Anda di halaman 1dari 16

Geostrategi Indonesia dan Ketahanan Nasional Dalam Bela Negara

A. Geostrategi Indonesia
1. Pengertian Geostrategi
Geostrategis berasal dari kata “geo” yang berarti bumi, dan “strategi”
diartikan sebagai usaha dengan menggunakan segala kemampuan atau sumber
daya, baik SDM maupun SDA, untuk melaksanakan kebijakan yang telah
ditetapkan. Dalam kaitannya dengan kehidupan suatu negara, strategi merupakan
cara negara untuk menggunakan segala kemampuan SDM dan SDA, demi
mewujudkan cita-cita atau tujuan kehidupan bernegara sebagai bangsa yang
bermartabat.
Bagi bangsa Indonesia, geostrategi tidak lain adalah cara atau strategi
yang dilakukan Bangsa Indonesia dalam wilayah Indonesia yang menyeluruh,
dengan mengingat kondisi geografis serta menggunakan seluruh potensi SDM dan
SDA, guna mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidup bernegara, dan
mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional bernegara sebagai bangsa yang
bermartabat. Karena itu geopolitik dan geostrategi Indonesia merupakan dua
konsep yang saling mendukung dengan pembangunan yang menyeluruh di
wilayah Nusantara, guna mewujudkan kemakmuran Bangsa Indonesia
sebagaimana termuat dalam tujuan dan cita-cita Bangsa Indonesia.
Keterkaitan geopolitik dan geostrategi juga dikembangkan oleh Sir
Halford Mackinder, yang dikenal sebagai pengembang Wawasan Banua atau
konsep kekuatan darat atau geostrategi kontinental. Pada dasarnya teori ini
menekankan, barang siapa dapat menguasi “Daerah Jantung” dunia, yaitu Eurasia
(Eropa dan Asia), akan dapat menguasai daratan Eropa, Asia serta Afrika, dan
pada akhirnya dapat menguasai Dunia.
Totalitas pengembangan kedua teori ini tidak ada yang secara parsial atau
khusus dilaksanakan dengan murni. Meski teori ini pada awalnya dikembangkan
di Eropa daratan dengan Wawasan Benuanya, serta Inggris dengan Wawasan
Bahari, keadaan sekarang terdapat kecenderungan untuk menggabungkan
kekuasaan tersebut, meski dengan penekanan yang berbeda.

2. Hakekat Geostrategi Indonesia


Secara tidak langsung masa Orde Baru Indonesia pernah menekankan
pada kekuatan darat, dengan pertimbangan jumlah personil angkatan darat,
mencapai 3 sampai 4 kali jumlah personil angkatan udara maupun angkatan laut.
Dalam masa Reformasi, keadaan ini direkonstruksi kembali dengan upaya
mengembangkan angkatan laut tanpa harus mengurangi potensi angkatan darat.
Hal ini dilakukan dengan meningkatkan kekuatan dan peran angkatan laut,
mengingat luas wilayah Indonesia terbesar adalah wilayah laut serta SDA di laut
yang tidak kalah pentingnya dengan SDA yang ada di wilayah daratan.
Konsep geostrategi Indonesia pada hakekatnya, bukan mengembangkan
kekuatan untuk penguasaan terhadap wilayah di luar Indonesia atau untuk
ekspansi terhadap negara lain, tetapi konsep strategi yang didasarkan pada kondisi
metode, atau cara untuk mengembangkan potensi kekuatan nasional yang
ditujukan guna pengamanan dan menjaga keutuhan kedaulatan Negara Indonesia
dan pembangunan nasional, dari kemungkinan gangguan yang datang dari dalam
maupun dari luar negeri. Untuk mewujudkan geostrategi Indonesia akhirnya
dirumuskan oleh Bangsa Indonesia dengan konsep Ketahanan Nasional Republik
Indonesia.

B. Ketahanan Nasional Indonesia


1. Latar Belakang
Letak Kepulauan Indonesia yang strategis sejak dulu kala, memberikan
kemudahan sarana untuk berperan dalam percaturan hubungan antara bangsa di
sekitar Indonesia. Masa kerajaan Sriwijaya atau Majapahit telah diperankan oleh
nenek moyang Bangsa Indonesia. Kedatangan bangsa Eropa, yang saling berebut
pengaruh mulai Bangsa Arab, India, Cina, Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris,
dan Jepang menunjukkan bahwa wilayah Nusantara atau Kepulauan Indonesia
banyak memberi inspirasi kepada berbagai bangsa di dunia, untuk
memperebutkan atau menguasainya. Setelah Indonesia merdeka tanggal 17
Agustus 1945, Belanda yang berhasil dikalahkan Jepang pada awal Perang Dunia
Kedua, ingin kembali ke Indonesia, setelah Jepang menyerah kepada Sekutu di
bawah kepemimpinan Amerika dan Inggris.
Di samping keinginan bangsa lain, untuk memperebutkan pengaruh atau
ingin menguasai Indonesia, setelah Indonesia merdeka. Di sisi lain, bukanlah
sesuatu yang mudah untuk meyakinkan seluruh Bangsa Indonesia, bahwa negara
baru saja diproklamasikan akan mampu mengantar cita-cita dan tujuan perjuangan
Bangsa Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya Pemberontakan PKI Madiun
1948, dan pergolakan lain untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia, serta bentuk-bentuk pengaruh lain yang tidak mendukung kelestarian
NKRI. Contoh akhir-akhir ini adalah munculnya Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
dan Organisasi Papua Merdeka (OPM) maupun Negara Islam Indonesia (NII).
Gerakangerakan ini menunjukkan bahwa ancaman dari dalam terhadap keutuhan
NKRI ternyata masih terjadi fluktuasi, yang sampai saat ini masih saja terjadi.
Kenyataan geografis yang strategis serta pengalaman sejarah mulai
sebelum dan sesudah Proklamasi 1945, memberikan inspirasi dan aspirasi kepada
Bangsa Indonesia untuk membangun ketahanan nasional di masa kini dan masa
yang akan datang. Ketangguhan dan keuletan dari SDM Bangsa Indonesia, serta
kondisi alamiah dan SDA yang ada, membentuk ketahanan nasional. Dinamika
ketahanan nasional dapat dipelajari dari gerak perjuangan Bangsa Indonesia
dalam mempertahankan, mengawal negara, mengisi kemerdekaan dengan
pembangunan segenap bangsa dan seluruh wilayah Indonesia. Dinamika
kehidupan manusia tersebut, tidak selalu berjalan ideal dan harmonis dalam
pergaulan hidup bermasyarakat, baik dalam lingkup lokal, nasional, maupun
dalam pergaulan internasional. Dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara ini
didasari pada pokok-pokok pikiran dari bangsa Indonesia yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Manusia Berbudaya
Manusia, termasuk bangsa Indonesia adalah makhluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna dengan kelebihan
kemampuan jiwa, dan pikirannya, senantiasa berjuang
mempertahankan eksistensi, pertumbuhan, serta kelangsungan
hidupnya senantiasa selalu mengadakan hubungan-hubungan yang
dapat memberikan ketenangan dalam hidup, baik kehidupan
individual maupun dalam hidup bermasyarakat, seperti :
1) Hubungan manusia dengan Tuhannya disebut
Agama,
2) Hubungan manusia dengan cita-citanya, disebut
Ideologi,
3) Hubungan manusia dengan kekuasaan, disebut
Politik,
4) Hubungan manusia dengan kebutuhan, disebut
Ekonomi,
5) Hubungan manusia dengan sesama manusia, disebut
Sosial,
6) Hubungan manusia dengan keindahan, disebut
Seni/Budaya,
7) Hubungan manusia dengan pemanfaatan alam,
disebut Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
8) Hubungan manusia dengan rasa aman, disebut
Pertahanan dan Keamanan.

b. Tujuan Nasional, Falsafah Bangsa, serta Ideologi Negara :


Tujuan nasional merupakan acuan pokok pikiran untuk
mewujudkan Ketahanan Nasional yang tangguh. Tanpa ketahanan
yang tangguh, upaya membangun guna mencapai tujuan nasional
menjadi rapuh dan sulit diwujudkannya, dengan perkataan lain
dalam situasi tidak aman, sulit bagi suatu negara membangun
bangsa dan negaranya.
Falsafah dan ideologi Pancasila merupakan dasar
keyakinan Bangsa Indonesia bahwa dengan Pancasila Bangsa
Indonesia akan mampu melaksanakan pembangunan secara
berkelanjutan guna mencapai tujuan atau cita-cita nasional Bangsa
Indonesia.

2. Pengertian Ketahanan Nasional


Ketahanan Nasional ditinjau secara antropologis mengandung arti
kemampuan manusia atau suatu kesatuan kemampuan manusia untuk tetap
memperjuangkan kehidupannya. Rumusan ketahanan nasional Indonesia
sebagaimana disusun oleh Lemhamnas (Sumarsono, dkk, 2007), adalah kondisi
dinamis Bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek, kehidupan nasional yang
terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi
segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan, baik yang datang dari luar
maupun dari dalam untuk menjamim identitas, integritas, kelangsungan hidup
bangsa dan negara, serta perjuangan mencapai tujuan nasional.
Istilah Ketahanan Nasional pertama di Indonesia disampaikan oleh
Presiden Sukarno saat berkunjung di Banda Aceh (Kotaraja) tahun 1958 (Rahayu,
2007), yang menyatakan : “Alangkah besar hati kita menerima, jikalau bangsa
ingin menjadi besar dan kuat, bangsa itu harus memenuhi tiga syarat, harus
mempunyai tiga ketahanan: nomor satu ketahanan militer, nomor dua ketahanan
ekonomi, nomor tiga ketahanan jiwa”.
Apa yang dikemukakan Presiden Sukarno tahun 1958, masih relevan
dengan kondisi ketahanan nasional yang diharapkan atau pada kondisi
perkembangan dunia saat ini, seperti :
a. Ketahanan Militer
Suatu negara akan mampu, mempertahankan diri dari
tekanan militer negara lain, bila suatu negara tersebut disegani atau
diperhitungkan oleh negara lain, karena kemampuan militer yang
kuat. Negara-negara yang mempunyai kekuatan militer kuat dapat
mendikte negaranegara lain, bahkan dengan arogannya tidak
menghiraukan resolusi PBB, berbagai alasan pembenaran
dilakukan, termasuk melakukan intervensi terhadap suatu negara
merdeka. Tindakan Amerika Serikat terhadap Afganistan, dan Irak
adalah contoh kongkrit arogansi negara dengan kekuatan militer
yang kuat. Minimal bagi negara, meski tidak ada keinginan politik
ekspansi, kekuatan militer kuat dalam suatu negara sangat
diperlukan, guna mengawal kedaulatan negara.

b. Ketahanan Ekonomi
Ketahanan ekonomi negara tidak ubahnya ekonomi
keluarga. Ketahanan ekonomi yang rapuh menjadikan negara harus
menegakkan ekonomi dengan hutang, bahkan tidak sedikit negara
donor memaksakan kehendak politiknya kepada negara yang
diberikan bantuan. Indonesia pernah merasakan sikap arogansi
IMF, bahkan pernah mendapat tekanan dari IMF, yakni memaksa
Indonesia untuk menjalankan resep IMF, sehingga banyak
menimbulkan kritik dari dalam negeri Indonesia, terkait dengan
harga diri serta martabat bangsa yang seharusnya tidak perlu
terjadi, bila kita memiliki ketahanan ekonomi yang tangguh.
Ketahanan jiwa, kondisi kesadaran bagi seseorang dalam
menjaga dan memelihara keteguhan prinsip yang diyakini
kebenarannya, siap untuk membela dan mempertahankan terhadap
pengaruh dari luar apa pun resiko yang harus dihadapinya.
Ketahanan jiwa dalam bernegara adalah kesetiaan dan kebanggan
sebagai bangsa Indonesia, yang didukung dengan semangat
nasionalisme dan patriotisme, siap sedia membela keutuhan dan
kedaulatan Indonesia sampai titik darah penghabisan. Ketahanan
jiwa untuk menjaga dan mengawal eksistensi dan cita-cita
berbangsa sangat diperlukan sehingga mampu mengatasi ancaman,
gangguan, hambatan dan tantangan baik dari dalam negeri maupun
dari luar yang dapat melemahkan integritas bangsa dan negara
dalam percaturan dunia Internasional.

3. Asas Ketahanan Nasional


Ketahanan Nasional adalah tata laku Bangsa Indonesia berdasarkan pada
nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, serta Wawasan Nusantara, yang tercermin dalam
asas-asas Ketahanan Nasional Indonesia, yaitu :
a. Asas Kesejahteran dan Keamanan
Kesejahteraan dan keamanan merupakan kebutuhan
mendasar dalam kehidupan manusia. Bagi Bangsa Indonesia,
gangguan keamanan yang terjadi akan menghambat negara dalam
melangsungkan pembangunannya, yang akhirnya dapat berdampak
pada terhambatnya usaha mewujudkan kehidupan warga yang
sejahtera. Negara yang terganggu dalam pembangunannya, pasti
berdampak pada upaya mewujudkan kesejahteraan warganya.
Sebaliknya tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dari warga pada
umumnya dapat dipastikan akan menimbulkan tindakan
kriminalitas yang dapat mengganggu keamanan, ketenangan adan
kesejahteraan warga.

b. Asas Komprehensif, Integral,Menyeluruh atau Terpadu


Sistem kehidupan nasional mencakup seluruh aspek
kehidupan bangsa dalam bentuk perwujudan persatuan dan
kesatuan serta perpaduan yang seimbang dan selaras pada seluruh
aspek kehidupan bernegara. Asas komprehensif, integral,
menyeluruh, dan terpadu ini, hendaknya diwujudkan dalam
kehidupan riil dan kongkrit, sehingga konsep yang ideal tersebut
dapat terealisir dalam kehidupan sehari-hari. Bangsa Indonesia
perlu belajar dari krisis multidimensi yang terjadi tahun 1998,
karena pemerintah selalu menyampaikan kondisikondisi kehidupan
ideal yang serba serasi, harmonis, seimbang, ekonomi Indonesia
yang kokoh, ternyata Indonesia paling lama menderita dampak
kritis dibanding dengan negara-negara lain di Asia yang terkena
krisis yang sama. Konsep-konsep ideal harus dapat diaplikasikan
secara kongkrit dalam kehidupan masyarakat.

c. Asas Mawas ke dalam dan ke luar


Mawas ke dalam bertujuan menumbuh kembangkan
hakekat, sifat dan kondisi kehidupan nasional yang didasarkan
pada nilai-nilai kemandirian sebagai bangsa yang ulet dan tangguh.
Sedang mawas ke luar bertujuan untuk mengantisipasi dan
berperan serta mengatasi dampak lingkungan strategis luar negeri,
serta menerima kenyataan interaksi dengan dunia internasional.
Kehidupan nasional harus mampu memberikan dampak ke luar
dalam bentuk antisipasi, serta daya tangkal dan daya tawar, meski
yang diutamakan adalah interaksi dalam bentuk kerjasama bilateral
atau multilateral yang saling menguntungkan.

d. Asas Kekeluargaan
Kekeluargaan mengandung makna keadilan, kearifan,
kebersamaan dan kesamaan, gotong royong, tenggang rasa, dan
bertanggungjawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Perbedaan dihargai, tetapi perlu disadari bersama bahwa perbedaan
tersebut jangan sampai berkembang ke arah konflik, yang
hakekatnya dapat memecah belah persatuan dan kesatuan nasional.
Harus disadari perbedaan tersebut diupayakan untuk mencari titik
temu, bukan untuk dipertentangkan ke arah konflik, menang kalah,
bahkan dengan tindakan represif. Perbedaan sebagai khasanah
kekayaan bangsa, harus kita sikapi dalam kerangka mencari solusi
terbaik bagi kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

4. Konsep Ketahanan Nasional


Meski konsep ketahanan yang disampaikan Presiden Sukarno masih
relevan sebagai bagian dari konsep ketahanan yang menyeluruh dengan kondisi
kehidupan negara sekarang. Konsep Ray Cline (Supriatnoko, 2008; Rahayu,
2007; Sumarsono, dkk, 2007) menyebut 6 gatra yang diperlukan untuk
membangun ketahanan suatu bangsa, yaitu :
a. Perceived power, kekuatan nasional sebagaimana dipersepsikan
oleh negara lain
b. Critical mass, yaitu strategi antar potensi penduduk dengan
geografi,
c. Kemampuan militer
d. Kemampuan ekonomi
e. Strategi nasional
f. Tekad rakyat untuk mewujudkan strategi nasional
Dari 6 gatra di atas, maka terdapat 3 gatra yang identik dengan apa yang
disampaikan oleh Presiden Sukarno, yaitu kemampuan militer, kemampuan
ekonomi dan tekad rakyat. Untuk mewujudkan strategi nasional, tidak lain adalah
ketahanan jiwa sebagaimana dimaksud Bung Karno saat itu. Dengan
perkembangan teknologi serta kompleksitas permasalahan bangsa dalam hidup
bernegara, Lemhanas mengembangkan konsep Ketahanan Nasional yang
merumuskan dalam delapan (8) gatra atau astagatra, yang dikelompokkan dalam
dua bagian, yaitu trigatra (tiga gatra) dan pancagatra (lima gatra).
a. Trigatra
Trigatra berisi aspek alamiah, dalam ketahanan nasional Bangsa
Indonesia yang mencakup :
1) Letak geografis Negara Indonesia
Letak geografis Negara Indonesia, sebagai negara
kepulauan yang strategis pada persimpangan jalur Asia-
Australia dan Samudera Hindia dan Pasifik, yang
dikelompokkan dalam 4 gugusan, yaitu :
a) Gugusan Papua dan pulau-pulau kecil di
sekitarnya.
b) Gugusan Kepulauan Maluku, terdiri dari
Halmahera, Tidore, Ternate, Seram Buru
dan pulau-pulau sekitarnya.
c) Gugusan Kepulauan Sunda Kecil, meliputi
Pulau Bali, Lombok, Sumbawa, Flores
sampai Alor dan sekitarnya.
d) Gugusan Kepulauan Sunda Besar, meliputi
Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi
dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.

Menurut bentang alam geografi Indonesia


terdiri dari :
a) Dangkalan Sunda, yang meliputi gugusan
Kepulauan Sunda Besar dan Kecil dengan
laut tidak begitu dalam.
b) Dangkalan Sahul yang meliputi gugusan
Papua dan Kepulauan Maluku dengan laut
yang relatif lebih dalam dibanding
Dangkalan Sunda.

Dilihat dari flora dan fauna Indonesia


dibedakan dalam tiga wilayah:
a) Flora dan fauna Indonesia bagian Barat,
bercorak benua Asia
b) Flora dan fauna Indonesia bagian Timur,
dengan corak benua Australia
c) Flora dan fauna Indonesia bagian tengah,
dengan corak peralihan dengan wilayah
meliputi Sulawesi, NTB maupun NTT.
Keadaan alamiah Indonesia yang demikian luas
pada satu sisi sangat membanggakan, tetapi pada sisi lain
perlu dukungan pengamanan yang lebih besar dalam
melindungi dengan kedaulatan yang menyeluruh.
2) Keadaan dan kekayaan alam
Kekayaan alam merupakan potensi yang mampu
mendukung dinamika Ketahanan Nasional. Kekayaan alam
seperti tambang adalah kekayaan alam yang tidak dapat
diperbarui, sedang kekayaan yang lain adalah kekayaan
alam yang dapat diperbarui, sehingga perlu pemanfaatan
kekayaan alam yang efisien dan maksimal termasuk untuk
kelangsungan generasi baru berikutnya.

3) Keadaan dan kemampuan penduduk


Peran penduduk sangat menentukan dalam
terwujudnya ketahanan nasional yang tangguh, karena
penduduk atau rakyat merupakan faktor dominan,
sementara keadaan gatra yang lain sangat tergantung pada
kualitas penduduk atau rakyat. Dengan perkataan lain,
penduduk adalah unsur yang aktif, sedang gatra lain adalah
pasif, tergantung bagaimana penduduk memaksimalkan
gatra lain yang pasif tersebut.

b. Pancagatra
1) Gatra Ideologi
Ideologi Pancasila yang diyakini akan mampu
mengantar bangsa Indonesia mewujudkan cita-cita maupun
tujuan nasional Bangsa Indonesia. Di samping sebagai
ideologi Pancasila juga sebagai pandangan hidup, dasar
falsafah, dan dasar negara.
Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari terhadap
nilai-nilai Pancasila sangat tergantung kepada kesadaran
Bangsa Indonesia. Bila kesadaran tersebut dipupuk dan
dipelihara, diyakini eksistensi Bangsa dan Negara
Indonesia dapat dipertahankan dan akan dapat mewujudkan
tujuan nasional dari Bangsa Indonesia. Sebaliknya bila
kesadaran itu, sekedar permainan katakata dan tidak pernah
terwujud dalam perilaku anak bangsa, maka telah
melahirkan beberapa kali telah terjadi krisis nasional, mulai
dari pemberontakan PKI sampai krisis multidimensi tahun
1998.

2) Gatra Politik
Pemerintah dan kebijakan pemerintah hendaknya
tetap berpihak pada kepentingan nasional dengan
mengutamakan keseimbangan kepentingan kelompok serta
individu. Semua harus dilaksanakan secara transparan dan
demokratis. Keberpihakan pada kelompok tertentu dan
tidak transparan akan mudah menimbulkan gejolak yang
tidak menguntungkan dalam mewujudkan kesatuan dan
persatuan nasional. Semua ini telah digariskan dalam
Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945 Amandemen,
bahwa Indonesia adalah negara hukum dan berdasarkan
pada konstitusi.

3) Gatra Ekonomi
Pasal 33 UUD 1945 Proklamasi sampai
Amandemen, menyebutkan, Perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasi oleh negara.
Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kepentingan rakyat.
Amanat UUD 1945 telah jelas menggariskan
perekonomian rakyat. Rakyat diberikan hak sama untuk
berusaha, dan untuk menikmati kekayaan alam yang
terkandung dalam bumi Indonesia. Indonesia
mengembangkan sistem ekonomi koperasi, usaha swasta
dan perusahaan negara. Pelaku ekonomi sekarang yang
dominan adalah perusahaan swasta, sedang koperasi yang
diharapkan mampu mewarnai kegiatan ekonomi Indonesia
dari waktu ke waktu masih berjalan di tempat, dan tidak
mampu bersaing dengan perusahaan swasta. Perusahaan
Negara yang diharapkan mampu menjembatani hajat hidup
orang banyak, selalu terkendala dalam permodalan, dan
kadang-kala hanya menjadi sumber pendanaan dari partai
politik, oleh menterinya yang berasal dari partai tertentu.
Kalimantan Selatan sebagai produsen batubara terbesar di
Indonesia, justru mengalami krisis listrik. Semua ini masih
menunjukkan ketimpangan pengelolaan ekonomi nasional.
Sebagaimana pada gatra penduduk, kegiatan ekonomi
sangat ditentukan oleh SDM. Untuk menggerakkan
ekonomi kerakyatan perlu dukungan SDM yang memadai.
Dalam era globalisasi ekonomi, Indonesia dituntut
terbuka, berarti Indonesia akan menyatu dengan kegiatan
ekonomi dunia. Semua ini perlu kerja keras baik
pemerintah, atau juga warga Indonesia secara individu
maupun skala nasional harus mampu mengejar
ketertinggalan dengan bangsa lain. Bila tidak, maka
Indonesia dengan kekayaan alam yang melimpah, akan
dieksploitasi bangsa lain dan Bangsa Indonesia sebagai
penonton atau buruh di negaranya sendiri. Kondisi ini jelas
tidak mendukung Ketahanan Nasional yang harus
diwujudkan. Ke depan bangsa Indoensia harus mampu
bersaing dengan bangsabangsa lain di dunia, sehingga
keunggulan sumberdaya alam dapat digunakan secara
maksimal untuk kemakmuran bersama seluruh Bangsa
Indonesia.

4) Gatra Sosial-Budaya
Sebagaimana telah disebut pada pembahasan satu
kesatuan sosial-budaya dalam Wawasan Nusantara, maka :
a) Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu,
perikehidupan bangsa harus merupakan kehidupan
yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan
masyarakat yang sama, merata, seimbang serta
adanya keselarasan sesuai dengan kemajuan bangsa.
Pada hakekatnya sosial adalah pergaulan hidup
manusia dalam bermasyarakat, yang memiliki nilai-
nilai kebersamaan, senasibsepenanggungan, dan
solidaritas sebagai alat pemersatu. Bangsa Indonesia
adalah masyarakat Negara Indonesia dengan satu
nasib sepenanggungan, serta memiliki cita-cita
bersama dalam kesatuan wilayah Indonesia.
b) Budaya pada hakekatnya adalah sistem nilai sebagai
hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Masyarakat
budaya akan membentuk pola budaya, serta fokus
budaya. Bahwa budaya Indonesia pada hakekatnya
adalah satu, sedang corak ragam budaya yang ada
menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang
menjadi modal dan landasan pengembangan budaya
bangsa seluruhnya, yang hasil-hasilnya dapat
dinikmati oleh bangsa.

5) Gatra Pertahanan dan Keamanan


Pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) bertujuan untuk menjamin
tetap tegaknya NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945, dari segala ancaman, gangguan, hambatan atau juga
tantangan baik dari dalam maupun dari luar. Sistem
pertahanan dan keamanan diselenggarakan dengan sistem
pertahanan rakyat semata, dengan Tentara Nasional
Indonesia (TNI) sebagai kekuatan inti, bersama kekuatan
cadangan dan dukungan dari seluruh rakyat Indonesia,
dengan konsep defensif aktif. Defensif aktif dimaksudkan
bahwa bangsa Indonesia tidak akan melakukan intervensi
ke wilayah negara lain, dan tidak sekedar menunggu, bila
ada negara lain menyerang. Dalam arti Bangsa Indonesia
akan aktif menjaga keutuhan wilayah dan kedaulatan
Indonesia.

5. Sifat Ketahanan Nasional


Ketahanan Nasional memiliki sifat-sifat yang terbentuk dari nilai-nilai
mandiri, dinamis, wibawa, serta konsultatif dan kerja sama (Sumarsono, dkk,
2007). Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mandiri
Ketahanan Nasional bertumpu pada percaya pada
kemampuan dan kekuatan, keuletan serta ketangguhan diri sendiri,
yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah, sesuai dengan
identitas, integritas dan kepribadian bangsa. Kemandirian
merupakan prasyarat untuk menjalin kerja sama yang saling
menguntungkan.

b. Dinamis
Ketahanan Nasional tidak bersifat statis, tetapi aktif sesuai
dengan situasi dan kondisi bangsa, negara, serta lingkungan
strategisnya. Kondisi yang dinamis dilandasi oleh argumentasi
bahwa dalam pergaulan internasional kadang sulit diprediksi untuk
terjadinya perubahan global. Untuk itu, ketahanan yang dinamis
sangat diperlukan dalam pencapaian kehidupan nasional yang lebih
baik dengan kedaulatan yang kuat.

c. Wibawa
Ketahanan terhadap ancaman, gangguan, hambatan dan
tantangan akan meningkatkan kemampuan dan kekuatan bangsa.
Kemampuan yang lebih, sebagai bangsa yang berdaulat dan
bermartabat, dalam mengatasi ancaman, gangguan, hambatan dan
tantangan menumbuhkan dan memupuk kewibawaan bangsa
Indonesia.

d. Konsultasi dan Kerjasama


Ketahanan Nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap
konfrontatif dan antagonistis, tetapi lebih mengutamakan sikap
konsultatif, kerjasama, serta saling menghargai dengan
kemampuan dan kekauatan moral dan kepribadian bangsa.

C. Ketahanan Nasional dalam RPJP dan RPJM


1. Ketahanan Nasional dalam RPJP
Pembangunan Pertahanan dan Keamanan dalam RPJP, mengamanatkan;
Terwujudnya rasa aman dan damai bagi seluruh rakyat serta terjaganya keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kedaulatan negara dari
ancaman, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang ditandai oleh hal-
hal berikut :
a. Terwujudnya keamanan nasional yang menjamin martabat
kemanusiaan, keselamatan warga negara, dan keutuhan wilayah
dari ancaman dan gangguan pertahanan dan keamanan, baik dari
luar negeri maupun dari dalam negeri,
b. TNI yang profesional, komponen cadangan dan pendukung
pertahanan yang kuat terutama, bela negara masyarakat dengan
dukungan industri pertahanan yang handal.
c. Polri yang profesional, partisipasi kuat masyarakat dalam bidang
keamanan, intelijen, dan kontra intelijen yang efektif, serta
mantapnya koordinasi antara institusi pertahanan dan keamanan.

2. Ketahanan Nasional dalam RPJM


a. Permasalahan
1) Belum komprehensifnya kebijakan dan strategi pertahanan
2) Belum mantapnya partisipasi masyarakat (civil society)
dalam pembangunan pertahanan.
3) Kurang memadainya sarana dan prasarana, peningkatan
profesionalisme serta rendahnya kesejahteraan anggota TNI
4) Rendahnya kondisi dan jumlah alutsita.
5) Embargo senjata oleh negara-negara produsen utama serta
rendahnya pemanfaatan industri pertahanan nasional.
6) Belum tercukupinya anggaran pertahanan secara maksimal.
7) Belum optimalnya pendayagunaan potensi masyarakat
dalam bela negara.

b. Sasaran
Sasaran peningkatan kemampuan pertahanan negara dalam waktu
5 tahun mendatang adalah :
1) Tersusunnya rancangan postur pertahanan Indonesia
berdasarkan Strategic Defence Review (SDR) dan strategi
pertahanan dalam periode 2005-2006 yang disusun sebagai
hasil kerjasama civil society dalam militer.
2) Meningkatnya profesionalisme anggota TNI, baik dalam
operasi militer untuk perang maupun selain perang.
3) Meningkatkan kesejahteraan prajurit TNI, terutama
kecukupan perumahan, pendidikan dasar keluarga prajurit,
dan jaminan kesejahteraan akhir tugas.
4) Meningkatnya jumlah dan kondisi peralatan pertahanan ke
arah modernisasi alat terutama sistem persenjataan dan
kesiapan operasional
5) Meningkatnya penggunaan alutsita produksi dalam negeri
dan dapat ditanganinya pemeliharaan alutsita oleh indusrti
dalam negeri.
6) Teroptimasinya anggaran pertahanan serta tercukupinya
anggaran minimal serta simultan dengan selesainya reposisi
bisnis TNI.
7) Terdayagunakannya potensi masyarakat dalam bela negara,
sebagai salah satu komponen utama pertahanan negara.

c. Arah Kebijakan
Sasaran tersebut dicapai dengan arah kebijakan sebagai berikut:
1) Menajamkan dan mensinkronkan kebijakan pertahanan
negara.
2) Meningkatkan peranserta masyarakat dan meningkatkan
profesionalisme institusi yang terkait dengan pertahanan
negara.
3) Meningkatkan kemampuan dan profesionalisme TNI
mencakup demensi alutsita, material, personil serta
prasarana dan sarana.
4) Meningkatkan kesejahteraan anggota TNI dan pendirian
sistem asuransi prajurit.
5) Meningkatkan kemampuan industri pertahanan nasional,
dalam hal penyediaan kebutuhan dan perawatan alutsita
yang sudah ada.
6) Mengoptimalkan dan meningkatkan anggaran pertahanan
menuju rasio kecukupan secara silmultan dengan penataan
bisnis TNI.
7) Melakukan permasyarakatan dan pendidikan bela negara
secara formal dan informal.

d. Program-program Pembanguan
Arah kebijakan dalam peningkatan kemampuan pertahanan negara
dijabarkan melalui program-program pembangunan antara lain,
sebagai berikut :
1) Program pengembangan sistem dan strategi
pertahanan
Tujuan program ini untuk mewujudkan rumusan
kebijakan umum dan kebijakan pelaksanaan serta
perencanaan strategis yang meliputi pembinaan dan
pendayagunaan komponen pertahanan negara dalam rangka
menghadapi ancaman dan gangguan termasuk pencegahan
serta penanggulangan separatisme. Kegiatan pokok yang
dilakukan adalah :
a) Penyusunan Stratgic Defence Review (SDR)
strategi daya pertahanan, postur pertahanan
kompartemen dan strategis
b) Penyusunan manajemen aset sistem pertahanan
termasuk alutsita.
c) Pengembangan sistem, berupa pembinaan sistem
dan metode dalam rangka mendukung tugas pokok
organisasi/satuan, pelaksanaan survai tegas batas
antar RI dengan PNG, Malaysia dan RDTL,
pelaksanaan survai pemetaan darat, laut dan udara
serta pengembangan sistem informatika.
d) Peningkatan fungsi yang meliputi dukungan
kebutuhan yang sesuai fungsi organisasi, teknik tata
kerja, tenaga manusia dan peralatan.
e) Pengembangan sistem dan strategi nasional yang
meliputi sistem politik ekonomi sosial budaya,
pertahanan dan keamanan.
f) Telaahan/perkiraan/apersepsi strategi nasional,
evaluasi, serta monitoring ketahanan nasional dalam
di bidang politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan dan keamanan.

2) Program pengembangan pertahanan integratif


Tujuan program ini untuk mewujudkan kesiapan
TNI yang melingkupi matra darat, laut, dan udara secara
terintegrasi agar mampu menyelenggarakan pertahanan
negara secara terpadu. Kegiatan pokok yang dilakukan
adalah :
a) Pengembangan sistem berupa pembinaan sistem
dan metode dalam rangka mendukung tugas pokok
organisasi/satuan;
b) TNI dengan melaksanakan perawatan personil
dalam rangka mendukung hak-hak prajurit serta
melaksanakan werving prajurit TNI Perwira Prajurit
Karir (PK). Perwira Prajurit Sukarela Dinas Pendek
(PSDP) Penerbang dan PNS.
c) Pengembangan materiil TNI yang meliputi
pengadaan/pemeliharaan senjata dan amunisi,
kendaraan tempur, alat komunikasi, alat pertahanan
khusus (alpalsus), alat pertahanan (alpal) darat dan
udara.
d) Pengembangan fasilitas berupa pembangunan/
renovasi fasilitas pendukung operasi lembaga
pendidikan serta sarana dan prasarana pendukung
serta mess, asrama, dan rumah dinas.
e) Penggiatan fungsi yang meliputi dukungan
kebutuhan sesuai fungsi organisasi teknik, tata
kerja, tenaga manusia dan peralatan.
f) Pelaksanaan kegiatan operasi dan latihan militer
integratif dalam upaya membina kekuatan dan
kemampuan serta pemeliharaan kesiapan
operasional.
g) Pelaksanaan operasi militer selain perang
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku
serta kebijakan dan keputusan politik negara.

3) Program pengembangan bela negara


Tujuan program ini adalah mewujudkan kesiapan
potensi dukungan pertahanan dari masyarakat untuk
ditransformasikan menjadi kesatuan kekuatan komponen
pertahanan negara. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah :
a) Penyusunan berbagai kebijakan pelaksanaan di
bidang pembinaan dan pendayagunaan seluruh
potensi sumber daya nasional;
b) Peningkatan kekuatan kegita komponen pertahanan
negara dengan didukung oleh kemampuan
SDA/SBD Nasional, dan kemampuan sarana dan
prasarana Nasional yang memdai, peningkatan
kemampuan sumberdaya manusia guna mendukung
pertahanan negara.

Anda mungkin juga menyukai