PENDAHULUAN
Apendisitis akut adalah kondisi bedah akut yang paling umum dari
abdomen. Diagnosis ini dibuat berdasarkan keseluruhan riwayat klinis,
pemeriksaan dan didukung oleh pemeriksaan penunjang. Diagnosis dan
penatalaksanaan yang tepat dan cepat dapat mengurangi risiko perforasi
dan mencegah komplikasi lainnya.
1.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANATOMI
2
mesenterik superior (T10-L1) dan aferen dari elemen parasimpatis oleh
nervus vagus.
3
kolonasendens, atau di tepi lateral kolon asendens. Gejala klinis
appendicitis ditentukan oleh letak appendiks.
2.2. FISIOLOGI
4
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir di muara
appendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendicitis.
Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated
Lymphoid Tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk
appendiks, ialah IgA. Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung
terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan appendiks tidak
mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfe disini kecil
sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh
tubuh.
2.3. EPIDEMIOLOGI
2.4. DEFINISI
5
2.5. ETIOPATOGENESIS
6
2.6. MIKROBIOLOGI
7
dan merasa bahwa defekasi dapat meredakan gejala nyeri abdomen. Diare
dapat terjadi berhubungan dengan perforasi, terutama pada anak-anak.
8
nilai diagnostiknya rendah. Nyeri pada ekstensi dari kaki kanan
(psoas sign) mengindikasikan adanya fokus iritasi pada bagian
proksimal dari muskulus psoas (menunjukkan apendiks retrosekal).
Peregangan muskulus obturator internus melalui rotasi internal dari
paha terfleksi (obturator sign) menyarankan inflamasi di dekat otot
(menunjukkan apendiks pelvis). Peningkatan nyeri yang dirasakan
saat batuk disebuy Dunphy’s sign.
Rovsing’s Sign
Penekanan pada abdomen kuadran kiri bawah akan
menimbulkan nyeri di abdomen kuadran kanan bawah. Hal ini
disebabkan oleh karena iritasi dari peritoneum. Disebut juga
nyeri tekan kontralateral. Sering positif pada appendicitis
namun tidak spesifik.
Blumberg Sign
Manuver dikatakan positif apabila penderita merasakan nyeri
di kuadran kanan bawah saat pemeriksa menekan di abdomen
kuadran kiri bawah lalu melepaskannya. Disebut juga nyeri
lepas kontralateral.
Psoas Sign
Pasien berbaring pada sisi kiri, tangan pemeriksa memegang
lutut pasien dan tangan kiri menstabilkan pinggulnya.
9
Kemudian tungkai kanan pasien digerakkan ke arah
anteroposterior. Nyeri pada manuver ini menunjukkan
appendiks mengalami peradangan kontak dengan otot psoas
yang meregang saat dilakukan manuver.
Obturator Test
Pasien terlentang, tangan kanan pemeriksa berpegangan pada
telapak kaki kanan pasien sedangkan tangan kiri di sendi
lututnya. Kemudian pemeriksa memposisikan sendi lutut
pasien dalam posisi fleksi dan articulatio coxae dalam posisi
endorotasi kemudian eksorotasi. Tes ini positif bila pasien
merasakan nyeri di hipogastrium saat eksorotasi. Nyeri pada
manuver ini menunjukkan adanya perforasi apendiks, abses
lokal, iritasi m.obturatorius oleh appendiks dengan letak
retrocaecal, atau adanya hernia obturatoria.
10
Leukositosis ringan sering timbul pada pasien dengan apendisitis
akut tanpa komplikasi dan biasanya dibarengi dengan
polymorphonuclear prominence. Jarang ditemukan leukosit
>18.000 sel/mm3 pada apendisitis tanpa komplikasi. Jumlah
melebihi level ini meningkatkan kemungkinan dari apendiks yang
perforasi dengan atau tanpa abses. Peningkatan konsentrasi C-
reactive protein (CRP) adalah indikator kuat apendisitis, terutama
apendisitis dengan komplikasi.
11
menyingkirkan diagnosis apendisitis dan memilah pasien untuk
manajemen diagnostik lanjutan.
12
dan spesifik dibandingkan dengan USG dalam mendiagnosa
apendisitis.
13
Dibandingkan potensial kegunaan CT-scan, terdapat kerugian
yang signifikan. CT-scan mahal, memaparkan pasien pada radiasi
signifikan dan memiliki limitasi pada kehamilan. Alergi pada iodin
atau kontras melimitasi pemberian kontras pada beberapa pasien,
dan beberapa tidak bisa mentolerir konsumsi oral kontras luminal.
14
pasien yang lebih tua dengan nyeri perut kanan bawah dan presentasi klinis
atipikal. Pada pasien yang ditatalaksana secara konservatif, dianjurkan
melakukan pemantauan berkala kolon (kolonoskopi atau barium enema).
Pada PID, infeksi biasanya bilateral, tetapi jika hanya pada tuba kanan
maka dapat menyerupai apendisitis akut. Mual dan muntah terjadi pada
pasien apendisitis tetapi hanya sekitar 50% pada PID. Nyeri dan nyeri tekan
biasanya lebih rendah dan terdapat nyeri goyang serviks. Diplokokus
intraselular dapat tampak pada apusan sekret purulen vagina. Perbandingan
kasus apendisitis dengan PID rendah pada perempuan di awal fase
menstruasi dan tinggi pada fase luteal. Penggunaan hal ini secara teliti
menurunkan insidensi penemuan negatif dalam laparoskopi pada
perempuan muda hingga 15%.
15
Torsio memerlukan tatalaksana operatif darurat. Jika torsio yang
terjadi komplit atau lama, pedicle mengalami trombosis, dan ovarium serta
tuba menjadi gangren dan memerlukan reseksi. Namun, simple detorsion,
fenestrasi kista dan fiksasi ovarium sebagai intervensi utama, diikuti
dengan laparoskopi beberapa hari setelahnya, dapat dianjurkan karena
sering kali sulit untuk menentukan secara pre-operatif viabilitas ovarium.
2.9. PENATALAKSANAAN
16
Bilamana penderita ditemui lewat sekitar 48 jam, akan dilakukan
tindakan operasi untuk membuang appendiks yang mungkin gangren dari
dalam massa perlekatan ringan yang longgar dan sangat berbahaya, dan
bilamana karena massa ini telah menjadi lebih terfiksasi dan vascular,
sehingga membuat operasi berbahaya maka harus menunggu pembentukan
abses yang dapat mudah didrainase.
17
banyak, lebih-lebih bila massa appendiks telah terbentuk lebih dari satu
minggu sejak serangan sakit perut. Pembedahan dilakukan segera bila
dalam perawatan terjadi abses dengan atau pun tanpa peritonitis umum.
Analgesik diberikan hanya kalau perlu saja. Observasi suhu dan nadi.
Biasanya 48 jam gejala akan mereda. Bila gejala menghebat, tandanya
terjadi perforasi maka harus dipertimbangkan appendectomy. Batas dari
massa hendaknya diberi tanda (demografi) setiap hari. Biasanya pada hari
ke 5-7 massa mulai mengecil dan terlokalisir. Bila massa tidak juga
mengecil, tandanya telah terbentuk abses dan massa harus segera dibuka
dan didrainase.
18
karena appendiks ini akan menjadi sumber infeksi. Bila appendiks sukar
dilepas, maka appendiks dapat dipertahankan karena jika dipaksakan akan
ruptur dan infeksi dapat menyebar. Abses di drainase dengan selang yang
berdiameter besar, dan dikeluarkan lewat samping perut. Pipa drainase
didiamkan selama 72 jam, bila pus sudah kurang dari 100 cc/hari, drain
dapat diputar dan ditarik sedikit demi sedikit sepanjang 1 inci tiap hari.
Antibiotik sistemik dilanjutkan sampai minimal 5 hari post operasi.
Untuk mengecek pengecilan abses tiap hari penderita diperiksa colok
dubur.
Bila dalam 8-12 minggu masih terdapat tanda-tanda infiltrat atau tidak
ada perbaikan, operasi tetap dilakukan. Bila ada massa periappendikular
yang fixed, ini berarti sudah terjadi abses dan terapi adalah drainase.
2.10. PROGNOSIS
19
terjadi komplikasi. Serangan berulang juga dapat terjadi bila appendiks
tidak diangkat.
20
BAB III
LAPORAN KASUS
3.
3.1. ANAMNESA
3.1.1. IDENTITAS
Inisial : tn. AS
Jenis Kelamin : laki-laki
Tanggal Lahir : 16 Mei 1990
Usia : 29 tahun
Pekerjaan : karyawan mini market
Status Pernikahan : belum menikah
Agama : Kristen protestan
Pendidikan Terakhir : SMA
Tanggal MRS : 16 Januari 2020, pukul 03.00 WIT
Keluhan Utama
Nyeri pada perut bagian kanan sejak 3 hari yang lalu
Kronologis
Pasien datang ke IGD RSUD Jayapura dengan keluhan nyeri perut
kanan sejak ± 3 hari SMRS. Awalnya ± 1 minggu yang lalu nyeri
dirasakan di sekitar ulu hati yang kadang disertai dengan mual,
namun tidak muntah. Nyeri dirasakan hilang timbul, tidak disertai
demam. Buang air besar dan buang air kecil seperti biasa tanpa
keluhan. Karena nyeri yang semakin sering, pasien dianjurkan oleh
rekan kerjanya untuk meminum obat Ranitidine tablet namun tidak
ada perubahan, pasien masih merasakan nyeri perut hilang timbul.
21
± 3 hari SMRS, nyeri yang dirasakan semakin bertambah kuat dan
menjalar ke bagian perut sebelah kanan. Nyeri bertambah parah
ketika pasien hendak bangun dari tempat tidur dan membaik ketika
pasien diam dan beristirahat. Pasien juga mengeluhkan rasa mual
yang semakin sering dan muntah 1 kali. Sejak timbulnya gejala,
nafsu makan pasien berkurang. 2 hari SMRS pasien mengalami
demam dan meminum obat Paracetamol tablet. Demam reda saat
pasien mengkonsumsi Paracetamol tablet. Pasien menyangkal
adanya gangguan buang air kecil ataupun gangguan pola buang air
besar. Tidak ada riwayat penurunan berat badan drastis dalam
beberapa bulan terakhir.
22
Saturasi O2 : 98 %
23
dalam batas normal
HEMATOLOGI
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Kadar Hemoglobin 13.4 11.0-14.7 g/dL
Hematokrit 40.4 35.2-46.7 %
Jumlah Leukosit 11.59 3.37-8.38 x103/uL
Jumlah Trombosit 225 140-400 x103/uL
Jumlah Eritrosit 5.10 3.69-5.46 x106/uL
Sel basofil 0.4 0.3-1.4
Sel eosinofil 1.2 0.6-5.4
Sel neutrofil 79.1 39.8-70.5
Sel limfosit 9.4 23.1-49.9
Sel monosit 8.9 4.3-10.0
Malaria (DDR) Negatif
KIMIA DARAH
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Gula Darah Sewaktu 130 <=140
SGOT 6.1 <=40
SGPT - <=41
BUN 7.2 7-18
Creatinin - <=0.95
Albumin 2.3 3.5-5.2
KOAGULASI
PT 14.3 10.2-12.1
APTT 55.7 24.8-34.4
URINE LENGKAP
24
Warna kuning
pH 6.0 4.6-8.5
Berat Jenis 1.030 1005-1030
Protein negatif negatif
Glukosa negatif negatif
Urobilin negatif negatif
Bilirubin negatif negatif
Nitrit negatif negatif
Keton negatif negatif
Leukosit Esterase negatif negatif
Darah/Blood negatif negatif
SEDIMEN URIN
Leukosit 1-2 /lpb
Eritrosit 0-1 /lpb
Epitel +1 /lpb
Bakteri +1 /lpb
Silinder 0 /lpb
Kristal 0 /lpb
Lain-lain 0 /lpb
Pemeriksaan Radiologis
25
3.2.3. SKORING KLINIS
ALVARADO’S SCORE
adanya migrasi nyeri 1
anoreksia 0
mual/muntah 1
nyeri RLQ 2
nyeri lepas 1
febris 1
leukositosis 2
shift to the left 1
JUMLAH 9
3.2.4. RESUME
26
Rovsign’s sign (+), Blumberg sign (+), defans muskuler (+), serta
pemeriksaan khusus Psoas sign (+) dan Obturator sign (+).
Gastroenteritis
Divertikulitis
Kolesistitis
3.2.7. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa (PreOp)
IVFD RL 28 tpm
inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
inj. Omeperazole 50 mg/12 jam
inj. Antrain 1000 mg/8 jam
Tindakan Bedah
Laparotomi Eksplorasi + Apendiktomi
Medikamentosa (PotsOp)
IVFD RL 32 tpm
inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
inj. Metronidazole 500 mg/12 jam
inj. Omeperazole 50 mg/12 jam
27
inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
3.2.9. PROGNOSIS
28
29
BAB IV
PEMBAHASAN
4.
Pada anamnesa didapatkan pasien mengeluh nyeri di perut daerah ulu hati,
sekitar pusar, dan perut kanan bawah. Nyeri tersebut merupakan nyeri visceral
yang sifatnya difus, terletak pada mid-line, sekitar umbilikal, tidak dapat
ditunjukkan, bersifat tumpul dan tidak jelas, tidak menetap. Referred pain sesuai
persarafan yang terjadi akibat regangan organ. Nyeri visceral pada appendicitis ini
bermula di sekitar umbilicus sesuai dengan persarafan dari N.Thorakalis X. Nyeri
disebabkan oleh karena obstruksi lumen appendiks yang akan menyebabkan
peningkatan sekresi normal mukus dari mukosa appendiks yang distensi. Makin
lama mucus makin banyak, namun elastisitas dinding appendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan
yang meningkat tersebut akan menyebabkan appendiks mengalami hipoksia,
menghambat aliran limfe dan invasi bakteri. Infeksi menyebabkan pembengkakan
appendiks bertambah (edema). Pada saat inilah terjadi appendicitis akut fokal
yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Pasien juga mengeluhkan nyeri perut kanan bawah yang hilang timbul, nyeri
tersebut merupakan nyeri visceral yang berubah menjadi nyeri somatis. Nyeri ini
disebabkan oleh sekresi mukus yang terus berlanjut, tekanan akan terus
meningkat. Kemudian hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema
bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul akan
meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri daerah
kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan appendicitis supuratif akut.
Keluhan mual dan muntah pasien disebabkan oleh inflamasi dan tekanan
yang berlebihan pada appendiks yang distensi sehingga pusat muntah akan
diaktifkan dari saluran pencernaan melalui aferen nervus vagus.
30
Nyeri tekan daerah McBurney terjadi karena translokasi bakteri yang
menyebabkan nyeri somatis.
SKOR
YANG SKOR
PENILAIAN DIDAPAT AJUAN
-Nyeri beralih 1 1
GEJALA -Anoreksia 0 1
-Mual / muntah 1 1
31
(> 72%)
Total Skor 9 10
32
BAB V
PENUTUP
5.
5.1. KESIMPULAN
33