yang lebih rendah
(nominal dan ordinal), namun tidak berlaku sebaliknya. 
- See more at: http://catatan-ati.blogspot.co.id/2014/12/perbedaan-nominalordinalinterval-
dan.html#sthash.pVMVMQRi.dpuf
Skala Nominal
-  Merupakan skala yang hanya membedakan kategori / klasifikasi
berdasarkan jenis atau macamnya
-  Skala ini tidak membedakan kategori / klasifikasi  berdasarkan urutan atau tingkatan.
Contoh  : - jenis kelamin terbagi menjadi laki-laki dan perempuan.
- Jenis pekerjaan bisa diklasifikasi sebagai: 
                1.  Pegawai negeri
                2.  Pegawai swasta                                                                                   3.
Wiraswasta
Ciri Data Nominal: 
- Posisi data setara. Dalam contoh tersebut, pegawai negeri tidak lebih tinggi/lebih rendah
dari pegawai swasta. 
-Tidak bisa dilakukan operasi matematika (X, +, - atau : ). Contoh, tidak mungkin 3-2=1
(Wiraswasta dikurangi pegawai swasta=pegawai negeri
Skala Ordinal
-  Merupakan skala yang membedakan kategori berdasarkan tingkat atau urutan.
Contoh:  membagi tinggi badan sampel ke dalam 3 kategori: tinggi, sedang, dan pendek.
            - Sangat puas 
            - Puas
               - Cukup puas 
            - Tidak puas 
            - Sangat tidak puas
Ciri Data Ordinal:
- posisi data tidak setara. Dalam kasus di atas, sikap pelanggan yang sangat puas, lebih tinggi
dari yang puas. Sikap pelanggan yang puas, lebih tinggi dari yang cukup puas, dst.
Angka/tanda bisa dibalik dari 5 hingga 1, tergantung kesepakatan. 
-  Tidak bisa dilakukan operasi matematika. Tidak mungkin 1+2=3 (yang berarti sangat puas
ditambah puas = cukup puas)

Skala Interval
- Merupakan skala yang membedakan kategori dengan selang atau jarak tertentu dengan jarak
antar kategorinya sama.
- Skala interval tidak memiliki nilai nol mutlak.
Contoh: membagi tinggi badan sampel ke dalam 4 interval yaitu: 140-149, 150-159, 160-169,
dan 170-179
-Temperatur ruangan. Bisa diukur dalam Celsius, atau Fahrenheit, dengan masing-masing
punya skala sendiri. Untuk air membeku dan mendidih:
                         -  Celcius pada 0° C sampai 100° C. Sakala ini jelas jaraknya, bahwa 100-
0=100 
                         -  Fahreinheit pada 32° F sampai 212°F. Skala ini jelas jaraknya, 212-32=180
Ciri Data Interval:
- Tidak ada kategorisasi atau pemberian kode seperti terjadi pada data nominal dan ordinal. 
- Bisa dilakukan operasi matematika. (panas 40 derajad adalah dua kali panas disbanding 20
derajad)
Skala Rasio
-  Merupakan penggabungan dari ketiga sifat skala sebelumnya. Skala rasio memiliki nilai nol
mutlak dan datanya dapat     dikalikan atau dibagi.
- Jarak antar kategorinya tidak sama karena bukan dibuat dalam rentang interval.
Contoh :  tinggi badan sampel terdiri dari 143, 145, 153, 156, 175, 168, 173, 164, 165, 152.
Ciri Data Rasio:
- Tak ada kategorisasi atau pemberian kode. 
- Bisa dilakukan operasi matematika. Missal: 100 cm + 35 cm = 135 cm; 5 mangga + 2
mangga = 7 mangga.
Kelebihan
-  Penggunaan skala untuk membedakan kategori yang satu dengan yang lain
sangatlah praktis.
-  Perbandingan antara kategori yang ada dapat secara jelas terlihat
Kekurangan
-  Skala yang lebih tinggi (rasio dan interval) dapat diubah dalam skala yang lebih rendah
(nominal dan ordinal), namun tidak berlaku sebaliknya. 

 http://catatan-ati.blogspot.co.id/2014/12/perbedaan-nominalordinalinterval-dan.html

Jenis-Jenis Skala Pengukuran Statistik

Skala adalah perbandingan antar kategori sebuah objek yang diberi bobot nilai berbeda.
Jenis-jenis skala pengukuran adalah nominal, ordinal, interval dan rasio.

Pengukuran adalah dasar setiap penelitian ilmiah. Segala sesuatu yang peneliti lakukan
dimulai dengan pengukuran apa pun yang ingin diteliti. Pengukuran adalah meletakkan angka
ke suatu objek.

Tapi sering muncul kebingungan mengenai jenis skala yang harus digunakan dalam
mengukur. Penting dalam analisis statistik untuk mengetahui tipologi jenis-jenis skala
berbeda.

Jenis skala berbeda menyebabkan karakteristik data berbeda sehingga berkaitan dengan
metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data. Dalam statistik ada 4 jenis-jenis
skala yaitu nominal, ordinal, interval dan rasio.

SKALA NOMINAL (SKALA LABEL)

Skala ini menempatkan angka sebagai atribut objek. Tidak memiliki efek evaluatif karena
hanya menempatkan angka ke dalam kategori tanpa struktur, tidak memiliki peringkat dan
tidak ada jarak.

Contoh Data Variabel :

 Ya = 1 dan Tidak = 0
 Pria = 1 dan Wanita = 0
 Hitam = 1, Abu-abu = 2, Putih = 2

Analisis Statistik :

Angka tidak bermakna matematika. Analisis statistik yang dapat digunakan berada dalam
kelompok non-parametrik yaitu frekuensi dan tabulasi silang dengan Chi-square.

SKALA ORDINAL (SKALA PERINGKAT)

Skala ordinal memiliki peringkat, tapi tidak ada jarak posisional objektif antar angka karena
angka yang tercipta bersifat relatif subjektif. Skala ini menjadi dasar dalam Skala Likert.

Contoh Data Variabel :

 Sangat Tidak Setuju = 1


Tidak Setuju = 2
Tidak Tahu = 3
Setuju = 4
Sangat Setuju = 5

 Pendek = 1
Sedang = 2
Tinggi = 3

 Tidak enak = 1
Ragu-ragu = 2
Enak = 3

Analisis Statistik :

Angka 1 lebih rendah dari angka 2 dalam peringkat, tapi tidak bisa dilakukan operasi
matematika. Data ordinal menggunakan statistik non-parametrik mencakup frekuensi, median
dan modus, Spearman rank-order correlation dan analisis varian.

SKALA INTERVAL (SKALA JARAK)

Skala interval adalah skala ordinal yang memiliki poin jarak objektif dalam keteraturan
kategori peringkat, tapi jarak yang tercipta sama antar masing-masing angka.

Contoh Data Variabel :


 Umur 20-30 tahun = 1
Umur 31-40 tahun = 2
Umur 41-50 tahun = 3

 Suhu 0-50 Celsius = 1


Suhu 51-100 Celsius = 2
Suhu 101-150 Celsius = 3

Analisis Statistik :

Angka 3 berarti lebih tua atau lebih panas dari angka 2 setara dengan angka 2 terhadap angka
1, bisa operasi penjumlahan dan pengurangan. Statistik parametrik yaitu deviasi mean dan
standar, korelasi r, regresi, analisis varian dan analisis faktor ditambah berbagai multivariat.

SKALA RASIO (SKALA MUTLAK)

Skala rasio adalah skala interval yang memiliki nol mutlak.

Contoh Data Variabel :

 0 tahun, 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, ..... dst.


 ..... -3C, -2C, -1C, 0C, 1C, 2C, 3C, ..... dst.
 ..... 0,71m ..... 5,38m ..... 12,42m ..... dst.

Analisis Statistik :

Berlaku semua operasi matematika. Analisis statistik sama dengan skala interval.

Anda mungkin juga menyukai