Anda di halaman 1dari 5

ULASAN PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 37 TAHUN 1998

TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH


MENJADI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2016

TUGAS MATA KULIAH TEKNIK PEMBUATAN AKTA III


Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. M. Khoidin, S.H., M.Hum., C.N.

Oleh :
Lintang Cahyani Andira
NIM. 200720201020

KEMNTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
2021
ULASAN PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 37 TAHUN 1998
TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH
MENJADI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2016

Pembentukan atau Perubahan suatu Aturan Hukum hendaknya mempunyai tujuan


tertentu. Pada Konsideran Menimbang huruf "a" Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 tahun
2016 secara tegas dinyatakan bahwa Pertimbangan Pembentukan PP tersebut adalah untuk
meningkatkan Pelayanan kepada masyarakat atas Pendaftaran Tanah, maka perlu dilakukan
perubahan terhadap beberapa ketentuan dalam PP Nomor 37 tahun 1998 tentang Peraturan
Jabatan Pembuat Akta Tanah.

Adapun beberapa poin penting perubahan terhadap Peraturan Pemerintah ini meliputi :
1) Persyaratan untuk dapat diangkat PPAT antara lain usia calon PPAT yang sebelumnya
minimal 30 tahun menjadi 22 tahun dan kewajiban magang sebelum calon PPAT
diangkat;
2) Penambahan masa kerja PPAT semula 65 tahun dapat diperpanjang menjadi tahun;
3) Penambahan jenis pemberhentian terhadap PPAT;
4) Perluasan daerah kerja semula 1 (satu) wilayah kerja Kabupaten/Kota menjadi 1 (satu)
wilayah kerja Provinsi dengan tempat kedudukan di Kabupaten/Kota di Provinsi yang
menjadi bagian dari daerah kerja;
5) Penambahan larangan rangkap jabatan.

Berikut penjelasan perubahan terhadap Peraturan Pemerintah tersebut secara lebih rinci :
No. Pasal Perubahan
1. Pasal 1 angka 7 Ketentuan Formasi PPAT adalah jumlah maksimum PPAT yang
diperbolehkan dalam satu satuan daerah kerja PPAT dihapuskan.
2. Pasal 1 angka 9 Ketentuan Menteri adalah Menteri bertanggungjawab di bidang
agraria/pertanahan dirubah menjadi Menteri menyelenggarakan
urusan Pemerintahan di bidang agraria/pertanahan.
3. Pasal 6 - Ketentuan syarat PPAT berusia minimal 30 tahun dirubah
menjadi minimal 22 tahun;
- Ketentuan syarat PPAT belum pernah dihukum penjara karena
melakukan kejahatan dirubah menjadi tidak pernah dijatuhi
pidana penjara karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih;
- Ada tambahan syarat PPAT yaitu telah menjalani magang
atau telah bekerja sebagai karyawan pada kantor PPAT
minimal 1 tahun setelah lulus pendidikan kenotariatan.
4. Pasal 7 - Ketentuan yang sebelumnya PPAT dapat merangkap jabatan
sebagai Konsultan atau Penasihat Hukum dirubah menjadi
PPAT dilarang merangkap jabatan sebagai Konsultan atau
Penasehat Hukum (PPAT wajib memilih antara menjadi PPAT
atau menjadi konsultan/penasehat hukum dalam jangka waktu
3 bulan sejak aturan ini berlaku, jika tidak maka ia akan
diberhentikan dari jabatan PPATnya melalui Keputusan
Menteri);
- Ada tambahan larangan PPAT merangkap jabatan atau
profesi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK),
pimpinan pada sekolah, perguruan tinggi negeri, atau
perguruan tinggi swasta, surveyor berlisensi, penilai tanah,
mediator, dan jabatan lainnya yang dilarang oleh peraturan
perundang-undangan.
5. Pasal 8 - Ketentuan PPAT berhenti menjabat sebagai PPAT
melaksanakan tugas sebagai Notaris dengan tempat kedudukan
di daerah yang lain daripada daerah kerjanya sebagai PPAT
dihapuskan;
- Ketentuan usia berhenti menjabat sebagai PPAT karena telah
berusia 65 tahun dirubah menjadi dapat diperpanjang paling
lama 2 tahun.
6. Pasal 9 Ketentuan PPAT yang berhenti menjabat karena diangkat menjadi
Notaris di daerah yang lain daripada daerah kerjanya sebagai PPAT
dapat diangkat kembali menjadi PPAT di daerah tempat
keududukannya sebagai Notaris apabila formasi PPAT di daerah
kerja tersebut belum penuh dirubah menjadi PPAT wajib
mengajukan pindah tempat kedudukan PPAT pada tempat
kedudukan Notaris atau berhenti sebagai Notaris pada tempat
kedudukan yang berbeda tersebut.
7. Pasal 10 - Ketentuan PPAT diberhentikan dengan hormat dari jabatannya
karena melakukan pelanggaran ringan terhadap larangan atau
kewajiban sebagai PPAT dirubah menjadi ketentuan PPAT
diberhentikan sementara;
- Ada tambahan ketentuan mengenai alasan PPAT
diberhentikan dengan hormat dari jabatannya, yaitu karena
dinyatakan pailit dan berada di bawah pengampuan secara terus
menerus lebih dari 3 tahun;
- Ada tambahan ketentuan mengenai PPAT diberhentikan
sementara dari jabatannya, yang sebelumnya ada di pasal 11,
pindah ke pasal 10 dan ada tambahan, yaitu karena tidak
melaksanakan jabatannya selama 60 hari sejak pengambilan
sumpah, melaksanakan tugas sebagai Notaris dengan tempat
kedudukan yang lain daripada tempat kedudukannya sebagai
PPAT, dalam proses pailit atau PKPU, berada dibawah
pengampuan, dan melakukan perbuatan tercela.
8. Pasal 11 Ketentuan PPAT dapat diberhentikan untuk sementara
dihapuskan dari pasal ini dan dimasukkan dalam pasal 10.
9. Pasal 12 ayat 1 Ketentuan daerah kerja PPAT yang sebelumnya adalah satu
wilayah kerja Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya dirubah
menjadi satu wilayah Provinsi.
10. Pasal 12 ayat 3 Merupakan ketentuan baru yaitu ketentuan mengenai daerah kerja
PPAT diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
11. Pasal 12A Merupakan ketentuan baru yaitu ketentuan bahwa PPAT
mempunyai tempat kedudukan di Kabupaten/Kota di Provinsi yang
menjadi bagian dari daerah kerja.
12. Pasal 12B Merupakan ketentuan baru yaitu ketentuan bahwa PPAT dapat
berpindah tempat kedudukan dan daerah kerja. Berkaitan dengan
hal tersebut, apabila PPAT akan berpindah alamat kantor yang
masih dalam kabupaten/kota tempat kedudukannya, wajib
melaporkan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota,
dan apabila PPAT akan berpindah tempat kedudukan ke
Kabupaten/Kota pada daerah kerja yang sama atau berpindah
daerah kerja, maka wajib mengajukan permohonan perpindahan
kepada Menteri.
13. Pasal 13 Ketentuan sebelumnya membahas apabila terjadi pemecahan
wilayah Kabupaten/Kotamadya menjadi 2 wilayah atau lebih,
maka PPAT harus memilih salah satu wilayah sebagai daerah
kerjanya maksimal 1 tahun setelah pemecahan wilayah tersebut dan
apabila pemilihan tersebut tidak dilakukan maka daerah kerja
PPAT tersebut otomatis tetap pada kantor PPAT tersebut berada,
yang mana kemudian dirubah menjadi apabila terjadi pemekaran
wilayah Kabupaten/Kota/Provinsi maka tempat kedudukan PPAT
tetap sesuai yang tercantum dalam SK pengangkatannya, atau dapat
mengajukan permohonan pindah daerah kerja dan permohonan ini
wajib diajukan kepada Menteri paling lambat 90 hari setelah
pemekaran wilayah tersebut diundangkan.
14. Pasal 14 Ketentuan mengenai formasi PPAT yang ditetapkan oleh Menteri
dihapuskan.
15. Pasal 15 ayat 1 Ketentuan yang sebelumnya PPAT dan PPAT sementara wajib
mengangkat sumpah jabatan di hadapan Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kotamadya di daerah kerjanya dirubah menjadi wajib
mengangkat sumpah jabatan di hadapan Menteri atau pejabat yang
ditunjuk.
16. Pasal 19 Ketentuan yang sebelumnya PPAT hanya diberi waktu 1 bulan
setelah pemngambilan sumpahnya untuk menyampaikan alamat
kantor dll, dirubah menjadi diberi waktu 60 hari setelah
pengambilan sumpah dan dikecualikan bagi PPAT Khusus.
17. Pasal 20 ayat 1 Ketentuan yang sebelumnya PPAT harus berkantor di satu kantor
dalam daerah kerjanya, dirubah menjadi satu kantor yaitu di
tempat kedudukannya.
18. Pasal 20 ayat 1a Merupakan ketentuan baru, yaitu ketentuan bahwa PPAT yang
merangkap jabatan sebagai Notaris harus berkantor yang sama
dengan tempat kedudukan Notaris.
19. Pasal 31 ayat 3 Ketentuan yang sebelumnya mengenai persyaratan untuk menjadi
PPAT pengganti adalah telah lulus program pendidikan strata satu
jurusan hukum dan telah menjadi pegawai kantor PPAT yang
bersangkutan sekurang-kurangnya selama 2 tahun dirubah
menjadi telah lulus program pendidikan kenotariatan dan telah
menjadi pegawai kantor PPAT paling sedikit selama I tahun atau
telah lulus program pendidikan khusus PPAT.
20. Pasal 32 ayat 5 Merupakan ketentuan baru mengenai pengenaan sanksi
administrasi terhadap kentuan terkait pemungutan biaya atau
honorarium.
21. Pasal 32 ayat 6 Merupakan ketentuan baru bahwa ketentuan lebih lanjut terkait
sanksi administrasi terhadap kentuan terkait pemungutan biaya atau
honorarium diatur dengan Peraturan Menteri.
22. Pasal 33 ayat 2 Merupakan ketentuan baru mengenai tata cara pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan tugas PPAT diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Menteri.

Pada dasarnya alasan perubahan daerah kerja PPAT menjadi satu wilayah provinsi agar
dapat mengatasi permasalahan kota/kabupaten yang belum atau tidak mempunyai PPAT. Hal
ini dikarenakan PPAT di suatu kabupaten/kota dapat membuat akta mengenai hak atas tanah
yang objeknya berada di kabupaten/kota lain yang masih dalam satu provinsi. Terkait dengan
daerah kerja, aturan mengenai formasi PPAT yang sebelumnya diatur dalam PP Nomor 37
Tahun 1998 sejak berlakunya PP Nomor 24 Tahun 2016 aturan mengenai formasi PPAT
tersebut tidak diberlakukan lagi. Formasi PPAT adalah jumlah maksimum PPAT yang
diperbolehkan dalam satu satuan daerah kerja PPAT. Berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 2016
daerah kerja PPAT adalah satu wilayah provinsi dan tempat kedudukan PPAT adalah di
kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan yang menjadi bagian daerah kerjanya. Dengan
demikian aturan mengenai formasi PPAT masih diperlukan untuk membantu penyebaran
PPAT lebih merata dan tidak menumpuk di satu kota/kabupaten saja.
Berdasarkan ruang lingkup perubahan pengaturan Pejabat pembuat Akta Tanah di atas,
maka pada intinya perubahan fungsi Pejabat Pembuat Akta Tanah, menginginkan agar
pendaftaran tanah di Indonesia dilakukan oleh PPAT yang lebih muda usianya dan wilayah
kerja yang lebih luas dan tuntutan profesionalisme PPAT di bidang kerjanya melalui magang
sebelum diangkat menjadi PPAT, serta indepedensi PPAT dengan berbagai larangan rangkap
jabatan.

Anda mungkin juga menyukai