Anda di halaman 1dari 4

WNA dan WNI membuat Wasiat

Seorang WNA boleh membuat wasiat di Indonesia tentang hartanya yang ada di Indonesia.
Karena pembuatan wasiat didasarkan pada letak dimana harta tersebut berada. Artinya, dalam hal
kepemilikan asset di luar negeri, maka yg berwenang untuk wasiat dimana asset tersebut berada
adalah Notaris/pejabat yg ditunjuk dengan mekanisme sesuai aturan yg berlaku di negara tersebut.
Jadi, walaupun pembuat wasiat adalah seorang WNA apabila memiliki asset di Indonesia maka
pembuatan wasiat dilakukan di Indonesia, begitupun sebaliknya seorang WNI apabila memiliki asset
di luar negeri maka yg berwenang untuk membuatkan wasiatnya adalah Notaris/pejabat yg berwenan
di Negara tempat asset tersebut berada sesuai hukum yang berlaku di sana, bukan Notaris Indonesia
(Pasal 945 KUHP)

 WNA membuat wasiat


Berdasarkan ex Pasal 4 Staatsblad tahun 1924/559, seorang WNA hanya boleh membuat wasiat
dalam bentuk wasiat umum (Openbaar Testament) yang dibuat di hadapan Notaris dengan dihadiri 2
orang saksi. Ini berate WNA yang bersangkutan (dan pada waktunya nanti executer testamentairnya)
akan memegang dan menemukan salinan akta wasiat yang pernah dibuatnya di Indonesia dalam
boedel warisannya. Pada titik ini terserah pada sang executer testaimentair apakah WNA tersebut
akan melaksanakan wasiat yang akan dibuat di Indonesia atau tidak

Prosedur dan Tata Cara Pembuatan Wasiat oleh WNA


Seperti halnya kewajiban Notaris, dalam pembuatan wasiat untuk WNI, maka berdasarkan Pasal
16 UUJN No.3 Tahun 2004, berikut prosedur dan tata cara pembuatan wasiat oleh WNA :
1. Pemberi wasiat dan/atau kuasanya hadir di hadapan Notaris untuk membuat wasiat dan
menyampaikan apa yang mejadi kehendak terakhirnya.
2. Notaris yg ditunjuk berkewajiban untuk melaporkan pembuatan wasiat di Kemenkumham,
wasiat dilaporkan berupa data laporan Notaris saja, tanpa mencantumkan isi wasiat dari
wasiat tersebut.
3. Setelah didaftarkan di Kemenkumham, maka instansi tersebut akan mendaftarkan pada
Departemen Perwakilan Wilayah sesuai dengan ex peraturan CTR. Adapun kewajiban dari
Subdit Harta Peninggalan adalah menmberikan keterangan kepada pihak yang akan membagi
warisan.
Adapun hak warisan tidak akan keluar sebelum ada keterangan dari Ditjen AHU. Lingkup tugas
pusat data wasiat senagai landasan bagi orang yang akan membagi harta warisan. Hal ini akan
menjadi dasar terhadap pembagian warisan.

Bagaimana bila WNA tersebut meninggal dunia dan ahli warisnya menduga WNA tersebut
pernah membuat wasiat di Indonesia ?
Ahli waris WNA bisa menanyakan ke Departemen Perwakilan Depkumham mengenai eksistensi
wasiatnya sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia. Salah satu persyaratannya adalah adanya
Surat Keterangan Waris / Penetapan Ahli Waris.
Sesuai dengan Pasal 16 AB (Algemen Bepalingen van Wetgeving) yang secara teoritis masih
berlaku di Indonesia adalah merupakan asas dari Hukum Perdata Indonesia (HPI) yang membahas
suatu hubungan bidang hukum perdata (antar pribadi) yang mengandung unsur asing, namun para
pihak yang terkait tunduk pada hukum nasionalnya masing masing HPI meliputi hukum sebagai
berikut :
1. Hukum Pribadi; status personal, kewarganegaraan, domisili, pribadi hukum.
2. Hukum Harta Kekayaan; harta kekayaan materiil, immateril, perikatan
3. Hukum Kelurga; perkawinan, hubungan Orang tua dan anak, adopsi, perceraian, harta
perkawinan
4. Hukum Waris; pewaris, ahli waris dan obyek hukum waris
Jadi, sesuai dengan HPI, pembuatan surat keterangan waris mengikuti hukum perdata yang
berlaku bagi WNA di negara asalnya. Misalkan WNA tersebut ada berkewarganegaraan Amerika
maka yang akan membuatkan surat keterangan warisnya adalah pejabat yang berwenang untuk hal itu
di negara Amerika.
Pembuatan Wasiat di Luar Negeri
Sebagaimana yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), bahwa
jka seorang warga negara Indonesia (WNI) membuat wasiat atau testamen di luar negeri, harus
mengikuti aturan sebagaimana yang tercantu dalam Pasal 945 KUHPerdata. Pembuatan testamen
diatur dalam Pasal 945 KUH Perdata berikut. "Seorang Warga Negara Indonesia yang berada di
negeri asing tidak diperbolehkan membuat surat wasiat, melainkan dengan akta autentik dan dengan
mengindahkan tertib cara yang lazim, di negri dimana surat wasiat itu dibuatnya".
Dari bunyi pasal 945 KUHPerdata tersebut, mengindikasikan bahwa wasiat yang dibuat oleh
warga negara Indonesia diluar negeri, pada dasarnya tidak memiliki kekuatan hukum, karena dalam
pembuatan wasiat harus disertai dengan akta yang bersifat otentik, yang ditetapkan oleh yang
berkompeten, dalam hal ini seorang Notaris sesuai perundangundangan Indonesia. Aturan tersebut
menyatakan bahwa surat wasiat yang dibuat oleh WNI di luar negeri wajib mengikuti aturan formil
mengenai pembuatan surat wasiat di negara dimana surat wasiat dibuat. Akan tetapi, isi dari surat
wasiat yang dibuat tunduk pada hukum nasional si pembuat wasiat (Pewaris).
Walaupun demikian, dimungkinkan juga bahwa keabsahan dalam hal pembuatan wasiat dapat
dilakukan oleh Konsul RI di negara dimana testamen itu di buat. Jadi, di manapun tempat diluar
negeri, asalkan terdapat konsul Republik Indonesia, maka konsul tersebut bisa melaksanakan
perbuatan yang biasa dilakukan seorang notaris di Indonesia. Selain itu dapat dilakukan dengan cara
pembuatan Surat Keterangan Hak Mewaris (SKHM) atas pembuatan wasiat yang dibuat di luar
negeri, oleh warga negara Indonesia, dan kemudian akan dilaksanakan di Indonesia. Notaris
membuat SKHM berdasarkan surat pemberitahuan dari Pusat Daftar Wasiat Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Kemenkumham RI).
Seorang warga negara Indonesia yang berada diluar negeri dapat juga membuat surat wasiat
(testamen) dibawah tangan membuat sesuatu ketetapan atas dasar dan cara seperti diatur dalam Pasal
935 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa : Dengan sepucuk surat di bawah tangan yang
seluruhnya ditulis, diberi tanggal dan ditandatangani oleh pewaris, dapat ditetapkan wasiat, tanpa
formalitas-formalitas lebih lanjut tetapi semata-mata hanya untuk pengangkatan para pelaksana untuk
penguburan, untuk hibah-hibah wasiat tentang pakaian-pakaian, perhiasan-perhiasan badan tertentu,
dan perkakas- perkakas khusus rumah.
Oleh karena itu wasiat yang dilakukan dengan lisan (bukan dengan akta) yang diucapkan di depan
orang lain dapat dikatakan bahwa perbuatan wasiat tersebut adalah sah, karena wasiat tersebut sudah
memenuhi unsurunsur dari wasiat itu sendiri, yaitu unsur formil dan materil, hanya unsur formilnya
di lakukan dengan cara yang sederhana. Sedangkan cara tersebut dalam tataran hukum pembuktian
cukup untuk dijadikan sebagai alat bukti tentang adanya perbuatan wasiat karena adanya pernyataan
yang jelas dari orang yang menyaksikan wasiat tersebut.
Surat wasiat yang dibuat di luar negeri yang dibuat di bawah tangan yang ditandatangani oleh
pewasiat dan tidak diserahkan kepada notaris juga memiliki pembuktian yang otentik dan sempurna
sepanjang ahli waris pewasiat tidak menyangkal surat wasiat tersebut. Karena surat wasiat yang
dibuat di bawah tangan sudah memenuhi persyaratan sebagai alat bukti, yaitu sengaja dibuat untuk
alat bukti dan ditandatangani oleh pewasiat. Selain itu tidak semua ahli waris mempunyai niat yang
buruk terhadap harta peninggalan pewasiat terlebih lagi mereka yang tahu akan hak dan kewajiban
sebagai seorang ahli waris.
Dapat dikatakan bahwa ketentuan undangundang yang mewajibkan surat wasiat harus diserahkan
kepada notaris bukan sesuatu yang wajib untuk dilaksanakan, tetapi merupakan suatu pilihan bagi
mereka yang hendak berwasiat, dengan konsekuensi surat wasiat yang diserahkan kepada notaris
akan lebih terjamin dibandingkan dengan surat wasiat yang dibuat di bawah tangan, hal ini bukan
berarti surat wasiat di bawah tangan akan tidak berlaku atau tidak memiliki kekuatan hukum, akan
tetapi surat wasiat di bawah tangan berpotensi terhadap permasalahanpermasalahan.
Eksekusi Wasiat yang dibuat di Luar Negeri
1. Dalam hal Wasiat dibuat oleh warga negara Indonesia di luar negeri, pemberi Wasiat,
penerima Wasiat, atau kuasanya yang sah dapat melaporkan wasiat tersebut kepada Daftar
Pusat Wasiat melalui notaris di Indonesia.
2. Pelaporan Wasiat ditembuskan kepada Kantor Perwakilan Republik Indonesia di negara
setempat.
3. Pelaporan Wasiat disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak Wasiat dibuat.
4. Terhadap Pelaporan Wasiat, notaris di Indonesia memasukkan data Pelaporan tersebut ke
dalam laman resmi Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum.
5. Pelaporan Wasiat dikenai biaya pelaporan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
udangan di bidang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku di Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia
6. Pemberi Wasiat, penerima Wasiat, kuasanya yang sah, atau notaris, wajib menyimpan:
a. akta Wasiat;
b. bukti Pengiriman Pelaporan Wasiat;
c. bukti pembayaran biaya penerimaan negara bukan pajak.
Eksekusi Pemberlakuan Wasiat WNA
Dokumen dokumen yang dibuat di luar negeri dan ingin dipergunakan di Indonesia harus melalui
prosedur yang sama, yaitu dilegalisasi oleh Kementerian Kehakiman atau Kementerian di Luar
Negeri dan perwakilan Republik Indonesia di negara setempat.
Tahapan penggunaan dokumen luar negeri di Indonesia
Sebelum suatu dokumen yang diterbitkan di Luar Negeri dapat digunakan di Indonesia, maka perlu
memenuhi beberapa tahap sebagai berikut:
1. Melalui form atau Akta Notaris
 Form atau surat baku yang sudah dibawa oleh penghadap ke notaris dengan dibagian
bawah surat terdapat  kolom untuk tandatangan yang ada tandatangan pejabat publiknya
untuk mengesahkan tanda tangan penghadap.
 Pembuatan akta yang dibuat di Indonesia atau luar negeri dengan dua bahasa yang
dimengerti dengan baik oleh Notaris.
2. Menerjemahkan melalui penerjemah tersumpah
Dibutuhkan seorang  penerjemah yaitu wajib dilakukan oleh penerjemah tersumpah,
bersertifikat atau dengan penerjemah yang dipilih atau direkomendasikan oleh kedutaan.
Penerjemah juga harus membubuhkan pernyataan bahwa penerjemah sudah menerjemahkan
dokumen tersebut dengan benar dan membubuhkan tandatangannya dibawah dokumen
tersebut.
3. Legalisasi di Kementrian Luar Negeri negara setempat
Setelah di sahkan oleh Kementerian Luar Negeri negara setempat dan di consulirized oleh
Kedutaan Besar, dokumen tersebut akan ditempelkan sebuah stiker.
4. Legalisasi di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
5. Diberikan ke Konsulat Jendral wilayah negara tempat dokumen akan digunakan untuk
diketahui.
Setelah melewati tahapan – tahapan tersebut barulah dokumen tersebut dapat dipergunakan di
Indonesia oleh pihak yang berkepentingan.
Adapun persyaratan-persyaratan dasar yang dibutuhkan oleh Penghadap saat membuat dokumen
asing yang disesuaikan dengan keperluan dokumen yang dibuat, seperti:
1. Data diri penghadap saat di Notaris
2. Dokumen yang sudah dibuat di Notaris
3. Terjemahan dokumen (bersama dengan naskah asli)
4. Salinan dokumen
5. Paspor yang masih berlaku
6. Surat kuasa (jika dikuasakan)
7. Bukti legalisasi dari Instansi setempat, Kemenlu dan Kedutaan / Konsulat Jenderal negara
tempat dokumen akan digunakan

Anda mungkin juga menyukai