Anda di halaman 1dari 2

Nama : Erika Nurul Hasanah

Kelas : 6C

Nim : 1811011092

Kasus Agregat PUS (Pasangan Usia Subur)

PERNIKAHAN DINI DAN KEHAMILAN DIUSIA MUDA

Di desa Semboro Lor kecamatan Semboro mayoritas masyarakat disana terdapat


pasangan usia subur. Dimana masyarakat yang ada di Rw/30 mayoritas bekerja sebagai buruh
tani dan buruh bangunan dengan rata-rata penghasilan yang didapatkan tiap bulannya
Rp.900.000/bulan. Hubungan antara jarak rumah dengan rumah lainnya berdekatan. Untuk
keyakinan yang dianut oleh masyarakat yaitu agama islam dan mayoritas pendidikan
pasangan usia subur (PUS) SD dan SMP, jadi untuk faktor yang mempengaruhi pernikahan
dini yaitu rendahnya tingkat pengetahuan tentang pernikahan dini, dan juga rendahnya tingkat
pendidikan dan bahkan juga ada yang tidak sekolah dikarnakan kurangnya biaya, serta
rendahnya status ekonomi yang mempengaruhi adanya pernikahan dini.

Masyarakat didesa semboro lor mayoritas memiliki kebiasaan dimana


melakukan pernihana dini dan hamil pada usia dimana umur yang masih terbilang cukup
muda. Dikarenakan budaya yang terdapat didesa semboro lor tersebut memiliki perinsip
bahwa seorang anak perempuan tidak boleh menikah terlalu tua. Mayoritas masyarakat tidak
mengetahui dan tidak mengerti resiko kehamilan diusia muda, jika ada keluarga yang sakit
membeli obat-obatan di warung tanpa resep dokter, meminum jamu dan pijat saat sedang
hamil menurut masyarakat berangggapan jika sesudah minum jamu dan pijat saat sedang
hamil akan terasa lebih baik. Masyarakat tidak memeriksakan kandungan secera rutin tiap
bulannya dan beranggapan bahwa jika mengalami sakit minum jamu dan pijat sudah cukup
membantu. Masyarakat desa semboro lor mrndatangi puskesmas pada saat sakit yang dirasa
telah parah ,Fasilitas yang tersedia di desa setempat yaitu 1 puskesmas yang jarak tempuh
2km dan 3 bidan.

PENYEBAB :

1. Mengurangi beban ekonomi keluarga.


Adanya Pernikahan dini di Desa Pandan juga disebabkan kondisi ekonomi keluarga
yang kurang mampu. Para orang tua yang menikahkan anaknya pada usia muda
mengganggap bahwa dengan menikahkan anaknya, maka beban ekonomi keluarga
akan berkurang satu. Hal ini disebabkan jika anak sudah menikah, maka akan menjadi
tanggung jawab suaminya. Bahkan para orang tua juga berharap jika anaknya sudah
menikah, maka akan dapat membantu kehidupan orang tuanya.

2. Faktor sosial budaya


juga memiliki peranan yang sangat besar untuk mendorong terjadinya pernikahan
dini, karena ini adalah faktor pendorong tunggal yang tidak terkait dengan faktor
ekonomi. Faktor sosial dimaksud adalah adanya praktik pembedaan perlakuan secara
ekstrem antara anak laki-laki dan perempuan, adanya gabungan antara nilai-nilai
sosial dan kesulitan ekonomi, adanya anggapan-anggapan tertentu tentang nilai
keperawanan, desakan dari pihak orang tua, serta adanya nilai tentang harga
perempuan, yakni pameo “makin tua makin tidak laku”

3. rendahnya kesadaran terhadap pentingnya pendidikan.


Rendahnya pendidikan juga merupakan pendorong terjadinya pernikahan dini. Para
orang tua yang hanya bersekolah hingga tamat SD merasa senang jika anaknya sudah
ada yang menyukai, dan orang tua tidak mengetahui adanya akibat dari pernikahan
muda ini. Disamping perekonomian yang kurang serta pendidikan orang tua yang
rendah, akan membuat pola pikir yang sempit. Sehingga akan mempengaruhi orang
tua untuk segera menikahkan anak perempuannya.

INTERVENSI

1. Memberikan informasi tentang kehamilan diusia muda


2. Memberikan edukasi mengenai pernikahan dini dan dampaknya kepada remaja-
remaja.
3. Menjelaskan dampak serta akibat yang akan dirasakan dari permasalahan tersebut
4. Memberikan edukasi kepada orang tua tentang pernikahan dini agar terhindar dari
kehamilan di usia muda.

REFRENSI

(Sumbulah, n.d.)Sumbulah, U. (n.d.). MASYARAKAT MADURA ( PERSPEKTIF HUKUM


DAN GENDER ). 83–101.

Anda mungkin juga menyukai