R-001
BOOK SUMMARY
Judul Buku : Menjadi Muslim Prestatif
Narasumber : K.H Abdullah Gymnastiar
Penulis : Basyar Isya
Tahun Terbit : 2002
BAGIAN PERTAMA
Pribadi Muslim Beprestasi
Kalau ada yang bertanya, mengapa sekarang umat isam belum dirakdirkan unggul dalam
kaitan kedudukannya sebagai khalifah dimuka bumi ini? Seandainy kita mau jujur dan
melakukan perenungan, mungkin ada yang tertinggal di dalam menyuritauladani pribadi Rasul
saw. Keteladan yang belum terpedulikan itu tak lain adalah prestasi! Sayangnya, kita masih
belum terbiasa dengan kata tersebut. Telinga kita ternyata masih terasa asing dengan istilah
kualitas. Kitapun kerap terpengarah tatkala mendengar kata unggul. Padahal itu semua
merupakan bagian yang sangat penting dari peninggalan Rasulullah saw yang diwariskan kepada
umatnya hingga akhir zaman.
Akibat tidak terbiasa dengan istilah-istilah tersebut, kitapun tidak lagi merasa bersalah
ketika ternyata tidak tergolong menjadi orang yang berprestasi. Lihat saja shakat dan shaum yang
pernah kita lakukan, yang notabene merupakan amalan paling pokok dalam menjalankan syariat
islam. Kita jarang merasa kecewa ketika shalat tidak khusyuk. Kitapun ternyata merasa bisas-
biasa saja tatkala shaum ramdahan kita tunaikan berlalu begitu saja tanpa dievaluasi
mutunya.namun demikian kalaulah boleh jujur, mungkin kita termasuk salah seorang diantara
yang jarang mementingkan kualitas itu.
Baik dalam urusan duniawi maupun ukhrawi, Allah Azza wa Jalla selalu mementingkan
poin mutu terbaik dari apapun aktivitas bisa dilakukan. Misalnya saja, ihwal shalat, Allah
berfirman “Qad aflahal mu-minuun. Alladziina hum fii shalaatihim khaasyi’uun.” (Q.S Al-Mu-
minuun[23]: 1-2) . Amat sangat berbahagia dan beruntunglah bagi hamba-hamba Allah yang
khusyuk dalam mendirikan shalatnya. Shalatlah yang terpelihara mulitnya itu, tak syak lagi,
pastilah ditegakkan oleh orang-orang yang benar-benar menikmati kesungguhannya dalam
menjaga kualitas sholatnya. Sebaliknya Allah pun berfirman “fawailul mushalliin.
Alladziinahum ‘an shalaa tihim saahuun.” (Q.S Al-Maa’uun [1007] : 4-5). Sungguh celaka
orang-orang yang lalai dalam shalatnya! Jelas, shalat yang lalai adalah shalat yang tidak
bermutu.
Inilah yang ditegaskan oleh Rasulullah saw., “orang yang mengentengkan dan menyia-
nyiakan shalat, berarti akan lebih menyia-nyiakan lainnya.” Suatu amal ibadah baru diterima
benar-benar bermutu tinggi ikhlasnya. Allah tidak memerintahkan hamba-hambanya, kecuali
agar menyempurknakan amal ibadah yang dilakukan semata-mata karena Allah. Ada ria sedikit
saja, jelas akan berakibat terhapusnya pahala. Amalan kitapun berpotensi tidak diterima oleh-
Nya. Ini dalam ukhrawi. Demikianpun dalam urusan duniawi. Produk-produk yang unggul selelu
lebih mendapat tempat di hati masyarakat ketimbang produk-produk yang kacanga dan remeh-
temeh.
Pendek kata, siapapun yang ingin memahami islam secara lebih cocok dengan apa-apa
yang telah sicontohkan oleh Rasulullah saw., maka bagian yang harus menjadi pedoman hidup
adalah bahwa kita harus tetap tergolong menjadi orang-orang yang menikmati perbuatan dan
karya terbaik; karya yang paling berkualitas! Kita harus senantiasa mampu menikmati
kesungguhan dalam menciptakan karya terbaik, ibadah terbaik, dan amalan terbaik lainnya yang
terus menerus dipelihara dan ditingkatkan mutunya. Tubuh membuahkan karya terbaik sesuai
dengan syariat sunatullah dunia sementara hatipun mempersembahkan keikhlasa terbaik sesuai
dengan syariat agama. Walhasil, insyaallah, di dunia kita akan tempat terbaik dan di akhirat pun
niscaya akan mendapatkan tempat dan balasan terbaik pula.
Bangkitlah dan jangan tunda-tunda lagi untuk menjadi seorang pribadi muslim yang
berprestadi. Pribadi yang unggul dalam potensi yang telah dianugrahkan Allah Azza wa Jalla
kepada setiap diri hamba-hambanya. Ingatlah, wahai hamba-hamba Allah, “ kamu adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusai, menyuruh (manusia) kepada orang makruf,
mencegah (manusai) dari yang munkar dan beriman kepada Allah…!” (Q.S Ali-Imran [3] : 110)
‘Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan bebrapa derajat.”
(Q.S. Al-Mujadilah [58] : 11)
Mahaperkasa Allah Azza wa Jalla, dzat yang Maha Memiliki segala kemuliaan dan
keagungan. Allah meningkatkan derajat siapa saja yang Dia kehendaki dan mengghinakan siapa
saja yang dikehendaki-Nya. Namau demikian, sesungguhnya kemuliaan dan kehinaan yang
menimpa seorang hamba itu pada hakikatnya merupakan buah dari segala amal yang telah
diperbuatnya. Berbicara tentang derajat kemuliaan –terutama ketika hidup di dunia ini- sungguh
betapa banyak yang cukup memiliki potensi untuk mendapatkannya, namun ternyata tidak bisa
menjadi unggul. Faktor penyebabnya tiada lain adalah karena belum sampai ilmunya, sehingga
tidak mengetahui tahap-tahap yang perlu dilakukan.
Kejernihan Berpikir
Hal pertama dan terpenting yang dapat membuat seseorang menjadi unggul di dunia
akhirat adalah kejernihan berpikir. Tegasnya, hanya orang-orang yang mempunyai kemampuan
mengendalikan diri dengan baik lah yang akan tampil unggul. Dengan kata lain, siapapun yang
ingin bisa mendapatkan kemampuan menggali potensi yang ada, sehingga menjadi orang yang
sanggup menguasai diri dan mampu berpikir serta bertindak jernih, kunci utamanya adalah harus
mempunyai keahlian berzikir kepada Allah Azza wa Jalla. Harta, gelar, pangkat, jabatan, dan
kedudukan, demi Allah tidak akan pernah membuat hati kita menjadi tentram
Keunggulan Berpikir
Konsep kedua untuk menjadi seorang insan muslim yang unggul adalah keunggulan
berpikir. Dapat ditegaskan bahwa yang namanya unggul Berpikir itu dapat diibaratkan seperti
kapal selam yang tengah berada di lautan yang dalam. Dari sana-sini air begitu Dahsyat menekan
titik belum lagi makhluk-makhluk laut yang buas datang menghadang titik kendatipun demikian,
tank kapal selam tidak tenggelam, bahkan terus melaju dengan tenang. Mengapa demikian?
Semua itu dikarenakan kapal selam mempunyai sistem yang sangat canggih sehingga mampu
memilah dan memilih mana yang boleh masuk dan mana yang tidak. Saya pikir seseorang itu
tidak akan unggul dan sempurna baik di dunia maupun di akhirat kelak kalau dia tidak
mempunyai sistem berpikir yang baik. Orang yang mampu berpikir unggul, ketika ujian atau
kesulitan datang menghadang Tidaklah terlalu menjadi hal yang perlu dipermasalahkan karena ia
menyadari semua itu hanyalah bagian dari pernak-pernik kehidupan titik setiap input masalah
diolah sedemikian rupa sehingga tidak menjadi beban pikiran titik lebih baik dari itu, malah
semakin memompa semangat hidup untuk terus maju meraih sukses.
Menciptakan Karya Unggul
Adapun konsep ketiga untuk menjadi manusia muslim unggul adalah mampu
menciptakan karya yang unggul, yang membuat kita mempunyai kemuliaan harga diri. Sebelum
menjadi presiden RI, B. J. Habibie suatu ketika melakukan kunjungan kehormatan ke Kerajaan
Arab Saudi titik oleh penguasa setempat ternyata ia diperlakukan tidak ubahnya seperti seorang
raja. Ke mana-mana Ia mendapatkan pengawalan ketat sementara tidurnya pun di istana.
Mengapa ia sampai diperlakukan sedemikian terhormat? Jawabannya hanya satu, yakni karena
Habibie adalah sosok tokoh muslim yang memiliki potensi mampu mengharumkan nama Islam
lewat prestasi dan karya unggul yango telah diciptakannya.
Tempatnya siapapun yang ingin jati dirinya terus-menerus semakin baik dari waktu ke
waktu, niscaya membutuhkan "cermin" untuk supaya bisa melihat apa saja yang kurang pada diri
sendiri. Namun demikian, yang terlebih penting lagi adalah kita harus mau berbuat sesuatu
sesudah mengetahui kekurangan diri tersebut. Kita memang membutuhkan suatu pola atau
suasana yang membuat kita bisa melihat aneka kekurangan yang melekat pada diri sendiri. Kita
pun perlu kemampuan untuk mengubah diri. Inilah yang sangat penting diperhatikan saat ini.
Tugas kita sekarang adalah menciptakan suatu pola atau suasana yang seperti ini.
Caranya, kita harus terus-menerus melakukan perenungan diri dan kemudian berusaha sekuat-
kuatnya untuk memotivasi diri. Bisa juga dengan mendatangi majelis majelis yang notabene
atmosfer di dalamnya memang memiliki kekuatan tertentu ke arah kesadaran untuk memotivasi
diri dan melakukan suatu percepatan ke arah yang lebih baik.
Karakter
Nah, kalau ada yang tidak beres dan perlu segera ditata ulang itu diantaranya adalah
karakter kita. Dari sekian karakter buruk yang potensial ada di dalam diri kita, salah satunya
adalah berpikiran dan berwawasan sempit serta pendek. Padahal, seorang pakar yang telah
berhasil meraih tumpuk kesuksesan, menemukan dua ciri yang membuat mereka tangguh,
melesat, berprestasi, dan membawa manfaat besar bagi banyak orang. Pertama, memiliki tujuan
dan visi yang jelas, yang harus ditempuh nya. Kedua, kedua sanggup berkorban untuk meraih
apa yang mereka jadikan visi dalam hidupnya.
Jadi, bagaimana seharusnya kita menggariskan visi hidup kita? Sebuah tujuan hendaknya
tidak boleh samar. Tujuan yang ditetapkan itu harus jelas bentuknya dan dapat diukur. Misalnya,
"Apa cita-cita luhurmu?" Untuk pertanyaan seperti ini, misalnya kita jawab," Saya ingin berbakti
untuk agama, nusa, dan bangsa." Kongkritnya mau jadi apa? Jadi tukang penyapu jalan atau
tukang membersihkan lantai masjid pun bisa merupakan cita-cita Luhur.
“Prosedur” Cita-Cita
Salah satu “prosedur” ringkas yang membuat kita bisa berkedudukan disisi Allah adalah
rindukanlah senantiasa untuk menjadi orang yang paling banyak manfaatnya bagi sesama
manusia. Ini lebih jelas bentuknya, sehingga dapat pula diukur pencapaiannya.
Kualitas Cita-Cita
Tampaknya, semenjak saat ini kita memang harus mulai mengkaji dan menata ulang cita-
cita yang pernah diguratkan di dalam lubuk hati. Hendaknya kita segera memahatkan tekad
untuk memulai meningkatkan kualitas cita-cita, sehingga tidak sekadar berkubang untuk
kesuksesan meraih segala yang berbau asesoris duniawi belaka.
BAGIAN KEDUA
Modal Kita: Waktu, Disiplin!
Menikmati Persaingan
Allah pun telah menitipkan satu potensi luar biasa, yang inysa Allah tidak dimiliki oleh
makhluk-makhluk lainnya. Potensi apakah itu? Yakni, potensi untuk bersaing. Unsur persaingan
akan menjadi tidak bermutu _ bahkan bukan lagi bersaing namanya_ apabila pihak lawan
diyakini lebih lemah, bahkan tidak memiliki potensi apa-apa. Bersaing seraya meyakini
kemungkinan potensi lawan lebih tinggi, sehingga kitapun berupaya untuk melipatgandakan
tekad, keyakinan, dan kemampuan; ini bisa dinamakan bersaing secara positif. Dengan demikian,
kunci persaingan adalah sikap mental positif disertai semnagat berjuang sekuat-kuatnya dan
berikhtiar mengerahkan segenap potensi yang ada semaksimal mungkin. Jasi, lihatlah pesaing-
pesaing kita dengan pemikiran yang positif. Pelajari keunggulan mereka tanpa harus disertasi
dengan kebencian, kedengkian, dan rrasa dendam.
BAGIAN KETIGA
Mengkualifikasi Makna Suskses
Ternyata rahasia hidup sukses dan prostat if di dunia akhirat itu terletak pada seberapa
mampu seseorang menempatkan dirinya sendiri di hadapan allah azza wa jalla dan di tengah-
tengah sesama manusia. Tawadhu, rendah hati, tidak sombong. Inilah kunci hakikat bagi siapa
saja yang ingin memiliki pribadi unggul. Adapun faktor yang sangat utama dan paling
menentukan bobot dari semua perilaku dan kiprah kita dalam meningkatkan kualitas keunggulan
diri adalah kalbu yang bersih.