Di desa Semboro Lor kecamatan Semboro mayoritas masyarakat disana terdapat
pasangan usia subur. Dimana masyarakat yang ada di Rw/30 mayoritas bekerja sebagai buruh tani dan buruh bangunan dengan rata-rata penghasilan yang didapatkan tiap bulannya Rp.900.000/bulan. Hubungan antara jarak rumah dengan rumah lainnya berdekatan. Untuk keyakinan yang dianut oleh masyarakat yaitu agama islam dan mayoritas pendidikan pasangan usia subur (PUS) SD dan SMP, jadi untuk faktor yang mempengaruhi pernikahan dini yaitu rendahnya tingkat pengetahuan tentang pernikahan dini, dan juga rendahnya tingkat pendidikan dan bahkan juga ada yang tidak sekolah dikarnakan kurangnya biaya, serta rendahnya status ekonomi yang mempengaruhi adanya pernikahan dini.
Masyarakat didesa semboro lor mayoritas memiliki kebiasaan dimana
melakukan pernihana dini dan hamil pada usia dimana umur yang masih terbilang cukup muda. Dikarenakan budaya yang terdapat didesa semboro lor tersebut memiliki perinsip bahwa seorang anak perempuan tidak boleh menikah terlalu tua. Mayoritas masyarakat tidak mengetahui dan tidak mengerti resiko kehamilan diusia muda, jika ada keluarga yang sakit membeli obat-obatan di warung tanpa resep dokter, meminum jamu dan pijat saat sedang hamil menurut masyarakat berangggapan jika sesudah minum jamu dan pijat saat sedang hamil akan terasa lebih baik. Masyarakat tidak memeriksakan kandungan secera rutin tiap bulannya dan beranggapan bahwa jika mengalami sakit minum jamu dan pijat sudah cukup membantu. Masyarakat desa semboro lor mrndatangi puskesmas pada saat sakit yang dirasa telah parah ,Fasilitas yang tersedia di desa setempat yaitu 1 puskesmas yang jarak tempuh 2km dan 3 bidan.
PENYEBAB :
1. Mengurangi beban ekonomi keluarga.
Adanya Pernikahan dini di Desa Pandan juga disebabkan kondisi ekonomi keluarga yang kurang mampu. Para orang tua yang menikahkan anaknya pada usia muda mengganggap bahwa dengan menikahkan anaknya, maka beban ekonomi keluarga akan berkurang satu. Hal ini disebabkan jika anak sudah menikah, maka akan menjadi tanggung jawab suaminya. Bahkan para orang tua juga berharap jika anaknya sudah menikah, maka akan dapat membantu kehidupan orang tuanya.
2. Faktor sosial budaya
juga memiliki peranan yang sangat besar untuk mendorong terjadinya pernikahan dini, karena ini adalah faktor pendorong tunggal yang tidak terkait dengan faktor ekonomi. Faktor sosial dimaksud adalah adanya praktik pembedaan perlakuan secara ekstrem antara anak laki-laki dan perempuan, adanya gabungan antara nilai-nilai sosial dan kesulitan ekonomi, adanya anggapan-anggapan tertentu tentang nilai keperawanan, desakan dari pihak orang tua, serta adanya nilai tentang harga perempuan, yakni pameo “makin tua makin tidak laku”
3. rendahnya kesadaran terhadap pentingnya pendidikan.
Rendahnya pendidikan juga merupakan pendorong terjadinya pernikahan dini. Para orang tua yang hanya bersekolah hingga tamat SD merasa senang jika anaknya sudah ada yang menyukai, dan orang tua tidak mengetahui adanya akibat dari pernikahan muda ini. Disamping perekonomian yang kurang serta pendidikan orang tua yang rendah, akan membuat pola pikir yang sempit. Sehingga akan mempengaruhi orang tua untuk segera menikahkan anak perempuannya.
INTERVENSI
1. Memberikan informasi tentang kehamilan diusia muda
2. Memberikan edukasi mengenai pernikahan dini dan dampaknya kepada remaja- remaja. 3. Menjelaskan dampak serta akibat yang akan dirasakan dari permasalahan tersebut 4. Memberikan edukasi kepada orang tua tentang pernikahan dini agar terhindar dari kehamilan di usia muda.
REFRENSI
(Sumbulah, n.d.)Sumbulah, U. (n.d.). MASYARAKAT MADURA ( PERSPEKTIF HUKUM