Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TENTANG

“BENTUKLAHAN ASAL PROSES DENUDASIONAL”

WINANDA NATHANIA A-1


2110115220001
MATA KULIAH : GEOMORFOLOGI DAN LINGKUNGAN
DOSEN PENGAMPU : DR. H. SIDHARTA ADYATAMA, S.PD., M.SC

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2022

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB l
PENDAHULUAN.............................................................................................................

a. Latar Belakang..........................................................................................................................

b. Tujuan.......................................................................................................................................

BAB ll PEMBAHASAN..............................................................................................................

A. Pengertian Dan Proses Terjadinya Bentuklahan Denudasional..............................................

B. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Bentuk Lahan Denudasional....................................

C. Klasifikasi Bentuklahan Denudasional Berdasarkan Kelompoknya.......................................

BAB lll PENUTUP......................................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang

Bumi kita ini bukanlah benda yang statis karena Permukaan bumi selalu mengalami
perubahan dari waktu ke waktu sebagai akibat dari tenaga dan proses geomorfologi, baik
yang berasal dari luar bumi (eksogen bersifat degradasi dan agradasi) maupun berasal dari
dalam dalam bumi (endogen mencakup diastrofisme dan vulkanisme). Dalam membicarakan
perubahan muka bumi yang bersifat degradasi (destruktif) dan agradasi (konstruktif), terlebih
dahulu dikemukakan mengenai pengertian mengenai tenaga dan proses geomorfologi. Tenaga
geomorfologi merupakan kekuatan yang menyebabkan permukaan bumi mengalami
perubahan. Sedangkan proses geomorfologi yang maksud adalah kelangsungan perubahan
sebagai akibat dari tenaga geomorfologi.

Bentuk lahan yang ada di permukaan bumi berdasarkan proses asalnya dibagi menjadi
9, salah satunya adalah Bentuk lahan asal denudasional. Bentuk lahan ini terjadi akibat
pengaruh dari gaya eksogen. Gaya tersebut menyebabkan permukaan bumi mengalami
“perusakan” dan pengelupasan permukaan sehingga terbentuk permukaan yang berbeda dari
sebelumnya.

b. Tujuan

2.1 Mengetahui tentang bentuk lahan asal Denudasional.

2.2 Mengetahui ciri-ciri bentuk lahan asal Denudasional.

2.4 Mengetahui macam-macam bentuk lahan Denudasional

2.5 Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah geomorfologi dan lingkungan.

BAB lI
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Proses Terjadinya Bentuklahan Denudasional


1. Pengertian

Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga denudasi
berarti proses penelanjangan permukaan bumi(96945465-Bentuk-Asal-Denudasional, n.d.).
Bentuk lahan asal denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi
akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses
pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno. 2004:42).
Proses degradasi cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi
menyebabkan kenaikan permukaan bumi.(Wirawan, 2014)

Denudasi meliputi dua proses utama yaitu Pelapukan dan perpindahan material dari
bagian lereng atas ke lereng bawah oleh proses erosi dan gerak massa batuan (masswashting).
Pelapukan adalah proses berubahnya sifat fisik dan kimia batuan di permukaan dan atau
dekat permukaan bumi tanpa di sertai perpindahan material. Pelapukan dapat dibagi manjadi
pelpukan fisik, dan pelapukan biotik. Pelapukan fisik merupakan proses pecahnya batuan
menjadi ukuran yang lebih kecil tanpa diikuti oleh perubahan komposisi kimia batuan.
Perubahan kimia merupakan proses berubahnya komposisi kimia batuan sehingga
menghasilkan mineral sekunder. Faktor pengontrol pelapukan adalah batuan induk, aktivitas
organism, topografi, dan iklim. Didalam evolusi bentanglahan yang menghasilkan
bentuklahan dedasuonal M. W. Davis mengemukakan adanya 3 faktor yang mempengaruhi
perkembangan bentuklahan struktur geologi, proses geomorfologi, waktu. Dengan adanya
factor tersebut maka dalam evolusinya, bentuklahan melewati beberapa stadium ; stadium
muda, stadium dewasa, stadium tua.

Proses denudasi merupakan proses yang cenderung mengubah bentuk permukaan


bumi yang disebut dengan proses penelanjangan. Proses yang utama adalah degradasi berupa
pelapukan yang memproduksi regolit dan saprolit serta proses erosi, pengangkutan dan
gerakan massa. Proses ini lebih sering terjadi pada satuan perbukitan dengan material mudah
lapuk dan tak berstruktur. Proses degradasi menyebabkan agradasi pada lerengkaki
perbukitan menghasilkan endapan koluvial dengan material tercampur. Kadang proses
denudasional terjadi pula pada perbukitan struktur dengan tingkat pelapukan tinggi, sehingga
disebut satuan struktural denudasional.

Proses denudasional sangat dipengaruhi oleh tipe material (mudah lapuk), kemiringan
lereng, curah hujan dan suhu udara serta sinar matahari, dan aliran-aliran yang relatif tidak
kontinyu. Karakteristik yang terlihat di foto udara, umumnya topografi agak kasar sampai
kasar tergantung tingkat dedudasinya, relief agak miring sampai miring, pola tidak teratur,
banyak lembah-lembah kering dan erosi lereng/back erosion, penggunaan lahan tegalan atau
kebun campuran dan proses geomorfologi selalu meninggalkan bekas di lereng-lereng bukit
dan terjadi akumulasi di kaki lereng, serta kenampakan longsor lahan lebih sering dijumpai.
Umumnya bentuk lahan ini terdapat pada daerah dengan topografi perbukitan atau gunung
dengan batuan yang lunak (akibat proses pelapikan) dan beriklim basah, sehingga bentuk
strukturnya tidak nampak lagi karena adanya gerakan massa batuan. Pembagian bentuk lahan
denudasional dapat dilakukan dengan lebih rinci dengan mempertimbangkan : batuan, proses
gerak massa yang terjadi dan morfometri.

Ciri-ciri dari bentuk lahan yang asal terjadi secara denudasioanal, yaitu:

1. Relief sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.

2. Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.

3. Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain

4. Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk merinci satuan
bentuk lahan

5. Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan. Litologi
terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses.

2. Proses Terjadinya Bentuklahan Denudasional Dan Faktor Yang Mempengaruhinya

1. Pelapukan
Pelapukan (weathering) dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang berarti
cuaca, sehingga pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan dengan perubahan
sifat (fisis dan kimia) batuan di permukaan bumi oleh pengaruh cuaca. Secara umum,
pelapukan diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh tenaga Eksogen,
menurut Olliver(1963) pelapukan adalah proses penyesaian kimia, mineral dan sifat
fisik batuan terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. Akibat dari proses ini pada
batuan terjadi perubahan warna, misalnya kuning-coklat pada bagian luar dari suatu
bongkah batuan. Meskipun proses pelapukan ini berlangsung lambat, karena telah
berjalan dalam jangka waktu yang sangat lama maka di beberapa tempat telah terjadi
pelapukan sangat tebal. Ada juga daerah-daerah yang hasil pelapukannya sangat tipis,
bahkan tidak tampak sama sekali, hal ini terjadi sebagai akibat dari pemindahan hasil
pelapukan pada tempat yang bersangkutan ke tempat lain. Tanah yang kita kenal ini
adalah merupakan hasil pelapukan batuan.

2. Gerakan massa batuan (mass wasting)


Yaitu perpindahan atau gerakan
massa batuan atau tanah yang ada di
lereng oleh pengaruh gaya berat atau
gravitasi atau kejenuhan massa air. Ada
yang menganggap masswasting itu
sebagai bagian dari pada erosi dan ada
pula yang memisahkannya. Hal ini
mudah difahami karena memang sukar
untuk dipisahkan secara tegas, karena
dalam erosi juga gaya berat batuan itu
turut bekerja. Pada batuan yang
mengandung air, gerakan massa batuan
itu lebih lancar dari pada batuan yang
kering. Perbedaannya ialah bahwa pada
masswasting, air hanya berjumlah sedikit dan fungsinya bukan sebagai pengangkut,
melalinkan hanya sekedar membantu memperlancar gerakan saja. Sedang dalam erosi
diperlukan adanya tenaga pengangkut. Gerakan massa batuan pada dasarnya disebabkan
oleh adanya gayaberat/gravitasi atau gaya tarik bumi.

3. Erosi
Erosi adalah suatu proses geomorfologi, yaitu proses pelepasan dan terangkutnya
material bumi oleh tenaga geomorfologis baik kekuatan air, angin, gletser atau gravitasi.
Faktor yang mempengaruhi erosi tanah antara lain sifat hujan, kemiringan lereng dari
jaringan aliran air, tanaman penutup tanah, dan kemampuan tanah untuk menahan dispersi
dan untuk menghisap kemudian merembeskan air kelapisan yang lebih dalam.

4. Sedimentasi atau Pengendapan


Sedimentasi adalah proses penimbunan tempat-tempat yang lekuk dengan bahan-
bahan hasil erosi yang terbawa oleh aliran air, angin, maupun gletser (Suhadi
Purwantara, 2005:74). Sedimentasi tidak hanya terjadi dari pengendapan material hasil
erosi saja, tetapi juga dari proses mass wasting. Namun kebanyakan terjadi dari proses
erosi. Sedimentasi terjadi karena kecepatan tenaga media pengangkutnya berkurang
(melambat). Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya sedimentasi dibagi atas :
Sedimentasi air sungai (floodplain dan delta), air laut, angin, dan geltsyer.

B. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Bentuk Lahan Denudasional


Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan adalah:
1. Jenis batuan (kandungan mineral, retakan, bidang pelapisan, patahan dan retakan).
Batuan yang resisten lebih lambat terkena proses eksternal sehingga tidak mudah
lapuk, sedangkan batuan yang tidak resisten sebaliknya. Contoh :
- Limestone, resisten pada iklim kering tetapi tidak resisten pada iklim basah.
- Granit, resisten pada iklim basah tetapi tidak resisten pada iklim kering.

2. Iklim, terutama tenperatur dan curah hujan sangat mempengaruhi pelapukan.Contoh:


- Iklim kering, jenis pelapukannya fisis
- Iklim basah, jenis pelapukannya kimia
- Iklim dingin, jenis pelapukannya mekanik

3. Vegetasi, atau tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang cukup besar terhadap proses
pelapukan batuan. Hal ini dapat terjadi karena:
- Secara mekanis akar tumbuh-tumbuhan itu menembus batuan, bertambah panjang
dan membesar menyebabkan batuan pecah.
- Secara kimiawi tumbuh-tumbuhan melalui akarnya mengeluarkan zat-zat kimia yang
dapat mempercepat proses pelapukan batuan. Akar, batang, daun yang membusuk
dapat pula membantu proses pelapukan, karena pada bagian tumbuhan yang
membusuk akan mengeluarkan zat kimia yang mungkin dapat membantu
menguraikan susunan kimia pada batuan. Oleh karena itu, jenis dan jumlah
tumbuhan yang ada di suatu daerah sangat besar pengaruhnya terhadap pelapukan.
Sebenarnya antara tumbuh-tumbuh

4. Topografi
Topografi yang kemiringannya besar dan menghadap arah datangnya sinar matahari
atau arah hujan, maka akan mempercepat proses pelapukan.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi erosi tanah adalah:


1. Iklim: Faktor iklim yang berpengaruh adalah curah hujan, angin, temperatur,
kelembapan, penyinaran matahari. Banyaknya curah hujan, intensitas dan distribusi
hujan menentukan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran
permukaan, serta besarnya kerusakan erosi. Angin selain sebagai agen transport dalam
erosi beberapa kawasan juga bersama-sama dengan temperatur, kelembaban dan
penyinaran matahari terhadap evapotranspirasi, sehingga mengurangi kandungan air
dalam tanah yang berarti memperbesar investasi tanah yang secara tidak langsung
berpengaruh terhadap kepekaan erosi tanah.

2. Topografi: kemiringan lereng, panjang lereng, konfigurasi, keseragaman, dan arah


lereng mempengaruhi erosi. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajad atau persen.
Kecuraman lereng memperbesar jumlah aliran permukaan, dan memperbesar
kecepatan aliran permukaan, sehingga dengan demikian memperbesar daya angkut
air. Semakin besar erosi terjadi dengan makin curamnya lereng.

3. Vegetasi, berperan untuk mengurangi kecepatan erosi.

4. Tanah. Kepekaan tanah terhadap erosi tergantung pada sifat-sifat tanah yang
mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas, kapasitas menahan air dan struktur tanah.

5. Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi tergantung bagaimana


manusia mengelolanya. Setiap proses erosi merupakan gabungan dari beberapa
subproses, yaitu dimulai dengan pengambilan hasil pelapukan yang terangkut juga
sebagai alat pengikis. Butir-butiran batuan secara bersama-sama dalam pengangkutan,
saling bersinggungan dan saling bergesekan satu sama lain. Cara pengangkutan
terhadap bahan terjadi berbeda-beda: ada yang terapung di permukaan, digulingkan,
digeser dan sebagainya.

C. Klasifikasi Bentuklahan Denudesional Berdasarkan Kelompoknya

1. Pegunungan Denudasional
Karakteristik umum unit mempunyai topografi bergunung dengan lereng sangat
curam (55>140%), perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi (relief) > 500 m.
Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena proses yng
dominan adalah proses pendalaman lembah (valley deepening).

Gambar. Pegunungan Denudasional di Daerah Wonogiri

2. Perbukitan Denudasional
Mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara 15 >
55%, perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis sedang hingga kecil
tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami maupun tata guna
lahan. Salah satu contoh adalah pulau Berhala, hamper 72,54 persen pulau tersebut
merupakan perbukitan dengan luas 38,19 ha. Perbukitan yang berada di pulau tersebut
adalah perbukitan denudasional terkikis sedang yang disebabkan oleh gelombang air laut
serta erosi sehingga terbentuk lereng-lereng yang sangat curam.
Gambar. Bukit yang terbentuk dari proses denudasional di P. Berhala

3.Dataran Nyaris (Peneplain)


Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus menerus,
maka permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk
permukaan yang hamper datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris
dikontrol oleh batuan penyusunan yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila
batuan penyusun tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka
disebut permukaan planasi.

Gambar. Dataran Nyaris Terjadi karena letusan gunung Merbabu pada tahun 1968 yang
menyebabkan erosi sehingga membentuk dataran tinggi yang lebar dan terpisah pada
puncak-puncaknya yang kemudian membentuk kaldera-kaldera yang telah mati seperti
Kawah Condrodimuko, Kawah Kombang, Kawah Kendang dan Kawah Sambernyowo.

Gambar. Dataran nyaris yang terjadi akibat proses denudasional yang bekerja pada
pegunungan atau perbukitan

4. Perbukitan Sisa Terpisah (inselberg)


Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat proses
denudasi dan lereng kaki bertambah lebar secara terus menerus akan meninggalkan
bentuk sisa dengan lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah atau inselberg
tersebut berbatu tanpa penutup lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan (outcrop).
Kenampakan ini dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada
sekelompok pegunungan/perbukitan, dan mempunyai bentuk membulat. Apabila
bentuknya relative memanjang dengan dinding curam tersebut monadnock.

Gambar. Inselberg di skotlandia

5 Kerucut Talus (Talus cones) atau kipas koluvial (coluvial van)


Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (35 0). Secara
individu fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada
besarnya cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada
bagian atas kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan
terendapkan di bagian bawah kerucut talus.
Gambar. Kerucut talus sebagai akibat pelapukan pada lereng pegunungan yang sangat
curam.

Gambar. Talus Cones in Banff National Park, Alberta.

6. Lereng Kaki (Foot slope)


Mempunyai daerah memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu
pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki
terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan
lereng kaki langsung berada pada batuan induk (bed rok). Dipermukaan lereng kaki
terdapat fragmen batuan hasil pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga
air ke daerah yang lebih rendah.

7. Lahan Rusak (Bad land)


Merupakan daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga
sangat curam dan terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah
yang dalam dan berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses
erosi parit (gully erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke
permukaan (rock outcrops).
Gambar. Badland di Bahia Brazil
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bentuk lahan asal denudasional merupakan suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-
proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses sedimentasi yang
terjadi karena agradasi atau degradasi.

2. Ciri-ciri dari bentuk lahan yang asal terjadi secara denudasioanal, yaitu:

-Relief sangat jelas,


-Tidak ada gejala struktural
-Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain
-Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk merinci
satuan bentuk lahan
-Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan.

3. Bentuk lahan asal denudasional disebabkan oleh tenaga eksogen, yaitu : Erosi, Pelapukan,
dan gerak massa batuan atau mass wasting serta pengendapan.

4. Adapun satuan bentuk lahan asal denudasioanal adalah

Pegunungan denudasional
Perbukitan denudasional
Dataran nyaris (peneplain)
Perbukitan Sisa terpisah
Kerucut talus
Lereng kaki
Lahan rusak

5. Dampak dari proses eksogen adalah membentuk lahan asal denudasional Selain itu erosi
dapat mengakibatkan penurunan produktivitas tanah, pemandatan tanah, pendangkalan
pada sumber air, perluasan daratan, dan pembalikan lapisan tanah. Untuk pelapukan
mengakibatkan rusaknya struktur batuan dan tanah, pemicu mass wasting, menimbulkan
habitat baru, dan degradasi lahan. Sedangkan mass wasting berpengaruh terhadap
terjadinya bahaya longsor, pembalikan tanah, dan sedimentasi pada bagian bawah.
Sedimentasi berdampak pada pendangkalan dan pembentukan bentukan alam yang baru.

DAFTAR PUSTAKA
96945465-Bentuk-Asal-Denudasional. (n.d.).
Wirawan, R. (2014). Bentang_Lahan_Denudasional.
http://dc405.4shared.com/doc/Hhb4ExyR/preview.html
http://www.scribd.com/doc/12844677/Analisa-Bentuk-Lahan-Struktural-Fluvial-
Denudasional

Anda mungkin juga menyukai