Anda di halaman 1dari 17

DOWNSTEAM CPO

Risky Bima Purnawan, 21728, STIPP A

ABSTRAK
Minyak sawit mentah (CPO) adalah minyak kelapa sawit yang tahapan pengolahannya melalui
banyak tahapan seperti proses pengempaan pada daging buah kelapa sawit dan tahapan
ekstraksi pada daging buah kelapa sawit sampai dengan tahapan akhir yaitu proses pemurnian
minyak kelapa sawit. Analaisis yang digunakan berupa analisis angka penyabunan yang di mana
didapatkan hasil 135,575mg kOH/gr. Pada perhitungan bilangan iod olein didapatkan hasil akhir
yang dimana memiliki hasil 97,29. Sedangkan pada bilangan iod stearm didapatkan hasi akhir
yang dimana memiliki hasil 46,107. Selain itu didapatkan juga hasil dari Analisis angka rendemen
yang di mana pada stearin didapatkan hasil 38,6 dan sedangkan pada oleim didapatkan hasil 24,9.
Yang di mana pada Angka iod mencerminkan ketidak jenuhan asam lemak penyusun minyak dan
lemak. Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iod yang dan membentuk senyawa yang jenuh.
banyaknya iod yang diikat menjukkan banyaknya ikatan rangkap.dan Angka penyabunan pada
minyak goreng sesuai SNI 7431:2015 adalah 180 – 265 mg kOH/g yang dimana pada hasil
analisis didapatkan angka penyabunan yang memiliki nilai 135,575mg kOH/g pada angka ini
menandakan bahwa pada kondisi ataupun pada tekstur minyak memenuhi standar yang dimana
tidak melebihi tingkat kejenuhan minyak

Kata Kunci: Asam Lemak, CPO, Olein, Penyabunan, Stearm

PENDAHULUAN
Kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia
saat ini. Komoditas kelapa sawit diharapkan akan menjadi komoditas utama ekspor Indonesia,
menggantikan komoditas migas yang sudah semakin mengecil proporsinya (Hudori, 2017).
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki areal perkebunan sawit yang sangat
luas, dengan peningkatan produksi tanaman sawit selama sepuluh tahun terakhir mencapai
11,09%. Sedangkan luas areal perkebunan sawit selama sepuluh tahun terakhir meningkat dari
5,28 juta ha pada Tahun 2004 menjadi 10,95 juta ha pada Tahun 2014 (Sulhan dkk, 2018).
Minyak kelapa sawit yag lebih dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO) merupakan salah satu
alternatif minyak nabati yang dapat dijadikan sebagai bahan bakar dalam bentuk biodiesel.
Biodiesel memiliki keunggulan lebih baik dari minyak solar, dimana penyalaan yang lebih cepat
dan reaksi pembakaran semakin cepat, sehingga memperoleh panas lebih tinggi (Dwipayana,
2016).
Crude Palm Oil (CPO) atau minyak mentah kelapa sawit merupakan hasil proses pengepressan
buah sawit (mesocarf) yang berwarna kuning jingga berbentuk cair. Sifat fisik CPO pada suhu
25ᵒC memiliki densitas antara 0,909-0,917 g/mL dan untuk suhu 55ᵒC densitas CPO sebesar
0,888-0,892 g/mL (Wulandari dkk, 2011)
Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang sangat berlainan sifatnya yaitu minyak
sawit (CPO) merupakan minyak yang berasal dari sabut daging buah kelapa sawit, dan minyak inti
sawit (CPOK), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit (Tambunan, 2006).
Crude Palm Oil (CPO) merupakan salah satu produk pertanian andalan Indonesia baik sebagai
bahan baku minyak goreng maupun komoditas ekspor (Bariyah, 2017).
Minyak sawit mentah (CPO) adalah minyak kelapa sawit yang tahapan pengolahannya melalui
banyak tahapan seperti proses pengempaan pada daging buah kelapa sawit dan tahapan
ekstraksi pada daging buah kelapa sawit sampai dengan tahapan akhir yaitu proses pemurnian
minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit digunakan sebagai bahan pangan pada masyarakat,
sebagai bahan baku pembuatan kosmetik, proses industri kimia dan proses industri makanan
hewan. Minyak kelapa sawit umumnya banyak ketahui yang berlimbah dengan kandungan
antioksidan (tokoferol, tokotrienol, karotenoid, fitosterol, senyawa fenolik) dan fitonutrien dianggap
penting bagi kesehatan pada tubuh manusia ( Anita. S, 2021)
Selama proses pengolahan CPO, perusahaan masih sering sekali mengalami kendala terutama
dalam hal kandungan asam lemak bebas dan beta karoten (Wawan dkk, 2017).
Secara alamiah CPO memiliki kandungan senyawa karotenoid yang sangat merah, tetapi pada
proses pemurnian dan pengolahan menjadi minyak goreng, senyawa karotenoid ini mengalami
kerusakan dan bahkan hilang. Karotenoid merupakan suatu kelompok pigmen berwarna orange,
merah, atau kuning yang merupakan suatu zat alamiah yang sangat penting dan mempunyai sifat
larut dalam lemak atau pelarut organik tetapi tidak larut dalam air. Senyawa ini ditemukan tersebar
luas dalam tanaman serta buah-buahan, tetapi tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia (Fitra
dkk, 2015)
Beta karoten termasuk dalam salah satu produk dari karotenoid. Beta karoten merupakan
provitamin A yang dapat diubah didalam tubuh menjadi vitamin A yang aktif setelah mengalami
metabolisme (Stutz dkk, 2015)
Bilangan Iodin adalah jumlah (gram) iodin yang dapat diikat oleh 100 gram lemak. Ikatan
rangkap yang trdapat pada asam lemak tidak jenuh akan bereaksi dengan iodin atau senyawa
iodin. Gliserida dengan tingkat ketidakjenuhan yang tinggi akan mengikat iodin dalam jumlah yang
lebih besar. Bilangan iodin di tetapkan dengan melarutkan sejumlah contoh minyak atau lemak
(0,1 sampai 0,5 gr) dalam kloroform atau karbon tetra klorida. Kemudian ditambahkan halogen
secara berlebihan. Setelah didiamkan pada tempat yang gelap dengan periode waktu yang
dikontrol, kelebihan dari iodin yang tidak bereaksi diukur dengan jalan menitrasi larutan-larutan
campuran tadi dengan natrium tiosulfat.(Shella, A., 2017)

BAHAN DAN METODE


Alat
Adapun alat yang digunakan dalam analisis angka penyabunan dan Analisis bilangan iod ialah
erlenmeyer 250 mL, gelas ukur pipet tetes, hotplatelat & titrasi buret beserta statif..

Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam analisis angka penyabunan ialah sampel minyak
3gr, KOH alkoholis 50 ml , indicator metil orange ( MO), HCL 0,1 N, sedangkan Analisis bilangan
iod ialah stearin, olein, larutan wijs, larutan kalium iodide (KI) dan larutan natrium tiosulfat.0,1 N

Metode
Analisis Angka Penyabunan
Menimbang 3 gr sampel minyak, menambahkan 50 ml KOH alkoholis, memanaskan
menggunakan erlenmeyer dan magnetik stir diatas hotplate dengan kencang selama 30 menit
dan mendiamkan sejenak agar dingin selama lebih kurang 5 menit,menambahkan indikator metil
orange sebanyak 4 tetes menggunakan pipet tetes, menggojog sambal menetitrasi menggunakan
larutan HCL 0,1 N hingga terjadi perubahan warna menjadi kuning, menghentikan titrasi setelah
terjadi perubahan warna dan cantumkan volumenya.

Analisis Bilangan Iod 


Menimbang sampel olein dan stearin sebanyak 0,5 g kedalam erlenmeyer,menambahkan 25
mL larutan wijs, menutup erlenmeyer dengan menggunakan aluminium foil, menyimpan ditempat
yang gelap nselama 30 menit,menambahkan dengan 25 mL KI 15%, menambahkan 100 mL
akuades dan gojog, menambahkan indicator amilum pati sebanyak 4 tetes, mengamati perubahan
warna hingga berwarna ungu, mentittrasi hingga berubah warna lagi menjadi bening/jernih,
diamkan dan catat volumenya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Angka penyabunan
n nama Hasil analisis
o
1 Massa sempel 3 gr
2 N (normalitas) HCl 0,5 N
3 Vol Hcl Blanko (sebelum titrasi 50 ml
4 Bobot Molekul KOH Alkoholis 35, 5 ml
5 Vol Hcl sampel (sesudah titrasi) 56,1 gr/mol
Hasil akhir (sebelum titrasi) 135,575 mgKOH/gr
Adapun hasil pembahasan yang didapat ialah berupa hasil perhitungan pada analisis angka
penyabunan yang di mana didapatkan hasil perhitungan 135,575mg kOH/gr. Pada angka
penyabunan pada minyak goreng sesuai SNI 7431 : 2015 adalah 180 – 265 mg kOH/g yang
dimana pada hasil analisis didapatkan angka penyabunan yang memiliki nilai 135,575mg kOH/g
pada angka ini menandakan bahwa pada kondisi ataupun pada tekstur minyak memenuhi standar
yang dimana tidak melebihi tingkat kejenuhan minyak

Tabel 2. Bilangan iodin


No keterangan Hasil pengamatan
1 Massa sempel olein 0,3 gr
2 Massa sempel stearin 0,3 gr
3 N natrium tiosulfat 0.1 N
4 Volume natrium tiosulfat blangko pada olein 25 ml
5 Volume natrium tiosulfat sempe pada olein 23 ml
6 Volume natrium tiosulfat blangko pada stearin 25 ml
7 Volume natrium tiosulfat sempel pada stearin 10,9 ml
8 Olein 97,29 gramIod/100gram
9 stearin 46,107 gramIod/100gram
Pada perhitungan bilangan iod olein didapatkan hasil akhir yang dimana memiliki hasil 97,29.
Sedangkan pada bilangan iod stearm didapatkan hasi akhir yang dimana memiliki hasil 46,107.
Salah satu standart mutu minyak goreng adalah bilangan iodin yang dapat menyatakan derajat
ketidak jenuhan minyak atau lemak dan dapat juga dipergunakan untuk menggolongkan jenis
minyak pengering dan minyak bukan pengering.Biasanya jumlah iod yang diserap menunjukkan
banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh. Gliserida dengan tingkat ketidakjenuhan yang
tinggi akan mengikat iod dalam jumlah yang besar. Bila bilangan iod semakin tinggi maka kualitas
dari suatu minyak goreng semakin bagus. Akan tetapi bila bilangan iodin tinggi atau banyak ikatan
tidak jenuh makan akan mudah teroksidasi sehingga minyak menjadi tengik dan menurun daya
simpannya (Ketaren S. 2005)
Hasil perbandingan iod stearin dan olein iodin palm stearin sangat baik sebagai komponen
lemak padat alami bagi produk-produk seperti shortening , kue , roti dan margarin sedangkan olein
merupakan produk hasil rafinasi dan fraksinasi Crude Palm Oil (CPO) yang digunakan
sebagai minyak goreng Bilangan iod dapat menyatakan derajat ketidak jenuhan dari minyak atau
lemak dan dapat juga dipergunakan untuk menggolongkan jenis minyak “pengering” dan minyak
“bukan pengering”. Minyak“pengering” mempunyai bilangan iod yang lebih. Minyak yang
mempunyai bilangan iod antara 100 sampai 130 bersifat setengah mengering (Ketaren S. 2005)
Tabel 1. Proses Fraksinasi & Analisis Rendemen
No Nama Hasil perlakuan
1 Sempel RBDPO 204,56gr
2 Beker 250 ml 101gr
3 stearin 51gr
4 olein 79gr
5 Hasil rendemen streain 38,6 %
6 Hasil rendemen olein 24,9 %
Selain itu didapatkan juga hasil dari Analisis angka rendemen yang di mana pada stearin
didapatkan hasil 38,6 dan sedangkan pada oleim didapatkan hasil 24,9. Yang di mana pada Angka
iod mencerminkan ketidak jenuhan asam lemak penyusun minyak dan lemak. Asam lemak tidak
jenuh mampu mengikat iod yang dan membentuk senyawa yang jenuh. banyaknya iod yang diikat
menjukkan banyaknya ikatan rangkap. Angka iod dinyatakan sebagai banyaknya gram iod yang
diikat oleh 100 gram minyak dan lemak von hubl, atau dengan cara wijs. Penentuan angka iodin
dapat dengan cara hanus atau cara kaufmaun dan von hubl, atau dengan cara wijs .
(Sudarmadji.1989)

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat ialah berupa hasil perhitungan pada analisis angka
penyabunan yang di mana didapatkan hasil perhitungan 135,575mg kOH/gr. Pada perhitungan
bilangan iod olein didapatkan hasil akhir yang dimana memiliki hasil 97,29. Sedangkan pada
bilangan iod stearm didapatkan hasi akhir yang dimana memiliki hasil 46,107. Selain itu
didapatkan juga hasil dari Analisis angka rendemen yang di mana pada stearin didapatkan hasil
38,6 dan sedangkan pada oleim didapatkan hasil 24,9. Yang di mana pada Angka iod
mencerminkan ketidak jenuhan asam lemak penyusun minyak dan lemak. Asam lemak tidak jenuh
mampu mengikat iod yang dan membentuk senyawa yang jenuh. banyaknya iod yang diikat
menjukkan banyaknya ikatan rangkap.dan Angka penyabunan pada minyak goreng sesuai SNI
7431:2015 adalah 180 – 265 mg kOH/g yang dimana pada hasil analisis didapatkan angka
penyabunan yang memiliki nilai 135,575mg kOH/g pada angka ini menandakan bahwa pada
kondisi ataupun pada tekstur minyak memenuhi standar yang dimana tidak melebihi tingkat
kejenuhan minyak

DAFTAR PUSTAKA
Anita, S. (2021). Studi Proses Penanganan dan Penyimpanan Crude Palm Oil (CPO) di Pabrik
Kelapa Sawit Dalam Upaya Peningkatan Mutu CPO dan Mengurangi Resiko Pembentukan
Kontaminan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara
Bariyah, Khoerul. 2017. Pengurangan Kadar Digliserida Asam Lemak Bebas dalam Minyak Sawit
Kasar Menggunakan Absorben Jurnal Agritec. 37:1, 49.
Dwipayana, Hendra. 2016, Studi Analisa Pengaruh Sifat Fisik Biodiesel (Viskositas, Kadar Air dan
Angka Setana) Terhadap Proses Pembakaran Bahan Bakar di Boiler Fire Tube, Teknika
Vol.3 No.1.
Fitrah. F, Roslinda. R, Reza. F. (2015). Pengaruh Proses Pengolahan Terhadap Beta Karoten
Pada Ubi Jalar Varietas Ungu (Ipomoea batatas (L.)Lam) Dengan Metode Spektrofotometri
Visibel. Jurnal Ilmiah Teknologi Industri 7:2, 152-161.
Hudori, M. (2017). Perbandingan Kinerja Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia dan Malaysia. Jurnal
Citra Widya Edukasi. 9 (1), 93-112
Ketaren, S. (2005). PengantarTeknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan I Universitas
Indonesia. Jakarta
Stutz H, Bresgen N, Eckl PM. (2015). Analytical Tools For The Analysis of ßCarotene and its
Degradation Products. Free radical research 49:5, 650-680
Sulhan. A, Sumeru. A. 2018. Analisis Potensi Produksi Tanaman Sawit (Elaeisguineensis) dan
Observasi Polinator Potensial Dilingkungan Universitas Brawijaya. Jurnal produksi
tanaman. 6:7, 1451-1457.
Shella, A. (2017). Penentuan Bilangan Iodine (Iodine Value) Dalam (Refined Bleached
Deodorazed Palm Stearin) Rbd Palm Stearin dan (Refined Bleached Deodorized Palm
Olein) Rbd Palm Olein Di Pt. Sucofindo Medan. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara. Medan
Tambunan, Tulus. (2006). Perdagangan Internasional. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia.
Wawan. K, Dedy. S, Ricky. S. 2017. Usulan Penerapan Metode SIX SIGMA Untuk Meningkatkan
Mutu CRUDE PALM OIL (CPO) di PT.X. Jurnal Ilmiah Teknik Industri. 5:2, 85-91
Wulandari, Nur; Tien R. Muchtadi, Slamet Budijanto, dan Sugiyono, (2011). Sifat Fisik Minyak
Sawit Kasar dan Korelasinya Dengan Atribut Mutu, J. Teknol. Dan Industri Pangan, Vol.
Xxii No.2

LAMPIRAN
Diagram Alir Pelaksanaan Percobaan Pelaksanaan Degumming dan Bleaching

Percobaan 1

Percobaan 2

Diagram Alir Proses Fraksinasi (Kristalisasi dan Filtrasi) Minyak Sawit


Diagram Alir Metode Pengujian (Metode Hanus)
Diagram Alir Penentuan Bilangan Iod (Cara Wijs)
Diagram Alir Analisa IV dengan Cyclohexane (Metode Wijs)
Diagram Alir Penentuan Saponification Value (Angka Penyabunan)
Gambar Praktikum
Bukti Jurnal
jurnal 1.
Jurnal 2.

Jurnal 3
Jurnal 4

Jurnal 5
Jurnal 6

Jurnal 7
Jurnal 8

Jurnal 9
Jurnal 10

Anda mungkin juga menyukai