Dalam perjanjian ini bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kota Tomohon c.q Sekretaris
Daerah Kota Tomohon selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
Dalam perjanjian ini bertindak untuk dan atas nama diri sendiri dan selanjutnya disebut sebagai
PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat membuat Perjanjian Kontrak kerja sebagai berikut :
Pasal 1 Umum
PIHAK PERTAMA menugaskan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA bersedia ditugaskan oleh
PIHAK PERTAMA sebagai Petugas Operasional Kendaraan di Lingkungan Pemerintah Kota
Tomohon pada Tahun Anggaran 2019 dan ditugaskan bekerja pada Perangkat Daerah Badan
Penaggulangan Bencana Daerah.
(1) PIHAK KEDUA bersedia ditempatkan berdasarkan Surat Perintah Penugasan yang
diterbitkan oleh PIHAK PERTAMA di Perangkat Daerah yang ditugaskan oleh PIHAK
PERTAMA dalam pelaksanaan tugas.
(2) Apabila setelah Surat Perintah Penugasan telah memasuki 30 (tiga puluh) hari kalender
disampaikan sejak tanggal penerbitan oleh PIHAK PERTAMA dn ternyata PIHAK KEDUA
menolak instruksi PIHAK PERTAMA untuk ditempatkan dan tidak mau bekerja pada
Perangkat Daerah penugasan yang ditunjuk PIHAK PERTAMA, atau PIHAK KEDUA
memaksakan untuk bekerja pada Perangkat Daerah lain yang tidak ditunjuk oleh PIHAK
PERTAMA, maka PIHAK PERTAMA dapat membatalkan kontrak kerja ini secara sepihak dan
PIHAK KEDUA dianggap mundur secara otomatis dan tidak berhak mengklaim baik secara
langsung maupun melalui pihak lain yang ditunjuk PIHAK KEDUA untuk mencegah
pembatalan perjanjian kontrak ini dengan cara apapun.
PARAF PARAF
PIHAK I PIHAK I
Pasal 3 Status Tenaga Sopir yang disandang PIHAK KEDUA
(1) Kedua belah pihak sepakat bahwa status PIHAK KEDUA sebagai Petugas Operasional
dengan berdasarkan Keputusan Kepala Pelaksana Badan Penaggulangan Bencana Daerah
Kota Tomohon Nomor 30 Tahun 2019 Tentang Penetapan Petugas Operasional Kendaraan
(Sopir) Pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tomohon Serta Pemberian
Honorarium Tahun Anggaran 2019.
(1) Oleh karena saat ditanda tangani kontrak ini kedua pihak setuju bahwa status PIHAK
KEDUA adalah Petugas Operasional Kendaraan yang masih bersifat sementara
sebagaimana dalam Pasal 3 ayat 1 maka kedua belah pihak setuju bahwa besar honorarium
pada saat perjanjian kontrak ini dibuat adalah sesuai atau tidak melebihi dengan Standar
Biaya Masukan (SBM) untuk Petugas Operasional Kendaraan (Sopir).
(2) Besaran honorarium di atas adalah besaran maksimum dan akan berkurang jika PIHAK
KEDUA melakukan pelanggaran jam kerja dan hari kerja sebagaimana diatur dalam
Peraturan Walikota Nomor 7 Tahun 2018 dan Pedoman Penilaian Reward dan Punishment
bagi Petugas Operasional Kendaraan.
(3) Besaran honorarium maksimum PIHAK KEDUA sesudah perjanjian kontrak yang
diperbaharui sebagaimana tersebut pada Pasal 3 ayat 1 adalah sesuai dengan besaran
Petugas Operasional Kendaraan yang tercantum dalam Standar Biaya Masukan dan
disesuaikan dengan DPA dari PD Penugasan.
(4) Besar honorarium sebagaimana tersebut pada ayat 3 adalah besaran honorarium
maksimum dan akan berkurang jika PIHAK KEDUA melakukan pelanggaran jam kerja dan
hari kerja sebagaimana diatur dalam Peraturan Walikota Nomor 7 Tahun 2018 dan
Pedoman Reward dan Punishment bagi Perugas Operasional Kendaraan.
PARAF PARAF
PIHAK I PIHAK I
d. Memberikan wewenang kepada Perangkat Daerah tempat PIHAK KEDUA ditugaskan
untuk menegur secara lisan dan secara tertulis apabila PIHAK KEDUA melanggar
ketentuan, etika, terlambat, atau tidak hadir secara sengaja dan berulang-ulang absen
dalam tugas serta melakukan pelanggaran lainnya seperti yang tertuang dalam
Peraturan Walikota Nomor 7 Tahun 2018 dan Pedoman Penilaian Reward dan
Punisment.
e. memberikan wewenang kepada Kepala Perangkat Daerah tempat PIHAK KEDUA
ditugaskan untuk mewakili PIHAK PERTAMA dalam memberikan penilaian kepada
PIHAK KEDUA berupa rekomendasi untuk memberhentikan, memperpanjang kontrak
atau tidak memperpanjang kontrak kerja pada periode berikutnya (6 bulan)
f. Melakukan pemberhentian pada PIHAK KEDUA setelah membaca dan
mempertimbangkan rekomendasi Kepala Perangkat Daerah tempat PIHAK KEDUA.
g. Melakukan monitoring dan hasil evaluasi kerja yang dilaksanakan PIHAK KEDUA melaui
Kepala Perangkat Daerah tempat PIHAK KEDUA ditugaskan.
1. Apabila PIHAK KEDUA dalam pelaksanaan tugasnya melakukan pelanggaran, tidak masuk
kerja selama 46 (empat puluh enam) hari atau lebih tanpa alas an yang sah dihitung secara
kumulatif sampai dengan sebelum atau sampai akhir tahun berjalan maka PIHAK
PERTAMA berhak melakukan pemutusan kontrak kerja kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK
KEDUA wajib mengakui bahwa PIHAK KEDUA secara otomatis dinyatakan telah
mengundurkan diri.
3. PIHAK KEDUA tidak dapat mempersahkan serta tidak berhak mengklaim keputusan PIHAK
PERTAMA melakukan pemutusan kontrak akibat ketidakhadiran atau keterlambatan yang
didasarkan pada hasil absensi computer (finger print) yang telah deprogram yang secara
otomatis menyatakan bahwa PIHAK KEDUA mengalami pemutusan kontrak karena
kelalaian tersebut.
Pasal 9 Lain-lain
Demikian Perjanjian Kontrak Kerja ini dibuat dan berlaku 6 bulan sejak ditetapkan untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya dan ditandatangani dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari
PIHAK manapun yang masing-masing mempunyai kekuatan hokum yang sama.