Anda di halaman 1dari 5

PENILAIAN KONDISI POHON SONOKELING (DALBERGIA LATIFOLIA)

DEMGAN METODE VTA (VISUAL TREE ASSASSMENT) DI TAMAN WISATA


ALAM KERANDANGAN SENGGIGI KECAMATAN BATU LAYAR KABUPATEN
LOMBOK BARAT

Oleh
Gde Margin Antareja
Program Studi Kehutanan Universitas Mataram

ABSTRAK

TWA (Taman Wisata Alam) Kerandangan Merupakan salah satu dari sekian banyak
Taman Wisata Alam di NTB maupu Indonesia. TWA (Taman Wisata Alam) Kerandangan
kerap menjadi destinasi wisata untuk yang ingin menikmati keindahan alamnya.TWA
(Taman Wisata Alam) Kerandangan memiliki meliki kerapatan pohonnya yang cukup rapat
yang salah satunya di tumbuhi oleh pohon Sonokeling (Dalbergia Latifolia).Penilaian
Kesehatan hutan dapat dilakukan dengan metode VTA (Visual Tree Assasment) dimana
cara ini merupakan salah satu caran untuk menilai kondisi dari sebuah pohon. Beberapa
cacat umum yang sering di jumpai yaitu Tajuk atau dahan mati (dead trees, top or
branches) , Masalah Perakaran (root problem), Kanker (Cankers), Pembusukan batang atau
cabang (stem or branch decay), Serangan Rayap (Termite attack), Simpul cabang lemah
(weak branch union), Arsitektur pohon yang buruk (poor tree architecture), Retak (crack) ,
dan Parasit atau Benalu (parasite or mistletoe). Dari 9 banyak kerusakan tersebut pohon ini
mengalami hanya 1 kerusakan dan dapat dikatakan pohon ini mengalami kerusakan yang
rendah namun perlu perawatan lanjutan.Dengan begitu perlunya adanya perawatan pada
pepohonan yang berada di TWA Kerandangan untuk mengtahui Kesehatan pada pepohonan
yang ada di TWA Kerandangan.

Keyword : TWA Kerandangan, VTA (Visual Tree Assesment), Kerusakan Pohon, Cacat
Pohon

1. PENDAHULUAN

Taman Wisata Alam Kerandangan ditunjuk berdasarkan SK. Menhut NO. 494/Kpts-
LT/92 Tanggal 1 Juni 1992 luas 396,10 Ha di Desa Persiapan Senggigi Kecamatan Gunung
Sari Kabupaten Lombok Barat. Potensi yang dimiliki Taman Wisata Alam Kerandangan
yaitu pemandangan yang indah meliuti Pegunungan, Sungai dan Lembah. Berbagai macam
Flora yang hidup diantaranya Bajur, Sonokeling dan Klokos Udang.
Adanya aktivitas manusia, faktor biotik dan abiotik yang makin meningkat dapat
mengakibatkan penurunan kesehatan pohon. Penurunan kesehatan pohon dapat dilihat
berdasarkan kondisi kerusakannya. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh adanya
penyakit, serangan hama, gulma, api, cuaca, satwa. Identifikasi kesehatan hutan berdasarkan
indikator vitalitas [1]
Pohon dikatakan sehat dengan syarat minimal pohon masih dapat melakukan fungsi
fisiologisnya baik. Pohon-pohon yang sehat dapat menandakan Kesehatan hutan yang baik.
Kondisi hutan yang sehat akan melestarikan hutan, sebaliknya, jika hutan yang tidak sehat
akan mengganggu fungsi hutan . Kesehatan hutan termasuk ke dalam salah satu tujuan
pengelolaan hutan lestari). Pengelolaan hutan lestari tersebut dapat diraih menggunakan
penilaian kesehatan hutan Kesehatan hutan yang baik akan memberikan dampak baik pula
baik bagi masyarakat maupun alam sekitarnya. Maka berdasarkan itu perlu dilakukan
pemantauan kesehatan hutan msecara teratur atau berkelanjutan dengan memakai teknik
Forest Health Monitoring [2] [3]
Berdasarkan permasalahan diatas maka upaya penanggulangan penyakit pada suatu
areal pertanaman tertentu harus dilakukan sedini mungkin sehingga tingkat kerusakannya
dapat ditekan. Diagnosis penyakit harus dilakukan sebagai langkah awal dalam mengetahui
jenis penyakit yang menyerang dan tingkat kerusakannya sehingga diterapkan metode
pencegahan maupun pengendalian secara tepat.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengelolaan kawasan hutan, dapat dilakukan
melalui evaluasi efektivitas. Evaluasi efektivitas dilakukan untuk mengetahui apakah
kegiatan yang dilakukan telah berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip yang mendasari
pengelolaan sehingga tujuan dapat dicapai atau tidak. menjelaskan bahwa evaluasi
efektivitas pengelolaan diartikan sebagai upaya memantau kegiatan-kegiatan atau unsur-
unsur pengelolaan sehingga dapat diketahui kendala yang menghambat proses pencapaian
tujuan. Kegiatan evaluasi dapat ditekan. Diagnosis penyakit harus dilakukan sebagai
langkah awal dalam mengetahui jenis penyakit yang menyerang dan tingkat kerusakannya
sehingga diterapkan metode pencegahan maupun pengendalian secara tepat [4]
Teknik VTA digunakan dalam memantau kesehatan ekosistem hutan untuk
menelaah keadaan tegakan di masa ini danmasa yang bakal datang yang dapat pertimbangan
untuk perbaikanpengelolaannya, sehingga dapat membantu terwujudnya prinsip-prinsip
kelestarian hutan. Penggunaan teknik VTA membantu mengetahui kondisi kesehatan suatu
areal hutan. Teknik ini amat bermanfaat untuk dasar pengelolaan suatu kawasan hutan
maupun non hutan. VTA dapat membantu dalam menjaga agar tidak turunnya kesehatan
suatu tegakan hutan, terutama dalam tingkat per individu tanaman. [5]

2. BAHAN DAN METODE


Penelitian meliputi penelitian lapangan, penelitian lapangan dilaksanakan di areal
Taman Wisata Alam Kerandangan Desa Persiapan Senggigi Kecamatan Gunung Sari
Kabupaten Lombok Barat, Pada hari Sabtu, 21 Mei 2022. Alat Alat yang digunakan yakni
GPS, Phi ban , Pita Ukur, Haga Meter, Roll Meter dan alat tulis menulis. Bahan-bahan yang
digunakan adalah bagian tanaman hutan yang menunjukan gejala penyakit tertentu.
Sejarah panjang status fungsi hutan yang sekarang menjadi TWA Kerandangan ,
menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pemerintah yang telah mengubah status fungsi
kawasan hutan dengan melakukan kajian tentang kondisi penggunaan lahan saat ini, sejarah
status fungsi kawasannya, dan efektivitas pengelolaanya.
Data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi
gambaran gejala dan tanda penyakit, intensitas penyakit, tingkat kerusakan, jarak tanam,
luas areal, jumlah tanaman dan kondisi areal. Penetapan intensitas penyakit yang
menunjukan gejala lokal didekati dengan rumus dari Natawigena [6]

Tabel 1. Nilai Skala Yang Didasarkan Pada Gambaran Gejala dan Kategori Serangannya

Nilai Skala Gambaran Gejala Penyakit Kategori Serangan


0 Tidak Tampak Gejala Sehat
Penyakit
1 >0 – 25 % bagian tanaman Ringan
sakit
2 >25 – 50 % bagian tanaaman Sedang
sakit
3 >50 – 75 % bagian tanaman Berat
sakit
4 >75% bagian tanaman sakit Sangat Berat

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pohon yang memiliki kerusakan dapat diidentifikasi secara visual atau kasat mata.
Kerusakan yang terjadi dapat disebabkanoleh manusia, hewan atau lingkungan sekitar.
Menurut) timbulnya penyakit, gulma, serangan hama, api, cuaca, dan satwa merupakan
penyebab kerusakan terjadi. Kerusakan ini menyebabkan terjadinya penurunan kesehatan
pohon. Kerusakan pada ambang tertentu bisa mengganggu kesehatan suatu hutan. Gejala
kerusakan yang telah diidentifikasi merupakan informasi penting yang dipertimbangkan dari
keadaan hutan dan tanda-tanda yang dapat mengakibatkan penyimpangan dari keadaan yang
diinginkan [7]
VTA merupakan cara yang sangat mudah untuk menemukan kerusakan pada pohon.
VTA dapat mengindetifikasi kerusakan pada pohon seperti Tajuk atau dahan mati (dead
trees, top or branches) , Masalah Perakaran (root problem), Kanker (Cankers), Pembusukan
batang atau cabang (stem or branch decay), Serangan Rayap (Termite attack), Simpul
cabang lemah (weak branch union), Arsitektur pohon yang buruk (poor tree architecture),
Retak (crack) , dan Parasit atau Benalu (parasite or mistletoe).
Dari penggunaan metode VTA pohon Sonokeling yang saya temukan terjadi 1
kecacatan yaitu Tajuk atau dahan mati (dead trees, top or branches). Oleh karena itu pohon
yang saya temukan dapat di kategorikan sebagai kerusakan tingkat ringan. Pohon yang
ditemukan memiliki diameter 22,92 cm dan tinggi 17 m.
Kecacatan ini terjadi disebabkan oleh kurangnya nutrisi yang tersalurkan pada salah
satu tajuk dan hanya terpusat pada tajuk yang terdapat di paling atas pohon yang
mengakibatkan salah satu tajuk yang berada di bagian bawahnya mati. Oleh karena itu harus
dilakukan perawatan lanjutan agar tidak terjadinya kecacatan pohon seperti ini.
4. KESIMPULAN

Jadi dapat disimpulkan bahwa Kesahatan hutan pada TWA Kerandangan utnuk
Pohon Sonokeling mengalami kerusakan ringan. Metode VTA sangat mudah dilakukan
untuk mengindentifikasi masalah kecacatan pada Pohon karena dengan kasat mata saja kita
sudah dapat menentukan kecacatan pada pohon. Pemeliharaan atau perawatan yang baik
dapat sangat diperlukan untuk menjaga pepohonan agar menjadi tetap lestar dan tegakan
tegakan yang ada di TWA Kerandangan tetap terjaga dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Martina, S., 2014. Dampak Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Putih
terhadap Kehidupan Sosial EkonomiMasyarakat. Pariwisata Vol. 1 No. 2.
[2] Safe’i R, Wulandari C, Kaskoyo H. 2019.
Penilaian Kesehatan Hutan pada Berbagai Tipe Hutan di Provinsi
Lampung. Jurnal Sylva Lestari
[3] Safe’i, R dan Tsani, M. K. (2016). Kesehatan Hutan: Penilaian Kesehatan Hutan
Menggunakan Teknik Forest Health Monitoring. Buku. Plantaxia.
[4] Safe’i, R. Wulandari, C. dan Kaskoyo, H. (2019). Penilaian kesehatan hutan pada
berbagai tipe hutan di provinsi lampung. Jurnal Sylva Lestari.
[5] Sumardi dan Widyastuti, M. S. (2002). Dasar-Dasar Perlindungan Hutan. Buku.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
[6] Yunasfi. (2002). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit dan
Penyakit yang Disebabkan oleh Jamur. Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatera Utara.
[7] Pracaya. (2008). Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta(ID):Penebar Swadaya

Anda mungkin juga menyukai