Anda di halaman 1dari 7

Teknologi Radar Cuaca

Radar cuaca pertamakali diperkenalkan pada awal permulaan perang dunia ke II, dan terus
mengalami evolusi baik dari sisi desain system, komponen maupun aplikasi pengolahan
sinyal dan pengolahan data pengamatan cuaca guna mendukung operasional layanan
meteorologi. Saat ini produsen radar cuaca tidak hanya dikuasai oleh penyedia asal benua
maju seperti eropa dan amerika, perusahaan dari Asia dan Eropa Timur mulai mencoba
masuk dengan mengusung system Solid State Transmitter yang digaungkan sebagai
teknologi terbaru dari system radar cuaca yang memiliki keunggulan konsumsi Power yang
lebih rendah dibandingkan dengan Vacum/tabung microwaves yang saat ini digunakan di
operasional Radar Cuaca. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang jenis Transmitter dan
perkembangan teknologi radar cuaca dalam aspek desain system secara menyeluruh serta
menyajikan pemanfaatan teknologi Solid state pada lembaga - lembaga layanan Meteorologi
di dunia sehingga dapat memberikan gambaran respon dan kepercayaan yang diberikan
lembaga layanan meteorologi dunia terhadap kesiapan Solid State Transmitter untuk
mendukung kebutuhan Operasional.

1. Sejarah Radar Cuaca.


Pemanfaatan teknologi radar cuaca dalam operasional lembaga layanan meteorologi terus
berkembangan karena memiliki kemampuan yang optimal dalam akurasi dalam skala waktu
maupun ruang dibandingkan pengamatan lainnya. Salah satu keunggulan radar cuaca adalah
kemampuannya melakukan pengamatan dalam jangkauan area yang luas secara realtime
yang hanya dapat dilakukan dengan pengamatan jaringan Pengamatan Penakar Hujan
ataupun AWS dalam jumlah yang banyak dan tersebar sehingga memiliki tantangan dalam
memastikan semua jaringan pengamatan dapat terpelihara secara berkala. Radar
meteorologi adalah salah satu peralatan pengamatan cuaca utama dari stasiun pengamatan
permukaan yang digunakan untuk pengamatan meteorologi dan monitoring lingkungan, yang
mampu menyediakan pengukuran kuantitatif dari gust front, windshear, microbursts, dan
memegang peranan yang sangat penting dalam menyiapkan peringatan dini terhadap kondisi
ekstrim, seperti banjir, puting beliung dan badai yang dapat membahayakan populasi dan
merusak infrastruktur dan perekonomian. Radar cuaca melakukan pengamatan atmosfer
yang menggunakan gelombang elektromagnetik untuk mendeteksi dan melacak fenomena
cuaca secara realtime dalam upaya memberikan peringatan dini. Keungggulan Radar cuaca
dibandingkan dengan pengamatan penginderaan jauh yang lainnya adalah kemampuan
gelombang elektromagnetik yang dipancarkan radar cuaca dalam menembus ke dalam
struktur awan hujan dan mengambil sampling dari kondisi droplet yang ada dalam struktur
awan hujan dan badai sehingga mampu memberikan gambaran secara detail dan cepat
tentang kondisi serta struktur dari awan badai, sehingga tenaga pengamat dan prakirawan
dapat megetahui secara dini potensi hujan dan fenomena cuaca buruk yang menyertainya.
Teknologi Radar cuaca merupakan rangkaian panjang dalam sejarah penemuan dan
perkembangannya, sebagaimana singkatan dari Radar yang mengandung kata Radio
sehingga sejarah nya juga tidak terlepas dari sejarah perkembangan radio. Tahun 1865
seorang ahli fisika Inggris “James Clerk Maxwell“ mengembangkan dasar-dasar teori tentang
elektromagnetik. Dan satu tahun kemudian, “Heinrich Rudolf Hertz” seorang ahli fisika
Jerman berhasil membuktikan teori Maxwell dengan menemukan gelombang elektro
magnetik. Penggunaan gelombang elektromagnetik untuk mendeteksi keberadaan suatu
benda, pertama diterapkan oleh Christian Hülsmeyer pada tahun 1904 dengan
mempertunjukkan kebolehan mendeteksi kehadiran dari suatu kapal pada cuaca berkabut
tebal, tetapi belum sampai mengetahui jarak kapal tersebut. Sebelum Perang Dunia II yakni
antara tahun 1934 hingga 1936, ilmuwan dari Amerika, Jerman, Prancis dan Inggris
mengembangkan sistem radar. Kunci penting yang memungkinkan pesatnya perkembangan
teknologi radar adalah keberhasilan dari John Randal dan Hendry Boot dari University of
Birmingham dalam
menemukan Magnetron sebagai tabung pemancar sinyal/transmitter yang lebih efisien.
Tahun 1934 “A. H. Taylor and L.C.Young” dan tahun 1930 L. A. Hyland dari Laboratorium
Riset kelautan Amerika Serikat, berturut-turut berhasil menempatkan transmitter pada kapal
kayu dan pesawat terbang untuk pertama kalinya.Namun setelah Perang Dunia II sistem
radar berkembang sangat pesat, baik tingkat resolusi dan portabilitas yang lebih tinggi,
maupun peningkatan kemampuan sistem radar sebagai pertahanan militer. Hingga saat ini
sistem radar sudah lebih luas lagi penggunaannya yakni meliputi kendali lalu lintas udara (Air
Traffic Control), pemantau cuaca dan jalan.

1.1. Konvensional Radar


Merupakan radar generasi pertama dan merupakan cikal bakal dari perkembangan teknologi
radar cuaca saat ini maupun dimasa yang akan datang. Pada awalnya citra yang dihasilkan
pada generasi pertama ini hanya berupa display single color ataupun black and white yang
menampilkan data reflectivity. BMKG pernah memgoperasikan system radar ini salahsatunya
di install di Stasiun Meteorologi Soekarno Hatta. Pada generasi awal radar cuaca ini
ditemukan banyak penelitian terkait sistem prosesing, analisis maupun teknologi radar yang
saat ini dianggap sebagai suatu kemajuan dalam dunia meteorologi. Output pengamatan
pada radar cuaca generasi pertama masih sangat terbatas dan hanya menggambarkan
sebaran awan hujan pada area pengamatan dengan aplikasi yang terbatas.

1.2. Doppler Radar


Begitu besar manfaat yang didapatkan dengan menggunakan radar cuaca generasi pertama
dalam meningkatkan akurasi pengamatan dan prakiraan cuaca, sehingga pertumbuhan
populasi radar cuaca meningkat dengan pesat. Pada generasi awal ini kemampuan system,
dan Aplikasi radar cuaca masih sangat terbatas baik dalam hal pengolahan sinyal maupun
aplikasi meteorologi. pada radar konvensional/reflectivity yang menjadi dasar dikembangkan
radar cuaca generasi kedua yang disebut dengan NEXRAD (Next Generation Radar) yang
mampu menghitung kecepatan gerak dari moment kecepatan radial radar (Doppler shift)
yang teramati radar cuaca.Radar Doppler ini tidak hanya mampu mendeteksi arah
pergerakan dan kecepatan Radialnya saja, namun juga mampu memberikan informasi fase
dan labilitas sistem badai yang teramati.
Pengembangan system dan algoritma prosesing pada radar doppler berkembang secara
terus menerus, guna menyempurnakan kemampuan radar cuaca dalam mendeteksi potensi
cuaca buruk di wilayah pengamatan. Tahap awal operasional radar doppler, diwarnai dengan
problem dalam menentukan konsentrasi pengamatan. Memaksimalkan range pengamatan
atau memaksmilkan pengamatan pergerakan obyek (angin) atau doppler dillema. Sehingga
kondisi ini menjadikan tantangan tersendiri bagi praktisi radar cuaca, dalam mengatasi
permasalahan dalam optimasi pengamatan radar cuaca.
Salah satu opsi yang ditawarkan adalah dengan menggunakan dual PRF/ Staggering PRF
atau Unfolding Methode guna memaksimalkan range pengamatan sekaligus meningkatkan
Nyquis atau velocity maksimum. Upaya mengatasi permasalahan Doppler Dillema dan
koreksi velocity pada generasi doppler radar terus dilakukan para peneliti radar dengan
menawarkan beberapa algoritma koreksi velocity maupun teknik-teknik di signal prosesing
radar. Yang pada akhirnya memberikan solusi dengan penggenalan Multi Pulse Repetition
Frequensi yang tidak hanya mampu memberikan akurasi pada data velocity namun juga
secara signifikan mampu meningkatkan data pengamatan reflektifity radar cuaca.
Output data yang dihasilkan dari pengamatan radar Doppler, dimana user dapat melihat
informasi detail dari suatu system hujan yang teramati di wilayah sekitar radar cuaca, baik
pergerakan, intensitas dan fase pertumbuhan system hujan dengan melihat pergerakan masa
udara dalam struktur awan melalui data velocity dengan menggunakan VCUT (Vertical
Cut/Cross Sestion) analisis baik pada produk data Intensitas maupun velocity. Melalui VCUT
analisis pada produk Velocity dapat diketahui aliran udara secara vertical yang mampu
menggambarkan informasi fase perkembangan dari sel awan hujan. Hingga potensi cuaca
buruk yang teramati pada pola aliran udara vertikal dalam struktur awan. Informasi lainnya
yang dapat diperoleh dari data pengamatan radar doppler adalah spectral width yang
dihasilkan dari frekuensi shift dopler dalam satu sampling yang mampu menggambarkan
labilitas system hujan hingga potensi rotasi. Kinerja pengamatan radar cuaca Doppler cukup
signifikan dalam mendeteksi fenomena cuaca yang terjadi di wilayah pengamatan radar,
namun belum mampu meningkatkan akurasi dalam melakukan estimasi curah hujan yang
jatuh ke permukaan dikarenakan kelemahannya dalam mendeteksi ukuran, bentuk dan fase
tetes hujan secara tepat.
Pemanfaatan Doppler radar teknologi tidak hanya digunakan untuk keperluan prakiraan dan
peringatan dini untuk layanan publik, namun juga digunakan untuk pengamatan windshear
pada level rendah yang membahayakan proses take off dan landing pesawat yang dikenal
dengan sebutan Terminal Doppler Weather Radar (TDWR). System TDWR ini memiliki
Spesifikasi khusus yang berbeda dengan standard Doppler radar (Nexrad) disesuaikan
dengan karakteristik pengamatan windshear Warning (Low Level Windshear) baik dari sisi
Desain Hardware, Pengolahan Sinyal dan Aplikasi serta metode Operasional yang berbeda
dengan standar Radar Cuaca umumnya.

1.3. Dual Polarisasi Radar


Perubahan kondisi cuaca yang sangat cepat dan kebutuhan akan ketersediaan data
pengamatan yang sangat akurat dengan resolusi waktu yang singkat, mengilhami
pengembangan teknologi radar cuaca baik sistem hardware, pengolahan sinyal dan
aplikasi radar cuaca yang berkelanjutan.Berbagai penelitian yang dilakukan para
pakar Radar meteorologi sampai pada kesimpulan bahwa single polarity (Horizontal)
memiliki kelemahan dalam memberikan gambaran detail tentang struktur, bentuk,
ukuran dan fase droplet yang terdeteksi oleh radar, mengingat bentuk droplet dan
fase yang tidak tetap dan tidak simetris. Hal ini mempengaruhi hasil pengamatan
yang dihasilkan radar cuaca single polar dalam mendefenisikan objek dan
menghitung akumulasi curah hujan yang terjadi.
Permasalahan mendasar inilah yang menjadikan alasan dikembangkannya sistem
radar dual polarity yang dalam pengamatannya tidak hanya melepaskan gelombang
horizontal namun juga gelombang Vertikal sehingga pengamatan terhadap bentuk
droplet dapat lebih presisi dan akurat. Radar dual polarity memiliki kemampuan untuk
mendefenisikan bentuk dan fase objek melalui beberapa data pengamatan Utama
secara horizontal dan Vertikal ditambahkan beberapa output dual polarisasi. Jika
moment/data yang teramati dan dihasilkan pada radar Single Polarity hanya terdiri
dari 3 komponen Reflektivitas/intensitas (Z), Komponen Kecepatan Radial (V) dan
Spektral Width (W), maka dual polarity radar menghasilkan komponen data yang
lebih banyak guna memaksimalkan proses filtering dan correction serta memberikan
guna memaksimalkan proses filtering dan correction serta memberikan guna
memaksimalkan proses filtering maka data yang dihasilkan terdiri dari
Reflektivitas/intensitas (Z), Differential Reflektifity (ZDR), Komponen Kecepatan
Radial (V), Linear Depolaritation Ratio (LDR), Differential Phase (KDP) Spektral
Width (W), Correlation
Coeffisient (PHV). Dengan banyaknya parameter dan moment yang didapatkan dari
pengamatan sistem radar dual polarisasi ini maka akurasi pengamatan radar dalam
mendeteksi fenomena dan potensi cuaca ekstrim sangat baik demikian juga hasil
perhitungan terhadap Akumulasi curah hujan yang dihasilkan mengingat proses
filtering dan koreksi yang dilakukan sangat maksimal

1.4. Phase array Radar


Luasnya pemanfaatan teknologi radar dalam mendukung banyak sektor baik
keselamatan sekaligus pertahanan negara menggerakkan pemikiran beberapa pihak
pemerintahan dan industri untuk membangun konsorsium pengembangan Test Bed
system Radar Multi Misi yang berpusat di Oklahoma dengan nama Multifunction
Phased Array Radar (MPAR). System MPAR ini merupakan System Percobaan
yang dibangun dengan konsep Radar Doppler dengan menggunakan teknologi
antenna Phase Array sehingga dapat melakukan scanning hingga 60O secara
simultan guna mendeteksi fenomena meterologi, objek biologi, Pesawat Udara untuk
keperluan pertahanan dan lalu lintas udara dengan resolusi pengamatan < 1 menit.
System ini dibangun bersama antara lembaga Meteorologi NWAS, NOA, DOD,
Lockhead Martin, Raytheon dan telah beroperasi sejak tahun 2003 hingga tahun
2016 secara nyata memberikan kemanfaatan bagi banyak pengguna sehingga
dilakukan upgrade pada tahun 2017.
Phase array radar juga telah di implementasikan pada project Doppler On Whell
(DOW) yang dikenal dengan Rapid Scanning Radar

2. Transmitter Radar Cuaca


Secara umum terdapat dua kelompok besar system transmitter yang umum digunakan pada
radar cuaca yakni Vacum/tabung Microwave dan Solid State Transmitter.
2.1 Klystron
2.2 Magnetron
2.3 TWT (Travelling Wave Tube)
2.4 Solid StateTransmitter
Solid state transmitter merupakan generasi transmitter yang memiliki desain yang berbeda
dengan 3 transmitter sebelumnya yang berbasis Tube/Vacum. Solid state transmitter
umumnya digunakan untuk radar militer yang menggunaan pulse panjang
3. Populasi Radar Cuaca
Mengacu pada database radar cuaca yang diterbitkan oleh World Meteorological
Organization (WMO)

4. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa :
Teknologi terbaru radar cuaca sebagai future teknologi adalah MPAR tadar yang memiliki
perubahan dalam desai maupun output pengamatan baik dalam skala spasial maupun
temporal
5. Saran dan rekomendasi

Anda mungkin juga menyukai