ENERGI PEMBAKARAN
DISUSUN OLEH
NIM : 20307144013
KELAS : KIMIA F
2021
LAPORAN RESMI
B. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan energi pembakaran berbagai senyawa alkanol
C. DASAR TEORI
Dalam ilmu fisika terdapat istilah termodinamika yang merupakan hukum
yang berhubungan dengan energi dan transfer energi antara sistem dan sekitarnya
(Sastrohamidjojo, 2001). Hukum termodinamika dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu
hukum termodinamika 0, hukum termodinamika 1, hukum termodinamika 2, hukum
termodinamika 3, dan hukum termodinamika 4. Risti (2013) juga mendefinisikan
termodinamika sebagai ilmu yang membahas mengenai fenomena termal yang
menckaup parameter suhu, entalpi, dan perubahan energi dalam. Hal ini diatur lebih
lanjut dalam hukum termodinamika 2 yang membahas proses-proses yang terjadi di
alam dan entropi sistem. Hukum ini menyatakan bahwa total entropi dari suatu sistem
termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring dengan miningkatnya
waktu, mendekati nilai maksimum. Termodinamika sangat penting dalam ilmu kimia
karena terdapat salah satu cabangnya yang membahas mengenai kalor yang dihasilkan
atau dibutuhkan oleh suatu reaksi kimia. Cabang dari termodinamika ini disebut
dengan termokimia (Rohman,2004).
Di alam semesta terdapat berbagai macam reaksi yang melibatkan transfer
energi. Baik itu sistem yang melepas kalor dan lingkungan menerima kalor atau
sebaliknya. Salah satu contoh reaksi yang terjadi di alam dengan sistem sebagai
pendonor kalor dan sistem sebagai penerima kalor adalah reaksi pembakaran. Reaksi
ini ditandai dengan adanya peningkatan suhu pada lingkungan dan nilai entalpi (∆H)
yang negatif, sehingga dapat dikatakan bbahwa reaksi ini termasuk kedalam reaksi
eksoterm. Reaksi eksoterm merupakan reaksi kimia atau perubahan fisik yang
memancarkan kalor ke luar sistem menuju ke lingkungan (Ebbing & Gammon, 2017).
Reaksi eksoterm dapat terjadi apabila suhu dari reaksi naik dan energi potensial dari
zat-zat kimia yang bersangkutan turun (Braddy, 1999). Entalpi merupakan fungsi
keadaan dimana hanya bergantung pada keadaan awal dan akhir, tanpa melihat
bagaimana proses yang berlangsung. Nilai perubahan entalpi hasil pembakaran
merupakan selisih besarnya entalpi sistem sebelum pembakaran (Chang, 2006).
Perubahan entalpi sering disebut sebagai kalor reaksi karena perubahan entalpi
merupakan banyaknya kalor yang diserap atau dilepaskan saatt terjadi reaksi dengan
kondisi tekanan konstan (McMurry, 2003). Perubahan entalpi pada reaksi endoterm
adalah selisih antara entalpi produk dengan entalpi reaktan. Reaksi endoterm
menghasilkan produk yang jumlahnya lebih banyak dari reaktan sehingga nilai
entalpunya positif. Sedangkan pada reaksi eksoterm jumlah produk yang dihasilkan
akan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah reaktan sehingga entalpi yang
dihasilkan bernilai negatif (Sandi, 2009).
Kalor pembakaran suatu zat yaitu jumlah kalor yang dihasilkan apabila suatu
molekul zat tersebut direaksikan dengan oksigen dalam suhu yang tinggi secara
sempurna. Kalor pembakaran zat organik dinyatakan sebagai banyaknya kalor yang
dihasilkan untuk mengoksidasi zat organik menjadi gas CO2 dan H2O untuk senyawa
yang mengandung C, H, dan O. Sedangkan untuk zat organik yang mengandung N
akan mengkasilkan gas N2 (Chang, 2004).
Prinsip darri percobaan energi pembakaran adalah menentukan kalor
pembakaran (∆Hc) suatu senyawa alkohol. Semakin besar massa molekul relative
(Mr) suatu alkohol, maka kalor pembakaran (∆Hc) juga semakin besar. Selain itu
panjangnya rantai CH2 juga mempengaruhi besarnya kalor pembakaran. Semakin
panjang rantai maka semakin besar kalor pembakarannya dengan satu kenaikan
tenaga yang seimbang. Besarnya entalpi pemakaran deret normal alkohon dapat
ditentukan dengan menggunakan asas Black, dengan deikian diperoleh rumus sebagai
berikut :
𝐺1
∆Hc = W(𝑡2 − 𝑡1 ) + 𝐺2 × 𝐶𝑝 (𝑡2 − 𝑡1 )
𝑀𝑟
Asas black diatas menyatakan bahwa jumlah kalor yang dihasilkan sama engan
jumlah kalor yang diserap (Keenan, 1996).
D. ALAT DAN BAHAN
Alat
1. Erlenmeyer
2. Lampu spiritus
4. Termometer
Bahan
1. Metanol
2. Etanol
3. N-propanol
4. N-butanol
E. CARA KERJA
Memasukkan 50 mL akuades
Mengulangi percobaan
Metanol
CH3OH (aq) + O2 (g) → CO2 (g) + H2O (g)
Etanol
C2H5OH (aq) + 3O2 (g) → 2CO2 (g) + 3H2O (g)
1-butanol
C4H9OH (aq) + 6O2 (g) → 4CO2 (g) + 5H2O (g)
= -395,8 kJ/mol
= -1236,4 kJ/mol
= -2457,2 kJ/mol
∆Hc 1500
Series1
1000 Linear (Series1)
500
0
0 20 40 60 80
Mr
Keterangan : ∆Hc bernilai positif (+) karena tanya negatif hanya menunjukkan
adanya pelepasan energi
5 𝑔𝑟𝑎𝑚 kJ 10−3 𝑘𝐽
𝑔𝑟 (−2251,2 ) = W(69,5°C ) + 47,5𝑔𝑟 × 4,2 × × 69,5°𝐶
60 𝑚𝑜𝑙 mol 𝑔𝑟°𝐶
W = - 2,89877 kJ/°C
Metanol
Diketahui : G1 = (L1 – L0) (L2 – L0)
= (285-185) gram – (280-185) gram = 5 gram
G1 = (L1 – L0) (L2 – L0)
= (280-185) gram – (275-185) gram = 5 gram
G1 rata-rata = 5 gram
T2 – T1 = 98°C – 28,5°C
Mr = 32 gr/mol
G2 = 175 gr – 127,5 gr = 47,5 gr
Cp air = 4,2 x 10-3 kJ/g°C
W = - 2,89877 kJ/°C
Penyetesaian :
𝐺1
∆Hc = W(𝑡2 − 𝑡1 ) + 𝐺2 × 𝐶𝑝 𝑎𝑖𝑟 (𝑡2 − 𝑡1 )
𝑀𝑟
5 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝐽 10−3 𝑘𝐽
( )
𝑔𝑟 ∆𝐻𝑐 = −2,89877 °𝐶 69,5°C + 47,5𝑔𝑟 × 4,2 × 𝑔𝑟°𝐶 × 69,5°𝐶
32 𝑚𝑜𝑙
Etanol
Diketahui : G1 = (L1 – L0) (L2 – L0)
= (265-185) gram – (255-185) gram = 10gram
G1 = (L1 – L0) (L2 – L0)
= (255-185) gram – (245-185) gram = 10gram
G1 rata-rata = 10 gram
T2 – T1 = 98°C – 28,5°C = 69,5 °C
Mr = 46 gr/mol
G2 = 175 gr – 127,5 gr = 47,5 gr
Cp air = 4,2 x 10-3 kJ/g°C
W = - 2,89877 kJ/°C
Penyetesaian :
𝐺1
∆Hc = W(𝑡2 − 𝑡1 ) + 𝐺2 × 𝐶𝑝 𝑎𝑖𝑟 (𝑡2 − 𝑡1 )
𝑀𝑟
10 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝐽 10−3 𝑘𝐽
𝑔𝑟 ∆𝐻𝑐 = −2,89877 (69,5°C ) + 47,5𝑔𝑟 × 4,2 × × 69,5°𝐶
46 𝑚𝑜𝑙 °𝐶 𝑔𝑟°𝐶
1-butanol
Penyetesaian :
𝐺1
∆Hc = W(𝑡2 − 𝑡1 ) + 𝐺2 × 𝐶𝑝 𝑎𝑖𝑟 (𝑡2 − 𝑡1 )
𝑀𝑟
5 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝐽 10−3 𝑘𝐽
𝑔𝑟 ∆𝐻𝑐 = −2,89877 (69,5°C ) + 47,5𝑔𝑟 × 4,2 × × 69,5°𝐶
74 °𝐶 𝑔𝑟°𝐶
𝑚𝑜𝑙
0,0675 mol x ∆Hc = - 201,45965 kJ + 13,865 kJ
−187,5944 𝑘𝐽
∆Hc = 0,0675 𝑚𝑜𝑙
Sehingga dapat ditentukan hubungan antara Mr dengan ∆Hc melalu grafik dibawah :
Hubungan antara Mr dengan ∆Hc berdasarkan
Percobaan
3000
2500
y = 43.744x - 544.93
2000 R² = 0.7823
∆Hc 1500
Series1
1000
Linear (Series1)
500
0
0 20 40 60 80
Mr
Keterangan : ∆Hc bernilai positif (+) karena tanya negatif hanya menunjukkan
adanya pelepasan energi
H. PEMBAHASAN
Percobaan yang berjudul entalpi pembakaran yang dilakukan pada tanggal 10
Maret 2021 merupakan pecobaan yang bertujuan untuk menentukan energi
pembakaran berbagai senyawa alkanol. Dalam percobaan ini jenis senyawa alkanol
yang digunakan adalah metanol, etanol, n-propanol, dan n-butanol. Jenis-jenisn
senyawa yang digunakan ini merupakan deret normal alkanol atau alkohol primmer
yang tidak memiliki rantai cabang. Untuk melakukan percobaan ini dibutuhkan
sebanyak 4 buah erlenmeyer ukuran 100 mL, 4 buah lampu spiritus, 4 buah kaki tiga
dan kassa, serta 4 buah termometer.
McMurry (2003) menyatakan bahwa perubahan entalpi merupakan banyaknya
kalor yang dilepas atau diserap saat terjadi reaksi dengan kondisi tekanan konstan.
Sehingga untuk dapat megukur entalpi pembakaran beberapa jenis senyawa alkanol,
perlu dilakukan pengukuran perubahan kalor yang terjadi pada saat reaksi
pembakaran dengan keadaan tekanan konstan.
Kalor pembakaran zat organik dinyatakan sebagai banyaknya kalor yang
dihasilkan untuk mengoksidasi zat organik menjadi gas CO2 dan H2O untuk senyawa
yang mengandung C, H, dan O. Sedangkan untuk zat organik yang mengandung N
akan mengkasilkan gas N2 (Chang, 2004). Sehingga pada percobaan ini akan terjadi
reaksi pembakaran sebagai berikut :
1-propanol
9
C3H7OH (aq) + 2 O2 (g) → 3CO2 (g) + 4H2O (l)
Metanol
CH3OH (aq) + O2 (g) → CO2 (g) + H2O (g)
Etanol
C2H5OH (aq) + 3O2 (g) → 2CO2 (g) + 3H2O (g)
1-butanol
C4H9OH (aq) + 6O2 (g) → 4CO2 (g) + 5H2O (g)
Reaksi-reaksi tersebut merupakan reaksi oksidasi yang akan memisahkan atom karbon
dengan oksigen dan akan menghasilkan CO2 dan H2O serta akan membebaskan
sejumlah energi. Adanya pembebasan energi ini menunjukan bahwa reaksi yang
terjadi merupakan reaksi eksotermik. Reaksi eksoterm merupakan reaksi kimia atau
perubahan fisik yang memancarkan kalor ke luar sistem menuju ke lingkungan
(Ebbing & Gammon, 2017). Pada percobaan ini sistem yang digunakan tidak
terisolasi, yaitu lampu spiritus sehingga akan menimbulkan efek panas pada
lingkungan sekitar sistem dan akan menghasilkan entalpi pembakaran yang bernilai
negatif (< 0).
Sebelum dilakukan reaksi pembakaran terhadap beberapa jenis alkohol, perlu
adanya penimbangan yang akurat pada setiap erlenmeyer kosong untuk mendapatkan
massa erlenmeyer kosong (E0). Pada percobaan ini diperoleh data E0 sebesar 127,5
gram. Selanjutnya, ditambahkan 50 mL akuades kedalam erlenmeyer masing-masing
erlenmeyer dan lakukan penimbangan kembali untuk mendapatkan massa erlenmeyer
dan akuades (E1). Dalam percobaan ini diperoleh data E1 sebesar 175 gram. Setelah
diperoleh data E0 dan E1, dapat ditentukan massa akuades (G2) yang digunakan
dengan mengurangi massa bejana didih dan akuades dengan massa bejana didih
kosong (E1 - E2). Dengan perhitungan dapat ditentukan massa akuades sebesar 47,5
gram. Pada percobaan ini juga perlu untuk mengukur suhu akuades pada suhu kamar,
sehingga diperoleh data T1 = 28,5°C.
Penimbangan pada lampu spiritus kosong juga diperlukan untuk memperoleh
massa lampu kosong (L0). Pada perobaan ini diperoleh data L0 sebesar 115 gram.
Langkah berikutnya adalah memasukkan ±100 mL senyawa alkanol kedalam lapu
spiritus. Selanjutnya timbang masing-masing lampu spiritus yang berisi senyawa
alkanol berbeda untuk mendapatkan massa lampu dan alkanol (L1). Alkanol yang
berada di dalam lampu digunakan untuk mendidihkan akuades dalam erlenmeyer.
Timbang kembali lampu spiritus dan alkanol yang terlah digunakan untuk
mendapatkan L2. Sehingga dapat ditentukan massa alkanol yang terbakar G1 = (L1-L0)
– (L2-L0). Ukur suhu akuades yang telah didihkan sebagai T2+
Percobaan entalpi pembakaran ini menggunakan prinsip asas Black, dimana
kalor yang diterima sama dengan banyaknya kalor yang dilepas.
𝐺1
∆Hc = W(𝑡2 − 𝑡1 ) + 𝐺2 × 𝐶𝑝 𝑎𝑖𝑟 (𝑡2 − 𝑡1 )
𝑀𝑟
Dari rumus diatas dapat dinyatakan bahwa kalor yang dilepas alkohol sama dengan
kalor yang diterima akuades.
Pada percobaan ini, kalor pembakaran 1-propanol secara eksperimen telah
diketahui sebesar -2251,2 kJ/mol. Nilai ∆Hc yang telah diketahui dapat digunakan untuk
mencari harga air bejana didih (W). Penghitungan nilai air bejana didih perlu dilakukan
karena wadah yang digunakan dalam perjobaan juga terlibat dalam penyerapan atau pelepasan
kalor. Perhitungan harga air bejana didih dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :
diketahui : G1 = (L1 – L0) (L2 – L0)
= (275-195) gram – (270-195) gram = 5 gram
G1 = (L1 – L0) (L2 – L0)
= (270-195) gram – (265-195) gram = 5 gram
G1 rata-rata = 5 gram
T2 – T1 = 98°C – 28,5°C
∆Hc = -2251,2 kJ/mol
Mr = 60 gr/mol
G2 = 175 gr – 127,5 gr = 47,5 gr
Cp air = 4,2 x 10-3 kJ/g°C
𝐺1
∆Hc = W(𝑡2 − 𝑡1 ) + 𝐺2 × 𝐶𝑝 𝑎𝑖𝑟 (𝑡2 − 𝑡1 )
𝑀𝑟
5 𝑔𝑟𝑎𝑚 kJ 10−3 𝑘𝐽
𝑔𝑟 (−2251,2 ) = W(69,5°C ) + 47,5𝑔𝑟 × 4,2 × × 69,5°𝐶
60 𝑚𝑜𝑙 mol 𝑔𝑟°𝐶
W = - 2,89877 kJ/°C
Harga air bejana didih yang didapat selanjutnya dapat digunakan untuk
mencari nilai entalpi pembakaran dari alkanol lain menggunaka rumus asas black.
Dari pengolahan data yang telah dilakukan didapat data entalpi pembakaran etanol
sebesar -862,9 kJ/mol, 1-propanol sebesar -2251,2 kJ/mol, dan 1-butanol sebesar -
2779,2 kJ/mol. Nilai ∆Hc yang negatif menunjukkan bahwa reaksi bersifat eksotermik dan
melepaskan kalor. Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian antara teori dan praktik.
Data tersebut dapat dibuat hubungan dengan besarnya Mr dari setiap alkanol dalam
bentuk grafik sebagai berikut :
2500
y = 43.744x - 544.93
2000 R² = 0.7823
∆Hc 1500
Series1
1000
Linear (Series1)
500
0
0 20 40 60 80
Mr
Keterangan : ∆Hc bernilai positif (+) karena tanya negatif hanya menunjukkan
adanya pelepasan energi
∆Hc 1500
Series1
1000 Linear (Series1)
500
0
0 20 40 60 80
Mr
Keterangan : ∆Hc bernilai positif (+) karena tanya negatif hanya menunjukkan
adanya pelepasan energi
Jika kedua grafik dibandingkan, akan terlihat jelas adanya penyimpangan yang
cukup jauh antara perhitungan berdasarkan percobaan dengan perhitungan
berdasarkan teori. Hal-hal yang dapat mempengaruhi penyimpangan tersebut adalah
kesalahan teknis dalam percobaan seperti penggunaan neraca analitik yang kurang
teliti. Hal ini menyebabkan nilai yang diperoleh dalam percobaan tidak tepat. Sifat
senyawa alkanol yang mudah menguap juga dapat mempengaruhi massa sisa alkanol
karena ada sejumlah zat yang menguap dikondisi suhu laboratorium.
I. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
a. Enrgi pembakaran metanol adalah -1200,6 kJ/mol
b. Energi pembakaran entanol adalah -86,2 kJ/mol
c. Energi pembakar 1-propanol adalah -2251,2 kJ/mol
d. Energi pembakaran 1-butanol adalah -2779,2 kJ/mol
J. JAWABAN PERTANYAAN
1. Tugas
a. Tentukan harga air bejana didih menggunakan data energi pembakaran n-
propanol!
𝐺1
∆Hc = W(𝑡2 − 𝑡1 ) + 𝐺2 × 𝐶𝑝 𝑎𝑖𝑟 (𝑡2 − 𝑡1 )
𝑀𝑟
5 𝑔𝑟𝑎𝑚 kJ 10−3 𝑘𝐽
𝑔𝑟 (−2251,2 ) = W(69,5°C ) + 47,5𝑔𝑟 × 4,2 × × 69,5°𝐶
60 𝑚𝑜𝑙 mol 𝑔𝑟°𝐶
W = - 2,89877 kJ/°C
b. Tentukan energi pembakaran metanol, etanol, dan n-butanol melalui
percobaan!
Metanol
Diketahui : G1 = (L1 – L0) (L2 – L0)
= (285-185) gram – (280-185) gram = 5 gram
G1 = (L1 – L0) (L2 – L0)
= (280-185) gram – (275-185) gram = 5 gram
G1 rata-rata = 5 gram
T2 – T1 = 98°C – 28,5°C
Mr = 32 gr/mol
G2 = 175 gr – 127,5 gr = 47,5 gr
Cp air = 4,2 x 10-3 kJ/g°C
W = - 2,89877 kJ/°C
Penyetesaian :
𝐺1
∆Hc = W(𝑡2 − 𝑡1 ) + 𝐺2 × 𝐶𝑝 𝑎𝑖𝑟 (𝑡2 − 𝑡1 )
𝑀𝑟
5 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝐽 10−3 𝑘𝐽
( )
𝑔𝑟 ∆𝐻𝑐 = −2,89877 °𝐶 69,5°C + 47,5𝑔𝑟 × 4,2 × 𝑔𝑟°𝐶 × 69,5°𝐶
32 𝑚𝑜𝑙
Etanol
Penyetesaian :
𝐺1
∆Hc = W(𝑡2 − 𝑡1 ) + 𝐺2 × 𝐶𝑝 𝑎𝑖𝑟 (𝑡2 − 𝑡1 )
𝑀𝑟
10 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝐽 10−3 𝑘𝐽
𝑔𝑟 ∆𝐻𝑐 = −2,89877 (69,5°C ) + 47,5𝑔𝑟 × 4,2 × × 69,5°𝐶
46 𝑚𝑜𝑙 °𝐶 𝑔𝑟°𝐶
1-butanol
Penyetesaian :
𝐺1
∆Hc = W(𝑡2 − 𝑡1 ) + 𝐺2 × 𝐶𝑝 𝑎𝑖𝑟 (𝑡2 − 𝑡1 )
𝑀𝑟
5 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝐽 10−3 𝑘𝐽
( )
𝑔𝑟 ∆𝐻𝑐 = −2,89877 °𝐶 69,5°C + 47,5𝑔𝑟 × 4,2 × 𝑔𝑟°𝐶 × 69,5°𝐶
74 𝑚𝑜𝑙
∆Hc 1500
Series1
1000 Linear (Series1)
500
0
0 20 40 60 80
Mr
Hubungan antara Mr dengan ∆Hc berdasarkan
Percobaan
3000
2500
y = 43.744x - 544.93
2000 R² = 0.7823
∆Hc 1500
Series1
1000
Linear (Series1)
500
0
0 20 40 60 80
Mr
Keterangan : ∆Hc bernilai positif (+) karena tanya negatif hanya menunjukkan
adanya pelepasan energi
2. Pertanyaan
a. Hitunglah dan bandingkan data energi pembakaran yang diperoleh ari
percobaan dengan perhitungan teoritis (menggunakan tabel yang terdapat pada
buku pustaka)!
No. Alkanol Mr ∆Hc teoritis (kJ/mol) ∆Hc percobaan (kJ/mol)
1. Metanol 32 -395,8 -1200,6
2. Etanol 46 -1236,4 -862,9
3. 1-Propanol 60 -1845,2 -2251,2
4. 1-Butanol 74 -2457,2 -2779,2
K. DAFTAR PUSTAKA
Braddy, E. James. (1999). Kimia Dasar Universitas Asas & Struktur. Jakarta:
Binarupa Angkasa.
Chang, R. (2004). Kimia Dasar Jilid I: Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga.
Ebbing, D. D., & Gammon, S. D. (2017). General Chemisty. New York: Houghton
Mifflin Company.
Keenan, C. W. (1996). Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
McMurry, J. E., & Fay, R. C. (2003). Chemistry. USA: Prentice Hall.
Rohman, I. (2004). Kimia Fisika I. Yogyakarta: JICA.
Sandi, J. (2009). Kimia Dasar 2. Jakarta: Yudhistira.
Sastrohamidjojo, H. (2001). Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM-Press.
Suryantari, R. (2013). Problem Sloving dengan Metode Identifikasi Variabel
berdasarkan Skema: Tinjauan terhadap Formulasi Hukum Pertama
Termodinamika. Jurnal Fisika Indonesia. 49 (17). 28-31.
Praktikan,