Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Einstein 2 (3) (2014): 14-19

Jurnal Einstein
Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einstein

Pengaruh Penambahan Styrofoam Pada Pembuatan B e t o n R i n g a n


Menggunakan Pasir Merah Labuhan Batu Selatan

Denria Sitindaon dan Mukti Hamjah Harahap *

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Medan, Indonesia
Diterima Oktober 2014; Disetujui November 2014; Dipublikasikan Desember 2014

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan styrofoam terhadap


nilai kuat tekan, daya serap dan massa jenis beton. Butiran styrofoam ini digunakan
dengan pertimbangan dapat menjadikan beton lebih ringan namun memiliki kekuatan
yang cukup untuk menerima tekanan yang diberikan. Mutu beton yang direncanakan
ialah K-175 pada umur 28 hari. Pengujian massa jenis, daya serap dan kuat tekan beton
dilakukan pada umur 28 hari, masing-masing 3 benda uji untuk satu variasi dengan
sampel berbentuk kubus dengan ukuran 15 cm × 15 cm × 15 cm. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan styrofoam sebagai bahan tambah pada campuran beton
dapat membuat beton menjadi lebih ringan dalam penlitian ini diperoleh nilai terbaik
pada komposisi styrofoam 16% dengan nilai kuat tekan rata-rata 14,16×106N/m2, massa
jenis 1,89x103, serta daya serap air sebesar 0,36%.

Kata Kunci : Massa jenis, kuat tekan, mutu beton


How to Cite: Denria Sitindaon dan Mukti Hamjah Harahap (2014). Pengaruh Penambahan Styrofoam Pada Pembuatan
Beton Ringan Menggunakan Pasir Merah Labuhan Batu Selatan, Jurnal Einsten Prodi Fisika FMIPA Unimed, 2 (3): 13-
*Corresponding author: p-ISSN : I2338 - 1981
E-mail : ria.sitindaon@gmail.com

1
Jurnal Einstein 2 (3) (2015): 14-19

PENDAHULUAN (volume) pasir dan waktu pengeringan 28


Gempa yang kembali terjadi di hari. Pada komposisi tersebut, batako
Indonesia tidak lepas dari kenyataan bahwa ringan yang dihasilkan memiliki densitas
letak kepulauan kita yang berada di garis 0,9 gr/cm3, penyerapan air 10,4%, kuat
pergeseran antara lempengan tektonik tekan 2,8 MPa, kuat tarik 0,21 Mpa.
Australia dan Pasifik, pergeseran antara Agustina (2012) melakukan pembuatan
kedua lempeng tektonik tersebut kerap beton dengan penambahan pasir merah dari
menimbulkan terjadinya gempa bumi Labuhan Batu Selatan dan dari hasil
tektonik (Prawito, 2010) penelitian diketahui pengaruh penambahan
Disisi lain, masyarakat juga dikejutkan volume pasir merah Labuhan Batu Selatan
banyaknya konstruksi bangunan yang rusak terhadap massa jenis dan juga kuat tekan
akibat gempa salah satunya disebabkan beton dengan komposisi beton mutu rendah
konstruksi beton itu berat, sehingga jika ada K-175 dan perbandingan campuran 1: 2 : 3
gempa maka gaya gempa akan sangat dihasilkan beton dengan mutu sedang yaitu
tergantung pada dua hal yakni percepatan pada komposisi agregat halusnya 50% pasir
gempa dan berat bangunan. Semakin berat biasa dan 50% pasir merah dengan kuat
bangunan atau semakin besar percepatan tekan 32 MPa namun untuk massa jenis
gempa maka gaya gempa yang timbul semakin beton dengan penambahan pasir merah
besar. Kalau percepatan gempa tidak akan bisa
didapatkan massa jenisnya rata-ratanya
kita pengaruhi, sedangkan berat bangunan bisa
didesain dengan memakai bahan yang ringan 2,41 kg/m3 sehingga dapat digolongkan
(Adiyono, 2006). beton berat maka ada baiknya dicari
alternatif yang dapat mengurangi berat
Lazimnya beton yang biasa digunakan
jenis beton yang menggunakan pasir merah.
mempunyai berat jenis 2400 kg/m3, akan tetapi
saat ini sudah sangat berkembang beton yang
Adapun bahan yang dirujuk untuk
mempunyai berat jenis yang lebih ringan yang digunakan ialah styrofoam. Styrofoam ini
disebut beton ringan. Salah satu bahan akan ditambahkan ke dalam campuran
alternatif yang digunakan dalam pembuatan beton yang menggunakan pasir merah.
beton ringan adalah butiran styrofoam. Beton
yang dibuat dengan penambahan styrofoam METODOLOGI PENELITIAN
dapat disebut beton-styrofoam (styrofoam Metode yang digunakan dalam
concrete) yang disingkat styrocon (Giri dkk, penelitian ini adalah metode eksperimen.
2008). Variabel yang mempengaruhi kuat tekan
Penelitian tentang penggunaan beton ringan ditinjau dari aspek variasi
styrofoam dalam pembuatan beton ringan penambahan styrofoam, sedangkan faktor-
sudah pernah dilakukan oleh Ginting faktoryang lain seperti susunan gradasi,
(2007) untuk melihat kapasitas lentur, cara pemadatan dan perawatan selama
geser, keruntuhan, dan retak pada balok prosespengerasan digunakan cara-cara
beton ringan styrofoam. Hasilnya standar Nasional Indonesia (SNI). Dalam
menunjukan beban lentur teoritis jauh lebih penelitian ini pelaksanaannya dibagi dalam
besar dari pada beban pengujian, tetapi beberapa tahap. Tahap pertama persiapan,
memiliki beban geser yang sama sedangkan tahap pengujian bahan, tahap pegujian
retak awal terjadi pada tengah bentang dan benda uji (beton ringan) dan pengolahan
kemudian merambat dan membesar menuju data.
ke arah beban di daerah desak sehingga
benda uji runtuh. Simbolon (2009) Bahan
melakukan pembuatan batako ringan yang Bahan-bahan yang digunakan dalam
terbuat dari styrofoam-semen.. Dari hasil penelitian ini yaitu semen Portland, agregat
pengujian menunjukkan bahwa batako halus (pasir merah, pasir biasa dan
ringan dengan variasi komposisi terbaik styrofoam), agregat kasar, air, vaselin. Pasir
adalah 80% (volume) styrofoam dan 20% merah ini diperoleh dari desa Padang Bulan

2
Jurnal Einstein 2 (3) (2015): 14-19

kecamatan Kota Pinang kabupaten Labuhan Besarnya tekanan beton ditentukan


Batu Selatan. oleh pengaturan dari perbandingan semen,
agregat kasar dan halus, air dan berbagai
Alat jenis campuran. Perbandingan dari air
Neraca analitik, Gelas ukur, Tongkat terhadap semen merupakan faktor utama
pemadat, Sendok semen, Ayakan screen, didalam penentuan kekuatan beton
Cetakan beton, Molen, Oven, Compress (Murodck dan Brook, 1991).
Testing Machine dan Ember. Semakin rendah perbandingan air-
semen, semakin tinggi kekuatan tekan.
Prosedur Pembuatan Sampel Suatu jumlah tertentu air diperlukan untuk
Proses pembuatan sampel diawali memberikan aksi kimiawi di dalam
dengan menyediakan bahan campuran pengerasan beton, kelebihan air
beton yaitu Semen Portland tipe I, pasir meningkatkan kemampuan pengerjaan akan
merah, pasir sungai, styrofoam, semen dan tetapi menurunkan kekuatan (Wang dalam
air kemudian menjemur pasir merah lalu Suseno,dkk, 2008).
Mengayak pasir merah dan pasir sungai,
dilanjutkan dengan membersihkan alat-alat Daya serap air
yang akan digunakan, kemudian kita Besar kecilnya penyerapan air sangat
menakar bahan baku sesuai dengan dipengaruhi pori atau rongga yang terdapat
komposisi yang telah dibuat serta menstel pada beton. Semakin banyak pori yang
cetakan beton. Selanjutnya, mesin molen terkandung dalam beton maka akan
dihidupkan mula-mula dituangkan semen, semakin besar pula penyerapan sehingga
agregat halus, styrofoam dan kerikil. ketahanannya akan berkurang.
Sambil mencampur bahan-bahan tersebut
dilanjutkan dengan penambahan air sedikit Massa Jenis
demi sedikit, Setelah campuran dalam Densitas adalah pengukuran massa
molen merata, campuran yang berada setiap satuan volume benda. Semakin tinggi
dalam molen dituang ke ember besar dan densitas (massa jenis) suatu benda, maka
kemudian kita masukkan campuran semakin besar pula massa setiap
tersebut ke dalam cetakan beton. volumenya (Sagel, 1993).
Campuran dalam cetakan kemudian
dijorok untuk memastikan kepadatan HASIL DAN PEMBAHASAN
susunan dan setelah itu didiamkan selam Hasil Penelitian
24 jam lalu kemudian cetakan dibuka. Pembuatan beton ringan yang dibuat
Sampel beton yang telah dibuka dirawat di dengan campuran semen, pasir, pasir
dalam bak perendaman selama 28 hari merah, kerikil, styrofoam dan air dirawat
selanjutnya dikeringkan selam 2 hari. selama 28 hari dan pengeringan selama dua
Sampel beton yang telah dikeringkan hari lalu kemudian dilakukan pengujian
kemudian diuji. massa jenis, daya

Karakterisasi Beton
Untuk mengetahui sifat-sifat dan
kemampuan suatu material maka dalam
penelitian ini dilakukan pengujian, yaitu
pengujian densitas, daya serap air, dan kuat
tekan

Tekanan

3
serap air dan juga dan pengeringan beton yang menggunakan styrofoam 10%
tekanan. beton. Mutu diperoleh massa jenis rata-rata
3 3
Karakteristik beton K-175 (2,13±0,01)x10 kg/m , daya serap
beton yang dalam hal ini (0,61±0,24)% serta tekanan rata-rata
dihasilkan dilakukan (16,85±0,001000)×106N/m2. Untuk beton
ternyata sangat pembuatan beton dengan penambahan styrofoam 12%
dipengaruhi oleh ringan dengan diperoleh massa jenis rata-rata beton
bahan tambah perbandingan 1 : sebesar (2,07±0,02)103kg/m3, daya serap air
yang diberikan ke 2 : 3. Untuk rata-rata (0,37±6,02)% dengan tekanan
dalam campuran mengetahui rata-rata(16,38±0,4900)×106N/m2. Untuk
beton atau bahan karakteristik beton dengan penambahan styrofoam 14%
baku penyusun beton tersebut diperoleh massa jenis rata-rata sebesar
beton serta maka perlu (2,04±0,01)x103kg/m3, daya serap air rata-
perawatan dan dilakukan rata (0,42±0,70) % dengantekanan rata-rata
pengeringan pengujian sifat (15,37±0,03300)×106N/m2 sedangkan beton
beton. Mutu fisis dan sifat dengan penambahan styrofoam 16 %
beton K-175 mekanis beton diperoleh massa jenis rata-rata (1.89 ±0,02)
campuran beton yaitu massa jenis, x103kg/m3, daya serap air rata-rata
atau bahan baku daya serap air dan (0,36±0,05) % dengan tekanan rata-rata
penyusun beton tekanan beton. sebesar (14,16±10,1700)×106N/m2.
serta perawatan
Tabel 1. Pengujian Beton dengan Pembahasan
Penambahan Steofrom Daya Serap Air
Styro ( ()(%) () () Besar kecilnya penyerapan air oleh
foam (x103kg/ ×106 (dalam MPa)
(%) m3) N/m2 beton dipengaruhi pori atau rongga yang
6 (2,29±0,0
(0,74±0,
(15,22± (15,22±0,0015 terdapat pada beton. Semakin banyak pori
200) 0,00150 00)
49) 0) yang terkandung dalam beton maka
8 (2,25±0,0
(1,08±0,
(19,67± (19,67±0,0010 semakin besar pula penyerapan sehingga
300) 0,00100 00)
840) 0) ketahanan akan berkurang.
10 (2,13±0,0
(0,61±0,
(16,85± (16,85±0,0010 Rongga (pori) yang terdapat pada
100) 0,00100 00) beton terjadi karena kurang tepatnya
24) 0)
12 (2,07±0,0 (16,38± (16,38±0,4900) kualitas dan komposisi material
(0,37±0,
200) 0,4900) penyusunannya.
020)
14 (2,04±0,0 (15,37± (15,37±0,0330
Dari grafik di bawah menunjukkan
(0,42±0,
100) 0,03300 0) bahwa daya serap minimum beton
70) )
diperoleh pada penambahan styrofoam 16%
16 (1,89 (14,16± (14,16±0,1700)
±0,0200)
(0,36±0,
10,1700 yaitu sekitar 0,36% dan daya serap
050) ) maksimum diperoleh pada penambahan
styrofoam 8% yaitu sekitar 1,08%.
Dari hasil pengujian beton dengan
penambahan styrofoam 6 % diperoleh
massa jenis rata-rata (2,29±0,02)
3 3
x10 kg/m , daya serap air rata-rata
(0,74±0,49)% dan tekanan rata-rata
(15,22±0,001500)×106N/m2. Untuk beton
dengan penambahan styrofoam 8%
didapatkan massa jenis beton sebesar
(2,25±0,03) x103kg/m3, daya serap air rata-
rata (1,08±0,84)% dengan tekanan rata-
rata (19,67±0,001000)×106N/m2. Untuk
Gambar 1. grafik hubungan penambahan
styrofoam terhadap daya serap air beton
Massa Jenis tekanan diatas 15 MPa yang diperoleh
Dari data pengujian diperoleh massa pada beton dengan penambahan styrofoam
jenis beton dengan penambahan styrofoam 6%, 8%, 10%, 125 dan 14% adapun grafik
6%, 8%, 10%, 12%,14% dan 16 % secara hubungan penambahan styrofoam terhadap
berturut-turut adalah 2,29x103kg/m3; 2,25 besarnya tekanan beton dapat pada gambar
x103kg/m3; 2,13 x103kg/m3; 2,07
x103kg/m3; 2,04 x103kg/m3;
3 3
1,89x10 kg/m . Hal ini didukung oleh teori Gambar 3. Grafik Hubungan
yang menyatakan bahwasanya Penambahan Penambahan styrofoam
penambahan styrofoam pada beton Terhadap Tekanan Beton
menyebabkan adanya gelembung-
gelembung udara yang terperangkap di KESIMPULAN DAN SARAN
dalam beton sehingga membuat beton Kesimpulan
menjadi lebih ringan. Semakin banyak Berdasarkan sifat fisis dan mekanik
jumlah butiran styrofoam di dalam beton, yang diperoleh dari pengujian beton, dapat
semakin banyak rongga udara yang disimpulkan bahwa styrofoam dapat
dihasilkan sehingga berat beton menjadi digunakan sebagai campuran untuk
berkurang. kategori beton ringan hanya saja perlu
Berdasarkan SNI-03-2847-2002 dilakukan kontrol yang baik untuk
adapun batas berat satuan beton ringan persentase penambahan styrofoam.
ialah tidak lebih dari 1900kg/m3 dan dalam Dari hasil pengujian dapat diketahui
penelitian ini sendiri nilai tersebut hanya bahwasanya kandungan styrofoam dalam
diperoleh pada penambahan styrofoam campuran beton cenderung memberikan
16% dengan nilai densitas 1890 kg/m3, pengaruh terhadap massa jenis beton yang
sementara untuk sampel beton yang lain semakin rendah yang juga linear dengan
dengan penambahan styrofoam 6%, 8%, penurunan tekanan beton. Hal ini
10% ,12% serta 14% masih tergolong dikarenakan karena penggunaan styrofoam
kedalam beton normal dengan massa jenis dalam beton membuat adanya rongga-
2200 kg/m3–2500 kg/m3. rongga udara dalam beton yang membuat
beton menjadi lebih ringan.
Gambar 2. Grafik Hubungan Penambahan Dari keseluruhan sampel, untuk
Styrofoam Terhadap Massa Jenis Beton komposisi terbaik beton ringan diperoleh
pada penambahan styrofoam 16% dengan
Tekanan kuat tekan 14,16×106N/m2 atau sekitar
14,16 MPa dan massa jenis 1890 kg/m 3.
Pengujian tekanan beton dilakukan Beton ini dapat digolongkan ke dalam
untuk melihat apakah beton memiliki beton struktural ringan sesuai dengan SNI
kekuatan yang memenuhi persyaratan yang 03-2847-2002.
direncanakan. Dari hasil pengujian
diperoleh kuat tekan berturut-turut untuk Saran
penambahan styrofoam 6 %, 8%, 10%, 1. Ada baiknya untuk penelitian
12%,14% dan16% adalah 15,22×106N/m2, selanjutnya melakukan pengujian mengenai
19,67×106N/m2,16,85×106N/m2,16,38×106 daya redam beton styrocon karena secara
N/m2, 15,37×106N/m2 dan 14,16×106N/m2. teori styrofoam mempunyai daya redam
Jika dilihat berdasarkan departemen yang baik
pekerjaan umum pada tahun 2007 maka 2. Perlu dilakukan penelitian mengenai
pembuatan beton dengan mutu K175 beton ringan menggunakan styrofoam yang
secara keseluruhan tercapai bahkan ada dapat berikatan dengan semen sehingga
yang dapat digolongkan ke beton dengan dapat dilihat perbandingan sifat beton
mutu K-250 yaitu sampel beton dengan

6
dengan styrofoam yang berikatan dengan
semen dan tanpa berikatan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Adiyono, (2006), Menghitung
Konstruksi Beton Untuk
Pengembangan Rumah Bertingkat dan
Tidak Bertingkat, Jakarta, Penebar
Swadaya
2. Badan Standarisasi Nasional, 2002, SNI
03-1974-2002, Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung, Jakarta, BSN (Styrocon),
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 12 No.
1
3. Giri,I, B, D., Sudarsana,K., dan
Tutarani, N, M., (2008), Kuat Tekan
dan Modulus Elastisitas Beton dengan
Penambahan Styrofoam (Styrocon),
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 12 No.
1
4. Murdock,L,J.,dan Brook,K,M., (1991),
Bahan dan Praktek Beton, Jakarta,
Erlangga
5. Sagel,R., Kole,P., (1993), Pedoman
Pengerjaan Beton, Jakarta, Erlangga
6. Prawito, Eri., (2010), Analisa
Perbandingan Berat Jenis dan Beton
Normal dengan Mutu Beton K-200,
Skripsi, FT, USU, Medan
7. Suseno,H,Wahyuni,E., dan Hariono, B.,
(2008), Pengaruh Variasi Proporsi
Campuran dan Penambahan
Superplasticizer Terhadap Slump Berat
Isi dan Kuat Tekan Beton Ringan
Struktural Beragregat Batuan Andesit
Piroksin, Jurnal Rekayasa Sipil Vol. 2
No. 3

Anda mungkin juga menyukai