Anda di halaman 1dari 8

Mata Kuliah : Keterampilan Dasar Kebidanan II

Tingkat/Semester : I/II
Topik : Pemberian Terapi Cairan
Sub topik : Teknik Pemberian Infus
Dosen : Selvy Apriani, SST., M.Biomed

SUMBER PUSTAKA :
1. Uliyah, Musrifatul. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika. Halaman: 208-213
2. Hidayat Aziz Alimul A, 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
Medika. Halaman: 138-140
3. Kee L. Joyce, Hayes R. Evelyn. 1996. Farmakologi. Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta: EGC. Halaman: 24-113
4. Priharjo, Robert. 1995. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Jakarta: EGC.
Halaman: 1-11 dan 21-44
5. Johson R.Taylor W. 2000. Skill For Midwifery Practice
6. Smith S.Duel D. 1985. Clinical Nursing Skill
7. Varney. 2004. Varney’s Midwifery
8. Carcio H. A. 1999. Advanced Health Assesement of Woman
9. Kusmiyati, Y. 2007. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Yogyakarta:
Fitramaya

1. Pemberian Infus
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah
cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh
balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.

Teknik Pemberian Obat/KDK II 1


Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus
adalah:
a. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen
darah)
b. Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
c. Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha)
(kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
d. “Serangan panas” (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi)
e. Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)
f. Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)
g. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan
komponen darah)

Indikasi Pemasangan Infus melalui Jalur Pembuluh Darah Vena (Peripheral Venous
Cannulation)
a. Pemberian cairan intravena (intravenous fluids).
b. Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah
terbatas.
c. Pemberian kantong darah dan produk darah.
d. Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu).
e. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada
operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk
persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
f. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah
kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

Kontraindikasi dan Peringatan pada Pemasangan Infus Melalui Jalur Pembuluh


Darah Vena
a. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
b. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan
untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis
(cuci darah).

Teknik Pemberian Obat/KDK II 2


c. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran
darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus:


a. Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya
pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang
tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh darah.
b. Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan
pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
c. Tromboflebitis atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat
infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
d. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat
masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.
e. Rasa perih/sakit
f. Reaksi alergi

Menghitung tetesan infus


Perbandingannya adalah
20 tetes/menit infus makro= 1cc =1ml
60 tetes/menit infus mikro=1 cc=1ml
Jadi perbandingan makro:mikro adalah 20:60=1:3 artinya satu tetes makro sama
dengan tiga tetes mikro

Kemudian bagaimana faktor tetes untuk dewasa dan anak-anak


Faktor tetes dewasa= 20 tetes/menit
Faktor tetes anak-anak=60 tetes/menit
Jumlah tetesan per menit = (jumlah cairan (kolf) x Faktor tetes) : (lamanya
waktu x 60)

Contoh soal:
Seorang Pasien menghabiskan 500 cc IVFD RL dalam waktu 8 jam.
1. Berapakah jumlah tetesan permenitnya ?
2. Berapakah jumlah tetesan perdetiknya ?

Teknik Pemberian Obat/KDK II 3


3. Hitung untuk pasien dewasa dan juga anak anak ?
Jawab:
1. Mencari jumlah tetesan/ menit
Pasien dewasa
Jumlah tetesan permenit
= (jumlah cairan (kolf) x Faktor tetes) : (lamanya waktu x 60)
=(500 x 20 ) : (8 x 60 )
=10.000 : 480
= 20,833 tetes/menit (bulatkan menjadi 21 tetes permenit )

Pasien anak-anak
=(jumlah cairan (kolf) x Faktor tetes) : (lamanya waktu x 60)
                           =(500 x 60 ) : (8 x 60)
                           =30.000 : 480
                           =62,5 tetes/menit (bulatkan menjadi 63 tetes per menit )

2. Mencari jumlah tetesan/ detik


Jika soal diatas menyatakan bahwa tetesan per/ menit= 21 tetes/menit maka
tetesan per detiknya adalah:
1 menit= 60 detik
Jadi jika 21 tetes dalam waktu 60 detik maka hitungan perdetiknya adalah
60/21= 2,857 (bulatkan menjadi 3) jadi artinya dalam waktu 3 detik itu ada 1 tetes
Jadi jika 63 tetes dalam waktu 60 detik:
60/63 = 0.95 (bulatkan menjadi 1) artinya dalam waktu satu detik itu ada 1 tetes.

Lamanya waktu infus akan habis


Rumusnya:
(Jumlah cairan infus x faktor tetes) : ( Jumlah tetesan per menit x 60)
Untuk yang makro
1.20 tetes/menit=1cc = 60 cc/jam
Lamanya habis= 500 cc/60= 8,3 =8 jam (bulatkan )
2.15 tetes/menit= 11 jam
3.10 tetes permenit=17 jam artinya dalam waktu 1 jam=30 cc

Teknik Pemberian Obat/KDK II 4


4. 5 tetes permenit= 33 jam
6. 30 tetes/ menit= 6 jam
7. 40 tetes/menit= 4 jam
8. 60 tetes/menit= 3 jam
Untuk mikro silahkan anda cari sesuai dengan rumus di atas ???????

Jenis Jarum Infus (Abocath)


Jarum infus atau abocath atau kateter intravena, secara umum diberi warna yang berbeda-
beda dengan alasan untuk mempermudah petugas mengenali ukuran abbocath yang
diperlukan. Semakin rendah ukuran abochat maka semakin besar jarum abochat.
Menurut Potter (1999) ukuran jarum infuse yang biasa digunakan adalah :
 Ukuran 16G warna abu-abu Guna : Dewasa, Bedah Mayor, Trauma, Apabila sejumlah
besar cairan perlu diinfuskan Pertimbangan Perawat : Sakit pada insersi, Butuh vena
besar
 Ukuran 18G Warna hijau Guna : Anak dan dewasa, Untuk darah, komponen darah,
dan infus kental lainnya Pertimbangan Perawat : Sakit pada insersi, Butuh vena besar
 Ukuran 20G Warna merah muda Guna : Anak dan dewasa, Sesuai untuk kebanyakan
cairan infus, darah, komponen darah, dan infus kental lainnya Pertimbangan Perawat :
Umum dipakai
 Ukuran 22G Warna biru Guna : Bayi, anak, dan dewasa (terutama usia lanjut), Cocok
untuk sebagian besar cairan infus Pertimbangan Perawat : Lebih mudah untuk insersi
ke vena yang kecil, tipis dan rapuh, Kecepatan tetesan harus dipertahankan lambat,
Sulit insersi melalui kulit yang keras
 Ukuran 24G Warna kuning, 26 Warna putih Guna : Nenonatus, bayi, anak dewasa
(terutama usia lanjut), Sesuai untuk sebagian besar cairan infus, tetapi kecepatan
tetesan lebih lambat Pertimbangan Perawat: Untuk vena yang sangat kecil, Sulit
insersi melalui kulit keras
 Selain ukuran di atas, ada jarum infus yang mirip sayap kupu-kupu yang kita sebut
sebagai wing. Jarumnya padat dan sangat halus.

Yang perlu diperhatikan:


 Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru
 Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi

Teknik Pemberian Obat/KDK II 5


 Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain Jika infus tidak
diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan
 Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir
 Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus perlahan,
periksa ujung kateter terhadap adanya embolus
 Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-bekas plester dibersihkan
memakai kapas alkohol atau bensin (jika perlu).
 Gunakan alat alat-alat yang steril saat pemasangan, dan gunakan tehnik sterilisasi
dalam pemasangan infus.
 Hindarkan memasang infus pada daerah-daerah yang infeksi, vena yang telah rusak,
vena pada daerah fleksi dan vena yang tidak stabil.
 Mengatur ketepatan aliran dan regulasi infus adalah tanggung jawab perawat.

Jenis Cairan Infus


1. Normal Saline
Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.
Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.
Indikasi :
a. Resusitasi
Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh
keluarnya molekul protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan
elektrolit yang bergerak ke intertisial karena gradien osmosis. Plasma expander
berguna untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.
b. Diare
Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl
digunakan untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.
c. Luka Bakar
Manifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi kehilangan
protein plasma atau cairan ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan
tubuh yang terbakar. Untuk mempertahankan cairan dan elektrolit dapat
digunakan cairan NaCl, ringer laktat, atau dekstrosa.
d. Gagal Ginjal Akut

Teknik Pemberian Obat/KDK II 6


Penurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan kegagalan ginjal menjaga
homeostasis tubuh. Keadaan ini juga meningkatkan metabolit nitrogen yaitu
ureum dan kreatinin serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pemberian normal saline dan glukosa menjaga cairan ekstra seluler dan
elektrolit.
Kontraindikasi:
hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan pengawasan
ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer dan edema paru.
Adverse Reaction: edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-
paru), penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi natrium.

2. Ringer Laktat (RL)


Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110, Basa =
28-30 mEq/l.
Kemasan: 500, 1000 ml.
Cara Kerja Obat: keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah
komposisi elektrolit dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung
cairan ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan
menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma darah.
Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi
saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan
cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk syok perdarahan.
Indikasi:
Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok
hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan
hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan
asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob.
Kontraindikasi:
Hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.
Adverse Reaction: edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya
paru-paru.

Teknik Pemberian Obat/KDK II 7


Peringatan dan Perhatian: ”Not for use in the treatment of lactic acidosis”. Hati-hati
pemberian pada penderita edema perifer pulmoner, heart failure/impaired renal
function & pre-eklamsia.

3. Dekstrosa
Komposisi: glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).
Kemasan: 100, 250, 500 ml.
Indikasi: sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan
hidrasi selama dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai
sedang (kadar kreatinin kurang dari 25 mg/100ml).
Kontraindikasi: Hiperglikemia.
Adverse Reaction: Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat
menyebabkan iritasi pada pembuluh darah dan tromboflebitis.

Teknik Pemberian Obat/KDK II 8

Anda mungkin juga menyukai