Anda di halaman 1dari 100

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. E DENGAN


KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA PADA
DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELLITUS
DI KELURAHAN WONOASIH
KOTA PROBOLINGGO

Oleh:
Natasya Lady
Cerella
NIM. 1801077

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2021

ii
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. E DENGAN


KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA PADA
DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELLITUS
DI KELURAHAN WONOASIH
KOTA PROBOLINGGO

Sebagai Prasyarat untuk Memperoleh Gelar


Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)
Di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Oleh :
NATASYA LADY
CERELLA NIM. 1801077

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2021

ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Natasya Lady Cerella

Nim 1801077

Tempat, Tanggal Lahir : Probolinggo, 23 Februari 2000

Insitusi : Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ASUHAN

KEPERAWATAN PADA Ny. E dengan KETIDAKSTABILANKADAR

GLUKOSA PADA DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELLITUS DI

KELURAHAN WONOASIH KOTA PROBOLINGGO” adalah bukan Karya

Tulis Ilmiah orang lain baik sebagaian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk

kutipan yang telah disebut sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan

apabila pertanyaan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.

Pasuruan, 24 Mei 2021

Yang menyatakan,

Natasya Lady Cerella

Mengetahui

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep. Ns, M.Kep Erik Kusuma, S. Kep.Ns, M. Kes

NIDN. 0704068901 NIDN. 3428098001

iii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULISILMIAH

Nama : Natasya Lady Cerella


Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny. E dengan Ketidakstabilan Kadar
Glukosa pada Diagnosa Medis Diabetes Mellitus Di Kelurahan Wonoasih Kota
Probolinggo
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Seminar Karya Tulis
Ilmiah pada tanggal : 24 Mei 2021
Oleh :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep. Ns, M.Kep Erik Kusuma, S. Kep.Ns, M. Kes
NIDN. 0704068901 NIDN. 3428098001

Mengetahui,
Direktur
Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Agus Sulistyowati, S. Kep., M. Kes


NIDN. 0703087801

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Telah di uji dan di setujui oleh tim penguji pada sidang di program D3

Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Tanggal : 24 Mei 2021

TIM PENGUJI

Tanda tangan

Penguji : 1. Ns. Faida Annisa, S.Kep.,MNS ...................

2 Ns. Erik Kusuma, S.Kep.,M.Kes ...................

3 Ns. Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep.,M.Kep ..................

Mengetahui,
Direktur
Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Agus Sulistyowati, S. Kep., M. Kes


NIDN. 070308780

v
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillaah kami panjatkan kehadirat Allaah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan judul ”Asuhan Keperawatan pada Ny. E dengan
Ketidakstabilan Kadar Glukosa pada Diagnosa Medis Diabetes Mellitus di
Kelurahan Wonoasih Kota Probolinggo” ini dengan tepat waktu sebagai
persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program D3 Keperawatan di
Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Agus Sulstyowati, S. Kep., M, Kes selaku Direktur Akademi Keperawatan


Kerta Cendekia Sidoarjo yang telah mengesahkan ini.
2. Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep. Ns, M.Kep selaku pembimbing I yang selalu
bijaksana memberikan bimbingan, mencurahkan perhatian, doa dan nasihat
serta yang selalu meluangkan waktunya untuk membantu penulis
menyelesaikan penulisan ini.
3. Erik Kusuma, S. Kep.Ns., M. Kes selaku pembimbing II yang selalu
memberikan bimbingan, nasihat serta waktunya selama penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini.

4. Keluarga responden yang telah memberikan kesempatan untuk dapat


memberikan asuhan keperawatan keluarga.
5. Para sahabat yang telah mendukung untuk terselesaikannya ini dengan tepat
waktu, saling menyemangati dan memotivasi.
6. Teman-teman senasib dan seperjuangan Mahasiswa Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo Tahun 2018. Terimakasih atas dukugan
dan bantuan yang telah diberikan.
7. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

vi
Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai
kesempurnaan, sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterimakasih apabila para
pembaca berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun
saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis berharap Karya Tulis
Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi teman sejawat.

Sidoarjo, 24 Mei 2021

Natasya Lady Cerella

NIM : 1801077

vii
LEMBAR PERSEMBAHAN

Syukur alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT,

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir

ini dapat terselesaiakan.

Isi pikiran yang tersampikan dalam karya ini saya persembahkan untuk :

1. Keluarga saya (Kakek, Nenek, Mama, Om, Tante, Syahrul), terima kasih kalian

selalu memberikan saya kekuatan dalam menjalani studi ini dan selalu mendoakan

saya dalam segala hal urusan Dunia dan Akhirat saya.

2. Terima kasih kepada bapak ibu dosen yang selalu membimbing saya dalam

penyelesaian tugas akhir dan masukan serta saran yang dapat membangun untuk

penyelesaian tugas akhir saya.

3. Terima kasih kepada teman saya dan sahabat saya (Mega, Ika, Lily, Ira, Jihan)

kalian yang selalu memberikan semangat, kekuatan, serta dukungan dan semoga

dilancarkan semua yang kalian inginkan, Aamiin.

4. Saudara – saudara saya seangkatan terima kasih kalian telah melalui hal yang

sama dan kita bersama – sama menjalani studi, penyelesaian tugas akhir sehingga

berada di titik ini semoga ilmu yang kita dapatkan selama kita menjalani studi ini

menjadi ilmu yang berokah dan di ridhoi Allah SWT.

viii
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN................................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULISILMIAH................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................v
KATA PENGANTAR.....................................................................................................vi
LEMBAR PERSEMBAHAN.......................................................................................viii
DAFTAR ISI...................................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................................5
1.3.3 Manfaat Teoritis.............................................................................................6
1.3.4 ManfaatPraktis...............................................................................................6
1.4 Metode Penulisan.......................................................................................................6
1.4.1 Metode...........................................................................................................6
1.4.2 Teknik Pengumpulan Data.............................................................................7
1.4.3 Sumber Data..................................................................................................7
1.4.4 Studi Kepustakaan.........................................................................................8
1.5 Sistematika Penulisan.................................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................10


2.1 Konsep Diabetes Mellitus.........................................................................................10
2.1.1 Definisi........................................................................................................10
2.1.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus.......................................................................10
2.1.3 Etiologi Diabetes Mellitus...........................................................................13
2.1.4 Faktor Resiko Diabetes Mellitus..................................................................13
2.1.5 Manifestasi Klinis........................................................................................15
2.1.6 Komplikasi...................................................................................................17
2.1.7 Patofisiologi Diabetes Mellitus....................................................................19
2.1.8 Pathway Diabetes Mellitus...........................................................................20
2.1.9 Penatalakasaan Diabetes Mellitus................................................................21
2.2 Konsep Lansia..........................................................................................................24
2.2.1 Definisi Lansia.............................................................................................24
2.2.2 Batasan Lansia.............................................................................................25
2.2.3 Teori Proses Menua.....................................................................................26
2.2.4 Perubahan Pada Lansia................................................................................29
2.3 Konsep Ketidakstabilan Kadar Glukosa...................................................................31
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan...................................................................................32
2.4.1 Pengkajian...................................................................................................32
2.4.2 Diagnosa Keperawatan................................................................................42
2.4.3 Intervensi Keperawatan...............................................................................42
ix
2.4.4 Implementasi Keperawatan.........................................................................50
2.4.5 Evaluasi.......................................................................................................50

BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................................52


3.1.1 Identitas...........................................................................................................52

3.1.2 Struktur Keluarga..........................................................................................53


3.1.3 Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi......................................................53
3.1.4 Riwayat Kesehatan.........................................................................................53
3.1.5 Genogram........................................................................................................55
3.1.1 Tabel 3.4 Lingkungan dan Aktifitas.............................................................56
3.1.6 Pengkajian Status Fungsional Kognitif, Afektif, Psikologis dan Sosial......58

BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................................71
4.1 Pengkajian................................................................................................................71
4.2 Diagnosa Keperawatan.............................................................................................73
4.3 Intervensi Keperawatan............................................................................................74
4.4 Implementasi Keperawatan........................................................................................75
4.5 Evaluasi Keperawatan................................................................................................76

BAB V PENUTUP..........................................................................................................78
5.1 Simpulan....................................................................................................................78
5.2 Saran..........................................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................81
LAMPIRAN....................................................................................................................83

x
DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Tabel Hal

Tabel 2.1 Intervensi....................................................................... 43


Tabel 3.1 Struktur Keluarga.......................................................... 53

Tabel 3.2 Shorth Portable Mental Status Quesioner (Spmsq)...... 53

Tabel 3.3 Riwayat Kesehatan........................................................ 53

Tabel 3.4 Lingkungan dan Aktivitas............................................. 56

Tabel 3.5 Pengkajian Status Fungsional Kognitif, Afektif, 58


Psikologis.............................................................................

Tabel 3.6 Short Portable Mental Status Quesioner (Spmsq).......... 60

Tabel 3.7 Geriatric Depression Scale Skala Depresi..................... 61

Tabel 3.8 Apgar Keluarga............................................................... 67

Tabel 3.9 Analisa Data.................................................................... 63

Tabel 3.10 Daftar Diagnosa Keperawatan........................................ 64

Tabel 3.11 Intervensi Keperawatan.................................................. 65

Tabel 3.12 Implementasi Keperawatan............................................ 67


Tabel 3.13 Evaluasi Keperawatan.................................................... 69

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway Diabetes Mellitus (Smeltzel dan Bare 2015)......................20

Gambar 3.1 Genogram..........................................................................................55

xii
DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Lampiran Hal

Lampiran 1 Lembar Permohonan Izin Penelitian 82


Lampiran 2 Lembar Informed Consent 83
Lampiran 3 Lembar Konsultasi Bimbingan (Pembimbing 1) 85
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Bimbingan (Pembimbing 2) 87

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah variasi dimana kadar glukosa

darah mengalami kenaikan atau penurunan dari rentang normal yaitu mengalami

hiperglikemi atau hipoglikemi (PPNI, 2017). Disebabkan karena faktor keturunan,

obesitas, makan secara berlebihan, kurang olahraga, serta perubahan gaya hidup

(Kusnanto, 2013). Penurunan fungsi sel beta pankreas pada penderita Diabetes

Mellitus dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu: Diabetes Mellitus tipe 1

didapatkan keadaan seseorang dengan jumlah insulin yang kurang akibat dari

adanya kerusakan pada sel beta pankreas, sedangkan pada Diabetes Mellitus tipe 2

terjadi resistensi insulin atau kualitas insulinnya tidak baik. Meskipun insulin dan

reseptor ada, tetapi karena kelainan pada sel itu sendiri maka pintu masuk sel

tidak terbuka sehingga glukosa yang ada dalam darah tidak dapat masuk ke dalam

sel untuk dimetabolisme menjadi energi yang menyebabkan terjadinya

ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah (Ginting, 2014). Ketidakstabilan kadar

glukosa dalam darah pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 dapat disebabkan

karena ketidak patuhan dalam pola makan klien serta ketidakpatuhan klien dalam

pengobatan (Ginting, 2014). Klien Diabetes Mellitus dengan ketidakstabilan kadar

glukosa darah bila tidak ditangani dengan baik maka akan beresiko menyebabkan

komplikasi. Jika hal ini berlanjut dan bertambah parah maka akan terjadi

perubahan serius dalam kimia darah akibat defisiensi insulin. Perubahan tersebut

disertai dengan dehidrasi, gangguan penglihatan seperti mata buram, gangguan

pada neuropati seperti merasa kesemutan, gangguan pada nefropati sehingga

1
2

menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal, serta dapat terjadi diabetes

ketoasidosis hingga terjadi kematian (Bryer, 2016).

Menurut Internasional of Diabetic Federation, terjadi peningkatan kasus

Diabetes Melitus di dunia dari tahun 2013 sampai tahun 2017. Pada tahun 2013

terdapat sekitar 382 juta kasus Diabetes Melitus. Tahun 2015 terjadi peningkatan

menjadi 415 juta kasus. Pada tahun 2017 terjadi peningkatan menjadi 425 juta

kasus (IDF, 2017). Penderita diabetes pada usia 60-79 tahun diperkirakan

sebanyak 2.000.000 orang (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017).

Usia diatas 40 tahun merupakan usia yang beresiko tinggi terjadinya DM tipe 2

Hal ini disebabkan resistensi insulin pada DM tipe 2 cenderung meningkat pada

usia 40-65 tahun, disamping adanya riwayat obesitas dan adanya faktor keturunan

(Smeltzer & Bare, 2008). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018

secara nasional Prevalensi diabetes melitus di Provinsi Jawa Timur berdasarkan

hasil adalah 2,0% (Riskesdas, 2018). Menurut hasil laporan tahunan dari Dinas

Kesehatan. (DM) tipe 2 disebabkan life style atau gaya hidup. Sekitar 90-95% dari

keseluruhan pasien diabetes merupakan pengidap Diabetes Melitus tipe 2

(Syamsiyah, 2017). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang sudah di lakukan di

Desa Wonoasih Kota Probolinggo dengan menggunakan metode wawancara

kepada 4 responden pada penderita DM tipe 2 hasil data yang yang didapatkan

yaitu 1 pasien mengalami perawatan ulang akibat komplikasi gagal ginjal, 2

pasien mengatakan mengatakan memiliki gejala banyak makan, banyak minum

dan banyak kencing dimalam hari, 2 pasien mengatakan mata rabun, dan 1

diantaranya mengatan gigi gampang goyah, lepas dan semuanya mengatakan berat

badannya menurun.
3

Kegagalan sel beta pankreas dan resistensi insulin sebagai patofisiologi

kerusakan sentral pada DM Tipe 2 sehingga memicu ketidakstabilan kadar

glukosa darah hiperglikemi. Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa

oleh sel menjadi menurun, sehingga kadar gula dalam plasma menjadi tinggi

(Hiperglikemia). Jika hiperglikemia ini parah dan melebihi dari ambang ginjal

maka timbul glukosuria. Glukosuria ini menyebabkan diuresis osmotik yang akan

meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi)

sehingga terjadi dehidrasi (Price, 2015). Pada gangguan sekresi insulin berlebihan,

kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat normal atau sedikit meningkat.

Tapi, jika sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin

maka kadar glukosa darah meningkat. Tidak tepatnya pola makan juga dapat

mempengaruhi ketidakstabilan kadar glukosa darah pada penderita DM tipe 2.

Ketidakstabilan kadar glukosa darah hipoglikemia terjadi akibat dari

ketidakmampuan hati dalam memproduksi glukosa. Ketidakmampuan ini terjadi

karena penurunan bahan pembentuk glukosa, gangguan hati atau

ketidakseimbangan hormonal hati. Penurunan bahan pembentuk glukosa terjadi

pada waktu sesudah makan 5-6 jam. Keadaan ini menyebabkan penurunan sekresi

insulin dan peningkatan hormon kontra regulator yaitu glukagon, epinefrin.

Hormon glukagon dan efinefrin sangat berperan saat terjadi penurunan glukosa

darah yang mendadak. Hormon tersebut akan memacu glikonolisis dan

gluconeogenesis dan proteolysis di otot dan liolisi pada jaringan lemak sehingga

tersedia bahan glukosa. Penurunan sekresi insulin dan peningkatan hormon kontra

regulator menyebabkan penurunan penggunaan glukosa di jaringan insulin


4

sensitive dan glukosa yang jumlahnya terbatas disediakan hanya untuk jaringan

otak (Soegondo, 2010).

Perawat memiliki peran untuk memandirikan klien Diabetes Mellitus tipe

2 dalam mengelola penyakitnya agar tercapai pengontrolan kadar glukosa darah

dan pencegahan terhadap kejadian komplikasi. Aktivitas yang mendukung

pengelolan Diabetes Mellitus yaitu dengan self-care. Upaya secara mandiri yang

dilakukan oleh penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang meliputi edukasi terhadap

klien dengan keluarga agar menjaga makan-makanan yang sehat dan menghindari

kebiasaan makan makanan yang tinggi kadar gulanya sesuai indikasi, pengobatan

dan pencegahan komplikasi disebut dengan self-care Diabetes (Sirgudardottir,

2005). Self-care diabetes sebagai program atau tindakan yang harus dijalankan

sepanjang kehidupan dan menjadi tanggungjawab penuh bagi setiap penderita

Diabetes Mellitus itu sendiri (Bai dkk, 2009). Keadaan tersebut diakibatkan

ketidakstabilan kadar gula darah yang pertama melakukan cara edukasi, penderita

harus memahami betul-betuk mengenai Diabetes Mellitus (DM), cara yang kedua

yaitu tentang pembatasan diet makanan, penderita harus memahami dan

mengikuti pola diet yang dijalani tidak boleh melebihi batasan diet yang

disesuaikan, selanjutnya dengan berolahraga atau gerak badan sangat diperlukan

untuk membakar kadar gula dalam darah yang sudah berlebih, yang terakhir

dengan terapi-terapi seperti farmakologis (Santoso, 2011).

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik pada kasus ini dan

berharap dapat memberikan implementasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan

serta menambah wawasan keluarga pasien dengan memberikan pendidikan

kesehatan terutama pada Diabetes Mellitus di lingkungan sekitar khususnya


5

asuhan keperawatan lansia Diabetes Mellitus dengan masalah keperawatan

ketidakstabilan kadar glukosa darah di Desa Wonoasih kota Probolinggo.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. E dengan ketidakstabilan kadar

glukosa pada diagnosa medis diabetes mellitus di kelurahan wonoasi kota

probolinggo?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan pada Ny. E dengan ketidakstabilan kadar

glukosa pada diagnosa medis diabetes mellitus di kelurahan wonoasih kota

probolinggo

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Menggambarkan pengkajian pada Ny. E dengan ketidakstabilan kadar

glukosa pada diagnosa medis diabetes mellitus di kelurahaan wonoasih

kota probolinggo

1.3.2.2 Menggambarkan diagnosa keperawatan pada Ny. E dengan

ketidakstabilan kadar glukosa pada diagnosa medis diabetes mellitus di

kelurahan wonoasih kota probolinggo

1.3.2.3 Menggambarkan perencanaan keperawatan pada Ny. E dengan

ketidakstabilan kadar glukosa pada diagnosa medis diabetes mellitus di

kelurahan wonoasih kota probolinggo


6

1.3.2.4 Menggambarkan tindakan keperawatan pada Ny. E dengan

ketidakstabilan kadar glukosa pada diagnosa medis diabetes mellitus di

kelurahan wonoasih kota probolinggo

1.3.2.5 Menggambarkan evaluasi keperawatan pada Ny. E dengan ketidakstabilan

kadar glukosa pada diagnosa medis diabetes mellitus di kelurahan

wonoasih kota probolinggo

Manfaat Penelitian

1.3.3 Manfaat Teoritis

Sebagai kerangka pikir ilmiah dalam pengembangan ilmu keperawatan

terutama keperawatan lansia Diabetes Mellitus dengan masalah keperawatan

ketidakstabilan kadar glukosa darah.

1.3.4 ManfaatPraktis

1.4.1.1 Bagi Pasien dan Keluarga

Pasien dan keluarga dapat mengerti gambaran umum tentang penyakit

Diabetes Mellitus beserta tindakan yang benar untuk pasien agar pasien

mendapatkan tindakan keperawatan yang tepat dalam keluarganya.

1.4.1.2 Bagi Perawat

Referensi dan sumber pengetahuan untuk meningkatkan kualitas asuhan

keperawatan secara komprehensif di Desa Wonoasih Kota Probolinggo

1.4 Metode Penulisan

1.4.1 Metode

Menggunakan metode deskriptif yaitu dengan metode yang sifatnya

mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang
7

meliputi studi kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data

dengan studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian,

diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, danevaluasi. Metode ini dilakukan oleh

peneliti dengan jangka waktu bulan januari hingga bulan Maret. Sebagai alat ukur

bahwa klien mengalami Ketidakstabilan Kadar Gula Darah adalah alat GDA

untuk mengetahui kadar gula klien.

1.4.2 Teknik Pengumpulan Data

1.5.2.1 Wawancara

Data diambil/diperoleh percakapan baik dengan klien, keluarga maupun

tim kesehatan lain.

1.5.2.2 Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan secara langsung terhadap keadaan,

reaksi, sikap dan perilaku klien yang dapat diamati.

1.5.2.3 Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjang

menegakkan diagnose dan pengamatan selanjutnya.

1.4.3 Sumber Data

1.5.3.1 Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari klien.

1.5.3.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang

terdekat dari klien, catatan medis perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim

kesehatan lain.
8

1.4.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah mempelajari buku sumber yang berhubungan

dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

1.5 Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami

studi kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1.5.1 Bagian awal

Memuat halaman judul, persetujuan pembimbing, kata pengantar, dan

daftar isi.

1.5.2 Bagian inti

Bagian ini terdiri dari tiga bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub-

bab berikut ini:

BAB 1 Pendahuluan: Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB 2 Tinjauan Teori : Konsep penyakit dari sudut medis dan asuhan

keperawatan klien dengan diagnosa Ketidakstabilan Gula Darah, serta kerangka

masalah

BAB 3 Tinjauan Kasus : Berisi tentang hasil pelakasaan asuhan keperawatan yang

dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pada waktu dan ruang yang digunakan pengambilan kasus.

BAB 4 Pembahasan : Berisi tentang deskripsi kesenjangan yang terjadi antara

tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan.


9

BAB 5 Penutup : Berisi tentang simpulan dan saran bagian akhir terdiri

dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

1.5.3 Bagian akhir

Terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Mellitus

2.1.1 Definisi

Diabetes Mellitus adalah kondisi ketika tubuh tidak dapat mengendalikan

kadar gula dalam darah (glukosa), yang normalnya pada gula darah puasa 80-

130mg/dL, kadar gula darah sewaktu 100-200mg/dL, serta kadar gula darah 2 jam

PP 120-200. Glukosa merupakan hasil penyerapan makanan oleh tubuh, yang

kemudian menjadi sumber energi,. Pada umumnya, penderita Diabetes Mellitus,

kadar glukosa ini terus meningkat sehingga terjadi penumpukan (Pundiastuti,

2016). Secara umum Diabetes Mellitus adalah suatu keadaan dimana seseorang

mengalami ketidakstabilan kadar glukosa yang ditandai dengan adanya

ketidakabsolutan insulin dalam tubuh (Kemenkes RI, 2015).

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi etiologis diabetes menurut American Diabetes Assosiation

2018 dibagi dalam 4 jenis yaitu Diabetes Mellitus Tipe 1

DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena

sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali

sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang

jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik

pertama dari penyakit ini adalah Ketoasidosis. Faktor penyebab

terjadinya DM Tipe I adalah infeksi virus atau rusaknya sistem kekebalan

tubuh yang disebabkan karena reaksi autoimun yang merusak sel-sel

penghasil insulin yaitu sel β pada pankreas, secara menyeluruh. Oleh sebab

10
itu, pada tipe I, pankreas tidak dapat memproduksi insulin.

Penderita DM untuk bertahan hidup harus diberikan insulin dengan cara

disuntikan pada area tubuh penderita. Apabila insulin tidak diberikan maka

penderita akan tidak sadarkan diri, disebut juga dengan koma ketoasidosis

atau koma diabetic.

2.1.2.1 Diabetes Melitus Tipe 2

Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin

tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi

resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk

merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk

menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi

insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih

tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal

tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada adanya

glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan

mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa. Diabetes mellitus tipe 2

disebabkan oleh kegagalan relatif sel β pankreas dan resisten insulin.

Resisten insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang

pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat

produksi glukosa oleh hati. Sel β pankreas tidak mampu mengimbangi

resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defensiesi relatif insulin.

Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada

rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan

perangsang sekresi insulin lain. Diabetes mellitus tipe 2 disebabkanoleh

11
kegagalan relatif sel β pankreas dan resisten insulin. Resisten insulin

adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan

glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa

oleh hati. Sel β pankreas tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini

sepenuhnya, artinya terjadi defensiesi relatif insulin. Ketidakmampuan ini

terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa,

maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi

insulin lain. Gejala pada DM tipe ini secara perlahan-lahan bahkan

asimptomatik. Dengan pola hidup sehat, yaitu mengonsumsi makanan

bergizi seimbang dan olah raga secara teratur biasanya penderita brangsur

pulih. Penderita juga harus mampu mepertahannkan berat badan yang

normal. Namun pada penerita stadium akhir kemungkinan akan diberikan

suntik insulin.

2.1.2.2 Diabetes Melitus Tipe Lain

DM tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah akibat faktor genetik fungsi sel

beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit

metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan

sindrom genetik lain yang berkaitan dengan penyakit DM. Diabetes tipe

ini dapat dipicu oleh obat atau bahan kimia (seperti dalam pengobatan

HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ).

2.1.2.3 Diabetes Melitus Gestasional

DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi

glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada


trimester kedua dan ketiga. DM gestasional berhubungan dengan

meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita DM gestasional memiliki

risiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu

5-10 tahun setelah melahirkan.

2.1.3 Etiologi Diabetes Mellitus

2.1.3.1 Faktor Keturunan

Keturunan merupakan faktor yang tidak dapat diubah. Bila ada

anggota keluarga anda yang terkena diabetes, maka anda juga dapat

beresiko menjadi penderita diabetes (Tandra, 2017).

2.1.3.2 Faktor Nutrisi

Nutrisi merupakan faktor yang penting untuk timbulnya Diabetes

Mellitus. Gaya hidup yang kebarat-baratan dan hidup santai serta

panjangnya angka harapan hidup merupakan faktor yang meningkatan

prevelensi Diabetes Mellitus (Pudiastuti, 2016).

2.1.4 Faktor Resiko Diabetes Mellitus

2.1.4.1 Usia

Terjadinya DM tipe 2 bertambah dengan pertambahan usia (jumlah

sel β yang produktif berkurang seiring pertambahan usia).

2.1.4.2 Berat Badan

Berat badan lebih BMI >25 atau kelebihan berat badan 20%

meningkatkan dua kali risiko terkena DM. Prevalensi Obesitas dan

diabetes berkolerasi positif, terutama obesitas sentral Obesitas menjadi

salah satu faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit DM. Obesitas

dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin (retensi insulin). Semakin
banyak jaringan lemak dalam tubuh semakin resisten terhadap kerja

insulin, terutama bila lemak tubuh terkumpul di daerah sentral atau perut.

2.1.4.3 Riwayat Keluarga

Orang tua atau saudara kandung mengidap DM. Sekitar 40%

diaebetes terlahir dari keluarga yang juga mengidap DM, dan+ 60%-90%

kembar identic merupakan penyandang DM.

2.1.4.4 Gaya Hidup

Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditujukkan dalam

aktivitas sehari-hari. Makanan cepat saji (junk food), kurangnya

berolahraga dan minum-minuman yang bersoda merupakan faktor pemicu

terjadinya diabetes melitus tipe 2. Penderita DM diakibatkan oleh pola

makan yang tidak sehat dikarenakan pasien kurang pengetahuan tentang

bagaimanan pola makan yang baik dimana mereka mengkonsumsi

makanan yang mempunyai karbohidrat dan sumber glukosa secara

berlebihan, kemudian kadar glukosa darah menjadi naik sehingga perlu

pengaturan diet yang baik bagi pasien dalam mengkonsumsi makanan

yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya.

2.1.4.5 Riwayat Diabetes pada kehamilan (Gestational)

Seorang ibu yang hamil akan menambah konsumsi makanannya,

sehingga berat badannya mengalami peningkatan 7-10 kg, saat makanan

ibu ditambah konsumsinya tetapi produksi insulin kurang mencukupi

maka akan terjadi DM. Memiliki riwayat diabetes gestational pada ibu

yang sedang hamil dapat meningkatkan resiko DM, diabetes selama


kehamilan atau melahirkan bayi lebih dari 4,5 kg dapat meningkatkan

resiko DM tipe 2.

2.1.5 Manifestasi Klinis

2.1.5.1 Poliuri (banyak kencing)

Merupakan Gejala umum pada penderita Diabetes Mellitus.

Banyaknya kencing ini disebabkan kadar gula dalam darah (glukosa) yang

berlebih, sehingga merangsang tubuh untuk mengeluarkan kelebihan gula

tersebut melalui ginjal bersama urine. Gejala ini terutama muncul pada

malam hari, yaitu saat kadar gula dalam darah relative lebih tinggi dari

pada malam hari (Ginting, 2016).

2.1.5.2 Polidipsi (banyak minum)

Merupakan akibat reaksi tubuh karena banyak mengeluarkan urine.

Gejala ini sebenarnya merupakan usaha tubuh untuk menghindari

kekurangan cairan (dehidrasi). Oleh karena tubuh banyak mengeluarkan

air, secara otomatis menimbulkan rasa haus untuk menggati cairan keluar.

Selama kadar gula dalam darah belum terkontrol baik, akan timbul terus

keinginan untuk terus-menerus minum. Sebaliknya minum banyak akan

terus menimbulkan keinginan untuk selalu kencing. Dua hal ini merupakan

serangkaian sebab akibat yang akan terus terjadi selagi tubuh belum dapat

mengendalikan kadar gula dalam darahnya (Ginting, 2016).

2.1.5.3 Polipaghi (banyak makan)

Merupakan gejala lain yang dapat diamati. Terjadi gejala ini,

disebabkan oleh berkurangnya cadangan gula dalam tubuh meskipun kadar


gula dalam darah tinggi. Oleh karena ketidakmampuan insulin dalam

menyalurkan gula sebagai sumber tenaga dalam tubuh, membuat tubuh

lemas seperti kurang tenaga sehingga timbuk rasa lapar (Ginting, 2016).

2.1.5.4 Rasa lelah dan kelemahan otot akibat dari gangguan aliran darah pada

klien diabetes lama, ketabolisme protein diotot dan ketidak mampuan

sebagian besar sel dalam menggunakan glukosa sebagai energi (Ginting,

2016).

2.1.5.5 Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan

pembentukan antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus,

gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada diabetes kronik

(Ginting, 2016).

2.1.5.6 Kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi di daerah ginjal. Lipatan

kulit seperti diketiak dan di bawah payudara. Biasanya akibat tumbuhnya

jamur (Sukarmin & Riyadi, 2015).

2.1.5.7 Kelainan genekologis keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur

terutama candidia (Sukarmin & Riyadi, 2015).

2.1.5.8 Kesemutan rasa kebas akibat terjadinya neuropati karena regenerasi sel

persyarafan mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama

yang berasal dari unsur protein akibatnya perifer mengalami kerusakan

(Sukarmin & Riyadi, 2015).

2.1.5.9 Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi metabolik yang

dilakukan oleh sel melalui proses glikogenesis tidak berlangsung secara

optimal (Sukarmin & Riyadi, 2015).


2.1.5.10 Mata kabur yang disebabkan oleh gangguan refraksi akibat

perubahan pada lensa oleh hiperglikemi (Sukarmin & Riyadi, 2015).

2.1.6 Komplikasi

2.1.6.1 Komplikasi Diabetes Mellitus Akut

1) Diabetes Ketoasidosis

Adalah komplikasi akut dan berbahaya dengan tingkat insulin rendah

menyebabkan hati menggunakan lemak sebagai sumber energi. Hal

tersebut normaml jika terjadi secara periodik namun akan menjadi

masalah serius jika terjadi secara periodik namun akan terjadi masalah

dehidrasi serta pernapasan

2) Hiperglikemia

Adalah air dalam cairan sel ditarik keluar dari sel-sel masuk kedalam

darah dan ginjal, kemudian membantu membuang glukosa ke dalam

urine. Jika cairan dalam sel yang keluar tidak diganti maka akan

muncul efek osmotic karena kadar glukosa tinggi dan hilangnya air

yang kemudian akan mengarak kepada dehidrasi. Kondisi elektrolit

yang tidak seimbang juga mengganggu dan berbahaya (Hasdianah,

2012).

3) Hipoglikemia

Atau kondisi tidak normal akibat glukosa darah yang rendah. Penderita

akan mengalami perasaan gelisah, berkeringat, lemah, dan mengalami

semacam rasa takut dan bergerak panik. Hal ini disebabkan oleh faktor

faktor, seperti terlalu banyak atau salah penggunaan insulin, terlalu


banyak atau salah waktu olahraga, dan tidak cukup asupan makanan

(Hasdianah, 2012).

2.1.6.2 Komplikasi Kronik

1) Makroangiopati

Peningkatan kadar glukosa secara kronis dalam darah

menyebabkan kerusakan pembuluh darah. Sel endotel yang melapisi

pembuluh darah mengambil glukosa lebih dari biasanya karena sel-sel

tersebut tidak tergantung pada insulin. Sel-sel tersebut kemudian

membentuk permukaan glikoprotein lebih dari biasanya sehingga

menyebabkan membran basal tumbuh lebih tebal dan lebih lemah.

2) Mikroangiopati

Perubahan – perubahan mikrovaskuler yang ditandai dengan

penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan pembuluh

darah sekitar. Terjadi pada penderita DMTI/IDDM yang terjadi

neuropati, nefropati, dan retinopati. Nefropati terjadi karena perubahan

mikrovaskuler pada struktur dan fungsi ginjal yang menyebabkan

komplikasi pada pelvis ginjal.

3) Retinopati

Yaitu perubahan dalam retina karena penurunan protein dalam

retina. Hal ini mengakibatkan gangguan dalam penglihatan. Retinopati

dibagi menjadi 2 tipe yaitu :

(1) Retinopati back ground yaitu mikroneuronisma di dalam pembuluh

retina menyebabkan pembentukan eksudat keras.


(2) Retinopati proliferatif yaitu perkembangan lanjut dari retinopati back

ground yang terjadi pembentukan pembuluh darah baru pada retina

akan menyebabkan pembuluh darah menciut dan tarikan pada retina

serta pendarahan di rongga vitreum. Juga mengalami pembentukan

katarak yang disebabkan hiperglikemia berkepanjangan.

(3) Neuropati diabeti yaitu akumulasi orbital dalam jaringan dan perubahan

metabolik mengakibatkan penurunan fungsi sensorik dan motorik saraf

yang menyebabkan penurunan persepsi nyeri.

(4) Kaki diabetik perubahan mikroangiopati, mikroangiopati dan neuropati

menyebabkan perubahan pada ekstermitas bawah. Komplikasinya dapat

terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, gangrene, penurunan sensasi,

dan hilangnya fungsi saraf sensorik. (Sukarmin &Riyadi, 2013)

2.1.7 Patofisiologi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 disebabkan oleh faktor usia, genetik,

obesitas yang menjadikan sel beta pankreas mengakibatkan terjadinya gangguan

sekresi insulin yang harusnya didapat oleh tubuh. Gangguan sekresi insulin

mempengaruhi tingkat produksi insulin, sekresi insulin yang tidak adekuat

membuat produksi insulin menjadi menurun dan mengakibatkan

ketidakseimbangan produksi insulin. Penurunan sekresi intra sel menjadikan

insulin tidak terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel yang pada

akhirnya gula dalam darah tidak dapat dibawa masuk oleh sel. Gula yang tidak

dapat masuk ke dalam sel mengakibatkan kadar glukosa dalam darah meningkat

dan menyebabkan Hiperglikemi. Pengobatan yang tidak teratur serta

ketidakpatuhan dalam diit mengakibatkan glukosa dalam darah tidak dapat


Pathway Diabetes Mellitus
Usia, obesitas, genetik
Reaksi autoimun

Diabetes melitus tipe 2


Diabetes melitus tipe 1

Sel beta pankreas menurun


Sel beta pankreas hancur

Defisiensi Insulin

Anabolisme proses Liposis meningkat Penurunan pemakaian glukoksa

Kerusakan pada antibodi Gliserol asam lemak bebas Hiperglikemia

Kekebalan tubuh Polifagia Viskolita darah


Katogenesi
Anteroskerosis
Polidipsi
Aliran darah melamb
Neuropati sensori perifer ketonuria
Poliurea
ketoasidosis Ischemik jaringan
Klien merasa sakit pada
Makro
luka veskuler Ketidakstabilan kadar glukosa darah

Makro vaskuler Nyeri abdomen


Risiko perfus i perifer ti
Jantung selebral
Mual,

Miocard infark Retina


Penyumbata n pada otak Koma
Ginjal
Defisit Nutrisi
Gangguan penglihatan
Neuropati

Gagal ginjal
Nyeri akut

Gambar 2.1 Pathway Diabetes Mellitus (Smeltzel dan Bare 2015)


2.1.8 Penatalakasaan Diabetes Mellitus

2.1.8.1 Edukasi

Pemberian informasi tentang gaya hidup yang perlu diperbaiki

secara khusus memperbaiki pola makan, pola latihan fisik, serta rutin

untuk melakukan pemeriksaan gula darah. Informasi yang cukup dapat

memperbaiki pengetahuan serta sikap bagi penderita Diabetes Mellitus

2.1.8.2 Terapi Gizi

Pada penderita Diabetes Mellitus prinsip pengaturan zat gizi

bertujuan untuk mempertahankan atau mencapai berat badan yang

ideal,mempertahankan kadar glukosa dalam darah mendekati normal,

mencegah komplikasi akut dan kronik serta meningkatkan kualitas hidup

diarahkan pada gizi seimbang dengan cara melakukan diet 3J:

2.1.8.3 Jumlah makanan

Kebutuhan kalori setiap orang berbeda, bergantung pada jenis

kelamin, berat badan, tinggi badan serta kondisi kesehatan pada klien.

Yang memperhitungkan usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan,

hingga tingkat aktivitas fisik yang dilakukan.

2.1.8.4 Jenis makan

Pada penderita Diabetes Mellitus sebaiknya menghindari makanan

dengan kadar glukosa yang tinggi seperti madu, dan susu kental manis.

Pilih makanan dengan indeks glikemik rendah dan kaya serat seperti

sayur-sayuran, biji-bijian dan kacang-kacangan. Batasi makanan yang

mengandung purin (jeroan, sarden, burung darah, unggas, kaldu dan

emping). Cegah dislipidemia dengan menghindari makanan berlemak


secara berlebih (telur, keju, kepiting, udang, kerang, cumi, santan, susu

full cream atau makanna dengan lemak jenuh). Batasi konsumsi garam

natrium yang berlebih. Jadwal makanan:

Jadwal diit harus diikuti sesuai dengan intervalnya yaitu dengan

1) Sarapan pagi jam 6.00

2) Kudapan/snack jam 9.00

3) Makan siang jam 12.00

4) Kudapan/snack jam 15.00

5) Makan malam jam 18.00

6) Kudapan/snack jam 21.00

Mengatur jam makan yang teratur sangat penting, jarak antar 2 kali

makan yang ideal sekitar 4-5 jam jika jarak waktu 2 kali makan terlalu

lama akan membuat gula darah menurun sebaliknya jika terlalu dekat

jaraknya gula darah akan tinggi.

2.1.8.5 Latihan Fisik

Dalam penatalaksannan diabetes, latihan fisik atau olahraga

sangatlah penting bagi penderita Diabetes Mellitus karena efeknya dapat

menurunkan kadar gula darah dan mengurangi faktor resiko kardio

vaskuler.

2.1.8.6 Farmakoterapi

Penggunaan obat-obatan merupakan upaya terakhir setelah

beberapa upaya yang telah dilakukan tidak berhasil, sehingga penggunaan

obat-obatan dapat membantu menyeimbangkan kadar glukosa darah pada

Diabetes Mellitus.
1) Obat

(1) Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO)

((1) Golongan Sulfoniluria

Cara kerja golongan ini adalah merangsang sel beta pankreas untuk

mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfonuria hanya bekerja bila sel-

sel beta utuh, menghalangi pengikatan insulin, mempertinggi

kepekaan jaringan terhadap insulin dan menekan pengeluaran

glukagon.

((2) Golongan Biguanid

Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin. Golongan

biguanid dapat menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan

istimewanya tidak pernah menyebabkan hipoglikemi.

((3) Alfa Glukosidase Inhibitor

Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glucosidase didalam

saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan

menurunkan hiperglikemia post prandial. Obat ini bekerja di lumen

usus dan tidak menyebabkan hipoglikemi serta tidak berpengaruh

pada kadar insulin.

(2) Insulin Sensitizing Agent

Efek farmakologi pada obat ini meningkatkan sensitifitas berbagai

masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.

(3) Insulin

Dari sekian banyak jenis insulin menurut cara kerjanya yaitu; yang

bekerja cepat (Reguler Insulin) dengan masa kerja 2-4 jam; yang
kerjanya sedang (NPN) dengan masa kerja 6-12 jam; yang kerjanya

lambat (Protamme Zinc Insulin) masa kerjanya 12-24 jam.

(4) Mengontrol Gula Darah

Bagi penderita Diabetes Mellitus mengontrol gula darah sebaiknya

dilakukan secara rutin agar dapat memantau kondisi kesehatan saat

menjalankan diet maupun tidak. Dengan mengontrol gula darah secara

rutin, penderita dapat memahami kondisi tubuhnya mengalami

hiperglikemi atau hipoglikemi.

2.2 Konsep Lansia

2.2.1 Definisi Lansia

Lansia merupakan tahap akhir dalam kehidupan manusia. Menua atau

menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu

waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan

proses alamiah. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang

berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses

menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi ransangan dari dalam dan luar

tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2015).Proses menua adalah

suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan jejas dan memperbaiki kerusakan yang

diderita. Dapat disimpulkan bahwa manusia, secara perlahan mengalami

kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat mempengaruhi

kemandirian dan kesehatan lansia (Nugroho, 2015).


2.2.2 Batasan Lansia

Tidak ada batasan yang pasti tentang lansia. Umur yang dijadikan batasan

lansia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Berikut dikemukakan

beberapa pendapat ahli mengenai batasan lansia :

2.2.2.1 Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO, ada empat tahap, yakni :

1) Usia pertengahan (middle age), yaitu 45-49 tahun

2) Lanjut usia (elderly), yaitu 60-74 tahu

3) .Lanjut usia tua (old), yaitu 75-90 tahun

4) .Usia sangat tua (very old), yaitu di atas 90 tahun)

2.2.2.2 Menurut Prof. Dr. dr. Koesoemanto Setyonegoro, Sp.KJ., lansia (usia

lebih dari 70 tahun), terbagi menjadi :

1) Usia 70-75 tahun (young old)

2) Usia 75-80 tahun (old)

3) Usia lebih dari 80 tahun (very old)

2.2.2.3 Menurut Hurlock (1979), perbedaan lansia terbagi dalam dua tahap, yakni:

1) Early old age(usia 60-70 tahun)

2) Advanced old age(usia 70 tahun ke atas)

2.2.2.4 Menurut Burnside (1979), ada empat tahap lansia, yakni :

1) Young old(usia 60-69 tahun)

2) Middle ageold(usia 70-79 tahun)

3) Old-old (usia 80-89 tahun)

4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas)

2.2.2.5 Menurut para ahli, batasan lansia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas.

Hal ini dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang


kesejahteraan lansia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, bahwa yang disebut

dengan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas,

baik pria maupun wanita (Nugroho, 2015).

2.2.3 Teori Proses Menua

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori

biologis, teori sosial, teori spiritual, dan teori psikologis.

2.2.3.1 Teori Biologis

Teori Biologis mencakup teori genetik, teori somatik, teori sistem

imun, teori metabolism, serta teori radikal bebas.

1) Teori Genetic clock

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk

spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai jam genetik di dalam

inti sel yang telah berputar menurut replikasi tertentu. Jam ini akan

menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar,

jadi menurut konsep ini bila jam kita itu berhenti akan meninggal dunia,

meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir

(Darmojo dan Martono, 2004).

2) Teori Somatik (Teori Error Catastrophe)

Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis

faktor-faktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor

lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Diketahui

bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori

ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan
menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut

(Darmojo dan Martono, 2004).

3) Rusaknya Sistem Imun Tubuh

Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat

menyebabkan kemampuan berkurangnya kemampuan sistem imun

tubuh mengenali dirinya sendiri. Perubahan inilah yang menjadi dasar

terjadinya peristiwa autoimun. Selain itu, sistem imun tubuh sendiri

daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya

serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker

leluasa membelah-belah. Inilah yang menyebabkan terjadinya kanker

meningkat sesuai meningkatnya umur (Darmojo dan Martono, 2004).

4) Teori Menua Akibat Metabolisme

Pentingnya metabolisme sebagai faktor penghambat umur panjang,

dimana terdapat hubungan antara tingkat metabolisme dengan panjang

umur. Mamalia yang dirangsang untuk hibernasi, selama musim dingin

ditempatkan pada temperatur yang rendah tanpa dirangsang

berhibernasi, metabolismenya meningkat dan berumur lebih pendek.

Walaupun umurnya berbeda, namun jumlah kalori yang dikeluarkan

untuk metabolisme selama hidup adalah sama (Darmojo dan Martono,

2004).

5) Kerusakan akibat Radikal Bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, dan di dalam tubuh

jika fagosit dipecah, dan sebagai produk sampingan di dalam rantai

pernafasan di dalam mitokondria. Radikal bebas yang terbentuk


tersebut adalah: (1) Superoksida (O2), (2) Hidroksil (OH), dan juga (3)

Perioksida hidrogen (H2O2). Radikal bebas bersifat merusak, karena

sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, asam

lemak tak jenuh, seperti membran sel, dan dengan gugus SH (Darmojo

dan Martono, 2004).

2.2.3.2 Teori Sosial

Pada lansia, kekuasaan dan prestise yang berkurang menyebabkan

berkurangnya interaksi sosial, yang tersisa hanyalah harga diri dan

kemampuan mereka untuk mengikuti perintah. Kemiskinan yang dialami

lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia

secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitar. Proses penuaan

mengakibatkan interaksi sosial mulai menurun, baik secara kualitas

maupun kuantitas (Maryam dan Ekasari, 2008).

2.2.3.3 Teori Spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian

hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti

kehidupan. Kepercayaan merupakan suatu pengetahuan dan cara

berhubungan dengan kehidupan akhir. Kepercayaan adalah suatu

fenomena timbal balik, yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang

dengan orang lain dalam menanamkan suatu keyakinan, cintakasih, dan

harapan. Perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap

penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan (Maryam dan Ekasari, 2008).
2.2.3.4 Teori Psikologis

Pada lansia, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan

penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan

pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.

Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat

menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang

positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan

mudah terhadap nilai-nilai yang ada, ditunjang dengan status sosialnya

(Maryam dan Ekasari, 2008).

Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi,

kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada lansia menyebabkan

mereka sulit untuk berinteraksi dan dipahami. Dengan adanya penurunan

fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan

untuk menerima, memproses, dan merespon stimulus sehingga terkadang

akan muncul aksi atau reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada. Selain

itu, kurangnya motivasi pada lansia juga berperan. Motivasi akan semakin

menurun dengan menganggap bahwa lansia sendiri merupakan beban bagi

orang lain dan keluarga (Maryam dan Ekasari, 2008).

2.2.4 Perubahan Pada Lansia

2.2.4.1 Perubahan Fisik

Dengan bertambahnya usia, begitu banyak perubahan fisik yang

terjadi sehingga sulit untuk menetapkan batas-batas normal. Semakin tua

seseorang, perubahan fisiologis normal dalam semua sistem tubuh bersifat

universal, progresif, dan intrinsik. Perubahan yang terjadi meliputi


penurunan fungsi tingkat sel, sistem persarafan, sistem pendengaran,

sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, sistem

pernafasan, sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem genito urinaria,

sistem endokrin, sistem integumen, serta sistem muskuloskeletal

(Bastable, 2002).

2.2.4.2 Perubahan Mental

Di bidang mental atau psikis pada lansia, perubahan dapat berupa

sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, serta bertambah pelit

terhadap sesuatu yang dimiliki. Sikap umum yang ditemukan pada hampir

setiap lanjut usia, yakni keinginan berumur panjang, tenaganya sedapat

mungkin dihemat. Perubahan kepribadian yang drastis jarang terjadi.

Lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang

(Bastable, 2002).

2.2.4.3 Perubahan Psikososial

Depresi, kesedihan, dan kesepian biasa terjadi di antara lansia.

Banyak orang yang mengalami kehilangan ganda dalam periode waktu

yang singkat berkaitan dengan jaringan pendukung terdahulu, seperti

teman, keluarga dan pekerjaan. Kehilangan seperti ini, yang berarti

ancaman terhadap otonomi, kemandirian, dan pembuatan keputusannya

mengakibatkan pengucilan, ketidakamanan keuangan, berkurangnya

mekanisme koping, dan penurunan jati diri, nilai pribadi, dan

keberhargaan dalam masyarakat (Bastable, 2002).


2.3 Konsep Ketidakstabilan Kadar Glukosa

2.3.1 Definisi

Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah adalah variasi dimana kadar

glukosa darah mengalami kenaikan atau penurunan gula darah dari rentang

normal yang disebut dengan Hiperglikemi atau Hipoglikemia (Wilkinson, 2015).

Glukosa dalam darah merupakan sumber terpenting yang kebanyakan diserap ke

dalam aliran darah sebagai glukosa dan gula lain diubah menjadi glukosa di hati.

Glukosa adalah bahan bakar utama dalam tubuh serta berfungsi untuk

menghasilkan energi dalam tubuh. Kadar glukosa dalam darah sangat erat

kaitannya dengan penyakit Diabetes Melitus. Pada hiperglikemia mengalami

peningkatan jumlah glukosa berlebih yang beredar dalam plasma darah dengan

rentang normal glukosa sewaktu 100 - 200 mg /dL, kadar glukosa puasa 80 - 130

mg/dL , kadar glukosa darah 2 jam setelah makan 120 - 200 mg/dL (Pudiastuti,

2013).

2.3.2 Penyebab Ketidakstabilan Kadar Glukosa

Pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang mengalami hiperglikemi

dapat disebabkan karena adanya resistensi insulin pada jaringan lemak, otot, dan

hati, kenaikan glukosa oleh hati serta kekurangan sekresi insulin yang dihasilkan

oleh pankreas, dapat menyebabkan gangguan pada kadar glukosa dalam darah.

(PPNI, 2016)

2.3.3 Tanda dan Gejala Ketidakstabilan Kadar Glukosa

Pada penderita Diabetes Mellitus yang mengalami hiperglikemia dapat

disertai dengan gejala sebagai berikut :


2.3.3.1 Mudah lelah dan lesu

2.3.3.2 Mulut terasa kering

2.3.3.3 Mengalami rasa haus berlebih

2.3.3.4 Urin yang dihasilkan jumlahnya meningkat

2.3.3.5 Serta kadar glukosa dalam darah / urin relatif tinggi. (PPNI, 2016)

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan

2.4.1 Pengkajian

Pengumpulan data meliputi :

2.4.1.1 Biodata

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan

pekerjaan. Penyakit Diabetes Mellitus sering muncul setelah seseorang

memasuki usia 45 tahun terlebih pada orang dengan berat badan berlebih

(Sukarmin &Riyadi , 2013).

2.4.1.2 Riwayat kesehatan

Keluhan utama : Keluhan utama yang biasanya dirasakan oleh klien

Diabetes Mellitus yaitu badan terasa sangat lemas sekali disertai dengan

penglihatan kabur, sering kencing (Poliuria), banyak makan (Polifagia),

banyak minum (Polidipsi) (Riyadi dan Sukarmin, 2013).

2.4.1.3 Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan dominan yang dialami klien adalah munculnya gejala sering

buang air kecil (poliuria), sering merasa lapar dan haus (polifagi dan

polidipsi), luka sulit untuk sembuh, rasa kesemutan pada kaki, penglihatan

semakin kabur,cepat merasa mengantuk dan mudah lelah,serta sebelumya

klien mempunyai berat badan berlebih (Riyadi danSukarmin, 2013)


2.4.1.4 Riwayat penyakit dahulu

Menurut Riyadi dan Sukarmin (2013) penyakit Diabetes Mellitus klien

pernah mengalami kondisi suatu penyakit dan mengkonsumsi obat-obatan

atau zat kimia tertentu. Penyakit yang dapat menjadi pemicu timbulnya

Diabetes Mellitus dan perlu dilakukan pengkajian diantaranya:

1) Penyakit pankreas

2) Gangguan penerimaan insulin

3) Gangguan hormonal

4) Pemberian obat-obatan seperti :

(1) Furosemid (diuretik)

(2) Thiazid (diuretik) (Riyadi dan Sukarmin, 2013)

2.4.1.5 Riwayat penyakit keluarga

Diabetes Mellitus dapat berpotensi pada keturunan keluarga, karena

kelainan gen yang dapat mengakibatkan tubuhnya tidak dapat

menghasilkan insulin dengan baik (Riyadi dan Sukarmin, 2013)

2.4.1.6 Riwayat kehamilan

Pada umumnya Diabetes Mellitus dapat terjadi pada masa kehamilan, yang

terjadi hanyalah pada saat hamil saja dan biasanya tidak dialami setelah

masa kehamilan serta diperhatikan pula kemungkinan mengalami penyakit

Diabetes Mellitus yang sesungguhnya dikemudian hari (Riyadi dan

Sukarmin, 2013).

2.4.1.7 Riwayat psikososial

Diabetes Mellitus dapat terjadi jika klien pernah mengalami atau sedang

mengalami stress baik secara fisik maupun emosional (yang dapat


meningkatkan kadar hormone stress seperti kortisol, epinefrin, dan

glukagon) yang dapat menyebabkan kadar gula darah

meningkat(Susilowati, 2014).

2.4.1.8 Pola fungsi kesehatan

1) Pola metabolik nutrisi

Penderita Diabetes Mellitus selalu ingin makan tetapi berat badan

semakin turun, cenderung mengkonsumsi glukosa berlebih dengan jam

dan porsi yang tidak teratur, karena glukosa yang ada tidak dapat ditarik

kedalam sel sehingga terjadi penurunan masa sel. Pada pengkajian

intake cairan yang terkaji sebanyak 2500 – 4000 cc per hari dan

cenderung manis (Susilowati, 2014).

2) Pola eliminasi

Data eliminasi buang air besar pada klien Diabetes Millitus tidak ada

perubahan yang mencolok. Frekuensinya satu hingga dua kali perhari

dengan warna kekuningan, sedangkan pada eliminasi buang air kecil.

Jumlah urin yang banyak akan dijumpai baik secara frekuensi maupun

volume ( pada frekuensi biasanya lebih dari 10 x perhari, sedangkan

volumenya mencapai 2500 – 3000 cc perhari). Untuk warna tidak ada

perubahan sedangkan bau ada unsur aroma gula (Susilowati, 2014).

3) Pola aktivitas

Penderita Diabetes Mellitus mengalami penurunan gerak karena

kelemahan fisik, kram otot, penurunan tonus otot gangguan istirahat

dan tidur, takikardi atau takipnea pada saat melakukan aktivitas hingga

terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahan otot-otot bagian


tungkai bawah pada penderita Diabetes Mellitus akan mengalami

ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara

maksimal serta mudah mengalami kelelahan. Penderita Diabetes

Mellitus mudah jatuh karena penurunan glukosa pada otak akan

berakibat penurunan kerja pusat keseimbangan (diserebrum/otak kecil)

(Susilowati, 2014)

4) Pola tidur dan istirahat

Pada penderita Diabetes Mellitus mengalami gejala sering kencing pada

malam hari (Poliuria) yang mengakibatkan pola tidur dan waktu tidur

penderita mengalami perubahan (Susilowati, 2014).

5) Pola konsep diri

Mengalami penurunan harga diri karena perubahan penampilan,

perubahan identitas diri akibat tidak bekerja, perubahan gambaran diri

karena mengalami perubahan fungsi dan struktur tubuh, lamanya

perawatan, banyaknya biaya perawatan serta pengobatan menyebabkan

klien mengalami gangguan peran pada keluarga serta kecemasan

(Susilowati, 2014).

6) Aktualisasi diri

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan puncak pada hirarki kebutuhan

Maslow, jika klien sudah mengalami penurunan harga diri maka klien

sulit untuk melakukan aktivitas di rumah sakit enggan mandiri, tampak

tak bergairah, dan bingung (Susilowati, 2014).


7) Pola nilai keyakinan

Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan

mendapatkan sumber kesembuhan dari Tuhan (Susilowati, 2014).

8) Pemeriksaan Fisik

(1) Keadaan umum : Cukup

(2) Tingkat kesadaran kesehatan Kesadaran composmentis, latergi, strupor,

koma, apatis tergantung kadar gula yang tidak stabil dan kondisi

fisiologi untuk melakukan konpensasi kelebihan gula darah.

(3) Tanda tanda vital

(4) Frekuensi nadi dan tekanan darah : takikardi dan hipertensi dapat terjadi

pada penderita Diabetes Mellitus karena glukosa dalam darah yang

meningkat dapat menyebabkan darah menjadi kental.

(5) Frekuensi pernafasan: Takipnea (pada kondisi ketoasidosis)

(6) Suhu tubuh

Hipertemi ditemukan pada klien Diabetes Mellitus yang mengalami

komplikasi infeksi pada luka atau pada jaringan lain. Sedangkan

hipotermi terjadi pada penderita yang tidak mengalami infeksi atau

penurunan metabolik akibat penurunan masukan nutrisi secara drastis

(7) Berat badan dan tinggi badan

Kurus ramping pada Diabetes Mellitus fase lanjutan dan lama tidak

melakukan terapi. Sedangkan pada penderita Diabetes Mellitus gemuk

padat atau gendut merupakan fase awal penyakit atau penderita lanjutan

dengan pengobatan yang rutin dan pola makan yang masih belum

terkontrol. (Willem Pieter, 2013)


(8) Kulit

Pemeriksaan ini untuk menilai warna, kelembapan kulit, suhu, serta

turgor kulit. Pada klien yang menderita Diabetes Mellitus biasanya

ditemukan:

((1) Warna : kaji adanya warna kemerahan hingga kehitaman pada luka.

Akan tampak warna kehitaman disekitar luka. Daerah yang seringkali

terkena adalah ekstermitas bawah

((2) Kelembapan kulit : lembab pada penderita yang tidak memiliki

diuresis osmosis dan tidak mengalami dehidrasi. Kering pada

klienyang mengalami diuresis, osmosis dan dehidrasi.

((3) Suhu : klien yang mengalami hipertermi biasanya mengalami infeksi.

((4) Turgor : menurun pada saat dehidrasi

(9) Kuku Warna : pucat, sianosis terjadi karena penurunan perfusi pada

kondisi ketoasidosis atau komplikasi saluran pernafasan

(10) Kepala

((1) Inspeksi : Kaji bentuk kepala warna rambut jika hitam kemerahan

menandakan nutrisi kurang, tekstur halus atau kasar penyebaran

jarang atau merata, kwantitas tipis atau tebal pada kulit kepala

terdapat benjolan atau lesi antara lain : kista pilar dan psoriasis yang

rentan terjadi pada penderita DM karena penurunan antibody. Amati

bentuk wajah apakah simetris serta ekspresi wajah seperti paralisis

wajah.

((2) Palpasi : raba adanya massa dan atau nyeri tekan


(11) Mata

((1) Inspeksi : pada klien dengan DM terdapat katarak karena kadar gula

dalam cairan lensa mata naik. Konjungtiva anemis pada penderita

yang kurang tidur karena banyak kencing pada malam hari.

Kesimetrisan pada mata. penglihatan yang kabur dan ganda serta lensa

yang keruh serta kesimetrisan bola mata.

((2) Palpasi : saat dipalpasi bola mata teraba kenyal, tidak teraba nyeri

tekan.

(12) Hidung

((1) Inspeksi : Pengkajian daerah hidung dan fungsi sistem penciuman,

septum nasi tepat di tengah, kebersihan lubang hidung, jalan nafas/

adanya sumbatan pada hidung seperti polip, peradangan, adanya

sekret atau darah yang keluar, kesulitan bernafas atau adanya kelainan

bentuk dan kelainan lain

((2) Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan pada sinus

(13) Telinga

((1) Inspeksi Pengkajian pada daerah telinga serta sistem fungsi

pendengaran, keadaan umum telinga gangguan saat mendengar,

pengguanaan alat bantu dengar, adanya kelainan bentuk dan kelainan

lain, kebersihan telinga, kesimetrisan telinga kanan dan kiri.

((2) Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan pada daerah tragus

(14) Mulut dan gigi

((1) Inspeksi : Adanya peradangan pada mulut (mukosa mulut, gusi, uvula

dan tonsil), adanya karies gigi, terdapat stomatitis, air liur menjadi
lebih kental, gigi mudah goyang, serta gusi mudah bengkak dan

berdarah. Adakah bau nafas seperti bau buah yang merupakan

terjadinya ketoasidosis diabetik pada penderita DM serta mudah sekali

terjadi infeksi.

((2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan. (Rohman, 2010)

(15) Leher

((1) Inspeksi : pembesaran pada leher , pembesaran kelenjar limfa leher

dapat muncul jika ada pembesaran kelenjar sistemik, persebaran kulit.

((2) Palpasi : ada tidaknya pembendungan vena jugularis (Susilowati,

2014)

(16) Thorax

((1) Inspeksi : persebaran warna kulit, ada tidaknya bekas luka, ada

tidaknya sesak nafas, batuk, nyeri dada, pergerakan dinding dada

((2) Palpasi : kesimetrisan dada, taktil fremitus

((3) Perkusi : semua lapang paru terdengar resonan, tidak ada penumpukan

sekret, cairan atau darah

((4) Auskultasi : ada atau tidaknya suara nafas tambahan seperti ronchi dan

whezzing di semua lapang paru (Mulyati, 2014)

(17) Pemeriksaan jantung

((1) Inspeksi : tampak atau tidaknya iktus kordis pada permukaan dinding

dada di ICS 5 midklavikula sinistra

((2)Palpasi : teraba atau tidaknya iktus kordis di ICS 5 midklavikula

sinistra.

((3)Perkusi : pada ICS 3 hingga ICS 5 terdengar pekak


((4)Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 terdengar tunggal, tidak ada suara

jantung tambahan (Muttaqin, 2012).

(18) Pemeriksaan abdomen

((1) Inspeksi : warna kulit merata, ada atau tidaknya lesi, bentuk abdomen

apakah datar, cembung, atau cekung. Kaji adanya mual atau muntah

disebabkan karena kadar kalium yang menurun akibat polyuria,

pankreastitis, kehilangan nafsu makan. Terjadi peningkatan rasa lapar

dan haus pada individu yang mengalami ketoasidosis

((2) Auskultasi : bising usus terdengar 5-30 x/menit

((3) Palpasi : ada massa pada abdomen, kaji ada tidaknya pembesaran

hepar, kaji ada tidaknya asites, ada atau tidaknya nyeri tekan pada

daerah ulu hati (epigastrium) atau pada 9 regio

((4) Perkusi : Bunyi timpani, hipertimpani untuk perut kembung, pekak

untuk jaringan padat

(19) Genetalia dan reproduksi

((1) Inspeksi : Klien yang mengalami DM biasanya pada saat berkemih

terasa panas dan sakit, terdapat keputihan pada daerah genetalia, ada

atau tidaknya tanda-tanda peradangan pada genetalia.

(20) Ekstremitas

((1) Inspeksi : kaji persebaran warna kulit, kaji turgor kulit, akral hangat,

sianosis, persendian dan jaringan sekitar saat memeriksa kondisi

tubuh. Amati kemudahan dan rentan gesekan kondisi sekitar. Klien

akan merasakan cepat lelah, lemah dan nyeri, serta adanya gangrene di

ekstermitas, amati warna dan kedalaman pada bekas luka di


ekstermitas, serta rasa kesemutan atau kebas pada ekstermitas

merupakan tanda dan gejala penderita DM.

((2) Palpasi : kaji kekuatan otot, ada tidaknya pitting edema. (Sudarta,

2012)

2.4.1.9 Pemeriksaan Diagnostik

1) Glukosa darah : gula darah puasa lebih dari 130 ml/dL , tes toleransi

glukosa lebih dari 200 ml/dL 2 jam setelah pemberian glukosa.

2) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok

3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat

4) Osmolalitas serum meningkat kurang dari 330mOsm/L

5) Amilase darah : terjadi peningkatan yang dapat mengindikasikan

adanya pankreasitis akut sebagai penyebab terjadinya Diabetes

Ketoacidosis

6) Insulin darah : pada DM tipe 2 yang mengindikasi adanya gangguan

dalam penggunaannya (endogen dan eksogen). Resistensi insulin

dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody

7) Pemeriksaan fungsi tiroid : pemeriksaan aktivitas hormone tiroid

dapat meningkatkan glukosa dalam darah dan kebutuhan akan insulin

8) Urine : gula darah aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin

meningkat.

9) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran

kemih, infeksi saluran pernafasan serta infeksi pada luka.

10) HbA1c : rata-rata gula darah selama 2 hingga 3 bulan terakhir yang

digunakan bersama dengan pemeriksaan gula darah biasa untuk


membuat penyesuaian dalam pengendalian Diabetes Mellitus. (Wijaya

& Putri, 2013)

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respon

individu, keluarga atau kelompok terhadap proses kehidupan/masalah kesehatan.

Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan

untuk memecahkan masalah tersebut (Taqiyyah Bararah & Mohammad Jauhar,

2013). Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut SDKI (2016),

ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut:

2.4.2.1 Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b/d Hiperglikemia

2.4.2.2 Risiko Perfusi Perifer tidak Efektif b/d Hipertensi

2.4.2.3 Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorsi nutrien

2.4.2.4 Nyeri Akut b/d neuropati sensori perifer

2.4.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah serangkaian tindakan yang dapat mencapai

tujuan khusus. Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan,

dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan analisis

pengkajian agar masalah kesehatan klien dapat diatasi (Taqiyyah Bararah &

Mohammad Jauhar, 2013) Intervensi Keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa

darah berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) SLKI

(Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24

jam kadar gula dalam darah stabil.


43

2.4.3 Intervensi Keperawatan


2.1 Tabel Intervensi
No SDKI SLKI SIKI
1 Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hiperglikemia
Definisi: Variasi Kadar Glukosa darah naik/turun keperawatan selama x 24 jam kadar Observasi :
dari rentang normal. gula dalam darah stabil a) Identifikasi kemungkinan
Penyebab: Luaran utama : penyebab hiperglikemia
1. Disfungsi pankreas kestabilan kadar glukosa darah b) Monitor kadar glukosa darah
2. Resistensi insulin Luaran tambahan : c) Monitor tanda dan gejala
3. Gangguan toleransi glukosa darah kontrol resiko hiperglikemia (mis, poliurs,
4. Gangguan glukosa darah Perilaku mempertahankan berat badan polidipsia, polifagia,
puasa Gejala dan tanda mayor Perilaku menurunkan berat badan kelemahan pandangan kabur,
Subjektif: Status atepartum sakit kepala)
Hipoglikemia Status intrapartum d) Identifikasi situasi yang
a) Mengantuk Status nutrisi menyebabkan kebutuhan
b) Pusing Status pasca partum insulin meningkat (mis,
Hiperglikemia Tingkat pengetahuan penyakit kambuhan)
a) Lelah atau lesu Dengan kriteria hasil: Terapeutik:
Objektif: a) Kesadaran meningkat a) Berikan asupan cairan oral
Hipoglikemia b) Mengantuk menurun b) Konsultasi dengan medis jika
a) Gangguan koordinasi c) Perilaku aneh menurun tanda dan gejala
b) Kadar glukosa dalam darah/urin d) Keluhan lapar menurun hiperglikemia tetap ada atau
rendah Hiperglikemia e) Kadar glukosa dalam darah memburuk
a) kadar glukosa dalam darah/urin tinggi membaik Edukasi:
a) Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dL
b) Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga

43
43

c) Ajarkan pengelolaan diabetes


(mis, penggunaan insulin,
obat oral)

Gejala dan tanda minor Manajemen Hipoglikemia


Subjektif: Observasi :
Hipoglikemia a) Identifikasi tanda dan
a) Palpitasi gejala hipoglikemia
b) Mengeluh lapar b) Identifikasi kemungkinan
-Hiperglikemia penyebab hipoglikemia
a) Mulut kering Terapeutik:
b) Haus meningkat a) Berikan karbohidrat
sederhana, jika perlu
Objektif: b) Berikan karbohidrat
Hipoglikemia kompleks dan protein sesuai
a) Gemetar diet
b) Kesadaran menurun c) Hubungi layanan medis
c) Perilaku aneh darurat, jika perlu
d) Sulit bicara Edukasi:
e) Berkeringat a) Anjurkan memnawa
Hiperglikemia karbohidrat sederhana
a) Jumlah urin meningkat setiap hari
b) Jelaskan interasi anatara
diet, insulin oral, dan
olahraga
c) Ajarkan perawatan mandiri
untuk mencegah
hipoglikemia (mis.
Mengurangi insulin/agen
oral dan atau meningkatkan
asupan makanan untuk

44
45

berolahraga).

Risiko perfusi perifer tidak efektif Luaran utama : perfusi perifer Intervensi utama :
Definisi : Beresiko mengalami penurunan sirkulasi Luaran tambahan: Pencegahan syok
darah pada level kapiler yang dapat mengganggu Fungsi sensori Observasi :
metabolisme tubuh Mobilitas fisik a) Mengontrol status pulmonal
Faktor resiko : Penyembuhan luka (frekuensi dan kekuatan
1) Hiperglikemia Status sirkulasi nadi
2) Gaya hidup kurang gerak Tingkat cedera , frekuensi napas, TD)
3) Hipertensi Tingkat perdarahan b) Monitor status oksglenasi
4) Merokok Dengan kriteria hasil : (oksimetri nadi, AGD)
5) Prosedur endovaskuler a. Denyut nadi c) Monitor status cairan
6) Trauma perifer meningkat (masukan dan
7) Kurang terpapar informasi tentang faktor b. Penyembuhan luka haluran, turgor kulit,
pemberat (mis. Merokok, gaya hidup meningkat CRT)
kurang gerak, obesitas, imobilitas) c. Sensasi meningkat d) Monitor tingkat kesadaran
Kondisi klinis terkait: d. Warna kulit pucat dan respon pupil
1) Arterosklerosis minangkat e) Periksa riwayat alergi
2) Raynaud’s disease e. Edema perifer Terapeutik :
3) Trombosis arteri meningkat a) Berikan oksigen untuk
4) Atritis reumatoid f. Nyeri esktremitas mempertahankan saturasi
5) Leriche’s syndrome g. Parastesia meningkat oksigen> 94%
6) Aneurisma h. Kelemahan otot b) Persiapkan intubasi dan
7) Varises meningkat ventilasi mekanis, jika
8) Diabetes mellitus perlu
9) Hipotensi i. Kram otot meningkat c) Pasang jalur IV, jika perlu
10) Kanker d) Pasang kateter urine untuk
menilai produksi urine,
jika perlu

45
e) Lakukan skin tes
untuk mencegah reaksi
alergi
45

Edukasi :
a) Jelaskan penyebab/faktor
resiko syok
b) Jelaskan tanda dan
gejala awal syok
c) Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan
tanda dan gejala awal
syok
d) Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
e) Anjurkan menghondari
alergi
2. Defisit nutrisi Luaran utama :
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk Status nutrisi Intervensi utama :
. memenuhi kebutuhan metabolisme Luaran tambahan : Manajemen nutrisi
Penyebab : Berat badan Observasi :
1) Kurangnya asupan makanan Eliminasi fekal a) Identifikasi status nutrisi
2) Ketidakmampuan menelan makanan Fungsi gastrointestial b) Identifikasi alergi
3) Ketidakmampuan mencerna makanan Nafus makan dan intoteransi
4) Ketidakmampuan mengabsorsi nutrien Perilaku meningkatkan berat badan makanan
5) Peningkatan kebutuhan metabolisme Status menelan c) Indentifikasi makanan
6) Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak Tingkat depresi disukai
mencukupi) Tingkat nyeri d) Identifikasi kebutuhan kalori
7) Faktor psikologis (mis. stress, Dengan kriteria hasil : dan jenis nutrision
keenggangan untuk makan) a) Porsi makanan e) Identifikasi perlunya
Gejala dan tanda mayor: yang dihabiskan penggunaan selang
Subjektif : (Tidak tersedia) menurun nasogastrik
Objektif : b) Kekuatan otot f) Moitor asupan makanan
Berat badan menurun,minimal 10% dibawah pengunyah menurun g) Monitor berat badan
rentang ideal c) Kekuatan otot h) Monitor hasil pemeriksaan

46
menelan menurun laboraturium
45

Gejala dan tanda minor: d) Nafsu makan memburuk Terapeutik :


Subyektif a) Lalukan oral hygine sebelum
1. Cepat kenyang setalah makan makan, jika perlu
2. Kram/nyeri abdomen b) Sajikan makanan secara
3. Nafsu makan menarik dan suhu yang
menurun Objektif: sesuai
1.Bising Usus Hiperaktif c) Fasilitasi
2.Otot Pengunyah Melemah menentukan
3.Membran Mukosa Pucat pedoman diet
4.Sariawan d) Berikan makanan tinggi
5. Serum Albumin Turun serat untuk mencegah
6.Rambut Rontok Berlebihan konstipasi
7.Diare e) Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi
Kondisi klinis: protein
1.Stroke f) Berikan suplemen
2.Parkinson makanan, jika perlu
3.Mobiussyndrom/ g) Hentikan pemberian makan
4.Cerebral Palsy/ melalui selang nasogratik
5.Cleft Lip jika asupan oral dapat di
6. Cleft Palate toleransi
7. Amyotropic Lateral Sclerosis Edukasi :
8.Kerusakan Neuromuskular a) Anjurkan posisi duduk,
9.Luka Bakar jika perlu
10.Kanker b) Ajarkan diet yang
11.Infeksi di programkan
12.Aids
13.Penyakit Kronis
14.Enterokolitis
15.Fibrosis Kistic

47
45

3. Nyeri Akut Luaran utama : Intervensi utama :


Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang Tingkat nyeri Manajemen nyeri
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau Luaran tambahan: Observasi :
fungsional,dengan onset mendadak atau lambat dan Fungsi gastrointedtinial a) Identifikasi lokasi,
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung Kontrol nyeri karakteristik, durasi,
kurang dari 3 bulan Mobilitas fisik frekuensi, kualitas intensitas
Penyebab: Penyembuhan luka nyeri
1. agen pencedera fisiologis Perfusi miokard b) Identifikasi skla nyeri
(mis:inflamasi,iskemia,neoplasma) Perfusi perifer c) Identifikasi respon
2. agen pencedera kimia (mis:terbakar,bahan Pola tidur nyeri non verbal
kimia iritan) Status kenyamanan d) Identifikasi faktor
3. agen pencedera fisik Tingkat cedera yang memperberat dan
(mis:abses,amputasi,terbakar,terpotong,mengangkat memperingan nyeri
berar,prosedur operasi,trauma,latihan fisik e) Identifikasi pengetahuan
berlebihan) Dengan kriteria hasil : dan keyakinan tentang nyeri
Gejala dan tanda mayor: a) Keluhan nyeri meningkat f) Identifikasi pengaruh
Subjektif: b) Meringis meningkat budaya terhadap respon
1.mengeluh nyeri c) Sikap protektif meningkat nyeri identifikasi nyeri
d) Gelisah meningkat pada kualitas hidup
Objektif: e) Kesulitan tidur meningkat g) Monitor keberhasilan terapi
1. tampak mringis komplemeter yang sudag
2. bersikap protektif (mis:waspada,posisi diberikan
menghindari nyeri) h) Monitor efek
3. gelisah samping penggunaan
4. frekwensi nadi analgetik
meningkat 5.sulit tidur Terapeutik :
Gejala dan tanda minor a) Berikan tehknik non
Subjektif: (tidak tersedia) farmakologis untuk
Objektif: mengurangi rasa nyeri (mis.
1.tekanan darah meningkat Hipnosis, akupresur, terapi
2.pola nafas berubah musik, biofeedback terapi

48
pijat, aromaterapi,tehknik
45

3. nafsu makan berubah imajinasi terbimbing,


4.proses berfikir kompres hangat atau dingin)
terganggu 5.menarik diri b) Kontrol lingkunngan yang
6/berfokus pada diri sendiri memperberat rasa
7.diaforesis nyeri(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Kondisi klinis terkait: c) Fasilitas istirahat dan tidur
1.kondisi pembedahan
2.cedera traumatis Edukasi :
3.infeksi a) Jelaskan penyebab,
4. sindrom koroner periode dan pemicu nteri
akut 5.glaukoma b) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
d) Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
e) Ajarkan tekhnik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

49
50

2.4.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan pengelolahan dan wujud dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan atau intervensi

(Setiadi, 2012). Implementasi merupakan realisasi tindakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi

pengumpulan data berkelanjutan. Mengobservasi respon klien selama dan sesudah

pelaksanaan tindakan dan menilai data yang baru (Nikmatur dan Walid, 2017)

Pada penelitian ini penulis menggunakan implementasi keperawatan

sebagai perencanaan yang sudah ditentukan untuk lansia Diabetes Mellitus

dengan Ketidakstabilan Gula Darah

2.4.5 Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah suatu perbandingan yang sistematis

dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,

dilakukan dengan cara berkesinambungan yang melibatkan klien, keluarga, serta

tenaga medis lainnya. Tujuan dalam evaluasi adalah untuk melihat kemampuan

klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap

perencanaan (Setiadi, 2012).

Pada penelitian ini penulis menggunakan evaluasi keperawatan yang

mengacu pada kriteria evaluasi lansia Diabetes Mellitus dengan Ketidakstabilan

Gula Darah dengan harapan hasil yang diterima pada proses keperawatan klien

sebagai berikut:

2.4.5.1 Kadar gula dalam darah klien pada rentang normal kadar gula darah puasa

80-130mg/dL , kadar gula darah sewaktu 100-200mg/dL , dan kadar gula

darah 2 jam PP 120-200 mg/dL.


51

2.4.5.2 Klien dapat melakukan diet sehat

2.4.5.3 Klien dapat memanagemen dan mencegah penyakit agar tidak semakin

parah

2.4.5.4 Klien dapat patuh terhadap diit dan pengobatan


52

BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas
Nama : Ny. E

Umur : 64 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan Terakhir : S1

Status Perkawinan : Kawin

Alamat : Desa Wonoasih kota Probolingo

Agama : Islam

Suku : Jawa

No. RM :-

Tanggal MRS :-

Tanggal Pengkajian : 10-12 Maret

2021 Orang yang paling dekat / bisa di hubungi

Nama : Tn. S

Alamat : Desa Wonoasih Kota- Probolinggo

Jenis kelamin : Laki-Laki

Hubungan dengan klien : Suami

53
53

3.1.2 Struktur Keluarga


Tabel 3.1 Sturktur Keluarga

Jenis Hubungan
No. Nama Umur Kelamin Dg Klien Pekerjaan Keterangan
Tidak
1. Ny. E 64 Perempuan Klien
bekerja
Suami Tidak
2. Tn. S 69 Laki-Laki klien bekerja

3.1.3 Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi


Tabel 3.2 Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi
Pekerjaan saat ini Tidak Bekerja
Pekerjaan sebelumnya Guru
Sumber pendapatan Dari gaji pension
Kecukupan Pendapatan Cukup

3.1.4 Riwayat Kesehatan


Tabel 3.3 Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama Klien mengatakan badan terasa
lemas pusing dan gula darah
tinggi, sering BAK 10 X dalam
sehari
Riwayat Penyakit
Sekarang
keluhan utama dalam Klien mengatakan badan lemas, kaki
1 tahun kesemutan
Gejala yang dirasakan Klien mengatakan gejala sering
diraskan badan lemas dan kaki
kesemutan dibagian paha hingga
telapak kaki terasa tebal
Factor pencetus Penyakit yang diderita (diabetes
mellitus)
Timbul keluhan Klien mengatakan timbulnya keluhan
badan lemas dan kaki kesemutan
pada pada saat akan melakukan
aktivitas
Upaya Minum obat rutin dari dokter dan
mengatasi kontrol rutin setiap satu bulan sekali
di RS
Riwayat penyakit
dahulu
penyakit yang Klien mengatakan pernah memiliki
54

pernah diderita riwayat hipertensi dan diabetes


mellitus pada awal tahun 2007
Riwayat alergi Klien mengatakan tidak memiliki
riwayat alergi
Riwayat kecelakaan Klien tidak pernah mengalami
kecelakaan
Riwayat pernah Klien mengatakan bahwa pernag
dirawat di RS dirawat di RS pada awal tahun 2007
karena gula darah tinggi 500mgdL
dan pada tahun 2018 karena
hipertensi 200/120mmhg dan gula
darah tinggi 248mg//dL
Riwayat pemakaian Klien mengatakan hingga saat ini
obat masih minum obat rutin pada pagi
hari sebelum makan yaitu glimepiride
dan sesudah makan yaitu metformin
Klien mengatakan bahwa
Riwayat penyakit keluarga keluarganya tidak memiliki riwayat
penyakit turunan, hanya klien saja
yang mengalami penyakit hipertensi
dan diabetes mellitus tersebut.
55

3.1.5 Genogram

Ny. S Tn. B Ny. W Tn. N


70 th 72 th 68 th 69 th

Ny. E Tn. S
64 th 69 th

Tn. E Tn. D Tn. W


45 th 39 th 36 th

Gambar 3.1 Genogram Ny. E


Keterangan Gambar :

: Laki-laki

: Perempuan

: Orang Terdekat

: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

: Tinggal Serumah

: Pasien/ Klien

: Meninggal
56

3.1.6 Lingkungan dan Aktifitas

3.1.1 Tabel 3.4 Lingkungan dan Aktifitas

Riwayat Tempat Tinggal Jumlah orang yang tinggal Klien hanya tinggal berdua
dirumah bersama suaminya
Kebersihan dan kerapian Tempat tinggal yang
ditempati bersih dan rapi
Penerangan / sirkulasi udara Adanya penerangan dan
sirkulasi udara yang cukup
Keadaan kamar mandi dan Keadaan kamar mandi dan
WC WC tampak bersih
Pembuangan air kotor Pembuangan air kotor
melalui saluran pipa yang
menuju ke sungai belakang
rumah
Sumber air minum Klien biasanya membeli
galon aqua untuk air
minum
Pembuangan sampah Klien membuang sampah di
depan rumah untuk di ambil
petugas kebersihan
Sumber Pencemaran Tidak ada sumber
pencemaran
Rekreasi Jika ada waktu senggang
biasanya digunakan untuk
berkumpul dan bersantai
dengan menonton televisi
atau hanya saling bercerita
Pola Fungsi Kesehatan Pola tidur / Istirahat
Pola Eliminasi BAK : Pasien biasanya
BAK 10 x sehari tidak ada
masalah
BAB : Pasien BAB 1 x
sehari saat pagi hari bangun
tidur dan setelah makan
siang. Tidak ada masalah
Pola Nutrisi Makan : Makan 3x sehari
(Nasi, Ikan, Sayur) dengan
porsi satu piring habis
Minum : 7-8 gelas sehari
(air minum)
Kebiasaan yang Klien selalu minum obat
Mempengaruhi setiap hari dan kontrol ke
57

Kesehatan RS 1 bulan sekali


Pola Kognitif Persepsual Penglihatan Klien tidak dapat melihat
dengan jelas atau
penglihatannya sedikit
kabur
Pendengaran Normal, Klien dapat
mendengarkan suara
dengan jelas
Pengecapan Normal, klien mengatakan
masih bisa mengecap
Sensasi / Peraba Normal, klien mengatakan
masih terasa jika diraba
Persepsi diri-pola Gambaran Diri Klien mengatakan
konsep diri bersyukur dan anggota
tubuh yang masih lengkap
Identitas Diri Klien mengatan bersyukur
sebagai perempuan
Peran Diri Klien mengatakan sebagai
ibu dan nenek
Ideal Diri Klien mengatakan
harapannya ingin sehat dan
tidak ingin membebani
anaknya
Harga Diri Klien mengatakan senang
karena merasa diperhatikan
oleh keluarganya ketika
sakit
Pola toleransi-Stres Penyebab Stres Klien mengatakan ingin
koping cepat sembuh dari
penyakitnya
Penanganan Penanganan yang dilakukan
hanya memberi motivasi
dan rajin minum obat
supaya lekas sembuh
Pola seksual Klien mengatakan tidak
melakukan hubungan
seksual karena sudah tua
Pola Hubungan Peran Saat ini klien berperan
sebagai ibu dan nenek. Dan
hubungannya dengan
keluarganya sangat baik.
Pola Keyakinan - Nilai Keyakinan Akan Kesehatan Klien mengatakan bahwa
sakit yang dideritanya saat
58

ini adalah ujian dari Allah


SWT
Keyakinan Spiritual Klien selalu melaksanakan
ibadah 5 waktu dengan
tepat waktu
Sesuatu yang bernilai dalam Klien mengatakan sesuatu
hidupnya yang bernilai dalam
hidupnya adalah keluarga
anak beserta cucu
Persepsi kesehatan dan Klien mengatakan jikaklien
pola managemen atau keluarganya sakit akan
kesehatan segera di bawa ke RS untuk
periksa
Pola Hubungan – Peran Saat ini klien berperan
sebagai ibu dan nenek. Dan
hubungannya dengan
keluarganya sangat baik.

3.1.6 Pengkajian Status Fungsional Kognitif, Afektif, Psikologis dan


Sosial
Tabel 3.5 Pengkajian Status Fungsional Kognitif, Afektif, Psikologis dan Sosial
No Aktivitas Mandiri Tergantung
1 Mandi Mandiri:
Bantuan hanya pada satu bagian mandi
(seperti punggung atau ekstremitas yang
tidak mampu ) atau mandi sendiri
sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian √
tubuh, bantuan masuk dan keluar dari bak
mandi, serta tidak mandi sendiri
2 Berpakaian Mandiri :
Mengambil baju dari lemari,
memakai pakaian, melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau √
hanya sebagian
3 Ke Kamar Kecil Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar
kecil dan menggunakan pispot √
59

4 Berpindah Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk
duduk, bangkit dari kursi sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat
tidur atau kursi, tidak melakukan satu, atau √
lebih perpindahan
5 Kontinen Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total; penggunaan
kateter, pispot, enema dan pembalut √
(pampers)
6 Makan Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari
piring dan menyuapinya, tidak makan sama √
sekali, dan makan
parenteral (NGT)
Keterangan :

Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien Analisis Hasil :

Nilai A: Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ), berpindah,

kekamar kecil, mandi dan berpakaian.

Nilai B: Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut

Nilai C: Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi

tambahan

Nilai D: Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu

fungsi tambahan

Nilai E: Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar

kecil, dan satu fungsi tambahan.

Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar

kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan

Nilai G: Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

Lain – lain : ketergantungan sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat


60

diklasifikasikan sebagai C, D, E, F, G

3.1.7 Pengkajian status kognitif dan afektif

Tabel 3.6 Shorth Portable Mental Status Quesioner (SPMSQ)

No Item Benar Salah


Pertanyaan
1 Jam berapa sekarang ? √
Jawab:…………………………………………………………
2 Tahun berapa sekarang ? √
Jawab:…………………………………………………………
3 Kapan Bapak/Ibu lahir? √
Jawab:………………………………………………………….
4 Berapa umur Bapak/Ibu sekarang ? √
Jawab : ………………………………………………………..
5 Dimana alamat Bapak/Ibu sekarang ? √
Jawab :…………………………………………………………
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama √
Bapak/Ibu?
Jawab :…………………………………………………………
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama Bapak/Ibu √
?
Jawab :………………………………….……………………..
8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia ? √
Jawab : …………………………...……………………………
9 Siapa nama Presiden Republik Indonesia sekarang ? √
Jawab :…………………………………………………………
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 ? √
Jawab :…………………………………………………………
JUMLAH 10

Analisis Hasil :

Skore Salah : 0-2 : Fungsi intelektual Utuh

Skore Salah : 3-4 : Kerusakan intelektual Ringan

Skore Salah : 5-7 : Kerusakan intelektual Sedang

Skore Salah :8-10 : Kerusakan intelektual Berat


61

3.10 Pengkajian status psikologi


Tabel 3.7 Geriatric Depression Scale (Skala Depresi)

No Pertanyaan
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan Anda? Ya
2 Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan Ya
minat/kesenangan anda
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? Tidak
4 Apakah anda sering merasa bosan? Ya
5 Apakah anada mempunyai semangat yang baik setiap Ya
saat?
6 Apakah anda merasa takut sesuatu yang buruk akan Ya
terjadi pada anda?
7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup Ya
anda?
8 Apakah anda merasa sering tidak berdaya? Ya
9 Apakah anda lebih sering dirumah daripada pergi keluar
dan mengerjakan sesuatu hal yangbaru? Tidak
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah Tidak
dengan daya ingat anda dibandingkan kebanyakan
orang?
11 Apakah anda pikir bahwa kehidupan anda sekarang Ya
menyenangkan?
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan Ya
anda saat ini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? Ya
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada Tidak
harapan?
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain, lebih baik Tidak
keadaannya daripada anda?

*) Setiap jawaban yang sesuai mempunyai skor “1 “ ( satu ) : skor 5-


9 kemungkinan depresi. Skor 10 atau lebih : depresi
62

3.1.11 Apgar Keluarga


Tabel 3.8 Apgar Keluarga

Selalu Kadang- Tidak


No. Items penilaian pernah
(2)
(0)
kada
ng
(1)

1 A : Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat kembali
pada keluarga (teman-teman) saya
untuk membantu pada waktu sesuatu √
menyusahkan saya

2 P : Partnership
Saya puas dengan cara keluarga
(teman- teman) saya membicarakan
sesuatu dengan saya dan √
mengungkapkan masalah saya.
3 G : Growth
Saya puas bahwa keluarga (teman-
teman) saya menerima & mendukung
keinginan saya untuk melakukan √
aktifitas atau arah baru.
4 A : Afek
Saya puas dengan cara keluarga
(teman- teman) saya mengekspresikan
afek dan berespon terhadap emosi- √
emosi saya, seperti marah, sedih atau
mencintai.
5 R : Resolve
Saya puas dengan cara teman-teman
saya dan saya menyediakan waktu
bersama- sama mengekspresikan afek √
dan berespon
JUMLAH 2 4

Penilaian :
Nilai : 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai : 4-6 : Disfungsi keluarga sedang
Nilai : 7-10 fungsi keluarga baik
63

3.2 ANALISA DATA

Tabel 3.9 Analisa Data

Data Penunjang Interpretasi data Masalah


DS: Penurunan pemaikain glukosa Ketidakstabilan
Klien mengatakan badan terasa kadar glukosa
lemas, lesuh dan gula darah darah
tinggi, sering BAK 10 x dalam Hiperglikemia
sehari.

DO: Polifagia
Kesadaran : compos mentis
GCS: 4-5-6
TTV: N : 80x/menit Polidipsi
TD : 160/80 mmHg
RR : 18x/menit
CRT : <2 detik Poliura
k/u : lemah
GDA : 284 mg/dL
Ketidakstabilan
kadar glukosa darah
DS: Defesiensi insulin Nyeri akut
Klien mengatakan, nyeri pada
kaki kesemutan dan terasa
tebal. Anablosme proses
P : saat klien bangun tidur
Q : kesemutan
R : daerah kaki (paha hingga Kerusakan pada antibodi
telapak kaki)
T : terjadi sering saat dipaksa
bergerak melakukan aktivitas Kekebalan tubuh

DO :
Kesadaran : compos mentis Neuropati sensori
GCS: 4-5-6
TTV:
N : 80x/menit perifer Nyeri akut
TD : 160/80 mmHg

S:5
GDA : 284 mg/dL
64

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tabel 3.10 Diagnosa Keperawatan

Hari/ No. Diagnosa Keperawatan Tanggal TT


Tanggal Diagnosa Teratasi
10 1 Ketidakstabilan kadar glukosa darah 12 Maret
Maret berhubungan dengan Hiperglikemi 2021
2021
10 2 Nyeri akut berhubungan dengan 12 Maret
Maret Neuropati sensori perfifer 2021
2021
65

3.4 Intervensi Keperawatan

Tabel 3.11 Intervensi Keperawatan

SDKI SLKI SIKI


No.
Kode Diagnosa Kode Luaran Kode Intervensi
1. D.0027 Ketidakstabilan Kadar L.03022 Setelah dilakukan tindakan I.14513 Manajemen Hiperglikemia
Glukosa Darah keperawatan selama 3 x 24 jam kadar Observasi :
berhubungan dengan gula dalam darah stabil, meliputi Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia dengan kriteria hasil : hiperglikemia
Definisi: Variasi Kadar Monitor kadar glukosa darah
Kadar glukosa dalam darah membaik
Glukosa darah Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
dari hiperglikemia 248mg/dL menjadi
naik/turun dari rentang (mis, poliurs, polidipsia, polifagia,
normal 100mg/dL
normal. kelemahan pandangan kabur, sakit
Lelah atau lesu menurun
Penyebab :
Keluhan lapar menurun kepala)
Disfungsi pankreas
Keluhan pusing menurun dari Identifikasi situasi yang menyebabkan
Resistensi insulin
TD : 160/80 mmhg menjadi kebutuhan insulin meningkat (mis,
Gangguan toleransi
120/80mmhg penyakit kambuhan)
glukosa darah
Terapeutik:
Gangguan glukosa darah Berikan asupan cairan oral
puasa
Konsultasi dengan medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
Edukasi:
Anjurkan menghindari olahraga saat
kadar glukosa darah lebih dari 250
mg/dL
Ajarkan pengelolaan diabetes (mis,
penggunaan insulin, obat oral

65
65

2. D.0077 Nyeri akut berhubungan L.08066 Setelah dilakukan tindakan asuhan I.08238 1) Manajemen nyeri
dengan neuropati keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
sensori perifer diharapkan tindakan kesehatan agar (1) Identifikasi lokasi, karakteristik,
nyeri dapat berkurang, meliputi : durasi, frekuensi, kualitas, dan
Tingkat nyeri intensitas nyeri
Keluhan nyeri menurun dari nyeri (2) Identifikasi skala nyeri
berat menjadi nyeri ringan (3) Identifikasi respons nyeri non
Ttv dalam rentan normal verbal
GDA normal dari 248mg/dL (4) Identifikasi factor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
(5) Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
Terapeutik :
(6) Fasilitasi istirahat tidur
(7) Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
(8) Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

66
65

3.5 Implementasi Keperawatan


Tabel 3.12 Implementasi Keperawatan
Diagnosis 10 Maret 2021 11 Maret 2021 12 Maret 2021

Keperawatan Pukul Implementasi Pukul Implementasi Pukul Implementasi

Ketidakstabilan 09.00 WI 1) Membina hubungan 09.00 WIB 1) Memberi salam 09.00 WIB 1) Memberi salam
Kadar saling percaya pada klien
2) Mendiskusikan
Glukosa Darah 2) Menjelaskan kontrak 2) Mendiskusikan cara perawatan
09.05 WI
berhubungan waktu dan tujuan cara perawatan atau pola hidup
dengan pertemuan atau pola hidup yang sehat
hiperglikemia yang sehat untuk untuk klien
3) Menciptakan lingkungan 09.10 WIB klien 09.10 WIB 3) Menganjurkan
yang tenang dan nyaman 3) Menganjurkan klien untuk
4) Menjelaskan kepada klien untuk rutin
09.15 WI klien tentang diabetes rutin mengonsumsi
melitus mengonsumsi obat
5) Mengidentifikasi 09.15 WIB obat 09.15 WIB 4) Menganjurkan
penyebab 4) Mengobservasi klien untuk
hiperglikemia tanda-tanda vital membatasi
09.20 WI 6) Mengobservasi tanda- TD :130/90mmHg aktivitas yang
tanda vital N : 83x/menit terlalu berat
TD : 160/80mmHg 5) Mengobservasi
N : 80x/menit tanda-tanda vital
pemeriksaan gula darah TD : 120/80mmHg
acak: 258 mg/dl N : 82x/menit
Pemeriksaan gula darah
puasa : 284 mg/dl 1) Mengkaji skala nyeri
P : saat klien bangun
tidur

67
68

Nyeri akut 09.00 WI 1) Mengkaji keluhan 09.00 WIB Q : kesemutan 09.00 WIB 1) Mengkaji skala nyeri
berhubungan pasien. Klien R : daerah kaki P : saat klien
dengan mengeluh nyeri pada (paha hingga telapak bangun tidur
Neuropati 09.05 WI kaki kesemutan dan kaki) Q : kesemutan
sensori perfifer terasa tebal S : 4 (nyeri R : daerah kaki (paha
2) Mengkaji nyeri pasien berkurang) T : terjadi hingga telapak kaki)
P : saat klien bangun sering saat dipaksa S : 3 (nyeri
tidur 09.10 WIB bergerak melakukan 09.10 WIB berkurang)
Q : kesemutan aktivitas T : nyeri hilang
R : daerah kaki (paha 2) TTV pasien timbul
09.15 WI hingga telapak kaki) TD :130/90mmHg 2) TTV pasien
S:5 N : 83x/menit TD : 120/80mmHg
T : terjadi sering saat 09.15 WIB RR : 22x/menit 09.15 WIB N : 82x/menit
dipaksa bergerak RR : 22x/menit
melakukan aktivitas 3) Mengajarkan cara
09.20 WI 3) Mengkaji TTV mengontrol atau
pasien TD : mengurangi nyeri
160/80mmHg dengan teknik
N : 80 x/menit nonfarmakologis
RR : 18 x/menit yaitu dengan
kompres air
Menggali pengetahuan hangat dan
dan keyaninan dalam meminta klien
mengontrol atau mempraktekan
mengurangi nyeri ulang sesuai yang
diajarkan

68
69

3.6 Evaluasi Keperawatan


Tabel 3.13 Evaluasi Keperawatan
Diagnosa 10 Maret 2021 11 Maret 2021 12 Maret 2021
Keperawatan
Ketidakstabilan S : Klien mengatakan badan terasa lemas, S : Klien mengatakan masih merasa S : Klien mengatakan tidak ada
Kadar lesuh dan gula darah tinggi, seing BAK 10 lemas , lesuh keluhan
x dalam sehari O:
Glukosa Darah O: 1) Keadaan umum : O:
berhubungan 1) Keadaan umum : Lemah Cukup baik 1) Keadaan umum : Baik
dengan 2) Mukosa bibir : kering 2) GCS : 4-5-6 Composmentis 2) GCS :4-5-6 Composmentis
hiperglikemia 3) GCS :4-5-6 Composmentis 3) Mukosa bibir : lembab 3) Mukosa bibir : lembab
4) TTV : 4) TTV : 4) TTV :
TD : 160/80mmHg TD :130/90mmHg TD : 120/80mmHg
N : 80 x/menit N : 83x/menit N : 82x/menit
5) Kadar glukosa darah acak :
Kadar glukosa darah puasa : 284 mg/dl 258 mg/ dL
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
A : Masalah belum teratasi A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan P : Intervensi dilanjutkan

Nyeri akut S : Klien mengatakan nyeri pada kaki S : Klien mengatakan masih merasa S : Klien mengatakan sudah tidak
berhubungan kesemutan dan terasa tebal nyeri pada kaki kesemutan dan terasa ada keluhan
dengan Neuropati P : saat klien bangun tidur tebal P : saat klien bangun tidur
sensori perfifer Q : kesemutan P : saat klien bangun tidur Q : kesemutan
R : daerah kaki hingga (paha hingga Q : kesemutan R : daerah kaki hingga (paha
telapak kaki) R : daerah kaki hingga (paha hingga hingga telapak kaki)

69
70

T : terjadi sering saat dipaksa bergerak telapak kaki) T : hilang timbul


melakukan aktivitas T : hilang timbul O:
O: 8) Keadaan umum : Baik
O: 1) Keadaan umum : Cukup 9) Skala nyeri 3 ( nyeri
1) Keadaan umum : Lemah 2) GCS :4-5-6 Composmentis berkurang)
2) GCS :4-5-6 Composmentis 3) Skala nyeri 4 ( nyeri 10) Wajah klien tampak rileks
3) Skala nyeri 5 berkurang) 11) Klien tampak tidak gelisah
4) Wajah klien tampak meringis saat 4) Wajah klien tampak sedikit lagi
menahan nyeri rileks 12) TTV :
5) Klien tampak gelisah 5) Klien tampak gelisah TD : 120/80mmHg
6) Klien tampak memijat bagian yang 6) Klien tampak mengkompres N : 82x/menit
nyeri bagian yang nyeri RR : 22x/menit
7) Klien berusaha melindungi bagian 7) TTV :
yang nyeri ketika akan disentuh oleh
TD :130/90mmHg
orang lain TTV : A : Masalah teratasi
N : 83x/menit
TD : 160/80mmHg P : Intervensi dihentikan
RR : 22x/menit
N : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

70
BAB 4

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan

yang terjadi antara tinjauan pustaka dalam asuhan keperawatan pada pasien

dengan diagnosa Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah di Desa Wonoasih Kota

Probolinggo yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

4.1 Pengkajian

Fakta yang didapatkan pada pengkajian tersebut adalah Ny. E berusia 64

tahun, berjenis kelamin perempuan dan pekerjaan sebegai purna

tugas/pensiun guru. Pada tinjauan pustaka disebutkan bahwa Penyakit

Diabetes Mellitus sering muncul setelah seseorang memasuki usia 45

tahun terlebih pada orang dengan berat badan berlebih (Sukarmin &Riyadi

, 2013).

Pada tinjauan kasus didapatkan data pasien mengeluh badan terasa

lemas, pusing, dan gula darah tinggi, kesemutan pada kaki, dengan pola

diet yang tidak terkontrol, jumlah urin meningkat sering BAK 10 x dalam

sehari dengan pola diet yang tidak terkontrol sehingga menyebabkan kadar

gula dalam darah meningkat mencapai 284mg/dL. Pada tinjauan pustaka

disebutkan pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 bertambah dengan

pertambahan usia (jumlah sel β yang produktif berkurang seiring

pertambahan usia). Pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang

mengalami hiperglikemi dapat disebabkan karena Keluhan dominan yang

71
72

dialami klien adalah munculnya gejala sering buang air kecil

(poliuria), sering merasa lapar dan haus (polifagi dan polidipsi), rasa

kesemutan pada kaki, penglihatan semakin kabur, cepat merasa mengantuk

dan mudah lelah,serta sebelumya klien mempunyai berat badan berlebih

(Riyadi dan Sukarmin, 2013) Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang

ditujukkan dalam aktivitas sehari-hari. Makanan cepat saji (junk food),

kurangnya berolahraga dan minum-minuman yang bersoda merupakan

faktor pemicu terjadinya diabetes melitus tipe 2. Penderita DM

diakibatkan oleh pola makan yang tidak sehat dikarenakan pasien kurang

pengetahuan tentang bagaimanan pola makan yang baik dimana mereka

mengkonsumsi makanan yang mempunyai karbohidrat dan sumber

glukosa secara berlebihan, kemudian kadar glukosa darah menjadi naik.

Pada pengkajian identitas didapatkan bahwa klien Ny. E tidak

terdapat kesenjangan antara fakta dan teori dimana kadar glukosa Ny. E

melebihi rentang normal, dengan pola diet yang tidak terkontrol sehingga

menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat mencapai 284mg/dL Ny.

E mengalami mudah lelah, letih, lesu, kaki kesemutan, dan jumlah urin

meningkat.

Pada tinjauan kasus disebutkan Ny.E memiliki riwayat penyakit

hipertensi dan diabetes mellitus karena gula darah tinggi. Pada tinjauan

pustaka disebutkan bahwa Kadar gula darah yang terlalu tinggi dalam

darah dapat menyebabkan terbentuknya sumbatan dan deposit lemak di

pembuluh darah. Ketika pembuluh darah tersumbat, suplai oksigen dan


73

darah ke otak akan terganggu sehingga terjadilah penyakit stroke.

Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak

bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi

insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang

pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat

produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi insulin

(reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi

dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut SDKI

(2016), ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut:

1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b/d Hiperglikemia

2. Risiko Perfusi Perifer tidak Efektif b/d Hipertensi

3. Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorsi nutrien

4. Nyeri Akut b/d neuropati sensori perifer

Diagnosa yang muncul pada Ny. E :

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan Hiperglikemi

2. Nyeri akut berhubungan dengan Neuropati sensori perfifer

Diagnosa yang tidak muncul pada Ny. E :

1. Risiko Perfusi Perifer tidak Efektif b/d Hipertensi

2. Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorsi nutrien

Diagnosa yang tidak muncul semua tidak sesuai dengan teori karena

batasan karakteristik pada pengkajian tidak ada yang mendukung.


74

4.3 Intervensi Keperawatan

pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesamaan secara umum,

namun masing-masing intervensi tetap mengacu pada sasaran, data dan kriteria

hasil yang telah ditetapkan. Berikut intervensi yang telah disusun sesuai SDKI

(2016), SLKI dan SIKI (2018) dengan menyesuaikan tinjauan kasus, yaitu :

1.5.2 Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan

hiperglikemia

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kadar

gula dalam darah stabil, dengan tindakan keperawatan yang telah

direncanakan sesuai dengan SDKI (2016), SLKI dan SIKI (2018).

Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia (Pola diet yang

tidak teratur, mengalami stress dengan penyakit yan diderita),

monitor kadar glukosa darah dengan hasil (284mg/dL) monitor

tanda dan gejala hiperglikemia ( mudah lelah, letih, lesu, kaki

kesemutan, sering buang air kecil 10x sehari) . Identifikasi

kemungkinan penyebab hiperglikemia monitor kadar glukosa darah

monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis, poliurs, polidipsia,

polifagia, kelemahan kaki kesemutan) SIKI (2018). Pada kasus ini

tidak didapatkan kesenjangan antara fakta dan teori dikarenakan

pada intervensi keperawatan untuk tinjuan kasus dilakukan sesuai

dengan teori.

4.3.2 Nyeri akut berhubungan dengan neuropati sensori perifer

Dilakukan intervensi selama 3x 24 jam, diharapkan tingkat nyeri menurun

dengan tindakan keperawatan yang telah direncanakan, sebagai berikut : 1)

74
75

identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri, 2)

observasitanda-tanda vital, 3) identifikasi skala nyeri, 4) identifikasi

pengetahuan dan keyaninan tentangnyeri, 5) ajarkan terapi non farmakologis

untuk mengurangi nyeri (kompres hangat, dan relaksasi napas dalam).

Pada kasus ini tidak didapatkan kesenjangan antara fakta dan teori

dikarenakan pada intervensi keperawatan untuk tinjuan kasus dilakukan

sesuai dengan teori.

4.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi pada tinjauan pustaka hanya membahas teori asuhan

keperawatan dan pada tinjauan kasus implementasi tersebut diwujudkan

langsung pada klien disertai pendokumentasian tindakan dari intervensi

keperawatan.

2.5.2 Pada diagnosa keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah

berhubungan dengan hiperglikemia semua intervensi keperawatan

telah dilakukan selama 3 hari meliputi tindakan keperawatan seperti :

identifikasi penyebab hiperglikemia, pemeriksaan kadar glukosa darah

puasa 284mg/dL, memonitor tanda tanda vital TD : 160/80mmhg, N :

80 x/menit, RR : 20 x/menit, S: 36,5 C. Monitor tanda dan gejala

hiperglikemia (mis poliuris, polidipsia, polifagia, kelemahan)

dibuktikan dengan keluhan Ny. E mengatakan nadan terasa lemas,

lesuh, sering BAK 10 x dalam sehari. Pada diagnosa ketidakstabilan

kadar glukosa darah semua intervensi yang telah disusun dilakukan

semua pada tindakan keperawatan sehingga tidak ditemukan

kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.


76

3.5.2 Nyeri akut berhubungan dengan neuropati sensori perifer

Pada diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan neuropati sensori

perifersemua intervensi keperawatan telah dilakukan selama 3 hari

meliputi tindakan keperawatan seperti :i dentifikasi lokasi nyeri (daerah

kaki paha hingga telapak kaki) karateristik nyeri (kesemutan), frekuensi

nyeri (hilang timbul), skala nyeri (5), faktor yang memperberat dan

memperingan nyeri (nyeri timbul jika melakukan aktivitas yang berat),

memonitor TTV (TD : 160/80mmHg, S : 36,6 0C, N : 80x/menit, RR :

18x/menit, berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri

(mengkompres dengan air hangat),periode (hilang timbul), dan pemicu

nyeri (melakukan aktivitas berat), jelaskan strategi meredakan nyeri

(teknik massage/memijat, kompres hangat). Tindakan keperawatan

yang dilakukan merupakan pengaplikasian intervensi yang telah

disusun sebelumnya. Pada diagnosa nyeri akut semua intervensi yang

telah disusun dilakukan semua pada tindakan keperawatan sehingga

tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan

kasus.

4.5 Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan implementasi selama 3 kali kunjungan rumah,

didapatkan catatan perkembanagan pada evaluasi hari terakhir sebagai

berikut :

4.5.2 ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan

hiperglikemia
77

Evaluasi pada Ny.E didapatkan data subjektif : klien mengatakan

sudah tidak merasakan lemas, lesu, Data objektif : keadaan umum

baik, mukosa bibir lembab, TTV : TD: 120/80mmhg, N :

82x/menit, RR : 22 x/menit, S : 36,5 C kadar glukosa darah puasa :

180mg/dL. Setelah dilakukan tindakan sesuai dengan intervensi

dan kriteria hasil yang telah disusun sebelumnya, masalah

keperawatan pada diagnosa ini dapat teratasi.

5.5.2 Nyeri akut berhubungandenganneuropati sensori perifer

Evaluasi pada Ny.E didapatkan data subjektif : klien mengatakan

kesemutan pada kaki sudah jarang timbul. Data objektif : klien

tampak rileks, klien sudah tidak tampak gelisah, skala nyeri 3.

Setelah dilakukan tindakan sesuai dengan intervensi dan kriteria

hasil yang telah disusun sebelumnya, masalah keperawatan pada

diagnosa ini dapat teratasi. Sesuai dengan luaran yang telah

ditetapkan yaitu keluhan nyeri menurun (sebelumnya skala nyeri

klien 5 lalu setelah dilakukan tindakan keperawatan menurun

menjadi 3), meringis menurun (sebelumnya klien tampak meringis

setelah dilakukan tindakan keperawatan menjadi lebih rileks),

gelisah menurun, (sebelumnya pasien merasa nyeri pada kaki,

kesemutan, dan terasa tebal saat dipaksa bergerak melakukan

aktivitas setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak

merasa nyeri ketika kakinya disentuh).Hasil evaluasi pada Ny.E

sudah sesuai dengan harapan masalah teratasi.


BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari hasil uraian yang telah diuraikan tentang asuhan keperawatan pada klien

dengan masalah keperawatan Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah di Desa

Wonoasih Kota Probolinggo maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut:

5.1.1 Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan keluhan Ny. E dengan

pola diet yag tidak terkontrol seingga menyebabkan kadar gula dalam

darah meningkat mencapai 284mg/dL badan lemas, lesuh dan gula

darah tinggi intensitas kencing meningkat terutama malam hari.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan prioritas pada kasus ini yaitu

ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia

yang ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi

5.1.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi yang dilakukan antara lain identifikasi penyebab

hiperglikemi memonitor TTV, kolaborasi pemberian analgetik,

memberi asupan cairan oral (glimepiride dan sesudah makan yaitu

metformin) edukasi menghindari olahraga saat kadar glukosa darah

lebih dari 250 mg/dL.

78
80

5.1.5 implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang

disusun.

5.1.5 Evaluasi Keperawatan

Dari hasil evaluasi disimpulkan ketidakstabilan kadar glukosa

darah berhubungan dengan hiperglikemia teratasi dengan klien

mengatakan sudah tidak merasakan lemas, lesu kadar glukosa darah

puasa : 180mg/dL.

5.2 Saran

Penulis memberikan saran sebagai berikut :

5.2.1 Bagi Mahasiswa

Supaya bisa menjadi reverensi dalam membuat Karya Tulis Ilmiah

dan penyuluhan kepada masyarakat bagi mahasiswa keperawatan

dalam memperluas wawasan mengenai pasien dengan Diabetes

Melitus dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang luas,

mahasiswa akan mampu mengembangkan diri dalam masyarakat dan

memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai

Diabetes Melitus , dan faktor-faktor pencetusnya serta bagaimana

pencegahan untuk diabetes melitus tersebut

5.2.2 Bagi institusi

Sebagai peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa

untuk studi kasus agar dapat menerapkan asuhan keperawatan pada

pasien diabetes melitus


81

5.2.3 Bagi klien dan keluarga


Sebagai pedoman untuk merawat anggota keluarga yang

mengalami diabetes melitus agar mendapatkan penanganan yang

tepat.

5.2.4 Bagi Penulis Selanjutnya

Diharapkan penulis selanjutnya dapat melakukan studi kasus

yang lebih mendalam dengan waktu yang lebih lama dan melakukan

implementasi keperawatan sesuai dengan standar operasional prosedur

yang telah ditetapkan.


81

DAFTAR PUSTAKA

(Riskesdas), R. K. (2018). Dipetik februari 10, 2021, dari


http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop
_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf
Bryer, M. (2016). 100 tanya jawab mengenai Diabetes . Jakarta : indeks .
Hasdianah. (2012). Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak
Anak Dengan Solusi Herbal . Yogyakarta: Nuha Medika.
Jauhar, T. B. (2013). Asuhan Keperawatan : Panduan lengkap menajdi Perawat
Profesional jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Kusnanto. (2013). pengantar profesi dan praktik keperawatan profesional .
Jakarta : EGC.
Mulyati. (t.thn.). Hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) Dengan Kadar Gula Darah
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 . Gizi Universitas muhammadiyah .
Muttaqin. (2012). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan . Jakarta:
Salemba Medika.
Nugroho. (2015). Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. jakarta : EGC.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Dianostik . jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan . jakarta : DPP PPNI .
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisidan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
RI, K. K. (2017). Rencana Strategi Kementrian . Jakarta : Kementrian Kesehatan.
RI, K. K. (2018). depkes. Dipetik februari 12, 2021, dari http://www.depkes.go.id
Riyadi, S. d. (2015). Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan Gangguan
Eksokrin dan Endrokin pada Pankreas . Yogyakarta : Graha Ilmu.
Susilawati. (2016). Gizi dalam Daur Kehidupan . Bandung : Refika Aditama.
Tandra, H. (2017). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes .
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama (21-6) .
83

Lampiran 1

YAYASAN KERTA CENDEKIA POLITEKNIK


KESEHATAN KERTA CENDEKIA
Jalan Lingkar Timur, Rangkah Kidul, Sidoarjo 61232
Telepon: 031-8961496; Faximile : 031-8961497 Email
: akper.kertacendekia@gmail.com
Sidoarjo, 19 Maret 2021
No. Surat : 230/BAAK/III/2021
Perihal : Surat Pengantar Studi Penelitian

Kepada Yth.
Kepala Desa Wonoasih
Kel. Pakistaji Kec.
Wonoasih Kota
Probolinggo di
Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan kegiatan penyusunan Karya Tulis Ilmiah mahasiswa Politeknik
Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo Tahun Akademik 2020/2021. Bersama surat ini
kami mohon Kepala Desa Wonoasih Kel. Pakistaji Kec. Wonoasih Kota Probolinggo
mengijinkan mahasiswa kami untuk megambil data dasar di tempat tersebut. Berikut
adalah informasi mahasiswa kami.
Nama Mahasiswa : Natasya Lady Cerella
NIM : 1801077
Alamat :
Perumahan Pakistaji Asri, Blok L-17 RT 002 RW 007
Kel. Pakist Wonoasih Kota Probolinggo
Tempat Tanggal Lahir : Probolinggo, 23 Februari 2000
No. Hp : 081335897693
Judul KTI :
Asuhan keperawatan lansia Diabetes Mellitus dengan
masalah keperawatan Ketidakstabilan Kadar Glukosa
di Desa Wonoasih Kota Probolinggo
Demikian surat permohonan ini kami sampaikan semoga sudikiranya
memperhatikan untuk dipertimbangkan. Atas perhatian dan kerjasamanya kami
sampaikan terima kasih.

Mengetahui,
84

Lampiran 2

INFORMED CONSENT

Judul : “Asuhan Keperawatan Pada Ny. E dengan Ketidakstabilan


Kadar Glukosa pada Diagnosa Medis Diabetes Mellitus Di Kelurahan
Wonoasih Kota Probolinggo”
Tanggal :

Sebelum tanda tangan dibawah, saya telah mendapatkan informasi tentang

tugas pengambilan studi kasus ini dengan jelas dari mahasiswi Natasya Lady

Cerella proses pengambilan studi kasus ini dan saya mengerti semua yang telah

dijelaskan tersebut.

Saya setuju untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan studi kasus ini

dan saya telah menerima salinan dari form ini.

Saya, Nona/Nyonya/Tuan ……………….., dengan ini saya memberikan

kesediaan setelah mengerti semua yang telah dijelaskan oleh peneliti terkait

dengan proses pengambilan studi kasus ini dengan baik. Semua data dan

informasi dari saya sebagai partisipan hanya akan digunakan untuk tujuan dari

studi kasus ini.

Tanda tangan partisipan Tanda tangan sanksi

(……………………………) (…………………………)

Tanda tangan peneliti

(…………………………)
85

Lampiran 3

LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING 1

Nama : Natasya Lady Cerella


NIM 1801077
Dosen Pembimbing : 1. Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep. Ns, M.Kep
No. Tanggal Pembimbing Uraian Tanda tangan
konsultasi
1 21 januari Dini Prastyo Wijayanti, Konsul Judul
2021 S.Kep. Ns, M.Kep
Acc Judul
2 27 Januari Dini Prastyo Wijayanti, Konsul BAB 1
2021 S.Kep. Ns, M.Kep
3 30 Januari Dini Prastyo Wijayanti, Revisi BAB 1
2021 S.Kep. Ns, M.Kep
4 31 Januari Dini Prastyo Wijayanti, Revisi BAB 1
2021 S.Kep. Ns, M.Kep
5 10 Februari Dini Prastyo Wijayanti, Revisi BAB 1
2021 S.Kep. Ns, M.Kep
Konsul BAB 2
6 11 Februari Dini Prastyo Wijayanti, Acc BAB 1
2021 S.Kep. Ns, M.Kep
Revisi BAB 2
7 15 Februari Dini Prastyo Wijayanti, Revisi BAB 2
2021 S.Kep. Ns, M.Kep
8 25 Maret Dini Prastyo Wijayanti, Revisi BAB 2
2021 S.Kep. Ns, M.Kep
Konsul BAB 3

9 26 Maret Dini Prastyo Wijayanti, Revisi BAB 3


2021 S.Kep. Ns, M.Kep
10 21 Mei 2021 Dini Prastyo Wijayanti, Revisi BAB 3
S.Kep. Ns, M.Kep
11 22 Mei 2021 Dini Prastyo Wijayanti, Konsul BAB 4
86

S.Kep. Ns, M.Kep Konsul BAB 5

12 23 Mei 2021 Dini Prastyo Wijayanti, Revisi BAB 4-5


S.Kep. Ns, M.Kep

Dini Prastyo Wijayanti,


13. 24 Mei 2021 ACC KTI
S.Kep. Ns, M.Kep
87

Lampiran 4

LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING 2

Nama : Natasya Lady Cerella


NIM 1801077
Dosen Pembimbing :2 Erik Kusuma, S. Kep.Ns, M. Kes
No. Tanggal Pembimbing Uraian Tanda tangan
konsultasi
1. 21 januari Erik Kusuma, S. Konsul Judul
2021 Kep.Ns, M. Kes
Acc Judul
2. 27 Januari Erik Kusuma, S. Konsul BAB 1
2021 Kep.Ns, M. Kes
3. 30 Januari Erik Kusuma, S. Revisi BAB 1
2021 Kep.Ns, M. Kes
4. 31 Januari Erik Kusuma, S. Revisi BAB 1
2021 Kep.Ns, M. Kes
5. 10 Februari Erik Kusuma, S. Revisi BAB 1
2021 Kep.Ns, M. Kes
Konsul BAB 2
6. 11 Februari Erik Kusuma, S. Acc BAB 1
2021 Kep.Ns, M. Kes
Revisi BAB 2
7. 15 Februari Erik Kusuma, S. Revisi BAB 2
2021 Kep.Ns, M. Kes
8. 25 Maret Erik Kusuma, S. Revisi BAB 2
2021 Kep.Ns, M. Kes
Konsul BAB 3

9. 26 Maret Erik Kusuma, S. Revisi BAB 3


2021 Kep.Ns, M. Kes
10. 21 Mei 2021 Erik Kusuma, S. Revisi BAB 4-5
Kep.Ns, M. Kes
11. 22 Mei 2021 Erik Kusuma, S. Konsul BAB 4
Kep.Ns, M. Kes
88

Konsul BAB 5
12. 23 Mei 2021 Erik Kusuma, S. ACC KTI
Kep.Ns, M. Kes

Anda mungkin juga menyukai