2.
Metode Waterfall
Waterfall merupakan metode pengembangan perangkat lunak tradisional yang sistematis. Metode ini
memiliki lima tahapan proses, di antaranya Communication, Planning, Modeling, Construction,
dan Deployment.
Communication merupakan fase di mana pelanggan atau pemilik proyek menyampaikan kebutuhan dan
permasalahannya kepada pengembang. Lalu, bersama-sama mengumpulkan data-data yang diperlukan
dan merumuskan fitur-fitur perangkat lunak.
Selanjutnya, menginjak pada proses perancangan. Dimulai dengan merumuskan estimasi kerja,
kebutuhan sumber daya, serta perencanaan alur kerja. Berlanjut dengan tahap perancangan struktur
data, arsitektur, tampilan, dan algoritma perangkat lunak.
Rancangan kemudian coba diaplikasikan pada perangkat keras komputer dalam bentuk bahasa
pemograman. Construction juga mencakup tahapan uji coba pengoperasian perangkat lunak untuk
mengetahui kelemahannya.
Setelah berhasil dibuat, perangkat lunak disebarluaskan untuk diimplementasikan pada perangkat
pengguna secara umum. Temuan-temuan dari pengguna, akan menjadi bahan bagi pengembang untuk
mengevaluasi dan memperbaiki perangkat lunak lebih jauh lagi.
docplayer.info
Prototype dalam bahasa Indonesia diartikan dengan istilah purwarupa. Istilah tersebut berarti model
awal atau rancangan sementara yang masih membutuhkan berbagai penyesuaian sebelum dinyatakan
telah memenuhi hasil yang diinginkan.
Terdapat lima tahapan dalam pengembangan perangkat lunak menggunakan metode prototype. Dimulai
dengan pengumpulan informasi dari pelanggan ke tim pengembang. Lalu, tim akan merencanakan
sistem dan mengerjakan purwarupa perangkat lunak.
Hasilnya kemudian diserahkan kepada pelanggan untuk dievaluasi. Jika terdapat permasalahan, tim akan
merevisi sistem tersebut hingga benar-benar sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Ketika revisi selesai dan telah diterima, berarti perangkat lunak telah siap diterjemahkan ke dalam
perangkat keras. Kemudian, dilanjutkan dengan proses uji coba dan berbagai revisi sebelum mulai dapat
digunakan.
SDLC (Software Development Life Cycle) adalah proses pembuatan dan pengubahan sistem serta model
dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem rekayasa perangkat lunak
3.
Pengetahuan akan struktur internal
Perbedaan paling mendasar antara black box dan white box testing adalah pengetahuan akan struktur
Untuk black box testing, struktur internal dan code yang ada di dalamnya tidak diketahui.
Di sisi lain, orang yang menjalankan white box testing bisa mengetahui code dan semua struktur internal
sebuah program.
Hal ini karena dalam white box testing, kamu perlu mengetahui apakah ada komponen
Black box testing dijalankan oleh software tester, sedangkan white box testing oleh software developer.
Jadi, black box testing bisa dilakukan oleh tim developer, pihak internal dari perusahaan, atau
Terdapat perbedaan mendasar lainnya antara black box testing dan white box testing, yaitu tujuannya.
Seperti yang disebutkan di awal, black box testing tujuannya adalah untuk menguji fungsionalitas
Uji coba ini merupakan salah satu metode user acceptance testing (UAT), untuk mengetahui apakah
fungsi aplikasi sudah sesuai dengan ketentuan yang dibuat atau belum.
Apakah user dapat menggunakan produk di dalamnya dengan mudah? Apakah ada hal yang dapat
Nah, white box testing bertujuan untuk melihat apakah struktur aplikasi tersebut sudah sesuai dengan
ketentuan.
Maka dari itu, white box testing biasanya berjalan lebih lama karena harus memastikan semua
komponen sudah ada di tempat yang seharusnya dan dapat berjalan dengan lancar.
Melansir Geeks for Geeks, black box testing tidak membutuhkan pengetahuan seputar implementasi
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, black box testing diadakan untuk menguji fungsionalitas
program.
Maka, yang harus diketahui hanya apakah aplikasi yang dikembangkan dapat digunakan sesuai dengan
fungsinya.
Di sisi lain, white box testing membutuhkan pengetahuan teknis karena memang pengujiannya lebih
4.
5.
Keterlambatan proyek konstruksi bisa saja disebabkan salah dalam melakukan estimasi waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek dalam tahap perencanaan, atau bermacam-macam
kemungkinan misalnya disebabkan Manajemen yang tidak tepat, masalah bahan material, tenaga
kerja, peralatan, keuangan, dan lingkungan yang