Anda di halaman 1dari 3

KETIKA MENGOMENTARI ORANG LAIN

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillahil ladzii an’amanaa bini’matil iimaan wal islaam. Wanushalli wanusallimu ‘alaa
khairil anaam, sayyidinaa muhammadin wa’alaa aalihii wasohbihi aj-ma’iin, amma ba’du.

Pertama tama marilah kita ucapkan puja puji syukur kita atas kehadirat allah swt yang telah
memberikan kita nikmat kesehatan sehingga kita dapat berkumpul pada ramadhan pada hari ini.
Sholawat beriring salam tak lupa pula kita haturkan junjungan alam yakni Nabi Muhammad saw.

Yth bapak taufik selaku menejer ptpn 5

Yth bapak ... selaku askep ptpn 5

kita sering mudah tergiur untuk mengomentari orang lain. Kita sering lebih mudah terpancing
untuk menuduh orang lain salah melakukan ini dan itu. Seperti saat kita menonton pertandingan
sepakbola, begitu ringannya kita mengomentari bahkan memarahi pemain yang menurut kita
kurang cepat, kurang lincah atau kurang-kurang lainnya. Tentu hal ini bukan hal yang salah
apalagi jika komentar kita memang didasari dengan keahlian kita pada urusan yang sedang kita
komentari.
Akantetapi ada satu hal yang sangat penting kita ingat, yaitu bahwa kegagalan kita memperbaiki
orang lain adalah disebabkan kegagalan kita memperbaiki diri sendiri. Kegagalan kita mengajari
orang lain adalah disebabkan kegagalan kita mengajari diri sendiri.
Berapa banyak orangtua yang mengharapkan anaknya untuk menjadi anak yang sholih atau
sholihah, akantetapi keinginan ini tidak sekuat keinginan dirinya untuk menjadi orangtua yang
sholih atau sholihah. Berapa banyak guru-guru yang menginginkan agar murid-muridnya
menjadi orang yang baik, akantetapi keinginan itu tidak seserius keinginan dirinya untuk menjadi
guru yang baik. Kita pun sangat ingin agar orang-orang di sekitar kita bersikap baik kepada kita,
tetapi apakah ada keinginan yang kuat pula agar kita menjadi orang yang baik terhadap mereka?!
Kesuksesan kita mendakwahi orang lain diawali dengan kesuksesan kita mendakwahi diri kita
sendiri. Kesuksesan kita memperbaiki orang lain diawali dengan kesuksesan kita memperbaiki
diri sendiri.
Alloh Swt. berfirman, “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, adahal kamu membaca al kitab (Taurat)? Maka tidaklah
kamu berpikir?” (QS. Al Baqoroh [2] : 44)

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Alloh Swt. Semoga Alloh Yang Maha Mendengar dan
Maha Mengabulkan setiap doa, menggolongkan kita sebagai orang-orang ahli takwa. Sholawat
dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, kita sering mudah tergiur untuk mengomentari orang lain. Kita sering lebih mudah
terpancing untuk menuduh orang lain salah melakukan ini dan itu. Seperti saat kita menonton
pertandingan sepakbola, begitu ringannya kita mengomentari bahkan memarahi pemain yang
menurut kita kurang cepat, kurang lincah atau kurang-kurang lainnya. Tentu hal ini bukan hal
yang salah apalagi jika komentar kita memang didasari dengan keahlian kita pada urusan yang
sedang kita komentari.

Akantetapi ada satu hal yang sangat penting kita ingat, yaitu bahwa kegagalan kita memperbaiki
orang lain adalah disebabkan kegagalan kita memperbaiki diri sendiri. Kegagalan kita mengajari
orang lain adalah disebabkan kegagalan kita mengajari diri sendiri.

Berapa banyak orangtua yang mengharapkan anaknya untuk menjadi anak yang sholih atau
sholihah, akantetapi keinginan ini tidak sekuat keinginan dirinya untuk menjadi orangtua yang
sholih atau sholihah. Berapa banyak guru-guru yang menginginkan agar murid-muridnya
menjadi orang yang baik, akantetapi keinginan itu tidak seserius keinginan dirinya untuk menjadi
guru yang baik. Kita pun sangat ingin agar orang-orang di sekitar kita bersikap baik kepada kita,
tetapi apakah ada keinginan yang kuat pula agar kita menjadi orang yang baik terhadap mereka?!
Kesuksesan kita mendakwahi orang lain diawali dengan kesuksesan kita mendakwahi diri kita
sendiri. Kesuksesan kita memperbaiki orang lain diawali dengan kesuksesan kita memperbaiki
diri sendiri.

Alloh Swt. berfirman, “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, adahal kamu membaca al kitab (Taurat)? Maka tidaklah
kamu berpikir?” (QS. Al Baqoroh [2] : 44)

Rosululloh Saw. sukses membawa umat manusia dari zaman jahiliyah kepada zaman yang
terang-benderang dengan cahaya hidayah adalah karena beliau senantiasa memulai kebaikan dari
diri sendiri. Ibda binnafsik, mulai dari diri sendiri. Sehingga manakala beliau mengajak manusia
kepada kebenaran, beliau mengajaknya pula dengan keteladanan. Inilah yang membuat dakwah
Islam begitu sangat efektif.

Saudaraku, boleh saja kita mengomentari ini itu tentang kesalahan yang orang lain lakukan.
Apalagi jika komentar kita itu diniatkan sebagai nasehat-menasehati dalam kebenaran. Tapi,
iringilah hal itu dengan semangat memeriksa dan memperbaiki diri sendiri. Semoga Alloh Swt.
senantiasa memberi kita taufik dan hidayah-Nya. Aamiin yaa Robbal’aalamiin.

Anda mungkin juga menyukai