Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INTERVENSI PERMUKIMAN LAHAN BASAH

18 APRIL 2022
*Batas Waktu sampai Hari Minggu/Ahad 24 April 2022
* Jam 23.00 WIB.

LAHAN BASAH

Kebutuhan terhadap adanya wetland di dunia semakin


meningkat. Kurang lebih 600 juta orang bergantung pada lahan
basah sebagai sumber kehidupan mereka.
Menurut sebaran lahan basah dunia, Indonesia memiliki lahan
gambut terbesar kedua dengan luas kurang lebih 22.5 juta
hektar.
SOAL…!
1. Jelaskan sejauh mana pengaruh permukiman terhadap lahan
basah yang ada di Pulau Sumatera…!

2. Salah satu defenisi lahan basah menurut Konvensi Ramsar


(1971) adalah lahan gambut. Cari peta sebaran lahan gambut
di Pulau Sumatera dan interpretasikan…!
RIZKI MEILI
ADELIA

10011381924101
Rizki Meili Adekia

PROGRAM STUDI
ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT

DOSEN
Ir. Muh. Fikruddin B, S.Kel., S.T.,
M.Si., IPM., ASEAN Eng.

EMAIL:
muhfikru@asia.com
JAWABAN…!
1. Indonesia adalah negara kepulauan, lahan basah kategori marine atau coastal wetlands tersebar di berbagai lokasi.
Namun, data yang lengkap mengenai potenisi lahan basah di Indonesia masih terbatas. Pendataan yang telah dilakukan masih
terfokus di pulau-pulau besar Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Ternate, dan Papua. Lahan basah adalah wilayah lahan
atau tanah jenuh dengan air, baik secara permanen ataupun temporer (musiman); sebagian atau seluruhnya kadang-kadang
tergenangi oleh lapisan air yang dangkal. Contoh lahan basah di antaranya adalah rawa-rawa (termasuk rawa bakau), paya,
dan gambut. Air yang menggenangi lahan basah dapat berupa air tawar, payau, atau air asin.
Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia maka kebutuhan akan perluasan lahan permukiman juga
meningkat, Konversi lahan basah sebagai lahan basah tropis yang diperuntukan bagi permukiman, disertai dengan kegiatan
normalisasi sungai serta pembangunan saluran-saluran drainase sebagai salah satu prasarana umum yang harus disediakan
untuk mengatasi permasalahan banjir pada lingkungan permukiman. Pemanfaatan fungsi lahan basah untuk permukiman di
Indonesia jika tidak dikelola dengan hati-hati dan sesuai karakteristiknya akan menurunkan kualitas lingkungan serta
menggangu keseimbangan hidrologis kawasan. Dengan pengorbanan yang besar dari sisi kualitas lingkungan, penggunaan
laban gambut untuk permukiman memberikan keuntungan ekonomi yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan lahan
mineral. Namun di satu sisi, pertambahan jumlah penduduk yang tinggi dan kebutuhan akan lahan permukiman yang terus
meningkat, wilayah lahan basah tropis menjadi target dalam pengembangan permukiman. Harus ada solusi konkrit untuk
mengatasi pennasalaban dengan bijaksana, salah satunya mengkaji dampak kegiatan normalisasi das dan pemanfaatan fungsi
laban basah tropis bagi pembangunan pemukiman
Pulau Sumatera yang merupakan pulau yang memiliki lahan basah terluas di Indonesia tentunya mengalami
tantangan akan permasalahan lahan pemukiman. Masyarakat Indonesia, khususnya yang berdomisili di Pulau Sumatera
cenderung memiliki pola pemukiman yang menetap atau bermukim di sekitar wialayah lahan basah atau perairan. Hal ini
tentunya mengancan terjadinya alhi fungsi lahan basah untuk pembangunan pemukiman. Alih fungsi lahan yang terus
berlanjut mengakibatkan berkurangan dan hilangnya lahan basah yang memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan.
Masyarakat yang melakukan penimbunan lahan basah untuk digunakan sebagai tempat pemukiman mengancam
lahan basah mengalami pendangkalan hingga menghilang, hal ini mengancam terjadinya penyusutan lahan basah, khususnya
lahan gambut diPulau Sumatera sebanyak 354.981 Ha (Dan & Pembangunan, 2020). Secara real pengaruh pemukiman
terhadap lahan basah yang dapat kita rasakan saat ini adalah lahan basah mulai kehilangan peran dan fungsinya bagi
lingkungan di Provinsi Sumatera Selatan. Akibat lahan basah yang beralih fungsi menjadi pemukiman, lahan basah tidak
dapat menjalankan perannya sebaga penyimpan air, dimana hal in iberdampak pada kondisi wilayah di Sumatera Selatan,
tepatnya Kota Palembang yang sering di landa banjir. Cadangan air tawar pun mulai berkurang akibat alih fungsi lahan ini.

2.
Gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dicirikan oleh adanya akumulasi bahan organik dalam
kurun waktu yang lama. Akumulasi ini terjadi karena lambatnya dekomposisi dibandingkan dengan laju penimbunan
bahan organik.Luas lahan rawa gambut di Indonesia diperkirakan 20,6 juta hektar atau sekitar 10,8 persen dari luas
daratan Indonesia. Dari luasan tersebut sekitar 7,2 juta hektar atau 35%- nya terdapat di Pulau Sumatera. Lahan rawa
gambut merupakan bagian dari sumberdaya alam yang mempunyai fungsi untuk pelestarian sumberdaya air, peredam
banjir, pencegah intrusi air laut, pendukung berbagai kehidupan atau keanekaragaman hayati, pengendali iklim (melalui
kemampuannya dalam menyerap dan menyimpan karbon) dan sebagainya.
Pulau Sumatra adalah pulau besar Indonesia yang memiliki lahan gambut paling besar. Pulau Sumatra yang
memiliki data detail tentang sebaran lahan gambut di wilayahnya. Jika ditotal, ada kurang lebih 6,4 juta hektar lahan
gambut di Pulau Sumatra. Untuk sebaran yang lebih detail kemudian dibagi berdasarkan provinsi. Kebanyakan lahan
gambut di Sumatra ditemukan di Provinsi Riau, Jambi, serta Sumatra Selatan. Kedalamannya pun variatif mulai dari yang
dangkal (50-100 cm) hingga yang dalam (lebih dari 400 cm). Hal ini juga didukung oleh kandungan karbon yang cukup
besar yaitu kurang lebih 18 juta ton.
Misalnya, Sebagian wilayah Provinsi Sumatera Selatan seluas 87.017 km2 merupakan lahan rawa yang
tersebar di daerah bagian timur, mulai dari kabupaten Musirawas, Muba, OKI, Muaraenim, dan Banyuasin. lahan rawa
yang berpotensi untuk pertanian di Provinsi Sumatera Selatan adalah 1.602.490 ha, terdiri atas lahan rawa pasang surut
961.000 ha dan rawa non pasang surut atau lebak 641.490 ha. Sebagian besar lahan rawa tersebut atau sekitar 1,42 juta ha
merupakan lahan rawa gambut
Tetapi, Provinsi yang memiliki lahan gambut paling luas, yakni Provinsi Riau dengan luas mencapai 3,8
hektare sebenarnya dahulu memmiliki luas yang lebih besar lagi. Pemanfaatan lahan yang tidak sesuailah yang kemudian
menyebabkan lahan gambut perlahan-lahan terdegradasi. Fungsi hidrologi serta produksinya pun dikhawatirkan tidak
sama lagi seperti dahulu.

______________________________*SELAMAT BEKERJA*______________________________

Anda mungkin juga menyukai