A. Geostrategi Indonesia
1. Pengertian Geostrategi
Geostrategis berasal dari kata “geo” yang berarti bumi, dan “strategi”
diartikan sebagai usaha dengan menggunakan segala kemampuan atau sumber
daya, baik SDM maupun SDA, untuk melaksanakan kebijakan yang telah
ditetapkan. Dalam kaitannya dengan kehidupan suatu negara, strategi merupakan
cara negara untuk menggunakan segala kemampuan SDM dan SDA, demi
mewujudkan cita-cita atau tujuan kehidupan bernegara sebagai bangsa yang
bermartabat.
Bagi bangsa Indonesia, geostrategi tidak lain adalah cara atau strategi
yang dilakukan Bangsa Indonesia dalam wilayah Indonesia yang menyeluruh,
dengan mengingat kondisi geografis serta menggunakan seluruh potensi SDM dan
SDA, guna mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidup bernegara, dan
mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional bernegara sebagai bangsa yang
bermartabat. Karena itu geopolitik dan geostrategi Indonesia merupakan dua
konsep yang saling mendukung dengan pembangunan yang menyeluruh di
wilayah Nusantara, guna mewujudkan kemakmuran Bangsa Indonesia
sebagaimana termuat dalam tujuan dan cita-cita Bangsa Indonesia.
Keterkaitan geopolitik dan geostrategi juga dikembangkan oleh Sir
Halford Mackinder, yang dikenal sebagai pengembang Wawasan Banua atau
konsep kekuatan darat atau geostrategi kontinental. Pada dasarnya teori ini
menekankan, barang siapa dapat menguasi “Daerah Jantung” dunia, yaitu Eurasia
(Eropa dan Asia), akan dapat menguasai daratan Eropa, Asia serta Afrika, dan
pada akhirnya dapat menguasai Dunia.
Totalitas pengembangan kedua teori ini tidak ada yang secara parsial atau
khusus dilaksanakan dengan murni. Meski teori ini pada awalnya dikembangkan
di Eropa daratan dengan Wawasan Benuanya, serta Inggris dengan Wawasan
Bahari, keadaan sekarang terdapat kecenderungan untuk menggabungkan
kekuasaan tersebut, meski dengan penekanan yang berbeda.
b. Ketahanan Ekonomi
Ketahanan ekonomi negara tidak ubahnya ekonomi
keluarga. Ketahanan ekonomi yang rapuh menjadikan negara harus
menegakkan ekonomi dengan hutang, bahkan tidak sedikit negara
donor memaksakan kehendak politiknya kepada negara yang
diberikan bantuan. Indonesia pernah merasakan sikap arogansi
IMF, bahkan pernah mendapat tekanan dari IMF, yakni memaksa
Indonesia untuk menjalankan resep IMF, sehingga banyak
menimbulkan kritik dari dalam negeri Indonesia, terkait dengan
harga diri serta martabat bangsa yang seharusnya tidak perlu
terjadi, bila kita memiliki ketahanan ekonomi yang tangguh.
Ketahanan jiwa, kondisi kesadaran bagi seseorang dalam
menjaga dan memelihara keteguhan prinsip yang diyakini
kebenarannya, siap untuk membela dan mempertahankan terhadap
pengaruh dari luar apa pun resiko yang harus dihadapinya.
Ketahanan jiwa dalam bernegara adalah kesetiaan dan kebanggan
sebagai bangsa Indonesia, yang didukung dengan semangat
nasionalisme dan patriotisme, siap sedia membela keutuhan dan
kedaulatan Indonesia sampai titik darah penghabisan. Ketahanan
jiwa untuk menjaga dan mengawal eksistensi dan cita-cita
berbangsa sangat diperlukan sehingga mampu mengatasi ancaman,
gangguan, hambatan dan tantangan baik dari dalam negeri maupun
dari luar yang dapat melemahkan integritas bangsa dan negara
dalam percaturan dunia Internasional.
d. Asas Kekeluargaan
Kekeluargaan mengandung makna keadilan, kearifan,
kebersamaan dan kesamaan, gotong royong, tenggang rasa, dan
bertanggungjawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Perbedaan dihargai, tetapi perlu disadari bersama bahwa perbedaan
tersebut jangan sampai berkembang ke arah konflik, yang
hakekatnya dapat memecah belah persatuan dan kesatuan nasional.
Harus disadari perbedaan tersebut diupayakan untuk mencari titik
temu, bukan untuk dipertentangkan ke arah konflik, menang kalah,
bahkan dengan tindakan represif. Perbedaan sebagai khasanah
kekayaan bangsa, harus kita sikapi dalam kerangka mencari solusi
terbaik bagi kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
b. Pancagatra
1) Gatra Ideologi
Ideologi Pancasila yang diyakini akan mampu
mengantar bangsa Indonesia mewujudkan cita-cita maupun
tujuan nasional Bangsa Indonesia. Di samping sebagai
ideologi Pancasila juga sebagai pandangan hidup, dasar
falsafah, dan dasar negara.
Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari terhadap
nilai-nilai Pancasila sangat tergantung kepada kesadaran
Bangsa Indonesia. Bila kesadaran tersebut dipupuk dan
dipelihara, diyakini eksistensi Bangsa dan Negara
Indonesia dapat dipertahankan dan akan dapat mewujudkan
tujuan nasional dari Bangsa Indonesia. Sebaliknya bila
kesadaran itu, sekedar permainan katakata dan tidak pernah
terwujud dalam perilaku anak bangsa, maka telah
melahirkan beberapa kali telah terjadi krisis nasional, mulai
dari pemberontakan PKI sampai krisis multidimensi tahun
1998.
2) Gatra Politik
Pemerintah dan kebijakan pemerintah hendaknya
tetap berpihak pada kepentingan nasional dengan
mengutamakan keseimbangan kepentingan kelompok serta
individu. Semua harus dilaksanakan secara transparan dan
demokratis. Keberpihakan pada kelompok tertentu dan
tidak transparan akan mudah menimbulkan gejolak yang
tidak menguntungkan dalam mewujudkan kesatuan dan
persatuan nasional. Semua ini telah digariskan dalam
Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945 Amandemen,
bahwa Indonesia adalah negara hukum dan berdasarkan
pada konstitusi.
3) Gatra Ekonomi
Pasal 33 UUD 1945 Proklamasi sampai
Amandemen, menyebutkan, Perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasi oleh negara.
Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kepentingan rakyat.
Amanat UUD 1945 telah jelas menggariskan
perekonomian rakyat. Rakyat diberikan hak sama untuk
berusaha, dan untuk menikmati kekayaan alam yang
terkandung dalam bumi Indonesia. Indonesia
mengembangkan sistem ekonomi koperasi, usaha swasta
dan perusahaan negara. Pelaku ekonomi sekarang yang
dominan adalah perusahaan swasta, sedang koperasi yang
diharapkan mampu mewarnai kegiatan ekonomi Indonesia
dari waktu ke waktu masih berjalan di tempat, dan tidak
mampu bersaing dengan perusahaan swasta. Perusahaan
Negara yang diharapkan mampu menjembatani hajat hidup
orang banyak, selalu terkendala dalam permodalan, dan
kadang-kala hanya menjadi sumber pendanaan dari partai
politik, oleh menterinya yang berasal dari partai tertentu.
Kalimantan Selatan sebagai produsen batubara terbesar di
Indonesia, justru mengalami krisis listrik. Semua ini masih
menunjukkan ketimpangan pengelolaan ekonomi nasional.
Sebagaimana pada gatra penduduk, kegiatan ekonomi
sangat ditentukan oleh SDM. Untuk menggerakkan
ekonomi kerakyatan perlu dukungan SDM yang memadai.
Dalam era globalisasi ekonomi, Indonesia dituntut
terbuka, berarti Indonesia akan menyatu dengan kegiatan
ekonomi dunia. Semua ini perlu kerja keras baik
pemerintah, atau juga warga Indonesia secara individu
maupun skala nasional harus mampu mengejar
ketertinggalan dengan bangsa lain. Bila tidak, maka
Indonesia dengan kekayaan alam yang melimpah, akan
dieksploitasi bangsa lain dan Bangsa Indonesia sebagai
penonton atau buruh di negaranya sendiri. Kondisi ini jelas
tidak mendukung Ketahanan Nasional yang harus
diwujudkan. Ke depan bangsa Indoensia harus mampu
bersaing dengan bangsabangsa lain di dunia, sehingga
keunggulan sumberdaya alam dapat digunakan secara
maksimal untuk kemakmuran bersama seluruh Bangsa
Indonesia.
4) Gatra Sosial-Budaya
Sebagaimana telah disebut pada pembahasan satu
kesatuan sosial-budaya dalam Wawasan Nusantara, maka :
a) Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu,
perikehidupan bangsa harus merupakan kehidupan
yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan
masyarakat yang sama, merata, seimbang serta
adanya keselarasan sesuai dengan kemajuan bangsa.
Pada hakekatnya sosial adalah pergaulan hidup
manusia dalam bermasyarakat, yang memiliki nilai-
nilai kebersamaan, senasibsepenanggungan, dan
solidaritas sebagai alat pemersatu. Bangsa Indonesia
adalah masyarakat Negara Indonesia dengan satu
nasib sepenanggungan, serta memiliki cita-cita
bersama dalam kesatuan wilayah Indonesia.
b) Budaya pada hakekatnya adalah sistem nilai sebagai
hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Masyarakat
budaya akan membentuk pola budaya, serta fokus
budaya. Bahwa budaya Indonesia pada hakekatnya
adalah satu, sedang corak ragam budaya yang ada
menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang
menjadi modal dan landasan pengembangan budaya
bangsa seluruhnya, yang hasil-hasilnya dapat
dinikmati oleh bangsa.
b. Dinamis
Ketahanan Nasional tidak bersifat statis, tetapi aktif sesuai
dengan situasi dan kondisi bangsa, negara, serta lingkungan
strategisnya. Kondisi yang dinamis dilandasi oleh argumentasi
bahwa dalam pergaulan internasional kadang sulit diprediksi untuk
terjadinya perubahan global. Untuk itu, ketahanan yang dinamis
sangat diperlukan dalam pencapaian kehidupan nasional yang lebih
baik dengan kedaulatan yang kuat.
c. Wibawa
Ketahanan terhadap ancaman, gangguan, hambatan dan
tantangan akan meningkatkan kemampuan dan kekuatan bangsa.
Kemampuan yang lebih, sebagai bangsa yang berdaulat dan
bermartabat, dalam mengatasi ancaman, gangguan, hambatan dan
tantangan menumbuhkan dan memupuk kewibawaan bangsa
Indonesia.
b. Sasaran
Sasaran peningkatan kemampuan pertahanan negara dalam waktu
5 tahun mendatang adalah :
1) Tersusunnya rancangan postur pertahanan Indonesia
berdasarkan Strategic Defence Review (SDR) dan strategi
pertahanan dalam periode 2005-2006 yang disusun sebagai
hasil kerjasama civil society dalam militer.
2) Meningkatnya profesionalisme anggota TNI, baik dalam
operasi militer untuk perang maupun selain perang.
3) Meningkatkan kesejahteraan prajurit TNI, terutama
kecukupan perumahan, pendidikan dasar keluarga prajurit,
dan jaminan kesejahteraan akhir tugas.
4) Meningkatnya jumlah dan kondisi peralatan pertahanan ke
arah modernisasi alat terutama sistem persenjataan dan
kesiapan operasional
5) Meningkatnya penggunaan alutsita produksi dalam negeri
dan dapat ditanganinya pemeliharaan alutsita oleh indusrti
dalam negeri.
6) Teroptimasinya anggaran pertahanan serta tercukupinya
anggaran minimal serta simultan dengan selesainya reposisi
bisnis TNI.
7) Terdayagunakannya potensi masyarakat dalam bela negara,
sebagai salah satu komponen utama pertahanan negara.
c. Arah Kebijakan
Sasaran tersebut dicapai dengan arah kebijakan sebagai berikut:
1) Menajamkan dan mensinkronkan kebijakan pertahanan
negara.
2) Meningkatkan peranserta masyarakat dan meningkatkan
profesionalisme institusi yang terkait dengan pertahanan
negara.
3) Meningkatkan kemampuan dan profesionalisme TNI
mencakup demensi alutsita, material, personil serta
prasarana dan sarana.
4) Meningkatkan kesejahteraan anggota TNI dan pendirian
sistem asuransi prajurit.
5) Meningkatkan kemampuan industri pertahanan nasional,
dalam hal penyediaan kebutuhan dan perawatan alutsita
yang sudah ada.
6) Mengoptimalkan dan meningkatkan anggaran pertahanan
menuju rasio kecukupan secara silmultan dengan penataan
bisnis TNI.
7) Melakukan permasyarakatan dan pendidikan bela negara
secara formal dan informal.
d. Program-program Pembanguan
Arah kebijakan dalam peningkatan kemampuan pertahanan negara
dijabarkan melalui program-program pembangunan antara lain,
sebagai berikut :
1) Program pengembangan sistem dan strategi
pertahanan
Tujuan program ini untuk mewujudkan rumusan
kebijakan umum dan kebijakan pelaksanaan serta
perencanaan strategis yang meliputi pembinaan dan
pendayagunaan komponen pertahanan negara dalam rangka
menghadapi ancaman dan gangguan termasuk pencegahan
serta penanggulangan separatisme. Kegiatan pokok yang
dilakukan adalah :
a) Penyusunan Stratgic Defence Review (SDR)
strategi daya pertahanan, postur pertahanan
kompartemen dan strategis
b) Penyusunan manajemen aset sistem pertahanan
termasuk alutsita.
c) Pengembangan sistem, berupa pembinaan sistem
dan metode dalam rangka mendukung tugas pokok
organisasi/satuan, pelaksanaan survai tegas batas
antar RI dengan PNG, Malaysia dan RDTL,
pelaksanaan survai pemetaan darat, laut dan udara
serta pengembangan sistem informatika.
d) Peningkatan fungsi yang meliputi dukungan
kebutuhan yang sesuai fungsi organisasi, teknik tata
kerja, tenaga manusia dan peralatan.
e) Pengembangan sistem dan strategi nasional yang
meliputi sistem politik ekonomi sosial budaya,
pertahanan dan keamanan.
f) Telaahan/perkiraan/apersepsi strategi nasional,
evaluasi, serta monitoring ketahanan nasional dalam
di bidang politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan dan keamanan.