Anda di halaman 1dari 4

1.

Tujuan utama dari seseorang mempelajari rekayasa perangkat lunak adalah untuk


mengembangkan perangkat lunak yang dapat berfungsi dan berguna bagi penggunanya.
Sebuah perangkat lunak tentu harus memiliki fungsi dan kegunaan yang spesifik agar dapat digunakan
oleh penggunanya

2.
Metode Waterfall

Waterfall  merupakan metode pengembangan perangkat lunak tradisional yang sistematis. Metode ini
memiliki lima tahapan proses, di antaranya Communication, Planning, Modeling, Construction,
dan Deployment.
Communication merupakan fase di mana pelanggan atau pemilik proyek menyampaikan kebutuhan dan
permasalahannya kepada pengembang. Lalu, bersama-sama mengumpulkan data-data yang diperlukan
dan merumuskan fitur-fitur perangkat lunak.
Selanjutnya, menginjak pada proses perancangan. Dimulai dengan merumuskan estimasi kerja,
kebutuhan sumber daya, serta perencanaan alur kerja. Berlanjut dengan tahap perancangan struktur
data, arsitektur, tampilan, dan algoritma perangkat lunak.
Rancangan kemudian coba diaplikasikan pada perangkat keras komputer dalam bentuk bahasa
pemograman. Construction juga mencakup tahapan uji coba pengoperasian perangkat lunak untuk
mengetahui kelemahannya.
Setelah berhasil dibuat, perangkat lunak disebarluaskan untuk diimplementasikan pada perangkat
pengguna secara umum. Temuan-temuan dari pengguna, akan menjadi bahan bagi pengembang untuk
mengevaluasi dan memperbaiki perangkat lunak lebih jauh lagi.

Kekurangan dan Kelebihan Metode Waterfall


Metode waterfall melibatkan berbagai proses yang sistematis dan komprehensif. Sumber daya dan
tahapan pengerjaannya dikumpulkan secara lengkap sehingga dapat mencapai hasil maksimal.
Sayangnya, proses tersebut memakan waktu lebih lama.
Sistem dalam metode waterfall merupakan proses yang baku, sehingga pengembang sulit melakukan
improvisasi. Itulah mengapa metode ini dianggap kurang efektif dan seringkali hanya dipakai dalam
pengembangan perangkat lunak atau sistem berskala besar.
Metode Prototype

docplayer.info
Prototype dalam bahasa Indonesia diartikan dengan istilah purwarupa. Istilah tersebut berarti model
awal atau rancangan sementara yang masih membutuhkan berbagai penyesuaian sebelum dinyatakan
telah memenuhi hasil yang diinginkan.
Terdapat lima tahapan dalam pengembangan perangkat lunak menggunakan metode prototype. Dimulai
dengan pengumpulan informasi dari pelanggan ke tim pengembang. Lalu, tim akan merencanakan
sistem dan mengerjakan purwarupa perangkat lunak.
Hasilnya kemudian diserahkan kepada pelanggan untuk dievaluasi. Jika terdapat permasalahan, tim akan
merevisi sistem tersebut hingga benar-benar sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Ketika revisi selesai dan telah diterima, berarti perangkat lunak telah siap diterjemahkan ke dalam
perangkat keras. Kemudian, dilanjutkan dengan proses uji coba dan berbagai revisi sebelum mulai dapat
digunakan.
SDLC (Software Development Life Cycle) adalah proses pembuatan dan pengubahan sistem serta model
dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem rekayasa perangkat lunak

3.
Pengetahuan akan struktur internal

Perbedaan paling mendasar antara black box  dan white box testing  adalah pengetahuan akan struktur

internal dari sebuah program.

Untuk black box testing, struktur internal dan code  yang ada di dalamnya tidak diketahui. 

Di sisi lain, orang yang menjalankan white box testing  bisa mengetahui code  dan semua struktur internal

sebuah program.

Hal ini karena dalam white box testing,  kamu perlu mengetahui apakah ada komponen

dari software  yang harus diperbaiki atau tidak.

Pihak yang melakukannya

Perbedaan kedua adalah pihak yang melakukannya.

Black box testing dijalankan oleh software tester, sedangkan white box testing  oleh software developer.

Jadi, black box testing  bisa dilakukan oleh tim developer, pihak internal dari perusahaan, atau

sekelompok orang terpilih.


Tujuan masing-masing pengujian

Terdapat perbedaan mendasar lainnya antara black box testing  dan white box testing, yaitu tujuannya. 

Seperti yang disebutkan di awal, black box testing  tujuannya adalah untuk menguji fungsionalitas

sebuah program yang dikembangkan.

Uji coba ini merupakan salah satu metode user acceptance testing (UAT), untuk mengetahui apakah

fungsi aplikasi sudah sesuai dengan ketentuan yang dibuat atau belum.

Fokus utamanya adalah pada perspektif end-user  aplikasi nantinya.

Apakah user  dapat menggunakan produk di dalamnya dengan mudah? Apakah ada hal yang dapat

diperbaiki sehingga user experience  mereka menyenangkan?

Nah, white box testing  bertujuan untuk melihat apakah struktur aplikasi tersebut sudah sesuai dengan

ketentuan.

Maka dari itu, white box testing  biasanya berjalan lebih lama karena harus memastikan semua

komponen sudah ada di tempat yang seharusnya dan dapat berjalan dengan lancar. 

Pengetahuan yang harus dimiliki

Melansir Geeks for Geeks, black box testing  tidak membutuhkan pengetahuan seputar implementasi

maupun programming, sedangkan white box testing  perlu. 

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, black box testing  diadakan untuk menguji fungsionalitas

program. 
Maka, yang harus diketahui hanya apakah aplikasi yang dikembangkan dapat digunakan sesuai dengan

fungsinya. 

Di sisi lain, white box testing  membutuhkan pengetahuan teknis karena memang pengujiannya lebih

berfokus ke arah sana.

4.

Manusia  mempertinggi kesiapan organisasi PL untuk mengerjakan aplikasi yang semakin


kompleks
 Masalah  Objektifitas dan ruang lingkupnya harus ditetapkan, pemecahan alternatifnya
harus
dipertimbangkan, teknik dan batasanpun harus didefinisikan
 Proses  memberikan suatu kerangka kerja dimana rencana komprehensif bagi
pengembangan
perangkat lunak.
Project  hasil jadi dari masalah yang di hadapi

5.
Keterlambatan proyek konstruksi bisa saja disebabkan salah dalam melakukan estimasi waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek dalam tahap perencanaan, atau bermacam-macam
kemungkinan misalnya disebabkan Manajemen yang tidak tepat, masalah bahan material, tenaga
kerja, peralatan, keuangan, dan lingkungan yang 

Anda mungkin juga menyukai