Anda di halaman 1dari 2

Narapidana menandatangani Akta Notaris

Terpidana di lembaga pemasyarakatan cakap bertindak dalam hukum dengan menandatangani


atau menjadi akta di hadapan notaris. Kecakapan bertindak dalam hukum sebagaimana pasal 1330
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak ada menyebut bahwa orang yang ada dalam lembaga
pemasyarakatan menjalani sanksi pidana dinyatakan tidak cakap bertindak dalam hukum,
sebagaimana ditentukan dalam pasal 1 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, bahwa tiada
suatu hukuman pun yang mengakibatkan kematian perdata, atau hilangnya segala hak kewargaan.
Secara keperdataan masih ada peluang-peluang atau dimungkinkan bagi narapidana untuk
memberikan kesaksian, ataupun menandatangani akta Notaris di Lapas. Bisa saja Notaris yang datang
ke Lapas atau tahanan bisa keluar menghadap Notaris. Tapi tentu saja hal itu tidak serta merta atau
sembarangan karena mesti ada syarat-syarat penuh dari Lembaga Pemasyarakatan. Karena memang
status tahanan itu, secara fisik itu menjadi kewenangan penuh Lembaga Pemasyarakatan, tapi secara
yuridis itu merupakan kewenangan yang menangani. Maka untuk itu harus ada ijin khusus jika
sekiranya diminta menjadi saksi atau menandatanagni akta Notaris.
UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan pada pasal 17 ayat 4 – 6, menjelaskan bahwa
narapidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dibawa ke luar Lapas untuk kepentingan
penyerahan berkas perkara,  rekonstruksi atau pemeriksaan disidang pengadilan. Dalam hal terdapat
keperluan lain di luar keperluan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) Narapidana hanya dapat
dibawa ke luar Lapas setelah mendapat izin tertulis dari Direktur Jenderal Pemasyarakatan.
Adapun jangka waktu Narapidana dapat dibawa ke luar Lapas sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) KEP. DIRJEN PAS No. PAS-36-OT.02.02 Tahun 2020 Tanggal 18 Desember 2020 Tentang
Standar Pelayanan Pemasyarakatan Hal. 195, kepada narapidana dapat diberikan layanan izin luar
biasa, dengan cara mengajukan permohonan tertulis melalui narapidana tersebut, keluarga ataupun
kuasa hukum. Izin luar biasa (ILB) dimaksud dalam hal; adanya keluarga yang sakit keras atau
meninggal dunia, menjadi wali nikah untuk anak kandung atau membagi warisan.
Penandatangan Akta
Notaris mempunyai kewenangan dalam meminta tandatangan dan menandatangani akta yang
dibuat dihadapannya, hal ini diatur dalam Pasal 18 ayat (1) dan (2), Undang‐Undang  Jabatan
Notaris   yang berbunyi :
1. Notaris mempunyai tempat kedudukan didaerah kabupaten atau kota.
2. Notaris mempunyai wilayah jabatan meliputi seluruh wilayah provinsi dari tempat
kedudukannya.
Kemudian apabila melihat kembali pada Undang‐Undang jabatan Notaris tersebut didalam pasal
19 ayat (2), yang berbunyi : ‘’Notaris tidak berwenang secara teratur menjalankan jabatannya
diluar kewenangannya itu’’.   
Yang menjadi dasar seorang penghadap diperbolehkan menandatangani suatu akta notaris :
Seorang penghadap dan saksi‐saksi diperbolehkan menandatangani akta notaris sebagai berikut :
1. Penghadap harus memenuhi syarat
a. Paling sedikit penghadap harus berumur 18 (delapanbelas) tahun atau telah menikah
b. Kecakapan melakukan perbuatan hukum
2. Saksi‐saksi harus memenuhi syarat :
a. Paling sedikit saksi berumur 18 (delapan belas) tahun, atau telah menikah.
b. Cakap melakukan perbuatan hukum.
c. Dapat membubuhkan tanda tangan dan paraf.
d. Tidak mempunyai hubungan perkawinan dan hubungan darah dalam garis lurus keatas
dan kebawah tanpa adanya pembatasan derajat ketiga dengan notaries atau para pihak
Keabsahan Akta Notaris yang ditandatangani pidana di Lembaga Pemasyarakatan
Kecakapan hukum seorang terpidana yang berada di lembaga pemasyarakatan menandatangani
akta notaris, bahwa terpidana yang menjalani pemidanaan di lembaga pemasyarakatan cakap
bertindak dalam hukum dengan menandatangani atau menjadi akta di hadapan notaris. Terpidana
berbeda dengan tersangka, meskipun sama-sama tersangkut dalam perkara pidana. Terpidana
menjalani sanksi pidana setelah mendapat putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum
tetap..
Keabsahan akta notaris yang ditandatangi terpidana di dalam lembaga pemasyarakatan, bahwa
akta otentik yang ditandatangani penghadap, saksi dan kemudian notaris, ketika salah satu penghadap
atau saksi sebagai terpidana dan menjalani pidana di lembaga pemasyarakatan tetap sah dan
mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta otentik, selama penandatanganan akta di luar kantor
notaris tersebut tidak dilakukan oleh notaris secara berturut-turut dengan tetap menjalankan jabatan di
luar tempat kedudukannya. Apabila penandatanganan yang demikian dilakukan secara berturut-turut,
maka notaris dapat dikenakan sanksi baik dalam UUJN maupun dalam Kode Etik Notaris.
Persyaratan Penandatangan Akta oleh Narapidana
1. Dilakukan dihadapan Notaris
2. Terdapat min 2 saksi
3. Akta dibacakan oleh Notaris
4. Sesuai dengan wilayah kerja Notaris
Catatan :
 Seorang narapidana yg ingin menandatangani akta notaris tersebut tidak dicabut hak
keperdataannya oleh putusan Pengadilan
 Penandatangan akta tidak dilakukan secara berturut turut di luar Kantor Notaris
 Notaris juga haru mempertimbangkan aspek dari pihak yang akan menandatangani akta yang
dibuatnya, apakah pihak tersebut dalam keadaan sehat, tidak tertekan, maupun tidak ada
paksaan dari siapapun untuk menandatangani akta tersebut

Anda mungkin juga menyukai