Anda di halaman 1dari 12

APLIKASI FAILURE MODE EFFECT AND CRITICALITY ANALYSIS (FMECA)

DALAM PENENTUAN INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN


KOMPONEN KRITIS RADAR JRC JMA 5310 PADA KRI
SATUAN KAPAL PATROLI KOARMATIM
1) 2) 2)
Endin Tri Hartanto , Udisubakti Ciptomulyono , Ahmadi

Mahasiswa Prodi S-2 ASRO STTAL 1)


Dosen Prodi Teknik Industri FTI - ITS 2)
Dosen Prodi S-2 ASRO STTAL 3)

Abstrak

Penggunaan radar navigasi di KRI, khusus nya di Satuan Kapal Patroli Koarmatim sangat
vital sebagai alat indera jarak jauh dalam bernavigasi. Penggunaannya mutlak harus ada pada saat
KRI melaksanakan operasi, sehingga kondisi kesiapan radar navigasi akan sangat mempengaruhi
pelaksanaan tugas operasi yang diemban oleh Unsur-Unsur tersebut. Diperlukan manajemen
pemeliharaan yang baik dan terencana untuk memperbaiki atau meniadakan kerusakan agar
kinerja sistem tidak menurun.
Failure Mode Effect and Criticality Analysis (FMECA) digunakan sebagai sebuah metodologi
untuk mengidentifikasi dan menganalisis semua mode kegagalan potensial dari berbagai bagian
sistem, efek kegagalan tersebut terhadap sistem, bagaimana menghindari kegagalan dan atau
mengurangi dampak dari kegagalan pada sistem. Pada tulisan ini diusulkan model FMECA dalam
menentukan komponen kritis Radar Navigasi JRC JMA 5310. Berdasarkan model FMECA tersebut
didapat Risk Priority Number (RPN) yang dijadikan nilai acuan dalam penentuan komponen kritis.
Nilai RPN setiap komponen yang didapat dianalisa dengan Risk Matrix, dari 27 (dua puluh tujuh)
komponen yang telah diidentifikasi, didapat 7 (tujuh) komponen yang dianggap kritis, yaitu
Modulator, Power Supply Scanner, Dioda Limiter, Magnetron, Receiver, Motor, Circulator.
Komponen Modulator memiliki nilai RPN tertinggi dengan nilai 24180 dan komponen Plotter Control
Circuit memiliki nilai RPN terendah dengan nilai 3289.
Penentuan interval waktu penggantian komponen kritis yang telah didapat menggunakan
pendekatan Reliability dan Cost Benefit Ratio (CBR). Didapatkan hasil bahwa komponen Dioda
Limiter memiliki waktu penggantian tercepat, yaitu 152 hari. Sedangkan komponen dengan waktu
penggantian terlama, yaitu 458 hari adalah komponen Motor dan Circulator. Di dapat pula nilai CBR
untuk semua komponen kritis kurang dari 1 (CBR <1) menunjukkan biaya penggantian yang
direkomendasikan sudah efisien. Komponen Dioda Limiter memiliki nilai CBR paling efisien, yaitu
0,57572. Dari analisa sensitivitas diperoleh variabel Reliability R(t) sangat berpengaruh terhadap
perubahan penentuan interval waktu penggantian komponen kritis, dimana didalamnya terdapat
parameter β (slope), parameter Ƴ (location), dan parameter Ƞ (scale). Parameter β lebih
berpengaruh terhadap perubahan nilai Reliability R(t).

Kata kunci: FMECA, Risk Priority Number (RPN), Reliability, Interval Waktu Pengantian, CBR.

1. Pendahuluan sesuai rencana dan program Koarmatim,


Satuan Kapal Patroli Koarmatim adalah tidak terkecuali dalam hal ini pemeliharaan
Komando Pelaksana Pembinaan yang peralatan navigasi seperti halnya radar
mempunyai tugas pokok melaksanakan navigasi.
pembinaan kekuatan dan kemampuan tempur Penggunaan radar navigasi di KRI,
unsur-unsur organiknya sesuai fungsi khusus nya di Satuan Kapal Patroli
asasinya yaitu dalam bidang peperangan anti Koarmatim sangat vital sebagai alat indera
kapal permukaan dan peperangan anti udara jarak jauh dalam bernavigasi.
dalam rangka meningkatkan kemampuan Penggunaannya mutlak harus ada pada saat
tempur Armada RI Kawasan Timur. Dengan KRI melaksanakan operasi, sehingga kondisi
salah satu fungsinya menyusun dan kesiapan radar navigasi akan sangat
mengendalikan rencana dan program di mempengaruhi pelaksanaan tugas operasi
bidang pemeliharaan yang dilaksanakan oleh yang diemban oleh Unsur-Unsur tersebut.
kapal-kapal dalam satuan sesuai siklus Sering kali pada saat Unsur-Unsur akan
sistem pemeliharaan terencana dalam rangka melaksanakan tugas operasi mengalami
meningkatkan kesiapan teknis unsur-unsur kendala pada kesiapan radar navigasi. Hal
III-1
tersebut tentunnya akan mempengaruhi kata lain selama komponen belum mengalami
kesiapan KRI secara keseluruhan. Untuk kerusakan maka komponen tersebut akan
mencegah terjadinya kondisi tersebut, tetap digunakan. Hal ini pada suatu saat,
diperlukan suatu langkah yang tepat untuk justru akan mengakibatkan penalty cost yang
memperbaiki atau meniadakan kerusakan cukup besar apabila diterapkan kebijakan
agar kinerja sistem tidak menurun. melaksanakan pemeliharaan secara terus
Radar navigasi JRC JMA 5310 yang ada menerus akan mengakibatkan beban
di KRI Satrolarmatim sebanyak 4 buah radar, anggaran yang tinggi.
dimiliki oleh KRI Sura-802, KRI Kakap-811, Dalam rencana penelitian ini diusulkan
KRI Kerapu-812 dan KRI Tongkol-813. Radar model Failure Mode Effects and Criticality
navigasi tersebut saat ini sudah berusia Analysis (FMECA) dalam menentukan
sekitar 7,5 tahun dengan jam operasi yang interval waktu penggantian komponen kritis
sudah melebihi 10.000 jam operasi, dengan Radar Navigasi JRC JMA 5310 dengan
demikian inspeksi terhadap kondisi teknis mempertimbangkan optimasi biaya
harus semakin sering dilakukan. Menurut pemeliharaan dalam meningkatkan nilai
O’Connor (2001), pemeriksaan (inspection) keandalannya. Menurut Rausand (2005),
adalah tindakan yang ditujukan terhadap FMECA adalah sebuah metodologi untuk
sistem untuk mencegah terjadinya breakdown mengidentifikasi dan menganalisis semua
secara mendadak, dan untuk mengetahui mode kegagalan potensial dari berbagai
apakah sistem bekerja dengan baik sesuai bagian dari sistem, efek kegagalan tersebut
dengan fungsinya. terhadap sistem, bagaimana menghindari
Dari kondisi Radar JRC JMA 5310 yang kegagalan dan atau mengurangi dampak dari
ada di KRI Satrolarmatim, di perlukan suatu kegagalan pada sistem.
suatu perencanaan pemeliharaan yang tepat
Tabel 1.1 Penggunaan Radar Navigasi di
untuk prioritas perbaikan. Untuk mencegah
Satrolarmatim
atau menghindari berbagai bentuk kerusakan,
memprediksi serta menemukan suatu
langkah yang mudah untuk mencegah
terjadinya kerusakan. Menentukan langkah
yang tepat untuk mencegah kerusakan bukan
suatu hal yang mudah.Langkah tersebut
mengkombinasikan persyaratan teknis dan
strategi manajemen, Sachdeva et all (2009).
Kejadian kerusakan pada komponen
dipelajari dengan baik untuk menentukan
solusi yang akan diambil berdasarkan bentuk
Sumber: Satrolarmatim (2016)
kerusakan, efek dan biaya terhadap semua
sistem. Data informasi tentang kerusakan
akan membantu personil untuk menentukan 2. Landasan Teori
tindakan perbaikan yang sesuai dan
2.1 Radar(Radio Detection and Ranging)
menentukan perioritas berbeda pada masing-
masing komponen yang mengalami failure. Eaves (1987), kata radarberasal dari
Herry (2015), mengusulkan penerapan sebuah kode yang di gunakan Angkatan Laut
metode Fuzzy dan TOPSIS pada FMEA Amerika Serikat pada tahun 1940 saat
untuk menentukan komponen kritis serta Perang Dunia II, kepanjangan dari radio
prioritas perbaikan dari berbagai alternatif detection and ranging. Radar merupakan
yang terpilih terhadap kerusakan komponen sebuah sistem penginderaan jauh yang aktif,
diterapkan pada sistem Radar Navigasi yang menyediakan sumber iluminasinya
Sperry Marine, sehingga diharapkan dengan sendiri. Gelombang radio ditransmisikan
penerapan metode ini dapat meningkatkan sebagai pulsa dengan energi tinggi dari
kinerja operasional KRI. Dalam penelitian energi microwave. Pulsa berinteraksi dengan
tersebut belum mempertimbangkan atmosfer dan target. Porsi dari energi yang
penentuan interval waktu penggantian dipancarkan kembali, diterima oleh target
komponen kritis dan biaya optimal kemudian diukur intensitas dan waktu
pemeliharaan/perawatan. Permasalalahan penundaan diantara transmisi dan
anggaran sering kali menjadi pemicu penerimaan sinyal yang kembali. Sinyal radar
pemeliharaan yang dilaksanakan selama ini dapat ditampilkan pada Plan Position
hanya terpaku pada buku petunjuk tecnical Indicator (PPI) atau pada tampilan sistem
order dimana kurang memperhitungkan sisa radar yang lain
usia pakai sebuah komponen atau dengan
III-2
Sejak diketemukannya Radar oleh Sir b. Efek kegagalan tersebut terhadap sistem
Robert Watson Wat (the Father of Radar) Bagaimana menghindari kegagalan dan
pada tahun 1932 sampai saat ini telah atau mengurangi dampak dari kegagalan
mengalami perkembangan yang sangat cepat pada sistem.
di bidang teknologinya. Perkembangan ini Prosedur Failure Modes Effects and
ditujukan pada penambahan efektifitas Criticality Analysis (FMECA) secara garis
penggunaan dan penambahan efisiensi besar dapat meliputi beberapa langkah
penggelaran dan pemeliharaan serta secara sistematis diantaranya ( Modarres, M
peningkatan kehandalan sistemnya. Sebagai at all, 2009) :
ilustrasi, Radar pertama hanya mampu a. Mengidentifikasi semua failure modes
menangkap sasaran dan hanya mampu potensial dan penyebabnya.
menunjukkan sektor dimana sasaran itu b. Evaluasi dampak pada setiap failure
berada. Sedangkan Radar generasi modern modes dalam sistem.
mampu menangkap sasaran dengan c. Mengidentifikasi metode dalam
menentukan koordinat sasaran secara akurat, mendeteksi kerusakan/kegagalan.
ketinggian, jarak, kecepatan serta informasi d. Mengidentifikasi pengukuran korektif
keuntungan lainnya. Pada era globalisasi untuk failre modes.
peran dan fungsi Radar dalam kehidupan e. Akses frekuensi dan tingkat kepentingan
sehari-hari manusia amat penting, indikasinya dari kerusakan-kerusakan penting untuk
dapat dilihat dari betapa urgen kehidupan analisa kritis, dimana dapat
dalam masyarakat sipil dan kepentingan diaplikasikan.
militer yang didukung oleh perangkat Radar. Sedangkan menurut Zafiropoulus dan
Dialynas (2005), langkah-langkah dasar
dalam FMECA konvensional meliputi :
a. Mendefinisikan sistem, yang meliputi
identifikasi fungsi internal dan interface,
kinerja yang diharapkan dalam berbagai
tingkatan kompleksitas, pembatasan
sistem dan definisi kegagalan.
b. Melakukan analisis fungsional, yang
mengilustrasikan kegiatan operasi
keterkaitan, dan ketergantungan entitas
fungsional.
Gambar 2.1 Blok Diagram Prinsip Kerja
c. Mengidentifikasi failure mode dan
Radar (Sumber: Kaukab, 2008)
dampaknya, seluruh failure mode
potensial dari item dan interface
2.2 Failure Modes Effects and Criticality diidentifikasi dan dampaknya terhadap
Analysis (FMECA) fungsi langsung, item dan sistem harus
FMECA pada awalnya dikembangkan didefinisikan secara jelas.
oleh National Aeronautics and space d. Menentukan severity rating (S) dari
Administration (NASA) yang bertujuan untuk failure mode, yang mengacu kepada
meningkatkan dan memverifikasi keandalan seberapa serius dampak atau efek dari
Hardhware program antariksa MIL-STD-785 failure mode.
yang berjudul Reliability Program for System e. Menentukan occurance rating (O) dari
and Equipment Development and Production frekwensi terjadinya failure mode dan
mengulas prosedur untuk melakukan FMECA analisis kekrittisan failure mode. Dengan
pada peralatan atau atau sistem. Adapun asumsi bahwa komponen sistem
MIL-STD-1629 merupakan standar militer cenderung akan mengalami kegagalan
yang menetapkan persyaratan dan prosedur dalam berbagai cara, informasi ini
melakukan FMECA, untuk mengevaluasi dan digunakan untuk menggambarkan aspek
mendokumentasikan dampak potensial dari yang paling kritis dari desai sistem.
setiap kegagalan fungsional atau haradware f. Menentukan Detection rating (D) dari
pada keberhasilan misi, keamanan personil design control criteria terjadinya failure
dan sistem, pemeliharaan dan kinerja sistem. mode.
Menurut Rausand (2005), g. Risk Priority Number (RPN)Merupakan
mendefinisikan FMECA adalah sebuah hasil perkalian bobot Severity,
metodologi untuk mengidentifikasi dan Occurance dan Detection. Hasil ini akan
menganalisis: dapat menentukan komponen kritis.
a. Semua mode kegagalan potensial dari
berbagai bagian dari sistem
III-3
RPN = Severity (S) x Occurance (O) x Tabel 2.3 Detection Index
Detection (D) Kemungkinan Deteksi
Rating Detection
Beberapa ahli berpendapat bahwa oleh alat pengontrol
faktor-faktor S, O dan D tidak mudah 10 Absulute Tidak ada alat pengontrol
dievaluasi secara akurat. Upaya evaluasi Uncertainly(AU) yang mampu mendeteksi
dilakukan secara linguistik (Wang et all, penyebab kegagalan dan
modus kegagalan berikutnya.
2009).
9 Very remote (VR) Sangat kecil kemampuan
Tabel 2.1 Severity Index alat pengontrol mendeteksi
penyebab kegagalan dan
Rating Effect Severity Effect modus kegagalan berikutnya.
8 Remote (R) Kecil kemampuan alat
pengontrol mendeteksi
10 Hazardous without Tingkat keperahan sangat tinggi penyebab kegagalan dan
warning (HWOW) ketika mode kegagalan potensial modus kegagalan berikutnya.
mempengaruhi sistem safety 7 Very Low (VL) Sangat rendah kemampuan
tanpa peringatan alat pengontrol mendeteksi
9 Hazardous with Tingkat keperahan sangat tinggi penyebab kegagalan dan
warning (HWW) ketika mode kegagalan potensial modus kegagalan berikutnya.
mempengaruhi sistem safety 6 Low (L) Rendah kemampuan alat
dengan peringatan pengontrol mendeteksi
8 Very High (VH) Sistem tidak dapat beroperasi , penyebab kegagalan dan
kegagalan yang menyebabkan modus kegagalan berikutnya.
kerusakan / failure tanpa 5 Moderate (M) Sedang kemampuan alat
membahayakan keselamatan pengontrol mendeteksi
7 High (H) Sistem tidak dapat beroperasi penyebab kegagalan dan
dengan kerusakan peralatan modus kegagalan berikutnya.
6 Moderate (M) Sistem tidak dapat beroperasi 4 Moderately Sangat sedang kemampuan
dengan kerusakan kecil (Minor) High (MH) alat pengontrol mendeteksi
5 Low (L) Sistem tidak dapat beroperasi penyebab kegagalan dan
tanpa kegagalan modus kegagalan berikutnya.
4 Very Low (VL) Sistem dapat beroperasi dengan 3 High (H) Tinggi kemampuan alat
kinerja mengalami penurunan pengontrol mendeteksi
signifikan penyebab kegagalan dan
3 Minor (MR) Sistem dapat beroperasi dengan modus kegagalan berikutnya.
kinerja mengalami beberapa 2 Very High (VH) Sangat tinggi kemampuan
penurunan alat pengontrol mendeteksi
2 Very Minor Sistem dapat beroperasi dengan penyebab kegagalan dan
(VMR) sedikit gangguan modus kegagalan berikutnya.
1 None (N) Tidak ada pengaruh 1 Almost Certain (AC) Hampir pasti kemampuan
alat pengontrol mendeteksi
Sumber : Wang et all (2009) penyebab kegagalan dan
modus kegagalan berikutnya.
Tabel 2.2 Occurance Index Sumber : Wang et all (2009)
Failure
Rating Probability of occurance
probability
2.3 Distribusi Probabilitas
2.3.1 Distribusi Weibul
10 Very High (VH) : Kegagalan > 1 in 2 Distribusi Weibull banyak digunakan
hampir tidak dapat dihindari
dalam analisa keandalan, terutama untuk
melakukan perhitungan umur komponen.
9 1 in 3
Jenis distribusi ini juga merupakan salah satu
8 High (H) : Kegagalan berulang 1 in 8
dari distribusi yang paling banyak digunakan
7 1 in 20
dibidang rekayasa keandalan, hal ini
6 1 in 80
dikarenakan distribusi tersebut memiliki
5 Moderate (M) : Kegagalan 1 in 400
kemampuan untuk memodelkan data-data
4 sesekali 1 in 8000 yang berbeda dan banyak dengan
pengaturan nilai parameter bentuk β. Menurut
3 1 in 15000 Jardine (1973), Distribusi Weibull dapat
2 Low (L) : Relatif sedikit 1 in 150000 disajikan dalam bentuk dua atau tiga
1 kegagalan < 1 in 150000 parameter. Fungsi pdf dari ketiga parameter
distribusi Weibull dinyatakan dengan
Sumber : Wang et all (2009)

III-4
1 
t
 Dimana :
(1)
MRL (t )  
R (t ) 
MTTF   R (t ) dt  t = waktu
0  λ = Rasio kegagalan konstan (constan failure
rate)
dimana :
= parameter bentuk, Fungsi keandalannya adalah :
Ƞ = parameter skala, Ƞ
= parameter lokasi, waktu kerusakan
pertama kali R (t )  1  F (t )  e   t (7)
Fungsi keandalan distribusi Weibull dapat
dinyatakan dengan : Laju kerusakan (failure rate) :

f (T )
 1  t  

 (t )   (8)
 t   
  

R (t )
f (t )    e (2)
   

1 (9)
Fungsi keandalan distribusi weibull dapat
MTTF   R (t ) dt 

0
dinyatakan dengan

 t  
  2.3.3 Distribusi Normal
  
R (t )  e (3) Menurut Jardine (1973), distribusi
normal (Gaussian) berguna untuk
Laju kerusakan dapat dinyatakan dengan : menggambarkan pengaruh pertambahan
waktu ketika dapat menspesifikasikan waktu
 1 antar kerusakan berhubungan dengan
 t   (4)
 (t )    ketidakpastian, distribusi normal mempunyai
    rumusan sebagai berikut :

Jika = 0 maka diperoleh distribusi Weibull    t   2 


f (t ) 
1
exp  
(10)
dengan dua parameter.
 2  2 2 
Jika , maka pdf pada t = besar pdf  
sama dengan nol begitu juga laju kerusakan
sama dengan nol, konsekuensinya nilai untuk -∞ ≤ t ≤ ∞
keandalannya R(t) = 1, lihat persamaan (15)
untuk pdf dan persamaan (16) R(t) serta dimana :
persamaan (17) untuk λ(t). Semakin besar = deviasi standar dari variabel acak T
nilai ƞ suatu komponen, maka probabilitas = rata-rata dari variabel acak T
komponen tersebut rusak akan semakin kecil
(persamaan 16). Jika nilai ƞ komponen A Dan fungsi distribusi kumulatifnya adalah :
lebih besar dari pada komponen B, maka nilai
keandalan komponen B lebih cepat menurun 1   t   
2
 (11)
dari pada komponen A. F (t )  exp   dt
 2  2 2 
 
2.3.2 Distribusi Eksponensial Fungsi keandalan dari distribusi normal
Distribusi eksponensial banyak adalah
digunakan dalam rekayasa keandalan,
karena distribusi ini dapat mempresentasikan 
1    t   2 
(12)
fenomena distribusi waktu yang mengalami R (t )   2
exp 
 2 2
 dt

t
kegagalan dari suatu komponen/sistem.
Menurut Abdullah Alkaff (1992), fungsi
kepadatan distribusi eksponensial dinyatakan Laju kerusakan dari distribusi normal dapat
dalam persamaan : diperoleh dengan menggunakan persamaan :

f ( t )   e   t ; t > 0, λ > 0 (5)


exp    t    / 2 
2 2
 
(13)
 (t )  
dan fungsi distribusi kumulatifnya adalah :
 exp    t    / 2 dt
2 2

t

F (t )  1  e   t (6)
III-5
3. Metode Penelitian Tabel 3.1 Severity of Consequences
3.1 Model FMECA dalam Penentuan Severity of Consequences
Komponen Kritis
Kategori Definisi
Langkah-langkah Model Failure Mode
Effects and Criticality Analysis (FMECA) Menyebabkan sistem
Catastrophic (I)
shutdown
dijabarkan sesuai dengan diagram alir
Sistem tidak dapat
penelitian sebagai berikut: Critical (II) berfungsi sesuai yang
a. Mengidentifikasikan sistem Radar JRC ditentukan
JMA 5310, yang meliputi identifikasi Sistem mengalami
fungsi internal dan interface, kinerja yang Marginal (III)
penurunan fungsi kinerja
diharapkan dalam berbagai tingkatan Sistem dapat berfungsi
Negligible (IV)
kompleksitas, pembatasan sistem dan dengan resiko kecil
definisi kegagalan.
b. Mengidentifikasi mode kerusakan
Tabel 3.2 Severity of Frequency
potensial, seluruh failure mode potensial
dari item dan interface di identifikasi dan Severity of Frequency
dampaknya terhadap fungsi langsung, Definisi
item dan sistem harus didefinisikan Frekuensi
secara jelas. Kejadian Kualitatif Kuantitatif
c. Menentukan severity rating (S) dari
 1 x 10 jam
-3
failure mode, mengacu kepada seberapa Frequent Sering Terjadi
serius dampak atau efek dari failure Probable Sangat Mungkin  1 x 10 jam
-4

mode.
 1 x 10 jam
-5
d. Menentukan occurance rating (O) dari Occasional
Umum Terjadi
frekuensi terjadinya failure mode dan
 1 x 10 jam
-6
analisis kekrittisan failure mode. Dengan Remote Jarang Terjadi
asumsi bahwa komponen sistem Tidak Mungkin Terjadi < 1 x 10 jam
-7
cenderung akan mengalami kegagalan Improbable
dalam berbagai cara, informasi ini
digunakan untuk menggambarkan aspek Tabel 3.3 Risk Matrix
yang paling kritis dari desain sistem.
Frekuensi Frequent Probable Occasional Remote Improbable
e. Menentukan detection rating (D) dari
design control criteria terjadinya failure Catastrophic 1 2 4 8 12
mode. (I) Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang
f. Menghitung Risk Priority Number (RPN)
untuk mengidentifikasi penentuan Critical 3 5 6 10 15
komponen kritis Radar JRC JMA 5310. Dapat Dapat
RPN = Severity (S) x Occurance (O) x (II) Tinggi Tinggi Sedang
Diterima Diterima
Detection (D)
7 9 11 14 17
g. Hasil kumulatif komponen yang memiliki Marginal
nilai RPN yang tinggi dipilih sebagai Dapat Dapat Dapat
(III) Sedang Sedang
kandidat komponen kritis. Diterima Diterima Diterima

Negliglibe 13 16 18 19 20
3.2 Risk Matrix
Dapat Dapat Dapat Dapat Dapat
Langkah selanjutnya melaksanakan (IV)
Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima
analisa kekritisan komponen menggunakan
risk matrix sesuai kriteria yang telah
ditentukan. Hasil akhir yang diperoleh adalah
Tabel 3.4 Rating of Risk
item-item yang termasuk dalam rating of risk
“tinggi” berdasarkan risk matrix. Keseluruhan Rating Definisi
hasil analisa model FMECA dan risk matrix Tinggi (High) Memerlukan perbaikan untuk
selanjutnya akan yang disajikan dalam bentuk mengeliminasi bahaya
FMECA Worksheet. Tabel 3.1 menunjukkan Sedang (Medium) Memerlukan tinjauan ulang
kategori-kategori kerusakan berdasarkan terhadap dapat diterimanya
resiko
tingkat pengaruhnya terhadap sistem ataupun
Dapat Diterima Resiko yang dapat diterima
personil. (Accept) ditinjau sebagai rancangan
yang sudah matang

III-6
yang optimal melalui program excel. Digram
3.3 Model Penentuan Interval Waktu alir perhitungan interval waktu penggantian
Penggantian Komponen Kritis dijelaskan dalam bentuk diagram alir seperti
pada Gambar 3.1 berikut:
Berdasarkan data dari nilai keandalan
dan nilai MTBF yang diperoleh, dapat
ditentukan interval penggantian komponen

Mulai

Tentukan Komponen Kritis


dengan Model FMECA

TTF

Tentukan MTBF

Variasikan Interval
Penggantian yang diajukan

Tentukan Harga
Komponen (CK)

Tentukan lama perbaikan Tentukan lama perbaikan


sebelum kerusakan (tBF) setelah kerusakan (tAF)

Tentukan biaya pekerja Tentukan biaya pekerja


saat kondisi normal (CPN) saat kondisi darurat (CPE)

Hitung biaya Hitung biaya


penggantian sebelum penggantian setelah
kerusakan (CBF) kerusakan (CAF)

Hitung breakdown cost


(CBD)

Ya Nilai Keandalan pada saat interval


penggantian optimal 0,95

Tidak

Hitung Cost-Benefit Ratio (CBR)

Selesai

III-7
Gambar 3.1 Diagram Alir Model Penentuan Interval Waktu Penggantian Komponen Kritis
3.4 Model Cost Benefit Ratio (CBR)
Penggantian Komponen
Tabel 4.1 Nilai Risk Priority Number (RPN)
Cost Benefit Ratio (CBR) lebih rendah
daripada 1 (CBR < 1) maka kegiatan tersebut No Komponen RPN Rangking
menguntungkan, dengan kata lain Benefit 1 Modulator (K1) 24180 1
harus lebih besar dari Cost, sebagai ilustrasi 2 Power Supply Scanner (K9) 23040 2
apabila penggantian dilakukan sebelum 3 Dioda Limiter (K8) 20280 3
failure, benefit yang didapat akan maksimal
4 Magnetron (K6) 16800 4
dan cost dapat ditekan tentunya akan
menguntungkan. Untuk mendapatkan biaya 5 Receiver (K2) 15950 5
penggantian dari masing-masing komponen 6 Motor (K3) 13500 6
menurut (Satria, 2012) dapat diuraikan 7 Radar Processor (K10) 11648 7
berupa persamaan sebagai berikut: 8 Circulator (K7) 11220 8
9 Rotary Joint (K4) 8602 9
10 Track Ball (K22) 7524 10
( ), ( )- [( ( )) * ( ) ( )+] 11 Power Supply CPU (K18) 7500 11
( ) ( ) 12 Transformer (K23) 7475 12
13 Monitor Fan (K20) 7452 13
Dimana : 14 Bridge Dioda (K24) 7140 14
CBR : Cost Benefit Ratio 15 Keyboard Matrix (K21) 7106 15
CK : Harga komponen 16 Condensator (K25) 6804 16
R(T) : Keandalan (reliability)
17 Radiater / Antena (K5) 6336 17
1- R(T) : Probability of failure
tBF : Waktu perbaikan sebelum komponen rusak 18 LCD Monitor (K19) 6072 18
tAF : Waktu perbaikan setelah komponen rusak 19 I/F Chassis (K16) 5750 19
CPN : Biaya pekerja saat kondisi normal/ terencana 20 Filter (K26) 5187 20
CPE : Biaya pekerja saat kondisi emergency 21 Terminal Board (K12) 4840 21
CBD : Biaya saat terjadi breakdown 22 NSK Circuit (K13) 4620 22
23 ARPA (K11) 4488 23
24 I/O Circuit (K15) 4095 24
4. Pengumpulan dan Pengolahan Data 25 AIS Interface (K17) 3822 25
4.1 Perhitungan Data Hasil Kuesioner 26 UPS (K27) 3640 26
FMECA 27 Plotter Control Circuit (K14) 3289 27
Untuk memperoleh data kuesioner,
penulis membuat suatu konsep pilihan yang 4.2 Penentuan Komponen Kritis
tidak terlepas dari terminologi FMECA, yang Data hasil analisa severity of
berisi tentang identifikasi resiko mode consequency dan severity of frequency tiap-
kerusakan komponen dan identifikasi kriteria tiap komponen diatas selanjutnya diolah
penilaian resiko mode kerusakan komponen. kedalam risk matrix untuk mengklasifikasikan
Yang menjadi expert dalam kuesioner ini rating of risk komponen sesuai kriteria yang
adalah Kepala Bengkel Elektronika ditentukan seperti pada Tabel 3.3 dengan
Fasharkan Lantamal V, Kasihar Sewaco kombinasi antara tingkat konsekuensi
Satrolarmatim, Kepala Departemen kerusakan dan potensi tingkat frekuensi
Elektronika KRI Sura-802 dan Direktur Teknik kejadian. Sehingga komponen yang termasuk
PT Jala Purangga Sena. dalam severity of consequency “catastrophic”
Selanjutnya dari data hasil kuesioner ataupun “critical” belum tentu termasuk dalam
diperoleh rating severity, occurance, dan klasifikasi komponen kritis yang dimaksud.
detection dari masing-masing komponen Begitu pula komponen dengan frekuensi
yang dihimpun dari para expert. Dari nilai kerusakan yang sangat tinggi (probable)
nilai severity, occurance, dan detection dapat belum dapat dipastikan termasuk dalam
dihitung nilai RPN komponen. Nilai RPN yang kategori komponen kritis. Komponen kritis
didapat dari seluruh komponen selanjutnya yang dimaksud dalam tulisan ini adalah
diurutkan dari nilai yang terbesar hingga komponen dengan kategori rating of risk
terkecil, sebagai ranking/prioritas tingkat “tinggi” berdasarkan hasil analisa risk matrix
kekritisan komponen. Rekapitulasi dan dalam metode FMECA. Hal ini dikarenakan
ranking hasil perhitungan nilai RPN komponen dengan tingkat resiko tinggi
ditampilkan dalam Tabel 4.1. tersebut tersebut memiliki rata-rata tingkat
frekuensi kejadian dan tingkat keparahan
III-8
dampak kerusakan yang lebih tinggi jika 5.2 Analisa Nilai Keandalan Sebelum
dibandingkan komponen lainnya yang dilakukan Interval Penggantian
termasuk dalam kategori rating of risk Sebelum dilakukannya perhitungan
“sedang” dan “dapat diterima”. Berikut adalah interval waktu penggantian komponen agar
hasil analisa risk matrix tiap-tiap komponen nilai keandalannya sesuai dengan yang
disajikan dalam Tabel 4.2 di bawah ini. diinginkan, terlebih dahulu dilakukan
perhitungan nilai keandalan sebelum
Tabel 4.2 Rating of Risk Komponen
penggantian.
No Komponen Rating of Risk
Tabel 5.1 Nilai Keandalan Komponen
1 Modulator (K1) Tinggi Sebelum Penggantian
2 Power Supply Scanner (K9) Tinggi MTBF
No Komponen Reliability
3 Dioda Limiter (K8) Tinggi (Hari)
4 Magnetron (K6) Tinggi 1 Modulator 274 0,537901
5 Receiver (K2) Tinggi 2 Power Supply Scanner 273 0,551594
6 Motor (K3) Tinggi 3 Dioda Limiter 162 0,486821
7 Radar Processor (K10) Sedang 4 Magnetron 177 0,482604
8 Circulator (K7) Tinggi 5 Receiver 166 0,499164
9 Rotary Joint (K4) Dapat Diterima 6 Motor 464 0,442824
10 Track Ball (K22) Dapat Diterima 7 Circulator 463 0,433815
11 Power Supply CPU (K18) Dapat Diterima Dari hasil perhitungan yang ditunjukkan
12 Transformer (K23) Dapat Diterima pada tabel 5.1 diatas dapat diketahui bahwa
13 Monitor Fan (K20) Dapat Diterima komponen power supply scanner mempunyai
14 Bridge Dioda (K24) Dapat Diterima nilai keandalan yang paling tinggi yaitu :
15 Keyboard Matrix (K21) Dapat Diterima 0,551594, akan tetapi masih belum
16 Condensator (K25) Dapat Diterima memenuhi target yaitu diatas 0,95 sesuai
17 Radiater / Antena (K5) Dapat Diterima dengan ketentuan minimal dari bagian
instrumentasi. Sedangkan komponen yang
18 LCD Monitor (K19) Dapat Diterima
paling rendah nilai keandalannya adalah
19 I/F Chassis (K16) Dapat Diterima
komponen circulator yaitu 0,433815.
20 Filter (K26) Dapat Diterima Berdasarkan data nilai keandalan komponen
21 Terminal Board (K12) Dapat Diterima diatas, diperlukan penentuan interval waktu
22 NSK Circuit (K13) Dapat Diterima yang tepat agar nilai kendalan dari komponen
23 ARPA (K11) Dapat Diterima tersebut dapat ditingkatkan sesuai dengan
24 I/O Circuit (K15) Dapat Diterima yang diinginkan.
25 AIS Interface (K17) Dapat Diterima
26 UPS (K27) Dapat Diterima 5.2 Analisa Nilai Keandalan Setelah
27 Plotter Control Circuit (K14) Dapat Diterima dilakukan Interval Penggantian
Setelah dilakukan perhitungan
Berdasarkan rating of risk,dari 27 penentuan interval waktu penggantian
komponen yang dianalisa didapat komponen diperoleh nilai keandalan yang baru.
kritis yang memiliki resiko dan RPN yang Perhitungan ini dengan memasukkan variasi
tinggi di tunjukkan pada Tabel 4.3 sebagai interval waktu penggantian dan dihitung
berikut: dengan menggunakan tabel parameter hasil
distribusi yang sesuai (weibull 3). Batas
Tabel 4.3 Komponen Kritis minimum keandalan yang disyaratkan untuk
Risk suatu komponen dioperasikan yaitu 0,95.
No Komponen Kategori RPN
Matrix
Tabel 5.2 berikut adalah tabel hasil
1 Modulator Critical Probable Tinggi 24180
perhitungan penentuan interval waktu
2 P.S Scanner Catastrophic Probable Tinggi 23040
3 Dioda Limiter Critical Probable Tinggi 20280 penggantian komponen kritis.
4 Magnetron Critical Probable Tinggi 16800
5 Receiver Catastrophic Occasional Tinggi 15950 Tabel 5.2 Nilai Keandalan Komponen
6 Motor Catastrophic Occasional Tinggi 13500 Setelah Penggantian
7 Circulator Critical Probable Tinggi 11220 Interval Waktu
MTBF
No Komponen Penggantian Reliability
(Hari)
(Hari)
1 Modulator 274 234 0,953037
5. Analisa Hasil dan Pembahasan
2 Power Supply Scanner 273 232 0,951484
3 Dioda Limiter 162 152 0,958165
III-9
4 Magnetron 177 157 0,957328 Reliability R(t) merupakan variabel yang
5 Receiver 166 157 0,952719 langsung dapat mempengaruhi penentuan
6 Motor 464 458 0,980802 interval waktu penggantian komponen kritis,
7 Circulator 463 458 0,970894 dimana didalamnya terdapat variabel interval
Dari hasil perhitungan yang ditunjukkan waktu penggantian (tp), parameter β (slope),
pada tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa parameter Ƴ (location), parameter Ƞ (scale).
semua komponen tingkat keandalannya Sedangkan untuk variabel harga komponen,
sudah memenuhi target yaitu diatas 0,95 biaya perbaikan dan waktu perbaikan
sesuai dengan ketentuan minimal dari bagian merupakan variabel baku (standar) yang
instrument, komponen dioda limiter memiliki cenderung nilainya relatif konstan (tetap)
waktu penggantian tercepat, yaitu 152 hari, sehingga variabel tersebut tidak signifikan
sedangkan komponen dengan waktu berpengaruh terhadap perubahan model
penggantian terlama, yaitu 458 hari adalah yang digunakan.
komponen motor dan circulator.

5.3 Analisa BiayaPenggantian Komponen


Pada Bab sebelumnya telah disampaikan
biaya-biaya jika melakukan penggantian
komponen sebelum kondisinya rusak dan
setelah mengalami kerusakan . Data-data
hasil perhitungan biaya penggantian
komponen setelah terjadi kerusakan apabila
diterapkan metode penggantian komponen
sesuai dengan interval waktu yang telah
diajukan/direkomendasikan untuk setiap
Gambar 4.1 Grafik Hubungan tp dan R(t)
komponen kritis, maka biaya tersebut akan
Komponen Modulator
menjadi benefit atau manfaat bagi
penghematan anggaran pemeliharaan Radar Hasil analisa grafik pada Gambar 5.1
JRC JMA 5310. menunjukkan bahwa nilai keandalan
Untuk melihat apakah penggantian komponen akan berubah terhadap interval
komponen kritis sudah efektif dari sisi biaya, waktu penggantian, semakin tinggi interval
akan dijelaskan dengan menghitung Cost waktu pengantian (waktu operasional), maka
Benefit Ratio (CBR) nya. Tabel 5.3 berikut nilai keandalan komponen akan semakin
menunjukkan perhitungan CBR dari proses rendah
penggantian komponen kritis:
Tabel 5.3 Cost Benefit Ratio (CBR)
Interval Manfaat Bila
Total Biaya
No
Nama Waktu Penggantian Melaksanakan CBR
Komponen Penggantian Rekomendasi
(Rp)
(Hari) (Rp)
1 Modulator 234 28.746.431 33.240.000 0,86481
2 P.S. Scanner 232 25.403.755 29.890.000 0,84991
3 Dioda Limiter 152 4.479.121 7.780.000 0,57572
4 Magnetron 157 7.037.051 8.990.000 0,78276
5 Receiver 157 24.826.501 27.980.000 0,88729
6 Motor 458 29.127.711 34.375.000 0,84735
7 Circulator 458 6.196.341 9.410.000 0,65848 Gambar 5.2 Grafik Perbandingan Nilai R(t)
Komponen Modulator jika Parameter β, Ƴ, Ƞ
Pada tabel 5.3 diatas menjelaskan hasil
Dinaikkan
penggantian setiap komponen kritis sudah
efektif jika dilihat dari sisi biaya, hal tersebut Gambar 5.2 menggambarkan grafik
terlihat dari nilai CBR untuk setiap komponen perbandingan nilai Reliability pada komponen
kritis, yaitu kurang dari 1 (CBR<1). modulator. R(t) 1, R(t) 2 dan R(t) 3
merupakan nilai Reliability jika parameter β,
5.4 Analisa Sensitivitas Ƴ, Ƞ dinaikkan. Terlihat bahwa R(t) 1 naik

III-10
lebih signifikan dibandingkan R(t) 2 dan R(t) power supply scanner 232 hari,
3, hal ini menandakan bahwa parameter β magnetron dan receiver 157 hari.
lebih berpengaruh terhadap perubahan nilai 3. Berdasarkan analisa dapat diketahui
Reliability R(t). bahwa biaya penggantian komponen
sudah disimpulkan efisien, dimana nilai
Cost Benefit Ratio (CBR) sudah kurang
dari 1 (CBR < 1)., hal tersebut terlihat
dari nilai CBR setiap komponen kritis,
yaitu modulator 0,86481, power supply
scanner 0,84991, dioda limiter 0,57572,
magnetron 0,78276, receiver 0,88729,
motor 0,84735, dan circulator 0,65848.

4. Dari uji sensitivitas diketahui bahwa


variabel Reliability R(t) sangat
berpengaruh terhadap perubahan
penentuan interval waktu penggantian
komponen kritis, dimana didalamnya
Gambar 5.2 Grafik Perbandingan Nilai R(t)
terdapat parameter β (slope), parameter
Komponen Modulator jika Parameter β, Ƴ, Ƞ
Ƴ (location), dan parameter Ƞ (scale).
Dturunkan
Parameter β (slope) lebih berpengaruh
Gambar 5.4 diatas menggambarkan terhadap perubahan nilai Reliability R(t).
grafik perbandingan nilai Reliability pada
Berdasarkan upaya-upaya yang telah
komponen modulator jika parameter β, Ƴ, Ƞ
dilakukan dalam penelitian ini, penulis merasa
diturunkan. Terlihat bahwa R(t) 1 turun lebih
perlu memberikan saran-saran :
signifikan dibandingkan R(t) 2 dan R(t) 3, hal
1. Perlu adanya tindak lanjut hasil
ini juga menandakan bahwa parameter β
penelitian agar metode penentuan
lebih berpengaruh terhadap perubahan nilai
interval waktu penggantian komponen
Reliability R(t).
dapat memberikan kontribusi bagi upaya
pemeliharaan Radar Navigasi JRC JMA
6. Kesimpulan Dan Saran
5310.
Dari analisis dan pembahasan yang
2. Perlunya evaluasi terhadap metode-
telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat
metode perawatan terutama Radar
dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Navigasi JRC JMA 5310 yang telah
Dari analisis dan pembahasan yang telah
dilaksanakan selama ini, agar kesiapan
dilakukan pada bab sebelumnya, dapat dibuat
operasionalnya dapat mendukung tugas
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
pokok TNI AL, yaitu menjaga kedaulatan
1. Dengan model Failure Mode Effect and
laut NKRI.
Criticality Analysis (FMECA) melalui
3. Perlu adanya pencatatan jurnal
perhitungan Risk Priority Number (RPN)
kerusakan yang lebih baik sesuai
dan Risk Matrix, maka dapat ditentukan
dengan jam operasi sehingga akan
dari 27 komponen diperoleh 7 komponen
mempermudah dalam menentukan
yang memiliki nilai RPN tertinggi dan
prioritas perbaikan yang akan
nilai Risk Matrix tinggi, yaitu komponen
dilaksanakan.
modulator, power supply scanner, dioda
limiter, magnetron, receiver, motor, dan
circulator. Komponen modulator memiliki
DAFTAR PUSTAKA
nilai RPN tertinggi, yaitu 24180 dan
komponen Plotter Control Circuit Alkaff, A. (1992), Teknik Keandalan Sistem,
memiliki RPN terendah, yaitu 3289. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
2. Dalam perhitungan penentuan interval Teknologi Industri lTS, Surabaya.
waktu penggantian terhadap semua
komponen kritis diperoleh hasil interval Anthony, L. (2009), Risk Analysis of Complex
waktu penggantian komponen yang and Uncertain Systems, Springer, New
tercepat adalah komponen dioda limiter, York.
yaitu 152 hari dan komponen dengan Assauri, S. (2004), Manajemen Produksi dan
interval waktu penggantian terlama Operasi, Penerbit Fakultas Ekonomi
adalah komponen motor dan circulator, Universitas Indonesia, Jakarta.
yaitu 458 hari. Sedangkan untuk
komponen lainnya, modulator 234 hari,
III-11
Catelani, M. (2013), 'Electrical Performances O’Connor, P. (2001), Practical Reliability
Optimization of Photovoltaic Modules Engineering, Thirth Edition, John Wiley
with FMECA Approach', Journal of & sons Limited in Chichester.
Measurement, 46, 3898-3909.
Omdahl, T. P. (1988), Reliability, Availability,
Deng, Y. (2015), 'A Research on Subway and Maintainability (RAM) Dictionary,
Physical Vulnerability Based on ASQC quality press, USA.
Network Theory and FMECA', Journal
of Safety Science, 80, 127-134. Rausand, M. (2004), System Reliability
Theory: Models, Stastical Methods and
Eaves, J. L. (1987), Principles of Modern Applications, Departement Productique
Radar, Van Nostrand Reinhold et Automatique Nantes Cedex 3,
Company Inc, New York. France.
Govil, A. K. (1983), Reliability Engineering, Rhee, S. J. (2003), 'Using Cost Based FMEA
Tata Mc. Graw Hill Publication, New to Enhance Reliability and
Dehli. Serviceability', Advanced Engineering
Hayati, N. dan Rosmaini (2012), 'Failure Informatics, 17, 179-188.
Analysis of Tyre Production Process Sachdeva, A., Kumar, D. and Kumar, P.
Using FMECA Method', School of (2009), 'Multi-Factor Failure Mode
Manufacturing Engineering, doi: Critically Analysis Using TOPSIS',
10.1016 Industrial Engineering International, 5,
Herry (2015), Analisa Penentuan Komponen 1-9.
Kritis dan Rekomendasi Tindakan Satria, Y. (2012), Analisa Penentuan Interval
Pencegahan Keruskan dengan Waktu Penggantian Komponen Kritis
Menggunakan Metode FUZZY FMEA pada Alat Instrumentasi QCS Scanner
dan TOPSIS, Pasca Sarjana, Sekolah Type 2200-2 di PT Pabrik Kertas Tjiwi
Tinggi Teknologi Angkatan Laut, Kimia, MMT ITS, Surabaya.
Surabaya.
Satrolarmatim (2015), Laporan Kondisi
Hoyland, A. and Raussand, M. (1994), Teknis, Komando RI Kawasan Timur,
System Reliability Theory: Models and Surabaya.
Stastical Methods, A Wiley-
Interscience Publication, USA. Sematech (1992), Guidelines for Equipment
Reliability, Technology Transfer
Jardine, A.K.S. (1973), Maintenance, 92031014A-GEN.
Replacement and Reliability,
PitmanPublishing, Great Britain. Wang, Y. M. (2009), 'Risk Evaluation in
Failure Mode and Effects Analysis
Kaukab, M. (2008), Rancang Bangun Using Fuzzy Weighted Geometric
Simulasi Radar Mobile, Fakultas Mean', Expert Systems with
Teknik Universitas Indonesia, Jakarta. Applications, 36, 1195-1207.
Lewis, E.E. (1996), Introduction to Reliability Yanif, D.K. (2003), An Investigation Into
Engineering 2nd edition, John Wiley Application of Maintenance
and Sons Inc, New York. Management Concept Based on
Manual Book JRC JMA 5310, Marine Radar Reliability Centered Maintenance of
Equipment: Instruction Manual JRC TNI-AL Fleet, Fakultas Teknik Kelautan
JMA 5310, Japan Radio Co. Ltd, ITS, Surabaya.
Japan. Zafiropoulos E.P. and Dialynas E.N. (2005),
Modarres, M. (1999), Reliability Engineering 'Reliability Prediction and Failure Mode
and Risk Analysis, Marcel Dekker Inc, Effects and Criticality Analysis of
New York. Electronic Devices Using Fuzzy Logic',
International Journal of Quality &
NAVAIR 00-25-403 (2003), Guidlines for the Reliability Management, 22, 183-200.
Naval Aviation Reliability Centered
Maintenance Process, Direction of
Commander, Naval Air Systems
Command.

III-12

Anda mungkin juga menyukai