Anda di halaman 1dari 14

TUGAS RESUME

ARSITEKTUR DAYAK
“BETANG HAI BUNTOI”

Dosen Pengampu :
Dr. Noor Hamidah, S.T., MUP

KELOMPOK 7 :
Salmaa Nurhabibah (193020502037)
Lina Yolanda (193010502004)
Erlycia Tri Purwanti (203010502008)
Theresia Br Ginting (203020502061)
Sumimah (203020502040)

ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PALANGKA RAYA
2022
STUDI PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Kalimantan Tengah merupakan salah satu daerah yang dikenal dengan kekhasan seni dan
budayanya, baik di dalam negeri maupun luar negeri.Kalimantan Tengah sangat dikenal
dengan suku Dayak atau suku bangsa seperti Ngaju, Ot-Danum, Ma-ayan, Ot-Siang,
Lawangan, Katingan, dan sebagainya.
Berbagai seni dan budaya yang dikenal dengan adat istiadat, sistem kekerabatan
ambilineal, permainan anak negeri, bahasa daerah, rumah adat, dan sebagainya.Asas yang
dianut adalah asas kekeluargaan dan kebersamaan yaitu Budaya Betang (hidup
berdampingan dalam satu atap) dan gotong royong (saling haduhup).
Salah satu bangunan tersebut adalah Rumah (huma) Betang. Huma Betang yang memiliki
seni ukiran dengan motif khusus Dayak yang berorientasi pada alam, dan hewan dimana
orang jaman dulu menandakan hidup dekat dengan alam, sebuah filosofi hidup yang unik
yang patut dilestarikan.
Pandangan hidup jaman dulu patut dijadikan sebagai panutan dan pelajaran hidup bagi
manusia dan individu. Huma Betang yang memiliki penamaan khusus tentang sistem
konstruksi teknologi pada bangunanpun sudah mulai dilupakan, digantikan dengan nama-
nama sistem konstruksi dalam bahasa Indonesia, badahal penamaan konstruksi dalam
bahasa Dayak sendiri lebih kaya makna dan arti, yang tidak terdapat dalam bahasa
Indonesia yang lebih umum. Penelitian ini dilaksanakan di desa Buntoi , desa yang
memiliki rumah Adat yang khas yaitu Betang Buntoi, dijadikan sebagai objek penelitian
dan di analisa sintesa, Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan
deskriptif kualitatif yang bersifat observasi lapangan (research field), dan wawancara
dengan nara sumber terkait yang memahami tentang sistem kontruksi dan Teknologi
Dayak Kalimantan Tengah, dimana pengolahan data langsung pada lokasi penelitian
untuk menemukan berbagai pembuktian-pembuktian yang akan diteliti.

B. HUMA HAI BUNTOI


Huma Gantung Buntoi, Desa Buntoi, Kabupaten Pulang Pisau B1. Sejarah
BetangBuntoi dikenal dengan Huma Gantung Buntoi (1897) merupakan pecahan betang
terletak di Desa Buntoi, Kabupaten Pulang Pisau. Huma Gantung Buntoi, di Kabupaten
Pulang Pisau merupakan bentuk arsitektur tradisional diungkapkan melalui pola ruang
(Nueweinhuis, 1894). Huma Gantungini merupakan salah satuKondisi lingkungan Buntoi
yang belum aman menyebabkan lingkungan Huma Gantung di Buntoi tertutup pagar tinggi
yang disebut Bakota sebagai usaha proteksi terhadap serangan musuh dari luar. Adanya
perubahan pada tuntutan penghuni, adat dan tradisi serta kondisi lingkungan yang berangsur
aman menyebabkan perubahan besar pada bentuk Huma Gantung di Buntoi.
Elemen bangunan sebagai langkah awal konservasi ini akan diambil batasan waktu
pada masa Singa Jalla sedang memegang jabatan sebagai pemimpin adat (Demang) di
kampung Buntoi. Penentuan waktu ini didasarkan pada pemikiran bahwa pada masa tersebut
komplek Huma Gantung telah lengkap terdiri dari satu bangunan utama (Huma Gantung) dan
beberapa bangunan penunjang, sehingga secara keseluruhan mencerminkan kehidupan sosial
masyarakat Buntoi lama yang masih taat pada adat dan tradisi setempat (Nueweinhuis, 1894).
a. Bangunan yang masih ada, terdiri dari:
1. Bangunan utama Huma Gantung.
2. Sandong (tempat tulang).
3. Pantar Sanggaran.
4. Kandang Ternak.
5. Bangunan bekas Direksi Keet Proyek
6. Dermaga (lanting)
b. Bangunan yang telah hilang, antara lain:
1. Tiang Sapundu.
2. Tiang Pantar.
3. Balai Sanggrahan (tempat berkumpul).
4. Pasah Parei (lumbung padi).
5. Tempat Pande Besi.
6. Bakota (pagar keliling).
7. Dermaga/ Lanting (pernah ada dua buah).
Huma Gantung merupakan salah satu tipe rumah tradisional Dayak, salah satu contohnya
adalah “Huma Gantung di Desa Buntoi Kabupaten Pulang Pisau”, Kalimantan Tengah. Huma
Gantung di Buntoi ini pada masa lalu pernah dihuni oleh seorang kepala adat bergelar Singa
(Singa Jalla) yang masih taat pada adat dan tradisi lama. Kondisi lingkungan Buntoi yang
belum aman menyebabkan lingkungan Huma Gantung di Buntoi tertutup pagar tinggi yang
disebut Bakota sebagai usaha proteksi terhadap serangan musuh dari luar.
C. DENAH HUMA HAI BUNTOI
Huma Gantung pada saat ini telah mengalami banyak perubahan ruang yang disebabkan oleh be- berapa hal.
Perubahan jumlah penghuni menuntut penambahan ruang baru, demikian pulaadanya perubahan pada adat
dan tradisi lama yang tidak lagi berlaku pada masa sekarang membuat perubahan besar pada tata ruang
dalam Huma Gantung.
Pada masa sekarang Huma Gantung Buntoi memiliki ruang-ruang yang terdiri dari : teras depan, ru- ang
tamu, ruang musik, ruang tidur utama, ruang tidur tamu/gudang, ruang keluarga, ruangmakan, dapur kering,
gudang barang, kamar mandi, kamar kecil/WC, dapur tungku dan teras samping. Sekat ruang yang terbuat
dari bahan playwood pada ruang tidur tamu yang juga dipakai sebagai tempat penyimpanan adalah
buatan baru. Demikian halnya tambahan gudang peralatan di bagian belakang yang terbuat dari bahan yang
sama.

Pada masa Singa Jalla memegang jabatan sebagai kepala kampung (Demang) denah ruang Huma Gantung
masih dalam proses pengembangan, sehingga bentuk denah awal Huma Gantung yang tepat harus memiliki
kriteria sebagai berikut :
1. Denah tata ruang Huma Gantung harus mencerminkan rumah pemimpin kampung Dayak Ngaju
yangmasihtaat pada adatdantradisi setempat. Ruangtamumemilikiukuran besar karena difung-
sikan untuk kegiatan berkumpul masyarakat kampung Buntoi yang terbagi atas tiga golongan;
kaum ningrat, rakyat biasa dan kaum budak. Pada ruang tamu terdapat pemisahan yang tegas
antara kaum ningrat (bangsawan), rakyat biasa dan kelompok keluarga dengan pagar pembatas
atau dinding pemisah. Kesenian daerah seperti ngarungut (seni suara) dan berbagai jenis tarian
masih sering
dilang- sungkan untuk menyambut tamu, pesta perkawinan atau ritual tertentu. Kegiatan ini
biasanya dilangsungkan di dalam rumah (ruang tamu) atau di halaman depan. Dengan demikian
ruang khusus untukalatmusik(garantung (gong),kendangataupunsitar)adalahmutlakharusada.
2. Adanya pertambahan jumlah penghuni yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang atapun
penambahan ruang dianggap sebagai bentuk pengembangan yang disebabkan oleh adanya tuntutan
penghuni,sehinggabukanmerupakanbentukawaldaridenahHumaGantung.
3. Pada denah Huma Gantung awal, pemasangan konstruksi dinding kayu tidak menempel pada tiang
utama (jihi) karena jihi disamping berfungsi menopang konstruksi lantai dan atap tetapi juga
berfungsi untuk menyandarkan persenjataan perang (mandau, tombak, telawang, sumpit, dan
lain-lain). Pada masa lalu kondisi Buntoi masih rawan perampokan dan bahaya kayau
(pemenggalan kepala).
4. Pada masa lalu keberadaan sungai adalah sarana hubungan masyarakat Buntoi dengan dunia luar,
disamping itu kegiatan mandi, mencuci dan ke kamar kecil (WC) dilangsungkan pada der- maga
(lanting) yang berada di pinggir Sungai Kahayan. Dengan demikian bentuk denah awal Huma
Gantung tidak memiliki kamar mandi dan WC tersendiri.
5. Kegiatan memasak pada masa lalu masih menggunakan kayu bakar dan peralatan baru seperti
kompor belum ada. Dengan demikian pada bagian karayan belum ada dapur kering (bersih), tetapi
masih menggunakan tungku yang berada di bagian luar (terpisah dengan bangunan utama).

D. TAMPAK HUMA HAI BUNTOI


Pada masa Singa Jalla masih memegang jabatan sebagai kepala kampung (Oemang), Huma
Gantung Buntoi masih dalam masa pengembangan.Dan untuk mencari bentuk awal yang
tepat dan Huma Gantung di Buntoi iniharus memenuhikriteria sebagai berikut :
a. Pada masa lalu kondisi kampung Buntoi masih rawan (belum aman). Perampok dari
negeri Johor (Malaysia) dan serbuan tentara Islam Banjar serta bahaya kayau
(pemenggalan kepala) masih menghantui masyarakat. Dengan demikian bentuk
bangunan Huma Gantung Buntoi masih mempertimbangkan pada faktor keamanan
dengan adanya pagar keliling bangunan yang tertutup.
b. Sebagai rumah seorang pemimpin yang disegani,penampilan bentuk bangunan
mempunyai kesan monumental. Bangunan berbentuk panggung tinggi, megah dan
agung.Citra bangunan monumental menjadi hal yang penting mengingat Huma
Gantung merupakan figur rumah penguasa yang sangat dihormati,seperti yang
diungkapkan oleh Mangunwijaya (1988) bahwa dalam arsitektur penghayatan citra
menjadi hal penting karena menyangkut gambaran (image) seseorang untuk
menangkap makna dari bentuk arsitektur bangunan tersebut Ketinggian panggung erat
hubungannya dengan usaha preventif dalam mencegah bahaya dan luar.
c. Kesan kemegahan dan keagungan bangunan Huma Gantung ditunjang oleh bentuk
yang agak simetris meskipun tidak sepenuhnya simetris (konsep simetris asimetris).
Konsep ini erat hubungannya dengan kepercayaan masyakat untuk selalu menghindari
sesuatu yang tepat (pas), karena hal inidipercaya sebagai keberhentian yang tidak ada
kelanjutan. Masyarakat Oayak Ngaju mengharapkan kehidupan yang ber1anjut tanpa
henti turun menurun sampai anak cucu.
d. Bertambahnya jumlah penghunidengan munculnya keluarga baru (menantu)
menyebabkan penambahan bentuk rumah semakin membesar. Keadaan ini dipandang
sebagai langkah pengembangan dan bukannya bentuk awal dari Huma Gantung.
Bentuk awal Huma Gantung Buntoi berada pada posisi pada waktu keluarga Singa
Jalla belum mempunyai menantu.
e. Pada masa lalu konstruksi dinding masih menggunakan penutup kulit kayu jelutung
yang digapit dengan bilah rotan. Penggunaan bahan seperti papan kayu adalah bentuk
pengembangan,bukan bentuk awal Huma Gantung.
f. Pada masa lalu belum dikenal penggunaan cal sehingga penampilan visual bangunan
Huma Gantung Buntoi berkesan sangat alami dengan warna coklat kayu. Bangunan
berkesan tertutup dengan bukaan yang minim dan berukuran kecil-kecil.

E. ORNAMEN HUMA HAI BUNTOI


Betang memiliki bentuk fisik sederhana dan alami terlihat dari tampak bangunan yang
terbuat dari bahan kayu asli. Penggunaan bahan cat hampir tidak ada kecuali pad a
elemen- elemen bangunan tertentu seperti Sandung, Sapundu dan beberapa potong sirap
ulin yang dilukis dengan simbol-simbol tertentu. Secara umum ornamen yang berupa
ukiran, lukisan ataupun patung pada Betang dapat diuraikan sebagai berikut:

- Ornamen Kepala Tiang


Ornamen kepala tiang pegangan
tangga (Takuluk Hejan), yaitu
kepala tiang berbentuk segi delapan
yang diartikan sebagai bentuk
paling sempurna dari segi
keindahan.

- Ornamen Listplank (Pelipir)


Ornamen Listplank (Pelipir), yaitu Iisplank dengan motif ukiran berbentuk daun
bering in yang diartikan sebagai tempat peneduh dan beristirahat. Oengan demikian,
rumah Betang dapat memberikan keteduhan dan kenyamanan bagi penghuninya .

- Ornamen Tanduk Atap (Silang Pelipir)


Ornamen Tanduk Atap (Silang Pelipir), yaitu ornamen puncak atap yang berbentuk
mandau (senjata khas Oayak) yang melambangkan segala yang jahat akan dihadapi
jantan dengan mandau, karena orang Ngaju pantang mundur terhadap segala tantangan.

Denah Huma Gantung Buntoi

Pada bagian atas penambahan dinding di sebelah kanan dan kiri, penambahan dinding ini di
sebabkan karena tuntutan untuk menghindari tempisan hujan, karena teras berfungsi sebagai
tempat duduk bersantai. Penambahan didinding ini pada dasarnya masih dapat diterima
mengingat terjadi perubahan fungsi pada teras dan yang memiliki alasan yang jelas
meskipun secara tidak langsung akan merubah bentuk tampak bangunan.

Tampak Huma Gantung Buntoi


Morfologi Bentuk Tampak Huma Gantung
Saat ini Huma Gantung/Hai Buntoi merupakan bangunan panggung tinggi dengan konstruksi
kayu. Tampak visual bangunan didominasi oleh garis-garis vertical dinding yang terbuat dari
papan kayu yang di cat hijau muda. Atap memiliki bentuk pelana yang dikombinasi dengan
atap miring pada bagian sayap kanan dan kiri. Penutup atap terbuat dari bahan sirap warna
cokelat tua. Pada bagian bawah panggung terdapat pagar kayu keliling setinggi 8o cm. Pagar
ini merupakan tambahan yang dibangun pada tahun 1995.

Gambar diatas tampak Huma Betang Gantung Buntoi saat ini

Bentuk Awal Tampak Huma Gantung/Hai Buntoi


Konstruksi
o Bangunan Huma Gantung menggunakan bahan alami, dinding dari kulit kayu jelutong
yang diapit dengan bilah rotan dan atap sirap.
o Bentuk bangunan yang berbentuk
panggung Kondisi Lingkungan
o Saat terbentuknya Huma Gantung Hai Buntoi lingkungan disekitarnya masih terbilang
belum aman.
o Bentuk bangunan yang tertutupi oleh pagar keliling.
Monumental
o Menjadi rumah pemimpin yang disegani.
o Huma Gantung memiliki bentuk yang megah, tinggi dan monumental.
o Kemegahan ditunjang oleh bentuk bangunan yang simetris aimetris.
Penampilan Visual
o Penampilan visual bangunan Huma Gantung sangat alami belum ada yang namanya
sentuhan cat.
o Bangunan terkesan tertutup dengan bukaan minim dan berukuran kecil.
Keluarga Kecil
o Terdiri dari keluarga Singa Jalla yang belum memiliki keluarga
tambahan/keluarga menantu.
o Belum adanya perubahan dalam bentuk yang berat.

Berikut Tampak Huma Betang Gantung/Hai Buntoi sebelum adanya penambahan bentuk.

Tampak Depan Huma Betang Gantung/Hai Buntoi

Tampak Kanan Huma Betang Gantung/Hai Buntoi


Tampak Belakang Huma Betang Gantung/Hai Buntoi

Tampak Kiri Huma Betang Gantung/Hai Buntoi


BEDAH DENAH 3D

A
G
D

H F
IJ K
L

Gambar : Denah 3D Huma Gantung Buntoi pada masa sekarang

KETERANGAN:
A = HENDERASI (TERAS DEPAN) G = EKA KUMAN (RUANG MAKAN)
B = EKA ULU MAJA (RUANG TAMU) H = KARAYAN
C = RUANG MUSIK I = GUDANG
D = GUDANG/RUANG TIDUR J = WC
E = EKA BATIRUH (RUANG TIDUR) K = KAMAR MANDI
F = EKA KELUARGA (RUANG KELUARGA) L = KARAYAN

Pada masa sekarang huma gantung Buntoi memiliki ruang-ruang yang terdiri dari : teras depan, ruang
tamu, ruang music, ruang tidur utama, ruang tidur tamu/Gudang, ruang keluarga, ruang makan, dapur
kering, Gudang barang, kamar mandi, kamar kecil/WC, dapur tungku dan teras samping. Sekat ruang
yang terbuat dari bahan playwood pada ruang tidur tamu yang juga dipakai sebagai tempat penyimpanan
adalah buatan baru. Demikian halnya tambahan Gudang peralatan di bagian belakang yang terbuat dari
bahan yang sama.
Analisa Bedah Potongan 3D

Potongan Melintang

Potongan Membujur
Keterangan :
 A. Kuda-kuda
 B. Atap Sirap
 C. Tungket ( tiang pembantu)
 D. Lantai Papan
 E. Jihi (tiang utama)
 F. Handaran.

Pada Struktur atau elemen Betang Huma Hai Buntoi menggunakan elemen struktur diantaranya
: kuda-kuda, atap sirap, tungket, lantai papan, jihi, dan handaran.
Betang dibangun biasanya berukuran besar, Panjangnya dapat mencapai 30-150 meter
Serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 Meter, memiliki tiang yang tingginya sekitar 3-5
meter. Betang dibangun menggunakan bahan kayu yang berkualitas tinggi, yaitu kayu ulin.
 Elemen Tiang
Bangunan Betang sepenuhnya rnenggunakan tiang dari kayu ulin bulat pilihan (kayu besi).
Secara urn urn tiang terbagi rnenjadi dua jenis, yaitu tiang utarna Jihi) rnerupakan tiang bulat
(bersegi banyak) rnenerus dari tanah sarnpai Konstruksi kuda-kuda tanpa sarnbungan. Yang
kedua adalah tiang pernbantu (tungket), rnerupakan tiang bulat yang diletakkan kurang lebih
di tengah antara Dua buah tiang utarna.
 Elemen Lantai
Konstruksi lantai terbuat dari papan ulin dengan ukuran rata-rata lebar 28 M Dan tebal 3,5
em. Posisi ketinggian dari lantai panggung ke permukaan tanah Sekitar 2,3 m. Pemasangan
lantai papan ini melintang dari arah depan ke Belakang yang ditopang oleh balok gelagar
(ulin) dari berbagai ukuran.
 Elemen Dinding
Konstruksi dinding semula terbuat dari bah an kulit kayu dengan ketebalan 1-1,5 Em yang
dijepit belahan rotan dengan ikatan tali simpai dari kulit kayu dan Dipasak ke tiang rangka
dinding.
 Elemen Tangga
Secara umum pada Betang terdapat tiga jenis tangga, tangga utama (1 buah) Yang menuju ke
pintu masuk bangunan utama dan tangga samping (2 buah) Yang menuju ke dapur. Tangga
ketiga berada di bag ian belakang merupakan Tangga baru yang terbuat dari papan digapit.
 Elemen Atap
Penutup atap terbuat dari sirap bahan utin ukuran besar (1/20/100 cm) Sebanyak 5.392
keping. Sirap ini ditopang oleh reng sebanyak 86 buah ukuran 3/11 cm dengan pemasangan
rebah berjarak 40 cm. Susunan reng kemudian Ditopang olah usuk yang berjumlah 28 buah
ukuran 4/11 cm dengan Pemasangan rebah pula. Bentuk gording bersegi 8 (delapan) terletak
membujur 4 buah sepanjang bentukan atap pelana. Konstruksi kuda-kuda terbuat dari Balok
ulin besar dengan ukuran 23/40 cm, menumpu kaki kuda-kuda dan tiang Dengan ukuran
19/19 cm.
DAFTAR PUSTAKA
Hamidah , Noor. Garib, Tatau Wijaya. 2014. STUDI ARSITEKTUR RUMAH BETANG
KALIMANTAN
Usop, Tari Budayanti. 2014. PELESTARIAN ARSITEKTUR TRADISIONAL DAYAK
PADA PENGENALAN RAGAM BENTUK KONSTRUKSI DAN TEKNOLOGI
TRADISIONAL DAYAK DI KALIMANTAN TENGAH.
Ir. Syahrozi, MT. 2010.Morfologi Ruang : Studi Kasus Huma Gantung Buntoi
Apriyanti, Ni Wayan Lida. 2011. LTP RE-DESAIN PASAR INDRA SARI DI KOTA
PANGKALAN BUN Penekanan desain : Arsitektur Postmodern.
Syahrozi. (2013). Morfologi Bentuk Tampak (Studi kasus Huma Gantung Buntoi.
https://docplayer.info/amp/285435-Morfologi-bentuk-tampak-studi-kasus-huma-gantung-buntoi.html.
Amiany.(2011). Tinjaun Desain Arsitektur Huma Gantung Buntoi.
file:///C:/Users/Sumimah/Downloads/3.(Jurnal+PA+Vol.06+No.02+2011)-TINJAUAN-DESAIN-
ARSITEKTUR-HUMA-GANTUNG-BUNTOI.pdf.
Yosia. Proses Komunikaasi Masyarakat Dayak Ngaju Dalam Rangka Melestarikan Hidup Huma
Betang Studi di Lingkungan Masyarakat Dayak Ngaju di Desa Buntoi Kalimantan Teengah.
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/33931/ODU5MDg=/Proses-Komunikasi-Masyarakat-
Dayak-Ngaju-Dalam-Rangka-Melestarikan-Nilai-Nilai-Hidup-Huma-Betang-Studi-di-lingkungan-
masyarakat-Dayak-Ngaju-di-Desa-Buntoi-Kalimantan-Tengah-BAB-V.pdf

Anda mungkin juga menyukai