Anda di halaman 1dari 9

JURNAL PERKEMBANGAN ARSITEKTUR NUSANTARA

TENTANG SUKU TOBATI


NAFRIN STOVAN KIAY BADERAN

T11.13.036

Abstract

Tobati tribe who live in Yotefa Bay coastal area of 1675 ha, which is included in the area of
Jayapura Selatan sub-district of Jayapura Municipality, builds settlements over sea water. The
location of the village Tobati and Engros which is close to the center of Jayapura City has an
effect on the development of the settlement. What is said by Rapoport (1997) that closeness to
specific things, infrastructure and facilities, microclimate and topographic conditions will affect
the settlements. So what can be seen from the influence of location to the development of Tobati
tribe, among others related to infrastructure and facilities, education, commerce, entertainment,
social facilities is the main thing that triggers the change of the Tobati tribe besides the physical
changes of the settlement.

Abstrak

Suku Tobati yang bermukim di Pesisir Teluk Yotefa seluas 1675 ha yang termasuk di wilayah
kecamatan Jayapura Selatan Kotamadya Jayapura, membangunpemukiman di atas air laut.Letak
lokasi desa Tobati dan Engros yang dekat dengan pusat Kota Jayapura berpengaruh dalam
perkembangan permukimannya. Apa yang dikatakan oleh Rapoport (1997) bahwa kedekatan
dengan hal khusus, prasarana dan sarana, iklim mikro dan kondisi topografi akan berpengaruh
terhadap pemukiman. Sehingga apa dapat dilihat dari pengaruh lokasi terhadap perkembangan
suku Tobati antara lain terkait dengan prasarana dan sarana, pendidikan, perniagaan, hiburan,
fasilitas social merupakan hal pokok yang memicu terjadinya perubahan suku Tobati disamping
pada perubahan fisik pemukimannya.
PENDAHULUAN
Rumah sebagai kebutuhan dasar manusia, perwujudannya ternyata bervariasi menurut siapa yang
menghuninya, hal ini dikemukakan oleh Maslow sebagai suatu jenjang kebutuhan/hirarki
kebutuhan berdasarkan tingkat intensitas dan arti penting dari kebutuhan dasar manusia, yaitu :
Psychological needs, Safety or Security needs, and social needs.

Seperti yang dikatakan oleh John F.C. Turner dalam bukunya {Freedom To Build}, bahwa
“Rumah adalah bagian yang utuh dari pemukiman, dan bukan hasil fisik sekali jadi semata,
melainkan merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan mobilitas social
ekonomi penghuninya dalam suatu kurun waktu. Yang terpenting dari rumah adalah dampak
terhadap penghuni, bukan wujud atau standar fisiknya. Selnjutnya dikatakan bahwa interaksi
antara rumah dan penghuni adalah apa yang diberikan rumah kepada penghuni serta apa yang
dilakukan penghuni tehadap rumahnya”.

Sebagai perangkum berbagai pendapat tentang rumah, Johan mengemukakan konsep rumah
total, yakni rumah harus selalu satu, utuh dan imbang antara manusia, rumah dengan alam
sekitarnya. Selanjutnya secara tersistem konsep tersebut dijabarkan sebagai berikut :

1. Gagasan, perumahan bukan rumah karena tak dapat berdiri sendiri, saling membutuhkan
dan adanya prasarana dan sarana.
2. Fungsi, produktif bukan hanya hunian rumah hanya dipakai sebagai hunian sulit
dipertahankan sampai lama eksistensinya.
3. Pendekatan, beragam dimensi dinamis rumah hanya dipengaruhi oleh satu dimensi
(teknik), tetapi ada dimensi lain yang sama pentingnya.
4. Wadah, menyatu dengan lingkungan saling tergantung dengan sekitarnya.
5. Kajian, dialog dengan gagasan dan keadaan perumahan dipahami dengan baik bila ada
masukan timbal balik dari lapangan.

Pola penataan pemukiman masyarakat Tobati berbentuk linier, yakni rumah-rumah dibangun
sejajar dalam formasi dua deret yang saling berhadapan, dimana jembatan yang dibangun
diantara dua deret ini merupakan satu kontak pandang dari anggota keluarga yang sedang
bersantai di beranda rumahnya. Maksudnya bila ada orang baru, dia akan selalu jadi perhatian
bagi orang kampong karena gerak langkahnya yang kaku, belum terbiasa dengan jembatam
kayu. Selain itu, jembatan ini merupakan penghubung antara satu rumah dengan
rumah lainnya.Pada bagian tengah jembatan dibuat panggung yang lebih luas , disebut “para-
para adat”. Pada bagian ini merupakan tempat musayawarah adat dan pertemuan-pertemuan
khusus yang membicarakan kepentingan bersama masyarakat kampung.
Pada awalnya bangunan didirikan dengan konstruksi yang sangat sederhana. Rata-rata atap
bangunan adalah pelana. Tata ruang dalam pada bangunan jenis ini telah telihat walaupun sangat
sederhana yaitu sebagian besar untuk tidur/istirahat. Sedangkan aktivitas lainnya dilakukan di
luar bangunan, atau di teras luar, material yang digunakan diperoleh dari apa yang tersedia di
alam sekitarnya.

BAHAN DAN METODE


Dalam perkembangannya masyarakat Tobati mulai mengenal tingkatan/nilai-nilai aktivitas
dalam bangunan, sehingga mulailah pembedaan penggunaan bangunan. Kemudian ada bangunan
yang hanya untuk rumah tinggal (Sway) dan ada bangunan yang digunakan khusus sebagai
tempat pemujaan dan upacara adat inisiasi (Mau/Kariwari) dan juga tempat untuk mencari atau
menagkap ikan yang terletak di bawah rumah (Keramba)

1. Rumah Tinggal (Rumah Sway)

Rumah tinggal atau yang biasa disebut dengan rumah Sway merupakan pengembangan dari
bentuk bangunan awal, dengan adanya pembagian ruang (ruang tamu, ruamg makan, ruang
tidur). Atapnya pun mengakami perubahan menjadi limasan atau bentuk perisai. Sedangkan
bangunan untuk pemujaan berbeda dengan rumah tinggal. Peruangan dalam bangunan ini hanya
satu dengan fungsi untuk tempat inisiasi. Atapnya pun berbentuk limasan yang disusun tiga.
Sedangkan bahan yang digunakan tetap mempertahankan bahan yang ada di sekitarnya.

Tata letak bangunan Rumah Sway adalah di pinggir/di tepi-tepi jalan utama pada pemukiman
masyarakat Tobati, dengan orientasi bangunan kea rah jalan utama, sehingga rumah saling
berhadap-hadapan.

1. Tata letak ruang dalam bangunan Rumah Sway terdiri dari :


2. Bilik/kamar tidur
3. Ruang tamu (teras penerima tamu)
4. Dapur (ruang kerja para wanita)
5. Teras belakang
Ada pembagian ruangan menurut pembedaan gender pada pada rumah tinggal di Tobati yaitu :

 Sebelah laut : selalu tempat kaum laki-laki


 Sebelah darat : tempat kaum wanita
Tiap rumah memiliki pembagian kamar-kamar besar dan kamar-kamar kecil selain serambi
muka atau teras yang menghadap ke jalan. Serambi depan untuk menerima tamu, dan juga
sebagai tempat bekerja kaum laki-laki. Selanjutnya rumah itu terdapat dapur yang merupakan
tempat kaum perempuan. Selain itu juga terdapat ruangan yang dipergunakan sebagai kamar
mandi fan jamban
2. Rumah Adat (Rumah Mau)

Rumah adat masyarakat Tobati adalah Rumah Mau yang berfungsi sebagai tempat upacara-
upacara adat ini, berbentuk segi empat atau segi delapan. Bagian utama dari rumah adat ini
terdiri dari tiga bagian yaitu kaki, badan dan kepala..Filsafah bangunan/Rumah Mau yang paling
menonjol adalah terletak pada berbentuk limasan yang bersusun tiga, bahan atap yang terbuat
dari daun sagu serta konstruksi atap yang bertumpu pada tiang utama dalam bangunan. Hirarki
untuk ruang Mau hanya terdiri dari satu ruangan yang luas tanpa batas antar ruang. Fungsinya
adalah sebagai tempat untuk :

1. Pesta adat
2. Ruang inisiasi/pendewasaan anak laki-laki
3. Penyimpanan benda-benda pusaka

3. Kandang Ikan Terapung (Keramba)

Keramba (kandang ikan terapung) terbuat dari batangan bamboo, jarring dan tali-temali.
Keramba ini biasanya terletak dibawah rumah dengan jarring-jaring mengelilingi tiang-tiang
rumah dan ada juga yang membuatnya terpisah.

Fungsi dari keramba adalah untuk membudidayakan beberapa jenis ikan seperti ikan Bobara dan
Samandar, maksudnya untuk persediaan pada saat tidak musim ikan. Keramba mempunyai
fungsi lain sebagai tempat kurungan jenis-jenis ikan kecil yang kemudian akan mengundang
predatornya berkeliaran disekeliling kandang. Kesempatan inilah yang digunakan untuk
menangkap ikan.

Material Bangunan

Bahan-bahan yang digunakan pada rumah tradisional Papua merupakan bahan-bahan yang sudah
tersedia di alam. Masyarakat Papua masih menggunakan rumah sebagai kebutuhan berteduh dan
bukan tempat tinggal menetap karena hidup mereka masih nomaden untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Bahan-bahannya antara lain :

 Bambu Kayu
 Jerami/talas sebagai atap
 Pelepah pohon pinang hutan atau nibung
 Pelepah pohon sagu dan daun pohon sagu sebagai atap
Konstruksi

 Pengikat konstruksi berupa tali


 Tidak ada struktur yang terkait secara kuat, semuanya bergantung pada kekuatan tali
pengikat
 Tidak membutuhkan pondasi (karena letaknya sebagian rumah terletak di laut (menjorok
ke pantai)
 Ada sebagian rumah menggunakan kuda-kuda sebagai penahan atap, dan sebagian lain
menggunakan sistem rangka untuk menahan rangka.

Teknologi

Teknologi yang digunakan sangat sederhana dan bisa dibilang masih primitiv karena selain yang
bahan-bahannya juga alat yang digunakan masih sangat sederhana. Seperti :

 Untuk mengikat struktur masih menggunakan tali yang bahannya dari bahan alami
 Dikerjakan secara manual dengan tangan tanpa adanya alat bantu yang memadai
 Keluarga mendirikan sendiri rumahnya
 Anyaman digunakan pada pembuatan atap jerami atau atap yang terbuat dari daun-daunan

Cara Pembuatan

Dalam membuat rumah dibantu oleh semua penduduk disekitar dan juga seluruh anggota
keluarga. Langkah-langkahnya adalah

 Membuat kerangka rumah dari kayu atau bamboo yang diikat dengan tali tanpa pondasi-
untuk rumah suku tertentu alas rumah ditinggikan sampai lebih dai 1 m atau bahkan diatas
pohon.
 Membuat dinding pelepah pohon sagu atau nibung untuk dinding yang kemudian dipasang
dengan mengikatkan pelepah atau nibung tersebut pada rangka.
 Membuat atap dengan daunt alas, daun sagu atau jerami dan sejenisnya yang di sambung
satu persatu dengan tali kemudian dijepit oleh 2 buah bambu atau kayu menjadi satu deret.
 Setelah terkumpul banyak deret daun untuk atap kemudian dipasang sebagaimana
memasang dinding.
 Ada sebagian yang memasang atap langsung tanpa disambung dulu
RUMAH ADAT (RUMAH MAU) RUMAH TINGGAL (RUMAH SWAY)

Perubahan Fungsi, Makna dan Bentuk Pada Arsitektur Rumah Tradisional


Tobati

Perubahan di dafam masyarakat akan mempengaruhi fungsi dan makna dalam arsitektur ternpat
tinggal. Akan tetapi cukup sulit untuk menentukan secara tepat faktor penyebab terjadinya
perubahan tersebut, karena ditengah-tengah kompleksitas eksistensi niali, norma, pengetahuan
dan teknologi baru. Beberapa ahli berpendapat bahwa terjadinya perubatan dalam masyarakat
karena tumbuhnya ketidak-puasaan terhadap kondisi budaya tertentu, sebagian masyarakat lagi
mengatakan bahwa adanya perkembangan teknologi baru. Kesemuanya ini adalah wajar, maka
untuk menghindari pertentangan pendapat ini diambil secara umum saja.

Secara umum, perubahan yang terjadi dalam masyarakat Suku Tobati dapat -,sebabkan oleh :

1. Penemuan baru (inventation)


2. Pertumbuhan penduduk (population)
3. Kebudayaan ( cultural)

Akibat dari hal tersebut yang terjadi saat ini di desa Tobati dan Engros, rumah tradisional banyak
yang telah mengalami perubahan dan bahkan hilang, adapun perubahan adalah sbb :

1. Rumah dengan bentuk dan material, konstruksi yang digunakan asli.


2. Rumah dengan bentuk asli, tapi material sebagian hasil industrialisasi, konstruksi asli
3. Rumah dengan bentuk asli, material asli, tapi konstruksi berubah/modern.
4. Rumah dengan bentuk mengalami perubahan, material berubah, konstruksi asli. Rumah
dengan bentuk berubah sama sekali, material berubah, konstruksi berubah.
KESIMPULAN
Banyaknya suku yang menyebar di kota papua menyabkan keberaneka ragaman budaya yang
lahir di dalamnya seperti upacara adat, rumah adat, seni plastis, legenda, wisdom semua pasti
berbeda. Karenanya semuanya memiliki khasnya masing-masing sebagai tanda perbedaan. Suku
yang tinggal di tanah papua yakni Suku Asmat, Suku Tobati dan Suku Dani. Papua juga
memiliki beraneka ragam budaya serta tradisi yang sangat kental karena mereka sangat
menghormati nenek moyang mereka dan sangat menghargai alam sebagai pemberiaan tuhan
mereka. Sampai-sampai dalam hal pembangunan tempat tinggal pun selalu tidak lepas dari
bahan-bahan yang ada di alam sekitar mereka.Namun tidak bisa di pungkiri,seiring dengan
berkembangnya zaman serta technology banyak perubahan yang terjadi pada bangunan. Entah itu
dari material,konstruksi,maupun cara pengerjaan.

QUESTION
1. BERADA DI URUTAN BERAPAKAH SUKU TOBATI ?
2. ALASANNYA ?
3. GAMBAR BANGUNAN ?
4. APA YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT ?
5. APAKAH MASIH MEMPERTAHANKAN KEMBALI MATERIAL-MATERIAL DARI
ALAM ?
6. KENAPA CARA PEMBANGUNANNYA TIDAK DENGAN CARA GOTONG ROYONG
?
7. FILOSOFI BANGUNAN ?
8. APAKAH PERBEDAAN & KESAMAAN PADA TIAP-TIAP BANGUNAN ?

ANSWER
1. SUKU TOBATI BERADA PADA URUTAN 895,DENGAN JUMLAH PENDUDUK 3133
2. TIDAK ADA ALASAN TERTENTU DALAM PENGURUTAN SUKU-SUKU DI
PAPUA,PENGURUTAN INI TIDAK LAIN BERDASARKAN ABJAD SAJA.
3. UNTUK GAMBAR BANGUNAN SUDAH ADA PADA HALAMAN 6.
4. DSFMSKWAKG
5. YA ! KARENA MENGINGAT RUMAH ADAT MERUPAKAN BANGUNAN
ARSITEKTUR TRADISIONAL YANG MATERIAL SERTA KONSTRUKSINYA
MENGGUNAKAN BAHAN DARI ALAM SEKITAR MEREKA
TINGGAL/HIDUP.BERBEDA DENGAN RUMAH TINGGAL,UNTUK RUMAH
TINGGAL MEMANG TERDAPAT BEBERAPA PERUBAHAN SALAH SATUNYA
PADA MATERIAL.
6. UNTUK CARA PEMBANGUNANNYA MASIH MENGGUNAKAN CARA GOTONG
ROYONG.YAITU DENGAN BANTUAAN DARI SEMUA PENDUDUK SEKITAR,DAN
JUGA DARI SELURUH ANGGOTA KELUARGA
7. UNTUK FILOSOFI BANGUNAN SUKU TOBATI SENDIRI,TERLETAK PADA
BAGIAN ATAPNYA YANG BERSUSUN 3 YANG TERDIRI DARI KAKI,BADAN,DAN
KEPALA YANG MENGGAMBARKAN HUBUNGAN HARMONIS ANTARA ALAM
RAYA SEBAGAI MAKROCOSMOS DENGAN PENCIPTA JUGA ALAM RAYA
DENGAN MANUSIA.
8. PERBEDAANNYA PADA FUNGSI BANGUAN,SERTA RUANG-RUANG DALAM
BANGUNAN,UNTUK RUMAH ADAT HANYA TERDAPAT 1 RUANGAN YANG
LUAS TANPA BATAS ANTAR RUANG YANG FUNGSINYA UNTUK
 PESTA ADAT
 RUANG INISIASI PENDEWASAAN ANAK LAKI-LAKI
 PENYIMPANAN BENDA-BENDA PUSAKA

SEDANGKAN UNTUK RUMAH TINGGAL SUDAH ADA PEMBAGIAN


RUANG,ANTARA LAIN :

RUANG TAMU,BILIK KAMAR TIDUR,DAPUR,DAN TERSA BELAKANG

KESAMAANNYA TERLETAK PADA BENTUK ATAP YANG BERBENTUK LIMASAN.

DAFTAR PUSTAKA

https://vdocuments.site/documents/arsitektur-tradisional-suku-tobati.html

Anda mungkin juga menyukai