Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KRISIS PANGAN SEBAGAI SALAH SATU ISU GLOBAL YANG TERJADI DI


INDONESIA DAN DUNIA

Diajukan untuk memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Perspektif Global yang diampu oleh:

Prof. Dr. Arifin Maksum, M. Pd.

Disusun oleh:

Tri Agustin 1107621082

Kelas:

B (Reguler)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Krisis Pangan Sebagai
Salah Satu Isu Global yang Terjadi di Indonesia dan Dunia” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir yang
diberikan oleh Bapak Prof. Dr. Arifin Maksum, M. Pd selaku dosen pengampu Mata Kuliah
Perspektif Global Berwawasan Ke-SD-an. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang isu-isu global salah satunya yaitu kemiskinan bagi para pembaca
juga penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Arifin Maksum, M. Pd. yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya menyadari bahwa makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Bekasi, 5 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

A. Isu-isu Global .......................................................................................................... 3


B. Krisis Pangan .......................................................................................................... 3
C. Keadaan ketahanan Pangan di Indonesia ................................................................ 5
D. Penimbunan Pangan sebagai Penyebab Krisis Pangan ........................................... 7
E. Dampak Krisis Pangan di Indonesia ....................................................................... 10
F. Analisis Perkembangan Pangan di Dunia dan Indonesia ........................................ 11
G. Upaya Mengatasi Krisis Pangan ............................................................................. 14

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 16

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 16
B. Saran........................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semakin sempitnya dunia membuat kita mudah menemukan lokasi tertentu,
mudah mengetahui peristiwa yang terjadi di wilayah tertentu, dan mudahnya peristiwa
yang tersebut berpengaruh terhadap wilayah yang lain. Teknologi telah mempersempit
jarak dan waktu sehingga seolah semua hal terhubung satu sama lain. Globalisasi telah
merubah wajah dunia menjadi lebih terang dan terbuka. Sebagai proses perubahan
tatanan dunia, globalisasi memaksa suatu peristiwa yang terjadi pada wilayah tertentu
mempengaruhi wilayah lainnya, dan sebaliknya.
Isu global adalah setiap peristiwa atau wacana yang mampu menyita perhatian
masyarakat global. Tentang bagaimana masyarakat merespon isu tersebut salah satunya
ditentukan oleh kuatnya pengaruh yang ditimbulkan dari isu tersebut. Isu global juga
dapat diartikan sebagai persoalan lintas budaya dan bangsa yang sedang hangat
dibicarakan pada masa sekarang ini oleh masyarakat di dunia. Isu ini tidak hanya
dihadapi oleh satu negara saja, melainkan dihadapi oleh berbagai negara di belahan
dunia.
Isu global yang berkembang di dunia saat ini meliputi isu tentang lingkungan
dan isu tentang kemanusiaan. Isu tentang lingkungan mencakup krisis pangan,
kekurangan sumber air bersih, polusi, dan perubahan iklim. Sedangkan isu tentang
kemanusiaan mencakup kemiskinan, konflik atau perang, dan wabah penyakit. Pada
makalah ini saya akan membahas tentang salah satu isu global yang sudah disebutkan
sebelumnya yaitu krisis pangan. Pangan dan ketahanan pangan merupakan hal yang
sangat penting bagi ketahanan nasional suatu bangsa. Krisis pangan dunia merupakan
salah satu ancaman bagi semua negara. Melihat kondisi sekarang, dunia pasti akan
mengalami krisis pangan yang disebabkan ketersediaan lahan dan produksi pangan
tidak mampu mengimbangi pesatnya pertambahan penduduk. Ancaman krisis pangan
dunia harus segera diantisispasi dan diwaspadai terutama bagi negara yang tingkat
impor pangannya tinggi, seperti Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dibuat suatu
rumusan sebagai berikut:

1
1. Apa itu isu-isu global?
2. Apa itu krisis pangan?
3. Bagaimana keadaan ketahanan pangan di Indonesia?
4. Bagaimana hubungan penimbunan pangan dengan krisis pangan yang terjadi di
Indonesia?
5. Apa dampak dari krisis pangan yang terjadi di Indonesia?
6. Bagaimana perkembangan pangan di Indonesia dan Dunia?
7. Bagaimana upaya untuk mengatasi krisis pangan?

C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuannya antara lain:
1. Mengetahui apa itu isu-isu global.
2. Mengetahui apa itu krisis pangan.
3. Mengetahui bagaimana keadaan pangan di Indonesia.
4. Mengetahui hubungan penimbunan pangan dengan krisis pangan yang terjadi di
Indonesia.
5. Mengetahui dampak dari krisis pangan yang terjadi di Indonesia.
6. Mengetahui perkembangan pangan di Indonesia dan Dunia.
7. Mengetahui bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi krisis pangan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Isu-isu Global
Isu global adalah setiap peristiwa atau wacana yang mampu menyita perhatian
masyarakat global. Tentang bagaimana masyarakat merespon isu tersebut salah satunya
ditentukan oleh kuatnya pengaruh yang ditimbulkan dari isu tersebut. Isu global juga
dapat diartikan sebagai persoalan lintas budaya dan bangsa yang sedang hangat
dibicarakan pada masa sekarang ini oleh masyarakat di dunia. Isu ini tidak hanya
dihadapi oleh satu negara saja, melainkan dihadapi oleh berbagai negara di belahan
dunia.
Isu global yang berkembang di dunia saat ini meliputi:
1. Isu tentang lingkungan
a. Krisis pangan
b. Kekurangan sumber air bersih
c. Polusi
d. Perubahan Iklim
2. Isu tentang kemanusiaan
a. Kemiskinan
b. Konflik atau perang
c. Wabah penyakit

B. Krisis Pangan
Menurut UU No. 18 Tahun 2012 Krisis Pangan adalah kondisi kelangkaan
Pangan yang dialami sebagian besar masyarakat di suatu wilayah yang disebabkan oleh,
antara lain, kesulitan distribusi Pangan, dampak perubahan iklim, bencana alam dan
lingkungan, dan konflik sosial, termasuk akibat perang. Krisis pangan dunia merupakan
ancaman bagi semua negara, termasuk Indonesia. Semakin bertambahnya populasi
penduduk dunia otomatis kebutuhan akan pangan juga semakin meningkat. Menjadikan
setiap Negara harus mampu menjaga ketersediaan pangan yang dimilikinya, agar
terhindar dari ancaman kelaparan yang akan menimpa penduduknya.
Bertambahnya populasi tidak diiringi oleh bertambahnya lahan untuk
kebutuhan pangan. Lahan untuk kebutuhan pangan semakin berkurang karena terus
digarap untuk dijadikan infrastruktur baik perumahan maupun industri kedepannya.

3
Selain itu, untuk mendapatkan hasil pangan yang lebih baik juga harus memperhatikan
kualitas tanah, sedangkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa lahan
yang ada khususnya di Indonesia mengalami degradasi lahan sehingga menurunkan
produktifitas pangan.
Permasalahan pangan global yang dihadapi negara di dunia ini antara lain:
1. Kenaikan harga minyak bumi yang sangat fluktuatif yang sangat berpengaruh pada
pola permintaan komoditas pangan untuk food, feed, fuel,
2. Fenomena perubahan iklim global yang semakin nyata, akan secara nyata
mempengaruhi kemampuan produksi dan stok pangan global,
3. Permintaan pangan global meningkat, karena jumlah penduduk dunia terus
bertambah, terutama dari negara-negara miskin Asia dan Afrika, dan
4. Pergerakan harga pangan di pasar internasional yang fluktuatif ditambah dengan
adanya krisis finansial dan ekonomi global berdampak pada pasar dan harga pangan
dalam negeri

Hal lain yang menjadi pemicu terjadinya krisis pangan di dunia, antara lain:

1. Jumlah penduduk.
Pertambahan jumlah penduduk ini tentunya akan mempengaruhi pola konsumsi
yang juga kian meningkat.
2. Pengalihan fungsi lahan
Pengalihan fungsi lahan yang tadinya hanya di peruntukkan untuk mengelola
sumber daya alam termasuk pertanian dan perkebunan, kini dialih fungsikan untuk
membangun infrastruktur berupa perumahan, industri, dan jalan raya.
3. Stabilitas Harga
Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan hasil produk pangan,
atau dengan kata lain jumlah penduduk yang semakin bertambah, sementara
produksi pangan dirasa kurang akibat laju pertumbuhan penduduk tersebut. Hal ini
tentu akan memperngaruhi stabilitas harga.
4. Bencana
Terjadinya pemanasan global (global warming) beberapa tahun terakhir ini menjadi
bencana besar di muka bumi. Pemanasan global yang menjadi salah satu terjadinya
perubahan iklim tersebut akan mempengaruhi turunnya produktifitas pangan. Hal
ini juga akan menimbulkan penyakit yang menyebabkan terjadinya gagal panen.

4
C. Keadaan Ketahanan Pangan di Indonesia

Gambar 1

Indeks Ketahanan Pangan Indonesia menurut Global Food Security Index (2012-
2021)
Sumber: The Economist, 2021

Ketahanan pangan bagi suatu negara merupakan hal yang sangat penting,
terutama bagi negara yang mempunyai penduduk sangat banyak seperti Indonesia.
Menurut data Global Food Security Index (GFSI), ketahanan pangan Indonesia pada
2021 memang melemah dibanding tahun sebelumnya. GFSI mencatat skor indeks
ketahanan pangan Indonesia pada 2020 mencapai level 61,4. Namun, pada 2021
indeksnya turun menjadi 59,2.

Indeks tersebut menjadikan ketahanan pangan Indonesia tahun 2021 berada di


peringkat ke-69 dari 113 negara. GFSI mengukur ketahanan pangan negara-negara dari
empat indikator besar, yakni keterjangkauan harga pangan (affordability), ketersediaan
pasokan (availability), kualitas nutrisi dan keamanan makanan (quality and safety),
serta ketahanan sumber daya alam (natural resources and resilience).

Menurut penilaian GFSI, harga pangan di Indonesia cukup terjangkau dan


ketersediaan pasokannya cukup memadai jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Namun, infrastruktur pertanian pangan Indonesia masih di bawah rata-rata global.
Standar nutrisi dan keragaman makanan pokok juga masih dinilai rendah. Sumber daya
alam Indonesia juga dinilai memiliki ketahanan yang buruk karena belum dilindungi

5
kebijakan politik yang kuat, serta rentan terpapar bencana terkait perubahan iklim,
cuaca ekstrem, dan pencemaran lingkungan.

Lalu upaya apa yang dapat dilakukan untuk mendukung ketahanan pangan di
Indonesia? Karena salah satu penyebab melemahnya ketahanan pangan di Indonesia
adalah infrastruktur pertanian pangan di Indonesia yang masih di bawah rata-rata
global, maka kita dapat melakukan pembangunan infrastruktur transportasi sebagai
upaya untuk mendukung ketahanan pangan di Indonesia.

Ketersediaan dan kesiapan infrastruktur yang memadai memegang peranan


penting dalam mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Keterkaitan antara
infrastruktur dan ketahanan pangan tersebut dapat dipahami dengan mengetahui faktor-
faktor yang mengancam ketahanan pangan di Indonesia. Faktor-faktor tersebut yaitu:

1. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi,


2. Peningkatan harga pangan, baik produk lokal maupun impor yang disebabkan
biaya transportasi atau spekulasi harga di pasar internasional,
3. Produksi pangan yang tidak mencukupi kebutuhan konsumsi di suatu daerah
tertentu, dan
4. Produk pangan terhambat karena perubahan iklim, cuaca, kekeringan atau
banjir.

Berkaca pada faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, dukungan infrastruktur


dan transportasi selain dapat memperlancar arus distribusi barang di Indonesia, juga
sangat berpengaruh pada proses penentuan harga komoditas di pasar. Semakin bagus
infrastruktur transportasi maka biaya logistik barang juga akan semakin murah. Sebagai
negara kepulauan, tentunya sektor perhubungan laut sangat memegang peranan
pernting dalam arus distribusi barang di Indonesia. Pelabuhan menjadi simpul penting
dalam arus perdagangan dan distribusi barang di Indonesia, dimana perdangangan
melalui jalur laut mencapai 90%.

Dari uraian diatas, hendaknya pembangunan infrastruktur transportasi terutama


di sektor kelautan dan kepelabuhanan menjadi prioritas dalam pembangunan nasional
guna mendukung tercapainya ketahanan pangan di Indonesia. Ketersediaan sarana
transportasi ini merupakan salah satu pilar utama program pencapaian ketahanan
pangan nasional. Pembangunan infrastruktur transportasi ini bisa difokuskan ke
pembangunan sarana pendukung kepelabuhanan sehingga arus bongkar muat barang

6
hasil pertanian dan bahan pangan lainnya bisa berjalan dengan efektif dan efisien dari
segi waktu maupun biaya.

Dengan pembangunan aspek fisik dan nonfisik kepelabuhanan, diharapkan


infrastruktur transportasi kepelabuhanan akan dapat memberikan pelayanan bongkar
muat barang yang efisien dari segi waktu dan biaya, sehingga secara keseluruhan akan
memperlancar arus distribusi barang produksi pertanian dan bahan pangan lainnya.
Kelancaran arus distribusi ini merupakan salah satu faktor pendukung tercapainya
ketahanan pangan nasional, selain tentunya faktor intensifikasi dan ekstensifikasi di
dalam sektor pertanian itu sendiri.

D. Penimbunan Pangan sebagai Penyebab dari Krisis Pangan


Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar dan utama, dan
pemenuhan kebutuhan pangan ini merupakan bagian dari hak asasi manusia yang
dijamin oleh negara berdasarkan undangundang. Ketersediaan pangan ini merupakan
kewajiban negara yang tidak boleh terputus atau langka sebagaimana kondisi yang
terjadi saat ini.
Ada hal-hal mendasar yang mengakibatkan terjadinya kelangkaan pangan.
Besarnya jumlah penduduk yang tidak sebanding atau tidak didukung dengan
peningkatan hasil produksi pertanian merupakan hal mendasar yang dapat memicu
kelangkaan pangan. Selain faktor tersebut, kelangkaan pangan juga bisa ditimbulkan
karena beralihnya peruntukan lahan pertanian menjadi lahan industri. Dimana-mana
dijumpai banyak lahan persawahan telah berubah menjadi komplek perumahan, pabrik-
pabrik, terminal, dan pusat-pusat perbelanjaan serta jenis industri lainnya.
Kelangkaan bahan kebutuhan pokok ini bisa juga disebabkan karena adanya
penimbunan bahan kebutuhan pangan oleh beberapa oknum pedagang atau pengusaha.
Akibat dari penimbunan ini, harga bahan pangan di pasaran mengalami kenaikan yang
cukup tinggi. Selain itu, dengan ditimbunnya kebutuhan-kebutuhan pokok itu, barang-
barang tersebut hilang dari peredaran, padahal rakyat sangat membutuhkannya.
1. Penimbunan Pangan
Penimbunan adalah membeli sesuatu dengan jumlah besar, agar barang tersebut
berkurang di pasar sehingga harganya (barang yang ditimbun tersebut) menjadi naik
dan pada waktu harga menjadi naik baru kemudian dilepas (dijual) ke pasar,
sehingga mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda.

7
a. Dampak Penimbunan Pangan
Dampak penimbunan pangan secara umum adalah terjadinya kelangkaan
pangan. Kelangkaan pangan berarti supply lebih sedikit dibandingkan demand
atau produksi lebih rendah daripada konsumsi. Hukum permintaan dan
penawaran dipastikan berlaku dalam kondisi seperti ini, yaitu kenaikan harga
pangan yang tidak terkendali. Sebagai alat negara, pemerintah akan berusaha
untuk mengendalikan harga ini melalui berbagai kebijakan, salah satu
diantaranya melalui operasi pasar dengan tujuan untuk menekan harga agar
tidak membebani masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Namun, langkah yang ditempuh pemerintah ini terkadang tidak efektif.
Masih banyak kita jumpai hargaharga kebutuhan pokok masyarakat masih
membumbung tinggi. Pemerintah hanya melaksanakan kebijakannya secara
parsial tidak dengan perencanaan dan pengawasan yang baik.
b. Potensi Risiko Fiskal Penimbunan Pangan
Kelangkaan pangan yang terjadi karena adanya penimbunan pangan ini,
menjadikan masyarakat sulit memenuhi kebutuhan pangannya. Penimbunan
pangan ini akan menyebabkan kelangkaan pasokan kebutuhan pokok,
sedangkan permintaan dari konsumen melebihi pasokan yang tersedia. Untuk
memenuhi permintaan yang melebihi pasokan yang ada, pemerintah biasanya
menempuh kebijakan berupa impor pangan. Kebijakan ini otomatis akan
semakin mengurangi penerimaan negara jika pemerintah mempermudah
masuknya impor pangan ini dengan kebijakan fiskal yang berupa penurunan bea
masuk.
Di sisi lain, kebijakan impor ini akan semakin membuat neraca
perdagangan internasional Indonesia menjadi defisit. Defisit dalam neraca
pembayaran menimbulkan beberapa akibat buruk terhadap kegiatan dan
kestabilan ekonomi negara. Kegiatan ekonomi dalam negeri yang menurun
mengurangi kegairahan pengusaha-pengusaha untuk meningkat kan produksi
terhadap hasil pangan. Penurunan produksi pangan ini bisa memicu kelangkaan
pangan sehingga mengakibatkan persediaan pangan dalam negeri pun semakin
sedikit.
Dibukanya kesempatan impor pangan yang seluas-luasnya oleh
pemerintah ini akan mengakibatkan produsen pangan dalam negeri tidak
mampu bersaing dengan produkproduk impor. Rendahnya daya saing ini
8
mengakibatkan ketidakpercayaan swasta asing untuk berinvestasi di Indonesia.
Akibatnya banyak modal asing yang lari ke luar negeri sehingga semakin
memperparah kondisi perekonomian nasional karena rendahnya nilai investasi.
Selain itu, akibat dari impor yang lebih besar dari ekspor akan
menjadikan penerimaan negara berkurang sehingga APBN pun mengalami
defisit yang cukup besar. Biasanya solusi pemerintah untuk mengatasinya agar
anggaran negara menjadi berimbang adalah dengan menambah utang. Sekali
lagi beban fiskal pemerintah semakin berat karena harus menanggung beban
utang yang semakin besar. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, utang
adalah variabel yang bisa saja mendorong perekonomian sekaligus menghambat
pertumbuhan ekonomi. Mendorong perekonomian maksudnya jika utang
tersebut digunakan untuk membuka lapangan kerja dan investasi yang pada
akhirnya dapat mendorong kegiatan perekonomian. Sedangkan menghambat
pertumbuhan maksudnya apabila utang tersebut tidak dipergunakan secara
maksimal karena masih kurangnya fungsi pengawasan dan integritas atas
penanggung jawab utang tersebut.

2. Penimbunan Pangan dan Krisis Pangan


Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penimbunan pangan dapat
menyebabkan terjadinya krisis pangan. Penimbunan yang terjadi menyebabkan
kebutuhan pangan langka dan harga pangan pun melonjak tinggi yang
menyebabkan masyarakat bawah tidak dapat menjangkaunya. Krisis pangan
sebagai akibat dari adanya penimbunan pangan telah menimbulkan berbagai
dampak yang sangat merugikan masyarakat dan negara. Akibat-akibat tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan yang cukup signifikan yang
semakin memberatkan kehidupan.
b. Tingkat pengangguran semakin tinggi khususnya tenaga kerja di sekitar sektor
pertanian.
c. Penurunan penerimaan negara dari sektor pajak penghasilan karena tingkat
pengangguran yang tinggi.
d. Penerimaan negara juga berkurang ketika pemerintah melakukan impor pangan
karena berkurangnya devisa sebagai hasil ekspor.

9
e. Biaya jaminan Kesehatan yang harus ditanggung pemerintah meningkat karena
banyak masyarakat yang terkena penyakit akibat gizi buruk dan mal nutrisi.
f. Jika krisis pangan terjadi berlarut-larut akan berdampak terhadap kestabilan
ekonomi, politik, dan hankam negara.

E. Dampak Krisis Pangan Indonesia


Menipisnya ketersediaan pangan atau terjadinya krisis pangan akan
mempengaruhi roda perekonomian Indonesia. Ketika terjadi krisis pangan, pangan
akan langka, kelangkaan ini menyebabkan harga terus melonjak. melonjaknya harga ini
akan memicu terjadinya konflik sehingga mempengaruhi roda perpolitikan. Dampak
lain yang terjadi di Indonesia akibat terjadinya krisis pangan adalah kelaparan. Tidak
hanya di Indonesia, melainkan kelaparan juga terjadi dibelahan dunia. Hasil penelitian
FAO (Food Agriculture Organization) tahun 2010 menunjukkan penduduk dunia yang
mengalami kelaparan mencapai 925 juta jiwa.
Selain kelaparan, dampak lain dari krisis pangan yang terjadi di Indonesia
adalah ketergantungan akan impor. Saat ini Indonesia termasuk pengimpor beras
terbesar dengan jumlah 2,5 juta ton beras per tahun. Selain beras juga mengimpor 2 juta
ton gula dan 1,2 juta ton kedelai. Jika ini tidak secepatnya di antisipasi oleh pemerintah,
maka tidak mustahil Indonesia akan mengalami seperti yang terjadi di Negara Haiti
yang menjadi salah satu negara krisis pangan dengan penghasil beras produksi 170.000
ton beras per tahun masih mengalami krisis pangan.

Berikut kurva volume dari impor beras Indonesia pada tahun 2015 sampai 2021:

Gambar 2

10
Volume dan Impor Beras Indonesia
Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor beras Indonesia seberat
114,45 ribu ton senilai US$ 51,76 juta periode September-Desember 2021. Nilai
tersebut meningkat 24,4% dibading triwulan sebelumnya hanya 92 ribu ton dengan nilai
US$ 40,38 juta.

F. Analisis Perkembangan Pangan di Indonesia dan Dunia


Pangan sejatinya tidak terlepas sebagai kebutuhan umat manusia yang ada
dibelahan dunia ini. Kondisi pangan yang lambat laun mengalami ancaman kekurangan
atau disebut sebagai krisis pangan kemudian menggeser isu perang dan konflik dari
high politics menjadi low politics. Hal ini didasarkan bahwa krisis pangan yang telah
menjadi isu high politics mampu menarik perhatian pemangku kepentingan di tingkat
internasional. Betapa tidak bahwa kondisi pangan pada tahun-tahun terakhir ini
sangatlah meprihatinkan.
Presiden Republik Indonesia beberapa waktu yang lalu telah menyampaikan
peringatan Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mengenai ancaman krisis pangan
dunia. Dampak dari penyebaran virus Corona (COVID-19) yang saat ini sudah melanda
hampir di seluruh Negara di dunia secara langsung maupun tidak langsung akan sangat
mengganggu proses produksi pangan dunia. Kelangkaan pangan ini akan memaksa
negara-negara di dunia untuk lebih mementingkan kebutuhan pangan dalam negerinya.
Hal ini tentu akan sangat berpengaruh pada pola distribusi pangan secara global di
seluruh dunia. Selama masa pandemi ini hampir seluruh negara sangat selektif pada
keluar masuk arus barang dan manusia guna memperkecil peluang penyebaran COVID-
19, tidak terkecuali Indonesia.
Berikut adalah kurva yang menggambarkan prevalensi ketidakcukupan
konsumsi pangan di Indonesia dari tahun 2017 sampai 2020.

11
Gambar 3
Pravelensi Ketidakcukupan Konsumsi Pangan Nasional (2017-2020)
Sumber: Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan angka prevalensi ketidakcukupan


pangan (Prevalence of Undernourishment/PoU) nasional tahun 2020 sebesar 8,34%.
Angka tersebut naik 0,71% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 7,63%.
Semakin tinggi prevalensi ketidakcukupan pangan, maka semakin tinggi pula
persentase penduduk yang mengkonsumsi makanan tetapi kurang dari kebutuhan
energinya. Indikator ini juga dapat menggambarkan perubahan ketersediaan makanan
dan kemampuan rumah tangga untuk mengakses makanan.

Laporan Global Food Security Index (GFSI) 2020 yang mengukur ketahanan
pangan di beberapa negara, menempatkan Indonesia di peringkat 65 dari 113 negara.
Peringkat Indonesia masih di bawah negara ASEAN lain seperti Singapura (peringkat
19), Malaysia (peringkat 43), Thailand (peringkat 51), dan Vietnam (peringkat 63).

Beralih dari Indonesia, bagaimana keadaan krisis pangan pada negara-negara


lain yang ada di dunia. Menurut laporan Global Overview of Food Crises 2021
menyebutkan, Republik Kongo menjadi negara dengan darurat krisis pangan terparah
pada 2020. Sebanyak 5,7 juta atau 9% penduduk di Republik Kongo mengalami darurat
krisis pangan.

Afganistan berada di posisi kedua karena ada 4,3 juta orang atau 14% dari total
populasi yang mengalami darurat krisis pangan. Yaman di urutan ketiga dengan 3,6 juta

12
penduduk atau 12% dari total populasi mengalami darurat krisis pangan. Sebanyak 16,5
ribu penduduk Yaman bahkan dalam tahap bencana krisis pangan.

Sudan berada di urutan keempat dengan penduduk yang darurat krisis pangan
sebanyak 2,2 juta atau 5% dari total populasi. Sementara, Sudan Selatan berada di
bawahnya dengan jumlah 1,7 juta penduduk atau 15% dari total populasi. Berikut kurva
yang menggambarkan negara-negara dengan krisis pangan tertinggi di dunia pada tahun
2020.

Gambar 4
8 Negara dengan Kondisi Darurat Krisis Pangan (2020)

Sumber: Food Security Information Network

8 Negara dengan kondisi darurat krisis pangan memiliki penduduk sebanyak:

1. Republik Kongo: 5,7 juta jiwa


2. Afganistan: 4,3 juta jiwa
3. Yaman: 3,6 juta jiwa
4. Sudan: 2,2 juta jiwa
5. Sudan Selatan: 1,7 juta jiwa
6. Ethiopia: 1,4 juta jiwa
7. Haiti: 1,2 juta jiwa
8. Zimbabwe: 1 juta jiwa

13
Kategori darurat krisis pangan salah satunya ditandai dengan kesenjangan
konsumsi pangan antarpenduduk yang besar. Indikasi lainnya adalah jumlah penduduk
yang mengalami malnutrisi akut sangat tinggi. Selain itu, tingkat kematian akibat
malnutrisi tinggi. Konflik yang terus menerus terjadi dan menciptakan ketidakstabilan
politik dan ekonomi menjadi penyebab terjadinya krisis pangan di dunia. Krisis pangan
juga disebabkan guncangan ekonomi akibat pandemi virus corona Covid-19 dan cuaca
ekstrim yang menghancurkan rumah, lahan pertanian, serta peternakan.

Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa krisis pangan di Indonesia


masih jauh lebih baik dibandingkan beberapa negara di Dunia. Indonesia tidak
termasuk ke dalam 8 negara dengan kondisi darurat krisis pangan. Negara dengan
kondisi darurat krisis pangan sebagaian besar berada di Benua Afrika. Kemiskinan dan
perang sipil lah yang membuat Republik Kongo berada pada posisi pertama dalam
kategori negara yang mengalami darurat krisis pangan. Selain itu, penyebab lainnya
ialah dikarenakan pandemi virus Covid-19 yang sudah berlangsung beberapa tahun
terakhir ini. Indonesia menyentuh angka tertinggi krisis pangan pada tahun 2020 saat
pandemi virus Covid-19 baru memasuki wilayah Indonesia jika dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya.

G. Upaya Mengatasi Krisis Pangan


Dalam hal ini, pemerintah memiliki peran penting membuat kebijakan
mempertahankan agar ancaman akan terjadinya krisis pangan dapat dihindari. Selain
itu, Actor yang terlibat tidak hanya mengharapkan pemerintah sebagai satu-satunya
actor dalam mengambil kebijakan ditingkat atas, melainkan juga harus melibatkan actor
di level bawah, petani misalnya. Bahkan sebaiknya kerjasama antara pemerintah dan
masyarakat termasuk petani harus ditingkatkan dalam mengantisipasi krisis ketahanan
pangan.
Setelah kerjasama antar berbagai actor telah terjalin, langkah selanjutnya yang
harus ditempuh pemerintah Indonesia dalam upaya mempertahankan ketahanan pangan
adalah:
1. Negara dalam hal ini pemerintah, harus memperhatikan produksi dalam negeri.
Bukan hanya produksi dari sektor pertanian, tetapi juga harus memperhatikan
sektor perkebunan dan peternakan. Perhatian pemerintah terhadap ketiga sektor

14
tersebut harus ditingkatkan guna menjaga ketersediaan kebutuhan pangan dalam
negeri.
2. Kestabilan dan keterjangkauan harga terhadap pangan oleh masyarakat Indonesia
harus diperhatikan oleh pemerintah.
3. Perluasan wilayah atau tanah garapan khususnya bidang pertanian yang tadinya
semakin terbatas menjadi pekerjaan rumah pemerintah untuk menunjang
peningkatan produksi pangan.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Isu global adalah setiap peristiwa atau wacana yang mampu menyita perhatian
masyarakat global. Isu global yang berkembang di dunia saat ini meliputi isu tentang
lingkungan dan isu tentang kemanusiaan. Isu tentang lingkungan mencakup krisis
pangan, kekurangan sumber air bersih, polusi, dan perubahan iklim. Krisis Pangan
adalah kondisi kelangkaan Pangan yang dialami sebagian besar masyarakat di suatu
wilayah yang disebabkan oleh, antara lain, kesulitan distribusi Pangan, dampak
perubahan iklim, bencana alam dan lingkungan, dan konflik sosial, termasuk akibat
perang. Krisis pangan dikatakan sebagai isu global karena tidak hanya terjadi di
Indonesia saja, akan tetapi terjadi di beberapa bagian dunia. Ada 8 negara yang masuk
kedalam kategori negara dengan krisis pangan tertinggi, Republik Kongo menempati
posisi paling pertama. Krisis pangan di Indonesia sempat melonjak pada tahun 2020
jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Faktor utama yang mendorong
terjadinya hal tersebut adalah adanya pandemi Covid-19. Dampak dari krisis pangan
Indonesia yang tinggi adalah kelaparan dan ketergantungan tinggi terhadap impor.
Namun krisis pangan di Indonesia belum mencapai titik yang sangat parah. Karena
Indonesia tidak termasuk kedalam 8 negara dengan krisis pangan di dunia yang sudah
disebutkan sebelumnya.

B. Saran
Sebaiknya pemerintah segera membuat kebijakan pencegahan, mulai dari perbaikan
data, optimalisasi produksi, hingga distribusinya. Kementrian Pertanian seharusnya
sesegera mungkin memperbaiki data stok pangan dan lahan yang berproduksi. Selain
itu, proses produksi harus dioptimalkan dengan menjamin ketersediaan kebutuhan
dasar pertanian dan juga menerapkan strategi baru, Terakhir, distribusi yang harus
dioptimalkan penyebarannya. Distribusi pangan tidak seharusnya berpusat pada suatu
wilayah saja, melainkan harus menyebar ke seluruh sudut wilayah yang ada di
Indonesia.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, G. P., & Ginting, A. M. (2012). Antisipasi krisis pangan melalui kebijakan diversifikasi
pangan. Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, 3(1), 97-118.

Mudrieq, S. S. H. (2014). Problematika krisis pangan dunia dan dampaknya bagi


Indonesia. Academica, 6(2).

Muis, S., Rahmatulah, R., & Ashar, A. (2021). Edukasi Masyarakat dalam Meningkatkan
Ketahanan Pangan Keluarga di Masa Pandemi Covid 19. Jurnal Solma, 10(1), 165-172.

databoks.katadata.co.id, “Sebanyak 8,34% Penduduk Indonesia Kekurangan Pangan pada


2020”, 1 Juni 2021. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/06/24/sebanyak-
834-penduduk-indonesia-kekurangan-pangan-pada
2020#:~:text=Badan%20Pusat%20Statistik%20(BPS)%20melaporkan,yang%20sebes
ar%207%2C63%25. Diakses pada 5 April 2022 pukul 18.16

databoks.katadata.co.id, “8 Negara dengan Kondisi Darurat Krisis Pangan (2020)”, 20 Agustus


2021. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/08/20/daftar-negara-dengan-
krisis-pangan-terparah-kongo-urutan-pertama Diakses pada 5 April 2022 pukul 19.42

ppukab.bps.go.id, “KSA : Menyediakan Data Pangan Indonesia di tengah Ancaman Krisis


Pangan Dunia”, 24 April 2020. https://ppukab.bps.go.id/news/2020/04/24/44/ksa---
menyediakan-data-pangan-indonesia-di-tengah-ancaman-krisis-pangan-dunia.html
Diakses pada 6 April 2022 pukul 12.07

databooks.katadata.co.id, “Ketahanan Pangan Indonesia Melemah pada 2021”, 22 Maret 2022.


https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/22/ketahanan-pangan-indonesia-
melemah-pada-
2021#:~:text=Menurut%20data%20Global%20Food%20Security,indeksnya%20turun
%20menjadi%2059%2C2. Diakses pada 6 April pukul 20.08

17

Anda mungkin juga menyukai