LAJU REAKSI
MATERI PEMBELAJARAN
I. KONSENTRASI LARUTAN
n
M= M = konsentrasi molar jika volume dalam satuan ml, maka mol dalam mmol
V
mmol
n = jumlah mol M=
ml
V = volume(liter)
Jika zat yang akan dicari molaritasnya ada dalam satuan gram dan volumenya dalam mililiter, maka
1000 gram 1000
molaritasnya dapat dihitung dengan rumus: M = n x atau M= x
ml Mr ml
Contoh :
Tentukan molaritas 0,2 mol HCl dalam 1 liter larutan!
Diketahui n = 0,2 mol
V = 1 liter
Ditanya M
Penyelesaian :
n 0,2
M= M= M = 0,2 Mol/liter
V 1
2. Tentukan molaritas larutan yang dibuat dari 2 gram NaOH yang dilarutkan ke dalam air sampai
volumenya menjadi 500 mL!
Uji pemahaman 1
I.1. Berapakah kemolaran larutan yang mengandung :
a. 0,5 mol urea dalam 2 liter larutan
b. 3,7 gram Ca(OH)2 dalam 200 ml larutan( H =1 O = 16 Ca = 40)
I.2. a. Hitunglah massa zat terlarut yang terdapat dalam 200 ml larutan 0,5 M asam
sulfat
b.berapa gram kristal NaCl murni diperlukan untuk membuat 500 ml larutan NaCl 0,2 M;( Na
= 23 Cl=35,5)
c. berapakah volume larutan 0,2 M NaOH yang mengandung 2 gram NaOH(H= 1 O = 16
Na = 23)
1
Hubungan kemolaran dengan kadar larutan
Kadar menyatakan massa zat terlarut dalam 100 gram larutan. sedangkan kemolaran
menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter larutan.
Oleh karena massa merupakan hasil kali voleme larutan dengan massa jenis,maka kemolaran larutan
dapat ditentukan jika kadar dan amssa jenisnya diketahui.
Contoh:
Hitunglah kemolaran asam sulfat(H2SO4) pekat yang mengandung 96% H2SO4 dengan
massaa jenisnya 1,8 kg/liter
Penyelesaian:
massa larutan
Massa jenis larutan( ρ ) = volume larutan
Atau hubungan kemolaran dengan kadar zat dalam larutan dapat dirumuskan dengan
ρx 10 xkadar
M=
Mr
M = kemolaran ρ = massa jenis mr = massa molekul relatif
Pengenceran
Pengenceran adalah penambahan pelarut pada suatu larutan. pengenceran
menyebabkan volume larutan bertambah, tapi jumlah mol zat terlarut tidak berubah. Oleh karena
pengenceran tidak mengubah mol zat terlarut berarti n1 = n2 atau V1M1 = V2M2
dimana V1 = volume sebelum pengenceran
V2 = volume sesudah pengenceran (V1 + pelarut)
M1 = Molar sebelum pengenceran
M2 = molar sesudah pengenceran
Contoh:
Berapa ml air yang harus dicampur dengan 100 ml larutan NaOH 0,5 M sehingga menjadi 0,2 M
Penyelesaian:
Volume sebelum pengenceran (V1) = 100 ml Molar sebelum pengenceran (M1) = 0,5 M
Volume sesudah pengenceran (V2) = ? Molar sesudah pengenceran (M 2) = 0,2 M
V1M1 = V2M2
V 1M 100 x 0,5
V2 = V2 = V2 = 250 ml V2 = V1 + pelarut
1
M2 0,2
250 = 100 + pelarut
Jadi pelarut(air yang ditambahkan) = 150 ml
Jika dua larutan yang sama dengan konsentrasi berbeda dicampurkan, maka konsentrasi(molar )
larutan campuran dapat dicari dengan rumus :
2
V 1 M +V M2
Mcampuran =
1 2
V 1 +V 2
Contoh:
Larutan HCl 0,2 M sebanayak 500 ml dicampurkan dengan larutan HCl 0,3 M sebanyak 500 ml.
Tentukanlah kemolaran larutan sesudah dicampurkan.
Penyelesaian:
V1 = 500 ml V2 = 500 ml M1= 0,2 M2 = 0,3
Maka
V 1 M +V M2
Mcampuran =
1 2
V 1 +V 2
Uji pemahaman 2
2.1. tersedia 100 ml larutan NaOH 1 M, berapakah konsentrasinya jika larutan tersebut diencerkan
hingga 250 ml.
2.2. berapa ml larutan HCl 4M diperlukan untuk membuat 200 ml larutan HCl 2 M.
2.3. asam klorida pekat mengandung 37 % massa HCl dan massa jenis 1,19kg/liter
a. tentukan kemolaran asam klorida
b. berapa ml asam ini diperlukan untuk membuat 500 ml larutan HCl 4M
2.4. larutan amonia mengandung 25% massa NH3 dan massa jenis 0,9 kg/liter.
a. tentukan kemolaran amonia
b. berapa ml larutan ini diperlukan untuk membuat 200 ml larutan amonia 2 M.
2.5. berapakah kemolaran larutan campuran, jika 200 ml larutan NaOH 0,2 M dicampurkan dengan
300 ml larutan NaOH 0,3 M
2.6. ke dalam 500 ml larutan NaOH 1 M ditambahkan kristal NaOH dan air sehingga volume larutan
menjadi 2 liter. Berapakah kemolaran larutan sekarang.
( Na = 23 O = 16 H = 1 Cl = 35,5 N = 14)
3
Diantara zat yang tersedia dalamlarutan pekat adalah berbagai jenis asam dan amonia.
Misalnya asam sulfat pekat biasanya diperdagangkan berupa larutan dengan kadar 98 % dan
massa jenis 1,8 kg/liter
Contoh:
Membuat larutan 200ml asam sulfat 4 M dari asam sulfat 98%, dengan massa jenis 1,8
kg/liter
Langkah-langkahnya:
a. Menyiapkan alat dan bahan, seperti labu ukur 200 ml , gelas kimia 200 ml, pipet
ukur,asam sulfat pekat dan aquades.
b. Menghitung volume asam sulfat pekat yang diperlukan.
Massa 1 liter larutan asam sulfat = massa jenis x volume larutan
= 1,8 kg/liter x 1 liter
= 1,8 kg = 1800 gram
Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi pereaksi atau laju bertambahnya
konsentrasi produk dalam satu satuan waktu.
−∆ [ R ]
Konsentrasi P laju reaksi dapat dirumuskan dengan: v= atau
∆t
+[P]
V=
∆t
Konsentrasi R
Contoh:
1. Berdasarkan experimen pada reaksi H 2O(aq) + 2 HI(aq) → 2H2O(l) + I2(aq)
Diketahui bahwa I2 bertambah dari 0 menjadi 0,002 mol/liter dalam 10 detik. Berapakah laju reaksi
untuk reaksi tersebut?
Penyelesaian :
4
∆ [ P] ∆ [ I 2] 0,002mol / liter
v= = =
10 s
= 2x10-4
∆t ∆t
2. Dalam ruang yang bervolume 2 liter , 1 mol gas NH 3 terurai menjadi gas N2 dan H2, setelah 10 detik
ternyata gas NH3 yang tersisa yang tertinggal dalam ruang tersebut 0,6 mol. Tentukan laju reaksinya.
Penyelesaian :
Persamaan reaksi 2NH3(g) → N2(g) + 3H2(g),
Laju reaksi dapat dinyatakan dengan laju penguraian gas NH 3, laju pembentukan gas N2 dan laju pembentukan
gas H2.
Dari hasil percobaan ternyata laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi, luas permukaan, temperatur, dan katalis.
1. Konsentrasi
Pada umumnya, reaksi akan berlangsung lebih cepat jika konsentrasi pereaksi diperbesar. Zat yang
konsentrasinya besar mengandung jumlah partikel yang lebih banyak, sehingga partikel-partikelnya tersusun
lebih rapat dibanding zat yang konsentrasinya rendah. Partikel yang susunannya lebih rapat, akan lebih sering
bertumbukan dibanding dengan partikel yang susunannya renggang, sehingga kemungkinan terjadinya reaksi
makin besar.
2. Luas Permukaan
Salah satu syarat agar reaksi dapat berlangsung adalah zat-zat pereaksi harus bercampur atau
bersentuhan. Pada campuran pereaksi yang heterogen, reaksi hanya terjadi pada bidang batas campuran. Bidang
batas campuran inilah yang dimaksud dengan bidang sentuh. Dengan memperbesar luas bidang sentuh, reaksi
akan berlangsung lebih cepat. Contoh : gula yang berupa serbuk lebih cepat larut dalam air dibanding dengan gula
yang berupa kristal.
3. Temperatur
Setiap partikel selalu bergerak. Dengan menaikkan temperatur, energi gerak atau energi kinetik partikel
bertambah, sehingga tumbukan lebih sering terjadi. Dengan frekuensi tumbukan yang semakin besar, maka
kemungkinan terjadinya tumbukan efektif yang mampu menghasilkan reaksi juga semakin besar. Suhu atau
temperatur ternyata juga memperbesar energi potensial suatu zat. Zat-zat yang energi potensialnya kecil, jika
bertumbukan akan sukar menghasilkan tumbukan efektif. Hal ini terjadi karena zat-zat tersebut tidak mampu
melampaui energi aktivasi. Dengan menaikkan suhu, maka hal ini akan memperbesar energi potensial, sehingga
ketika bertumbukan akan menghasilkan reaksi. Contoh : gula lebih mudah larut dalam air panas daripada dalam
air dingin.
4. Katalis
5
Katalis adalah suatu zat yang berfungsi mempercepat terjadinya reaksi, tetapi pada akhir reaksi dapat
diperoleh kembali. Fungsi katalis adalah menurunkan energi aktivasi, sehingga jika ke dalam suatu reaksi
ditambahkan katalis, maka reaksi akan lebih mudah terjadi. Hal ini disebabkan karena zat-zat yang bereaksi akan
lebih mudah melampaui energi aktivasi.
Reaksi kimia terjadi karena adanya tumbukan yang efektif antara partikelpartikel zat yang bereaksi.
Tumbukan efektif adalah tumbukan yang mempunyai energi yang cukup untuk memutuskan ikatan-ikatan
pada zat yang bereaksi
Contoh tumbukan yang menghasilkan reaksi dan tumbukan yang tidak menghasilkan reaksi antara molekul
hidrogen (H2) dan molekul iodin (I2), dapat dilihat pada gambar berikut.
H2(g) + I2(g) → 2 HI(g)
Tumbukan antara molekul hidrogen (A) dengan iodin (B) dan membentuk molekul
HI(AB)
Sebelum suatu tumbukan terjadi, partikel-partikel memerlukan suatu energi minimum yang dikenal sebagai
energi pengaktifan atau energi aktivasi (Ea). Energi pengaktifan atau energi aktivasi adalah energi minimum yang
diperlukan untuk berlangsungnya suatu reaksi. Sebagai contoh adalah reaksi antara hidrogen (H 2) dengan oksigen
(O2) menghasilkan air, dapat dilihat pada gambar 3.5. Ketika reaksi sedang berlangsung akan terbentuk zat
kompleks teraktivasi. Zat kompleks teraktivasi berada pada puncak energi. Jika reaksi berhasil, maka zat kompleks
teraktivasi akan terurai menjadi zat hasil reaksi. Hubungan antara energi pengaktifan dengan energi yang diserap
atau dilepaskan selama reaksi berlangsung dapat dilihat pada gambar berikut:
Ketika reaksi sedang berlangsung akan terbentuk zat kompleks teraktivasi. Zat kompleks teraktivasi berada
pada puncak energi. Jika reaksi berhasil, maka zat kompleks teraktivasi akan terurai menjadi zat hasil reaksi.
Hubungan antara energi pengaktifan dengan energi yang diserap atau dilepaskan selama reaksi berlangsung
dapat dilihat pada gambar
6
V. PERSAMAAN LAJU REAKSI
Persamaan laju reaksi menyatakan hubungan antara konsentrasi reakstan dan laju reaksi. Secara
kuantitatif hubungan antara konsentrasi dan laju reaksi dapat diterangkan sebagai berikut.
Secara umum persamaan reaksi adalah aA + bB → cC + dD
Persamaan laju reaksinya secara umum dapat dituliskan sebagai berikut
v = k[A]m[B]n keterangan : v = laju reaksi
k = konstanta laju
[A] = konsentrasi zat A
[B] = konsentrasi zat B
m = pangkat reaksi A = orde reaksi A
n = pangkat reaksi B = orde reaksi B
Jumlah pangkat (orde reaksi) dari zat-zat reaktan disebut orde reaksi total. Orde reaksi tidak dapat
ditentukan dari koefisien reaksi , tapi dapat ditentukan dari hasil experimen.
V reaksi
2. Reaksi orde 1
Suatu reaksi dikatakan ber orde satu terhadap salah satu pereaksinya jika laju reaksi berbanding lurus
dengan konsentrasi pereaksi. Apabila konsentrasi dilipat tigakan , maka laju reaksi akan menjadi 3 1 atau 3
kali lebih besar.
Grafik reaksi orde satu
V reaksi
7
Menentukan orde reaksi
Untuk menentukan rumus laju reaksi berdasarkan percobaan , konsentrasi salah satu pereaksi
dibuat tetap atau konstan, sedangkan konsentrasi pereaksi yang lain bervariasi.
Menentukan orde reaksi dapat dilakukan dengan beberapa cara.
1. Cara logika.
Untuk memahaminya kita misalkan pada persamaan reaksi berikut ini
A+B→C
Data hasil percobaan diperoleh data sebagai berikut:
No [A] (M) [B] (M) V(Ms-1)
1 0,1 0,1 20
2 0,2 0,1 40
3 0,1 0,2 80
2. Cara perbandingan
Dari data contoh reaksi di atas
Menentukan orde reaksi A
a. Perhatikan konsentrasi B yang tetap, yaitu nomor 1 dan 2.
b. Buat perbandingan data laju reaksi pada nomor 1 dan 2 tersebut
V2 = k [A]2x[B]2y 40 = k[0,2]x[0,1]y 2 = 2x jadi x = 1
V1 = k [A]1x[B]1y 20 = k[ 0,1]x[0,1]y berarti orde A = 1
Contoh soal
Gas A dan gas B bereaksi menurut persamaan A(g) + B(g) → C(g) + D(g)
Pengaruh konsentrasi A dan B terhadaplaju reaksi ditemukan sebagai berikut
percobaan [A](M) [B](M) V(Ms-1)
1 0,1 0,1 4
2 0,2 0,1 16
3 0,1 0,3 12
8
c. Tentukan persamaan laju reaksi
d. Tentukan orde reaksi total
e. Tentukan harga k
f. Tentukan laju reaksi bila [A] = 0,5 M dan [B] = 0,4 M
Penyelesaian:
Misalkan persamaan laju reaksi v = k[A]x[B]y
a. menentukan orde reaksi A
Lihat konsentrasi B yang tetap, yaitu pada nomor 1 dan 2
Buat perbandingan data laju reaksi pada nomor 1 dan 2 tersebut
V2 = k [A]2x[B]2y 16 = k[0,2]x[0,1]y 4 = 2x jadi x = 2
x y x y
V1 = k [A]1 [B]1 4 = k[ 0,1] [0,1] berarti orde A = 2
Uji pemahaman 3.
3.1. Untuk reaksi K + L → KL diperoleh data percobaan sebagai berikut:
3.2. nitrogen oksida NO, bereaksi dengan hidrogen membentuk dinitrogen oksida ,N 2O dan uap air
2NO(g) + H2(g)→ N2O(g) + H2O(g)
9
Pengaruh konsentrasi NO dan H2O terhadap laju reaksi ditemukan sebagai berikut:
Tentukan
a. Tentukan orde reaksi A
b. Tentukan orde reaksi B
c. Tentukan persamaan laju reaksi
d. Tentukan orde reaksi total
e. Tentukan harga dan satuan tetapan k
f. Tentukan laju reaksi bila [A] dan [B] masing-masing = 0,3 M
10