Anda di halaman 1dari 8

SITI HIJRIANTI (A1A119012)

R-001
BOOK SUMMARY
Judul Buku : Menjadi Muslim Prestatif
Narasumber : K.H Abdullah Gymnastiar
Penulis : Basyar Isya
Tahun Terbit : 2002

MENJADI MUSLIM PRESTATIF

BAGIAN PERTAMA
Pribadi Muslim Beprestasi

Kalau ada yang bertanya, mengapa sekarang umat isam belum dirakdirkan unggul dalam
kaitan kedudukannya sebagai khalifah dimuka bumi ini? Seandainy kita mau jujur dan
melakukan perenungan, mungkin ada yang tertinggal di dalam menyuritauladani pribadi Rasul
saw. Keteladan yang belum terpedulikan itu tak lain adalah prestasi! Sayangnya, kita masih
belum terbiasa dengan kata tersebut. Telinga kita ternyata masih terasa asing dengan istilah
kualitas. Kitapun kerap terpengarah tatkala mendengar kata unggul. Padahal itu semua
merupakan bagian yang sangat penting dari peninggalan Rasulullah saw yang diwariskan kepada
umatnya hingga akhir zaman.
Akibat tidak terbiasa dengan istilah-istilah tersebut, kitapun tidak lagi merasa bersalah
ketika ternyata tidak tergolong menjadi orang yang berprestasi. Lihat saja shakat dan shaum yang
pernah kita lakukan, yang notabene merupakan amalan paling pokok dalam menjalankan syariat
islam. Kita jarang merasa kecewa ketika shalat tidak khusyuk. Kitapun ternyata merasa bisas-
biasa saja tatkala shaum ramdahan kita tunaikan berlalu begitu saja tanpa dievaluasi
mutunya.namun demikian kalaulah boleh jujur, mungkin kita termasuk salah seorang diantara
yang jarang mementingkan kualitas itu.
Baik dalam urusan duniawi maupun ukhrawi, Allah Azza wa Jalla selalu mementingkan
poin mutu terbaik dari apapun aktivitas bisa dilakukan. Misalnya saja, ihwal shalat, Allah
berfirman “Qad aflahal mu-minuun. Alladziina hum fii shalaatihim khaasyi’uun.” (Q.S Al-Mu-
minuun[23]: 1-2) . Amat sangat berbahagia dan beruntunglah bagi hamba-hamba Allah yang
khusyuk dalam mendirikan shalatnya. Shalatlah yang terpelihara mulitnya itu, tak syak lagi,
pastilah ditegakkan oleh orang-orang yang benar-benar menikmati kesungguhannya dalam
menjaga kualitas sholatnya. Sebaliknya Allah pun berfirman “fawailul mushalliin.
Alladziinahum ‘an shalaa tihim saahuun.” (Q.S Al-Maa’uun [1007] : 4-5). Sungguh celaka
orang-orang yang lalai dalam shalatnya! Jelas, shalat yang lalai adalah shalat yang tidak
bermutu.
Inilah yang ditegaskan oleh Rasulullah saw., “orang yang mengentengkan dan menyia-
nyiakan shalat, berarti akan lebih menyia-nyiakan lainnya.” Suatu amal ibadah baru diterima
benar-benar bermutu tinggi ikhlasnya. Allah tidak memerintahkan hamba-hambanya, kecuali
agar menyempurknakan amal ibadah yang dilakukan semata-mata karena Allah. Ada ria sedikit
saja, jelas akan berakibat terhapusnya pahala. Amalan kitapun berpotensi tidak diterima oleh-
Nya. Ini dalam ukhrawi. Demikianpun dalam urusan duniawi. Produk-produk yang unggul selelu
lebih mendapat tempat di hati masyarakat ketimbang produk-produk yang kacanga dan remeh-
temeh.
Pendek kata, siapapun yang ingin memahami islam secara lebih cocok dengan apa-apa
yang telah sicontohkan oleh Rasulullah saw., maka bagian yang harus menjadi pedoman hidup
adalah bahwa kita harus tetap tergolong menjadi orang-orang yang menikmati perbuatan dan
karya terbaik; karya yang paling berkualitas! Kita harus senantiasa mampu menikmati
kesungguhan dalam menciptakan karya terbaik, ibadah terbaik, dan amalan terbaik lainnya yang
terus menerus dipelihara dan ditingkatkan mutunya. Tubuh membuahkan karya terbaik sesuai
dengan syariat sunatullah dunia sementara hatipun mempersembahkan keikhlasa terbaik sesuai
dengan syariat agama. Walhasil, insyaallah, di dunia kita akan tempat terbaik dan di akhirat pun
niscaya akan mendapatkan tempat dan balasan terbaik pula.
Bangkitlah dan jangan tunda-tunda lagi untuk menjadi seorang pribadi muslim yang
berprestadi. Pribadi yang unggul dalam potensi yang telah dianugrahkan Allah Azza wa Jalla
kepada setiap diri hamba-hambanya. Ingatlah, wahai hamba-hamba Allah, “ kamu adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusai, menyuruh (manusia) kepada orang makruf,
mencegah (manusai) dari yang munkar dan beriman kepada Allah…!” (Q.S Ali-Imran [3] : 110)

Generasi Muslim Unggul

‘Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan bebrapa derajat.”
(Q.S. Al-Mujadilah [58] : 11)

Mahaperkasa Allah Azza wa Jalla, dzat yang Maha Memiliki segala kemuliaan dan
keagungan. Allah meningkatkan derajat siapa saja yang Dia kehendaki dan mengghinakan siapa
saja yang dikehendaki-Nya. Namau demikian, sesungguhnya kemuliaan dan kehinaan yang
menimpa seorang hamba itu pada hakikatnya merupakan buah dari segala amal yang telah
diperbuatnya. Berbicara tentang derajat kemuliaan –terutama ketika hidup di dunia ini- sungguh
betapa banyak yang cukup memiliki potensi untuk mendapatkannya, namun ternyata tidak bisa
menjadi unggul. Faktor penyebabnya tiada lain adalah karena belum sampai ilmunya, sehingga
tidak mengetahui tahap-tahap yang perlu dilakukan.

Tiga Prasyarat Menjadi Unggul


Resep pertama yang harus dilakukan oleh siapapun yang ingin memiliki masa depan
unggul adalah bahwa ia harus mempunyai kemampuan mengoreksi sikap mentalnya supaya bisa
lebih ulet dalam menempa diri. Resep kedua dan yang tidak kalah pentingnya adalah faktor
lingkungan atau sistem yang harus kondusif sehingga mampu merangsang kita untuk berprestasi.
Adapun resep yang ketiga adalah silaturahmi. Adalah hal yang amat logis, bahwa kita memang
harus mempunyai banyak peluang yang lebih baik karena hidup ini hanya sekali titik jangan
jauh-jauh dalam mengambil contoh saat ini. Untuk masuk ke perguruan tinggi negeri saja
teramat sangat susahnya. Berapa siswa yang mengikuti ujian seleksi namun hanya sekian persen
yang dinyatakan bisa ditampung. Bukan karena para lulusan SLTA itu bodoh-bodoh, melainkan
daya tampung perguruan tinggi itu sendiri yang amat sangat terbatas. Akibatnya, mengikuti ujian
seleksi Tak ubahnya ibarat memasuki lubang jarum. Nah solusi untuk dapat meraih Puncak
sukses dan terhindar dari jurang kegagalan itu tak lain adalah visi yang bagus. Kita harus
memiliki hal yang satu ini! Bayangkanlah bila kita mampu menggapai sukses dalam hidup titik
berhasil meraih tingkat pendidikan yang tinggi, misalnya.

Juga : Unggul Ukhrawi!


Berbicara masalah keunggulan atau kesuksesan, tidaklah cukup hanya unggul didunia
saja. Ternyata amat dibutuhkan suatu sistem atau pola yang membuat kita tidak hanya unggul di
dunia, tetapi juga di akhirat kelak. Oleh sebab itu, seyogyanyalah kita berusaha mendapatkan
suatu formula yang membuat kita bisa unggul di dunia, tetapi keunggulan di dunia itu sekaligus
juga bisa membuahkan sukses di akhirat kelak.

Kejernihan Berpikir
Hal pertama dan terpenting yang dapat membuat seseorang menjadi unggul di dunia
akhirat adalah kejernihan berpikir. Tegasnya, hanya orang-orang yang mempunyai kemampuan
mengendalikan diri dengan baik lah yang akan tampil unggul. Dengan kata lain, siapapun yang
ingin bisa mendapatkan kemampuan menggali potensi yang ada, sehingga menjadi orang yang
sanggup menguasai diri dan mampu berpikir serta bertindak jernih, kunci utamanya adalah harus
mempunyai keahlian berzikir kepada Allah Azza wa Jalla. Harta, gelar, pangkat, jabatan, dan
kedudukan, demi Allah tidak akan pernah membuat hati kita menjadi tentram

Keunggulan Berpikir
Konsep kedua untuk menjadi seorang insan muslim yang unggul adalah keunggulan
berpikir. Dapat ditegaskan bahwa yang namanya unggul Berpikir itu dapat diibaratkan seperti
kapal selam yang tengah berada di lautan yang dalam. Dari sana-sini air begitu Dahsyat menekan
titik belum lagi makhluk-makhluk laut yang buas datang menghadang titik kendatipun demikian,
tank kapal selam tidak tenggelam, bahkan terus melaju dengan tenang. Mengapa demikian?
Semua itu dikarenakan kapal selam mempunyai sistem yang sangat canggih sehingga mampu
memilah dan memilih mana yang boleh masuk dan mana yang tidak. Saya pikir seseorang itu
tidak akan unggul dan sempurna baik di dunia maupun di akhirat kelak kalau dia tidak
mempunyai sistem berpikir yang baik. Orang yang mampu berpikir unggul, ketika ujian atau
kesulitan datang menghadang Tidaklah terlalu menjadi hal yang perlu dipermasalahkan karena ia
menyadari semua itu hanyalah bagian dari pernak-pernik kehidupan titik setiap input masalah
diolah sedemikian rupa sehingga tidak menjadi beban pikiran titik lebih baik dari itu, malah
semakin memompa semangat hidup untuk terus maju meraih sukses.
Menciptakan Karya Unggul
Adapun konsep ketiga untuk menjadi manusia muslim unggul adalah mampu
menciptakan karya yang unggul, yang membuat kita mempunyai kemuliaan harga diri. Sebelum
menjadi presiden RI, B. J. Habibie suatu ketika melakukan kunjungan kehormatan ke Kerajaan
Arab Saudi titik oleh penguasa setempat ternyata ia diperlakukan tidak ubahnya seperti seorang
raja. Ke mana-mana Ia mendapatkan pengawalan ketat sementara tidurnya pun di istana.
Mengapa ia sampai diperlakukan sedemikian terhormat? Jawabannya hanya satu, yakni karena
Habibie adalah sosok tokoh muslim yang memiliki potensi mampu mengharumkan nama Islam
lewat prestasi dan karya unggul yango telah diciptakannya.

Menata ulang cita-cita

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka


mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. "
(Q.S. Ar-Ra'd [13]:11)

Tempatnya siapapun yang ingin jati dirinya terus-menerus semakin baik dari waktu ke
waktu, niscaya membutuhkan "cermin" untuk supaya bisa melihat apa saja yang kurang pada diri
sendiri. Namun demikian, yang terlebih penting lagi adalah kita harus mau berbuat sesuatu
sesudah mengetahui kekurangan diri tersebut. Kita memang membutuhkan suatu pola atau
suasana yang membuat kita bisa melihat aneka kekurangan yang melekat pada diri sendiri. Kita
pun perlu kemampuan untuk mengubah diri. Inilah yang sangat penting diperhatikan saat ini.
Tugas kita sekarang adalah menciptakan suatu pola atau suasana yang seperti ini.
Caranya, kita harus terus-menerus melakukan perenungan diri dan kemudian berusaha sekuat-
kuatnya untuk memotivasi diri. Bisa juga dengan mendatangi majelis majelis yang notabene
atmosfer di dalamnya memang memiliki kekuatan tertentu ke arah kesadaran untuk memotivasi
diri dan melakukan suatu percepatan ke arah yang lebih baik.

Karakter
Nah, kalau ada yang tidak beres dan perlu segera ditata ulang itu diantaranya adalah
karakter kita. Dari sekian karakter buruk yang potensial ada di dalam diri kita, salah satunya
adalah berpikiran dan berwawasan sempit serta pendek. Padahal, seorang pakar yang telah
berhasil meraih tumpuk kesuksesan, menemukan dua ciri yang membuat mereka tangguh,
melesat, berprestasi, dan membawa manfaat besar bagi banyak orang. Pertama, memiliki tujuan
dan visi yang jelas, yang harus ditempuh nya. Kedua, kedua sanggup berkorban untuk meraih
apa yang mereka jadikan visi dalam hidupnya.
Jadi, bagaimana seharusnya kita menggariskan visi hidup kita? Sebuah tujuan hendaknya
tidak boleh samar. Tujuan yang ditetapkan itu harus jelas bentuknya dan dapat diukur. Misalnya,
"Apa cita-cita luhurmu?" Untuk pertanyaan seperti ini, misalnya kita jawab," Saya ingin berbakti
untuk agama, nusa, dan bangsa." Kongkritnya mau jadi apa? Jadi tukang penyapu jalan atau
tukang membersihkan lantai masjid pun bisa merupakan cita-cita Luhur.

“Prosedur” Cita-Cita
Salah satu “prosedur” ringkas yang membuat kita bisa berkedudukan disisi Allah adalah
rindukanlah senantiasa untuk menjadi orang yang paling banyak manfaatnya bagi sesama
manusia. Ini lebih jelas bentuknya, sehingga dapat pula diukur pencapaiannya.

Kualitas Cita-Cita
Tampaknya, semenjak saat ini kita memang harus mulai mengkaji dan menata ulang cita-
cita yang pernah diguratkan di dalam lubuk hati. Hendaknya kita segera memahatkan tekad
untuk memulai meningkatkan kualitas cita-cita, sehingga tidak sekadar berkubang untuk
kesuksesan meraih segala yang berbau asesoris duniawi belaka.

BAGIAN KEDUA
Modal Kita: Waktu, Disiplin!

Menggenggam Waktu Meraih Prestasi


Gambaran seorang muslim yang unggul dan prestatif memang ibarat rahib dalam kualitas
ibadahnya dan laksana singa dalam kualitas semangat jihadnya. Yang menjadi pertanyaan
adalah, bagaimana caranya untuk menjadi sosok peribadi muslim yang unggul? Salah satu
kuncinyya yang utama adalah kemampuan menggenggam waktu. Keunggulan itu pastilah akan
sangat dekat dengan orang yang paling efektif dalam memanfaatkan waktunya. Sementara
ituislam merupakan agama yang paling dominan mengingatkan pemeluknya terhadap sang
waktu.
“Wal a’shri. Innal insaana lafii khushrin. (Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar berada dalam kerugian.)” Q.S. Al-‘Ashr [103]:1-2). Oleh sebeb itu, bagi siapapun
yang gemar menganggap remeh sang waktu, tampaknya tidaklah perlu bercita-cita setinggi
langit. Ini karena kunci keunggulan seseorang itu justeru terletak pada bagaimana dia mampu
memanfaatkan waktu secara lebih baik daripada yang dimanfaatkan orang lain. Untuk menjadi
seorang yangbefektif dalam mengatur waktu, seporanh yang efektif dalam mengatur waktu, kita
memang harus adil dalam membaginya.

Belajar dari Shaf Shalat


Disiplin! Inilah salah satu hikmah teramat penting yang terkandung dalam karunia Allah
Azza wa Jalla bernama shalat. Seorang muslim akan unggul ibadahnya bila shalatya unggul dan
bermutu tinggi. Seorang muslim yang shalatnya unggul dan bermutu tinggi, niscaya akan mampu
menangkap hikmah yang amat mengesankan dari shalatnya, yakni hidup tertib, rapih dan
disiplin. Adapun hikmah lain yang tercermindari shalat yang bermutu adalah system.
Lingkungan shalat pada dasarnya adalah system yang unggul.mengambil hikmah dari system
shalat, maka teman bergaul, tata tertib, serta lingkungan yang kita masuki , semua itu pun sangat
berpengaruh bagi keunggulan seseorang. Sistem merupakan salah satu kunci yang kan membuat
kita semakin unggul. Allah Azza wa Jalla berfirman, “sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka suatu
bangunan yang tersusun kokoh.” (Q.S. Ash-Shaf [61]: 4)

Menikmati Persaingan
Allah pun telah menitipkan satu potensi luar biasa, yang inysa Allah tidak dimiliki oleh
makhluk-makhluk lainnya. Potensi apakah itu? Yakni, potensi untuk bersaing. Unsur persaingan
akan menjadi tidak bermutu _ bahkan bukan lagi bersaing namanya_ apabila pihak lawan
diyakini lebih lemah, bahkan tidak memiliki potensi apa-apa. Bersaing seraya meyakini
kemungkinan potensi lawan lebih tinggi, sehingga kitapun berupaya untuk melipatgandakan
tekad, keyakinan, dan kemampuan; ini bisa dinamakan bersaing secara positif. Dengan demikian,
kunci persaingan adalah sikap mental positif disertai semnagat berjuang sekuat-kuatnya dan
berikhtiar mengerahkan segenap potensi yang ada semaksimal mungkin. Jasi, lihatlah pesaing-
pesaing kita dengan pemikiran yang positif. Pelajari keunggulan mereka tanpa harus disertasi
dengan kebencian, kedengkian, dan rrasa dendam.

BAGIAN KETIGA
Mengkualifikasi Makna Suskses

Ternyata rahasia hidup sukses dan prostat if di dunia akhirat itu terletak pada seberapa
mampu seseorang menempatkan dirinya sendiri di hadapan allah azza wa jalla dan di tengah-
tengah sesama manusia. Tawadhu, rendah hati, tidak sombong. Inilah kunci hakikat bagi siapa
saja yang ingin memiliki pribadi unggul. Adapun faktor yang sangat utama dan paling
menentukan bobot dari semua perilaku dan kiprah kita dalam meningkatkan kualitas keunggulan
diri adalah kalbu yang bersih.

Tawadhu: Hakikat Hidup Prestatif


Allah Azza wa Jalla adalah Dzat yang Mahabesar dan hanya Dialah yang berhak
menyatakan kebesaran diri-Nya. Adapun segenap makhluk ciptaan-Nya adalah teramat kecil dan
sama sekali tidak layak merasa diri besar. Seorang hamba yang lisannya berucap "Allahu akbar!"
Jiwanya bergetar karena teramat sangat takut akan Kemahabesaran-Nya dialah orang yang
menyadari kekerdilan dirinya di hadapan yang Serbamaha. Sungguh, Allah pun sangat suka
terhadapnya, sehingga di angkat-Nyalah derajat kemuliaannya ke tingkat yang sangat tinggi di
hadapan manusia, lebih-lebih di hadapan-Nya. Bukankah Allah telah berfirman, “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik
mahkluk.” (Q.S. Al-Bayyinah [98[: 7)?
Ternyata rahasia hidup sukses dan prestatif – atau sebaliknya : hidup gagal. Terhina, dan
tiada harga – ketika di dunia maupun saat di akhirat kelak, tidak terle[as dari seberapa mampu
seseorang menempatkan dirinya sendiri di hadapan Allah Azza wa Jalla. Tawadhu, inilah kunci
hakikat bagi siapa saja yang ingn meiliki pribadi unggul. Ketahuilah, kita ini adalah makhluk
terbatas. Buktinta kita tidak akan pernah bisa melihat kotoran dimata atau hidung kita sendiri.
Dengan begitu, sesungguhnyalah kita membutuhkan cermin dan alat bantu agar bisa menguji
apa-apa yang kita miliki ataupun melengkapi sesuatu yang belum kita miliki.Islam mengajarkan
kita untuk tidak sombong. Kita harus berani mendengarkan sesuatu dari orang lain. Oleh karena
itu, berhati-hatilah dengan yang berbau kessombongan, meras diri hebat, super, pemborong
surge, paling benar, dan paling mampu. Kita seharusnya menjadi orang yang “tamak” terhadap
ilmu serta “serakah” pengalaman dan wawasan. Setiap bertemu dengan orang lain lihatlah
kelebihannya simaklah kemampuannya “hisaplah ilmunya; ambil alih kelebihannya itu.
Adapun hal yang sangat utama dan paling menentukan bobot dari semua perilaku dan
kiprah kita dalam meningkatkan kualitas keunggulan diri adalah hati yang bersih. Kedongkolan,
kemangkelan, kejengkelan, kebencian, dan semua hal yang bisa membuat tidak nyamannya hati,
jelas-jelas merupakan sikap kejiwaan yang kontraproduktif. Kita akan banyak kehilangan waktu
disebabkan kekotoran hati yang seperti ini. Waspadalah, karena waktu kita sangat sempit. Kalau
kita termasuk tipe penongkol, pemarah, mudah tersinggung, dan gemar merancang sesuatu
sekadar pemuas hawa nafsu dan kedendaman, na’udzubillah, kita benar-benar akan kehilangan
waktu untuk kreatif dan produktif. Tampaknya umat Islam akan mampu melesat lebih efektif
produktivitasnya maupun kualitasnya jketika mereka bisa sinergis dan saling membantu sama
lain. Semua itu kuncinya adalah bebasnya hati dari kedengkian dan kebusukan. Kita harus
belajar senang melihat orang lain maju. Kita pun harus belajar ikut bersyukur melihat kesuksesan
dan prestasi orang lain Seraya membuat kita terbakar untuk bisa lebih maju lagi.

Anda mungkin juga menyukai