Anda di halaman 1dari 2

Teknik/Cara Bersyukur

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum wr wb

Alhamdulilahi rabbil ‘alamin, was sholatu wassalamu ‘ala, asyrofil ambiyaa iwal mursalin, wa a’laa
alihi wa sahbihi ajmain amma ba’du.

Puji syukur kita masih bisa berkumpul disini dengan keadaan sehat wal Afiat.

Yang terhormat kepada para juri, guru – guru, dan para hadirin sekalian.

Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan beberapa teknik atau cara bersyukur.

Teknik bersyukur yang pertama adalah MEMBANDINGKAN KE BAWAH

Kita ini sering salah membandingkan diri kita dengan orang lain.

Misalkan maaf kita merasa tubuh kita pendek, tapi mata kita selalu melihat ke orang2 yang
tubuhnya tinggi,

Nah kalo mata kita selalu saja ngeliat keatas seperti itu, MAKA lama lama ada kemungkinan kita akan
merasa down, merasa sedih, setiap kali kita melihat orang yang tubuhnya tinggi.

Contoh lain misalkan kita merasa wajah kita kurang cantik atau kalo yang cowok kurang ganteng, lalu
mata kita selalu saja melihat ke orang lain yang menurut kita lebih cantik atau lebih ganteng, nanti
lama-lama kita bisa minder.

Kalo kita selalu saja membandingkan diri kita dengan orang lain yang diatas kita, maka lama lama
kita jadi tidak bisa berterimakasih, tidak bisa bersyukur dengan apa yang udah Allah kasih sama kita.
Dan ini tidak baik.

Jadi kita harus gimana dong?

Seperti kata Nabi Muhammad, “Kalo urusan dunia, lihatlah kebawah”

Jadi kalo kita mau membandingkan diri kita dengan orang lain, kita harus liat ke bawah

Contoh misalkan, kita merasa kendaraan kita kurang bagus, yaa kita liat orang2 yang belum punya
kendaraan, kemana-mana jalan kaki. Insyaallah kita jadi lebih bersyukur. Atau kita merasa uang jajan
kita kurang, nah kita liat temen kita yg lebih sedikit lagi jajannya...begitu seterusnya.. Insya allah kita
jadi lebih mudah untuk bersyukur.

Seperti firman Allah “Barang siapa bersyukur, maka akan AKU tambah nikmatmu.”

Mudah-mudahan kita semua bisa menjadi hamba- hamba yang pandai bersyukur. Aamiin.

Teknik bersyukur yang kedua... Yaitu melatih kemampuan merasa.

Sebenarnya setiap waktu, setiap saat, Allah selalu memberi rejeki atau memberi nikmat yang sangat
banyak kepada manusia, kepada kita, hanya KITA SERING TIDAK MERASA DIBERI.

Mengapa kita sering merasa tidak diberi rejeki atau nikmat dari Allah??
Salah satu sebabnya karena Kita itu terlalu tenggelam dalam aktivitas sehari-hari, sehingga tidak
ingat, dan tidak menyadari nikmat nikmat atau rejeki dari Allah yang amat banyak ini.

Allah itu memberi rezeki dan nikmat itu dari mulai kita bangun tidur melek mata di pagi hari, sampai
kita tertidur lagi di malam hari.

Coba rasakan saat kita pertama kali membuka mata kita di pagi hari, itu udah sebuah nikmat yang
besar,

Coba rasakan kita bisa bangun dari tempat tidur tanpa dibantu, lalu kita bisa duduk, lalu berdiri
dengan kedua kaki kita, lalu berjalan menuju ke kamar mandi, lalu aktivitas dikamar mandi, bisa
maaf BAK, BA, BAB semuanya berjalan lancar, itu semua rejeki dan nikmat dari Allah, dan rejeki dan
nikmat dari Allah itu tidak berhenti hanya sampai disitu, terus berlanjut, ya kan, Apakah kita pernah
memikirkan hal hal seperti itu??

Kegiatan kegiatan tadi sering kita anggap hanya sebagai kegiatan rutinitas biasa aja ya kan ??
Kebanyakan kita menganggap itu hal biasa yang orang orang lain juga pada melakukannya.. padahal
itu adalah rejeki dan nikmat yang Allah kasih sama kita.

Dan biasanya kita baru menyadarinya, kalo nikmat itu udah diambil oleh Allah,

Contoh misalkan tiba tiba kaki kita sakit sehingga kita sulit berjalan. Disitu kita mungkin baru bisa
merasakan betapa nikmatnya bisa berjalan normal seperti orang2 yg lain.

Atau kita hobi main gitar, tiba-tiba tangan kita sakit, sehingga kita tidak bisa lagi main gitar
kesayangan kita, nah disitu, baru kita menyadari adanya nikmat Allah yang besar kepada kita..

Demikian ceramah singkat ini, semoga bermanfaat.

Mohon maaf bila ada kata yang menyinggung.

Wabillahit Taufik Wal hidayah, wassalamu’alaikum wr wb.

Nama : Laura Aisyah J

Kelas : XI MIPA 2

Anda mungkin juga menyukai