Anda di halaman 1dari 66

NAMA : SYAMSUL ALAMSYAH UPARA S.

Pd
KELAS : A PJOK

UNIT I
MATERI UMUM
DINAMIKA PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013

Uraian materi pelatihan ini terdiri atas 2 bagian. Bagian pertama adalah uraian singkat
mengenai dinamika perubahan dan pemutakhiran Kurikulum 2013. Uraian ini sekaligus
sebagai pengantar untuk bagian kedua. Bagian kedua berisi uraian tentang Kompetensi,
Materi, dan Pembelajaran.

I. DINAMIKA PERUBAHAN DAN PEMUTAKHIRAN KURIKULUM 2013

A. Mengapa kurikulum perlu dimutakhirkan?


Perangkat Kurikulum 2013 (baik sebelum maupun sesudah mengalami perubahan) mencakup
beberapa dokumen, yaitu terdiri atas: 1) Standar Kompetensi Lulusan, 2) Kerangka Dasar
Kurikulum, 3) Struktur Kurikulum, 4) Silabus, 5) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, 6) Buku
Pedoman, dan 7) Buku Teks Pelajaran. Pada perubahan dan pemutakhiran Kurikulum 2013
yang telah dilaksanakan, penamaan kurikulum, Standar Kompetensi Lulusan dan kerangka
dasar kurikulum tidak mengalami perubahan. Sedangkan pada struktur kurikulum terjadi
perubahan, khususnya penataan ulang Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan silabus.
Demikian pula pada konteks pembelajaran, penilaian, dan buku teks pelajaran juga terdapat
penyesuaian-penyesuaian. Dengan demikian, tiga isu krusial tentang hasil perbaikan
kurikulum, yakni 1) perubahan nama kurikulum, 2) perubahan nama mata pelajaran, dan 3)
jumlah jam pelajaran tidak mengalami perubahan. Data itu, diperkuat hasil pembahasan
perbaikan Kurikulum 2013 sejak bulan November 2015 menunjukkan gambaran tidak ada
kemauan kebijakan yang akan mengubah, terutama Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
Kompetensi Inti (KI) sebagai organisasi pengikat, dan kerangka dasar dan struktur kurikulum.

B. Apa esensinya dalam pelatihan guru perlu mengetahui semangat perubahan dan
pemutakhiran kurikulum?
Dinamika perubahan dan pemutakhiran Kurikulum 2013 serta strategisnya fungsi pelatihan
implementasi kurikulum yang dikemukakan di atas, risalah terhadap pentingnya pelatihan
kurikulum menjadi menarik. Menarik dalam arti, karena akan bisa memberi gambaran
jawaban atas salah satu dari motto pelatihan bahwa guru merupakan duta bangsa, meminjam
istilah Mendikbud Anies Baswedan, apabila kepadanya ditorehkan predikat “pelukis masa
depan bangsa”. Karena Kurikulum 2013 itu sendiri merupakan muatan yang harus dimiliki
siswa yang akan menjalani kehidupan masa depan sebagai insan berkarakter, berkembang
dalam masyarakat, dan akan membangun masyarakat dalam ekosistem pendidikan dan
kebudayaan yang berkarakter berlandasakan semangat gotong royong. Di samping juga,
bahwa pengalaman dalam mengikuti pelatihan Kurikulum 2013 itu sendiri akan lebih
bermakna apabila dapat menginspirasi semua pemangku kepentingan untuk meningkatkan
mutu pendidikan di Republik Indonesia tercinta ini, sehingga ke depan merupakan spirit
pengimplementasian yang berharga untuk mengawal kebijakan.

C. Seperti apa kandungan Kurikulum 2013 sebelum perubahan dan pemutakhiran?


Secara umum, konsepsi kurikulum selalu terkait dengan perubahan-perubahan strategis yang
terjadi di masyarakat, seperti kepemimpinan, sistem politik, ilmu pengetahuan, teknologi,
sosial, budaya/seni, sistem ekonomi, moralitas/etika, keberagamaan, pertumbuhan
penduduk, dan globalisasi. Secara teoritik, kurikulum adalah program pendidikan untuk
menyiapkan generasi muda bangsa yang akan berkontribusi setelah mereka menyelesaikan
pendidikan dan menjadi anggota masyarakat. Sebagai program pendidikan, kurikulum selalu
berakar pada budaya bangsa, berdasarkan kehidupan masa lalu dan masa kini, dan
berorientasi kepada prediksi kehidupan masa depan. Karenanya, perubahan kurikulum adalah
sesuatu yang tak terelakkan (Taba, 1962; Tyler, 1969; Tanner dan Tanner, 1980; Oliva, 1988;
Print, 1993; Wiles and Bondi, 1993; Schubert, 1997; Scchiro, 2008). Berdasarkan pernyataan
tersebut dapat dimaknai bahwa perubahan kurikulum bukan merupakan kegiatan rutin yang
mesti dilakukan, tetapi dilakukan jika memang kondisinya menghendaki perubahan karena
terdapat ketidakselarasan aspeknya.

Pegembangan kurikulum lazimnya berkaitan dengan ide, perancangan, dokumen, dan


pengimplementasiannya. Pancasila sebagai suatu filosofis kehidupan bangsa senantiasa
menginspirasi ide dasar pengembangan Kurikulum 2013. Filosofi tersebut menjadi sesuatu
nilai yang selalu diterapkan dalam kehidupan sehingga manusia Indonesia yang
dikembangkan melalui kurikulum pendidikan haruslah: 1) manusia yang beragama dan
menghormati agama orang lain; 2) cinta bangsa, tanah air, dan negara; 3) memiliki kepedulian
untuk mengembangkan kehidupan kebangsaan, sosial dan ekonomi yang berkeadilan; 4)
demokratis yang mampu menghargai pluralisme sosial dan budaya; dan 5) mampu
berkontribusi untuk mewujudkan kehidupan umat manusia yang bermartabat dan saling
menghargai. Untuk itu, Kurikulum 2013 haruslah mengembangkan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang menempatkan budaya Indonesia sebagai dasar pengembangan pendidikan
Indonesia yang mampu dan bermanfaat untuk mengembangkan kualitas manusia Indonesia,
bukan manusia yang berbudaya lain.

Dengan menempatkan Pancasila sebagai penggerak ide landasan, maka filosofi itu menjadi
tumpuan filosofi programatik pengembangan Kurikulum 2013, yaitu esensialisme,
perenialisme, rekonstruksi sosial, dan humanisme. Keempat filosofi ini digunakan secara
eklektik sesuai dengan kebutuhan Kurikulum 2013. Landasan esensialisme digunakan untuk
mengembangkan kemampuan intelektual berdasarkan pandangan disiplin ilmu. Landasan
perenialisme digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir rasional melalui
pewarisan nilai-nilai budaya dan kecermelangan bangsa. Landasan rekonstruksi sosial
digunakan untuk mengkaitkan apa yang dipelajari siswa di satuan pendidikan dengan
kehidupan masyarakat di sekitarnya. Landasan humanisme memberikan kebebasan kepada
siswa belajar dan posisinya sebagai subjek dalam belajar. Dengan kata lain, keempat filosofi
tersebut sekaligus dijadikan pendekatan dalam perancangan kurikulum.

Perancangan kurikulum berkenaan dengan organisasi konten kurikulum. Atas pemikiran itu,
maka konten Kurikulum 2013 bukan sekadar daftar mata pelajaran. Mata pelajaran adalah
unit terkecil dalam organisasi konten kurikulum yang saling terkait satu sama lain yang secara
konseptual menerapkan pendekatan kurikulum berbasis kompetensi (competency-based
curriculum). Dengan prinsip bahwa pengembangan kompetensi keterampilan dan kompetensi
sikap sebagai konten kurikulum yang termasuk kelompok konten berkembang (developmental
content), maka diperlukan penguatan-penguatan secara vertikal (dalam satu mata pelajaran)
dan horizontal (dalam setiap kegiatan pembelajaran antarmata pelajaran). Berbeda dengan
kompetensi pengetahuan dan keterampilan yang merupakan konten masteri (mastery
content) yang dapat dimiliki dalam satu pertemuan, konten kompetensi sikap yang
berkembang harus dibina dalam waktu panjang selama proses pendidikan berlangsung di
suatu jenjang pendidikan, dan bahkan mesti dilanjutkan di jenjang berikutnya.

Atas dasar kerangka pikir seperti itu, maka dalam perancangan Kurikulum 2013 diperlukan
suatu pengikat konten kurikulum (organising element). Kurikulum 2013 menggunakan
Kompetensi Inti (KI) sebagai organisasi pengikat. Organisasi pengikat tersebut mencakup
empat kompetensi, yaitu 1) sikap spiritual, 2) sikap sosial, 3) pengetahuan, dan 4)
keterampilan (penerapan pengetahuan). Oleh karena kompetensi ini dijadikan pengikat
konten, maka KI merupakan tujuan bagi siswa selama satu tahun. Dengan demikian, siswa
tidak hanya tahu tetapi mampu menggunakan pengetahuan dalam kehidupan sehingga
prinsip I see, I know, I do, and I understand dapat dibudayakan. Konteks dan kompetensi inti
menjadi dasar dalam pengembangan kurikulum yang diturunkan ke dalam kompetensi
masing-masing mata pelajaran. Artinya, keempat KI pada semua mata pelajaran memiliki
turunan kompetensi yang disebut Kompetensi Dasar (KD).

Setiap mata pelajaran memberikan kontribusi kompetensi dan juga KI sesuai dengan
karakteristiknya melalui semua jalur pembelajaran. Karenanya, dapat dikatakan bahwa
pencapaian kompetensi merupakan hasil kolaborasi setiap mata pelajaran. Karena itu, dalam
setiap mata pelajaran harus dikembangkan KD yang mengacu kepada keempat kompetensi
inti tersebut. Dengan pendekatan perancangan seperti itu, maka siswa akan berkembang
kemampuannya sekaligus menghasilkan berbagai bentuk aplikasi sehingga kemampuan
berpikir teknologis juga akan berkembang di samping kemampuan berpikir tingkat tinggi,
kreatif dan inovatif setelah mereka tamat pada jenjang satuan pendidikan tertentu, yang
dipandu dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Di mana SKL memberikan kerangka
konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai melalui kegiatan belajar dan
pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi selama
satuan waktu tertentu.

Jiwa dari pengimplementasian Kurikulum 2013 adalah pembelajaran, yakni diselenggarakan


secara interaktif, menyenangkan, menantang, inspiratif, memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta
psikologis siswa (Kemdikbud, 2014b). Pembelajaran seperti itu, intinya memberikan
pengalaman bagi siswa untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi manusia yang
memberi apa yang dimilikinya untuk membangun kehidupan yang lebih berkualitas.
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 adalah diarahkan guna mengembangkan potensi siswa
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu, dan dari tidak mau menjadi
mau. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap
(spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup
dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat
manusia.

Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan


berbasis proses keilmuan. Melalui penerapan pendekatan pembelajaran berbasis proses
keilmuan (saintifik), pembelajaran harus mengembangkan beragam kemampuan seperti
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen, mengolah informasi/asosiasi,
dan mengomunikasikan. Kelima kemampuan ini dapat dikembangkan sehingga setiap siswa
harus menguasainya. Strategi untuk menguasai setiap kemampuan itu sepenuhnya ditentukan
oleh guru di suatu lembaga pendidikan tetapi kemampuan-kemampuan tersebut menjadi
milik siswa dan mereka gunakan untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi lainnya.

Sementara itu, dalam konteks kurikulum berdasarkan kompetensi (competency-based


curriculum), dan pendekatan belajar tuntas (mastery learning) penilaian proses dan hasil
belajar merupkan parameter tingkat pencapaian kompetensi minimal. Untuk itu, Kurikulum
2013 mempersyaratkan penggunaan penilaian autentik (authentic assessment). Secara
paradigmatik penilaian autentik memerlukan perwujudan pembelajaran autentik (authentic
instruction) dan belajar autentik (authentic learning). Hal ini diyakini bahwa penilaian
autentik lebih mampu memberikan informasi kemampuan siswa secara holistik dan valid).
Dengan demikian, penilaian hasil belajar oleh guru adalah proses pengumpulan
informasi/bukti tentang capaian pembelajaran siswa dalam kompetensi sikap spiritual dan
sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara
terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran (Kemdikbud, 2014c).

Pada Tabel 1 berikut adalah contoh format KI-KD Kurikulum 2013 mata pelajaran IPA
SMP/MTs Kelas VII sebelum mengalami perubahan dan pemutakhiran.

Tabel 1. KI-KD Kurikulum 2013 IPA SMP Kelas VII


Sebelum Mengalami Perubahan

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menghargai dan menghayati 1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas


ajaran agama yang dianutnya ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi,
kehidupan dalam ekosistem, dan peranan
manusia dalam lingkungan serta
mewujudkannya dalam pengamalan ajaran
agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa
perilaku jujur, disiplin, ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun;
tanggungjawab, peduli hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis;
(toleransi, gotong royong), kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam
santun, percaya diri, dalam aktivitas sehari-hari
berinteraksi secara efektif 2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam
dengan lingkungan sosial dan aktivitas sehari-hari sebagai wujud
alam dalam jangkauan implementasi melaksanakan percobaan dan
pergaulan dan keberadaannya melaporkan hasil percobaan
2.3 dst
3. Memahami pengetahuan 3.1 Memahami konsep pengukuran berbagai
(faktual, konseptual, dan besaran yang ada pada diri, makhluk hidup, dan
prosedural) berdasarkan rasa lingkungan fisik sekitar sebagai bagian dari
ingin tahunya tentang ilmu observasi, serta pentingnya perumusan satuan
pengetahuan, teknologi, seni, terstandar (baku) dalam pengukuran
budaya terkait fenomena dan 3.2 Mengidentifikasi ciri hidup dan tak hidup dari
kejadian tampak mata benda-benda dan makhluk hidup yang ada di
lingkungan sekitar
3.3 dst
4. Mencoba, mengolah, dan 4.1 Menyajikan hasil pengukuran terhadap besaran-
menyaji dalam ranah konkret besaran pada diri, makhluk hidup, dan
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

(menggunakan, mengurai, lingkungan fisik dengan menggunakan satuan


merangkai, memodifikasi, dan tak baku dan satuan baku
membuat) dan ranah abstrak 4.2 Menyajikan hasil analisis data observasi
(menulis, membaca, terhadap benda (makhluk) hidup dan tak hidup
menghitung, menggambar, dan 4.3 dst
mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori

Format penyajian dalam Kurikulum 2013 sebagaimana pada Tabel 1 nampak bahwa KD pada
Kompetensi Inti 1 (KI-1) dan KD pada KI-2 dianggap kurang logis dikaitkan dengan
karakteristik mata pelajaran IPA. Oleh karena itu, perbaikan koherensi KI-KD dan
penyelarasan dokumen, dan penataan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial pada mata
pelajaran tersebut, dan pada semua mata pelajaran menjadi keniscayaan.

Di samping itu, perubahan dan pemutakhiran Kurikulum 2013 dikarenakan adanya alasan
lain, seperti 1) terindikasi adanya inkonsistensi antara KD dalam silabus dan buku teks
pelajaran (baik lingkup materi maupun urutannya); 2) belum ada pernyataan eksplisit dalam
dokumen kurikulum tentang perlunya siswa lebih melek teknologi; 3) format penilaian
dianggap terlalu rumit dan perlu penyederhanaan; 4) penegasan kembali pengertian
pembelajaran saintifik yang bukan satu-satunya pendekatan dalam proses pembelajaran di
kelas; dan 5) penyelerasan dan perbaikan teknis buku teks pelajaran agar mudah dipelajari
oleh siswa.

D. Seperti apa kandungan Kurikulum 2013 setelah mengalami perubahan dan


pemutakhiran?

Paling tidak terdapat dua landasan sebagai rujukan untuk mengadakan perubahan dan
pemutakhiran Kurikulum 2013 yang telah dilaksanakan secara bertahap bagi 6.221 sekolah
pada tahun 2013, yaitu 1) Surat Edaran Mendikbud Republik Indonesia Nomor
179342/MPK/KR/2014 Perihal Pelaksanan Kurikulum 2013 (Anonimous, 2014), dan 2)
Permendikbud Republik Indonesia Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum
Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 (Kemdikbud, 2014a). Dalam dua peraturan perundang-
undangan tersebut tersirat bahwa Kurikulum 2013 yang telah diimplementasikan perlu
diperbaiki karena terdapat ketidakselarasan antara ide dengan desain kurikulum hingga soal
ketidakselarasan gagasan dengan isi buku teks, dan ketidakselarasan gagasan pembelajaran
dengan implementasinya. Sinyal tersebut tampaknya akan mewarnai hasil perbaikan, yang
mengarah pada perubahan dan pemutakhiran Kurikulum 2013 yang ditugaskan kepada Pusat
Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk).

Dengan penugasan seperti itu, maka Puskurbuk menyelenggarakan berbagai pertemuan


dengan melibatkan beragam profesi untuk kajian-kajian. Simpulannya, bahwa perubahan dan
pemutakhiran Kurikulum 2013 diperlukan karena ada beberapa permasalahan, yaitu: 1)
ketidakselarasan antara KI-KD dengan silabus dan buku, 2) kompleksitas pembelajaran dan
penilaian pada sikap spiritual dan sikap sosial, 3) pembatasan kemampuan siswa melalui
pemenggalan taksonomi proses berpikir antarjenjang, dan 4) penerapan proses berpikir 5M
(mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen, mengolah informasi/asosiasi,
dan mengomunikasikan) sebagai metode pembelajaran yang bersifat prosedural dan
mekanistik sehingga terkesan kaku. Berdasarkan hal itu, maka perubahan dan perbaikan
kurikulum mencakup: koherensi KI-KD dan penyelarasan dokumen; penataan kompetensi
sikap spiritual dan sikap sosial pada semua mata pelajaran; penataan kompetensi yang tidak
dibatasi oleh pemenggalan taksonomi proses berpikir; dan pemberian ruang kreatif kepada
guru dalam mengimplementasikan kurikulum.

Secara programatik perubahan dan pemutakhiran Kurikulum 2013 dapat dikategorisasikan


ke dalam penyelarasan: 1) kompetensi inti, 2) kompetensi dasar, 3) silabus, 4) rencana
pelaksanaan pembelajaran, 5) pembelajaran, 6) penilaian, dan 7) buku teks pelajaran. Dengan
demikian, dapat dimaknai bahwa perbaikan Kurikulum 2013 tidak membongkar secara
keseluruhan dimensi kurikulum tetapi hanya sebagian semata. Hal ini juga dikuatkan oleh
pendapat para ahli kurikulum bahwa perbaikan kurikulum dapat didasarkan pada kurikulum
yang masih berlaku (Pinar, 2012; Oliva, 2013). Berkait dengan pemutakhiran suatu kurikulum,
Lucas dan Rawlins (2015) memperkenalkan model Pendekatan Revisi Kurikulum Komunikasi
Bisnis dengan istilah “kompetensi pivot”, yaitu bukan penciptaan kembali kurikulum
melainkan telaah posisi disiplin pengetahuan dan praktik terbaik dalam kerangka yang jelas,
mudah diingat, dan berorientasi profesional untuk membantu siswa membangun kompetensi
komunikasi yang dapat diaplikasikan di berbagai situasi bisnis merupakan hal yang penting.
Kajian ini mengindikasikan bahwa bukan merombak kurikulum yang diutamakan tetapi
penataan kompetensi yang dibutuhkan yang menjadi prioritasnya.

Sebagus apa pun dokumen kurikulum manakala pengimplementasiannya kurang bagus maka
hasilnya pasti juga kurang bagus. Karenanya, pemutakhiran berkait dengan
pengimplementasian Kurikulum 2013 harus memastikan terjadinya keselarasan antara
dokumen kurikulum (plan curriculum), pembelajaran (taught curriculum), dan hasil belajar
(learned curriculum). Dengan demikian, antara KI-KD, silabus, buku teks pelajaran,
pembelajaran, dan penilaian hasil belajar harus selaras. Untuk itu, perbaikan dokumen
kurikulum antara lain: penyelaraskan KI-KD, silabus, dan buku teks pelajaran; kesinambungan
keluasan-kedalaman KD (scope) dan urutan (sequence) secara vertikal (kelas I sampai dengan
XII); keselarasan keluasan-kedalaman KD (scope) dan urutan (sequence) secara horizontal
(antarmata pelajaran) mesti tampak tersurat.

Perubahan dan Pemutakhiran Kompetensi Inti


Ide kurikulum berkait dengan ruh Kompetensi Inti tidak mengalami perubahan. Yang
ada adalah penyelarasan KD dan penataan sikap spiritual dan sikap sosial terhadap mata
pelajaran. Perubahan dan pemutakhiran pada dua kompetensi inti, yakni kompetensi sikap
spiritual dan sikap sosial adalah menyelaraskan KI-KD-nya pada semua mata pelajaran,
kecuali KI-KD untuk dua mata pelajaran Pendidikan Agama-Budi Pekerti dan mata pelajaran
PPKn. Pada kedua mata pelajaran tersebut, kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial
dilaksanakan melalui pembelajaran langsung (direct teaching) dan tidak langsung (indirect
teaching). Pemutakhiran Kurikulum 2013 menetapkan bahwa KI-1 dan KI-2 tidak dijabarkan
ke dalam KD, kecuali mata pelajaran Agama dan Budi Pekerti dan PPKn. Hal tersebut
berimplikasi bahwa kompetensi inti pada kedua mata pelajaran tersebut memiliki turunan
KD, misalnya kompetensi sikap spiritual (KI-1) turunan KD-nya mulai dari KD-1.1; KD-1.2;
KD-1.3 dan seterusnya. Sedangkan kompetensi sikap sosial (KI-2) juga memiliki turunan KD,
mulai KD-2.1; KD-2.2; KD-2.3 dan seterusnya. Kedua kompetensi sikap tersebut diperlukan
pembelajaran langsung dengan penekanan dan penguasaan konsep dan/atau perubahan
perilaku dengan pendekatan deduktif.
Pada Tabel 2 adalah contoh KI-KD kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial pada mata
pelajaran Pendidikan Agama-Budi Pekerti SMP/MTs Kelas VII.

Tabel 2. KI-KD Pendidikan Agama-Budi Pekerti SMP/MTs Kelas VII.


KOMPETENSI INTI 1 (SIKAP SPIRITUAL) KOMPETENSI INTI 2 (SIKAP SOSIAL)

1. menghargai dan menghayati ajaran agama yang 2. menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
dianutnya jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun,
percaya diri dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

1.1 terbiasa membaca al-Qur’an dengan 2.1 menunjukkan perilaku semangat


meyakini bahwa Allah Swt. akan menuntut ilmu sebagai implementasi Q.S.
meninggikan derajat orang yang al-Mujadilah/58: 11, Q.S. ar-Rahman /55:
beriman dan berilmu 33 dan Hadis terkait

1.2 terbiasa membaca al-Qur’an dengan 2.2 menunjukkan perilaku ikhlas,


meyakini bahwa Allah Swt. mencintai sabar, dan pemaaf sebagai implementasi
orang-orang yang ikhlas, sabar, dan pemahaman Q.S. an-Nisa/4: 146, Q.S. al-
pemaaf Baqarah/2: 153, dan Q.S. Ali Imran/3:
134, dan Hadis terkait

1.3 meyakini bahwa Allah Swt. Maha 2.3 menunjukkan perilaku percaya
Mengetahui, Maha Waspada, Maha diri, tekun, teliti, dan kerja keras sebagai
Mendengar, dan Maha Melihat implementasi makna al-’Alim, al- Khabir,
as-Sami’, dan al-Bashir

Sumber: Puskurbuk. 2016. KI-KD Kurikulum 2013 Hasil Perbaikan Versi 19022016.

Pada Tabel 3. adalah contoh KI-KD kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial pada mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMP/MTs Kelas VII.

Tabel 3. KI-KD Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMP/MTs Kelas VII.


KOMPETENSI INTI 1 (SIKAP SPIRITUAL) KOMPETENSI INTI 2 (SIKAP SOSIAL)

1. menghargai dan menghayati ajaran agama 2. menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
yang dianutnya jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun,
dan percaya diri dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

1.1 mensyukuri proses perumusan dan 2.1 menghargai proses perumusan dan penetapan
penetapan Pancasila sebagai Dasar Pancasila sebagai dasar Negara
Negara
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

1.2 menghargai norma-norma yang 2.2 mematuhi norma-norma yang berlaku dalam
berlaku dalam kehidupan kehidupan bermasyarakat untuk mewujudkan
keadilan
bermasyarakat dengan jujur sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa

1.3 menghayati nilai kesejarahan 2.3 mendukung nilai kesejarahan perumusan dan
perumusan dan pengesahan Undang- pengesahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Sumber: Puskurbuk. 2016. KI-KD Kurikulum 2013 Hasil Perbaikan Versi 19022016.

Sementara itu, pada mata pelajaran selain Pendidikan Agama-Budi Pekerti dan mata pelajaran
PPKn, pembelajaran kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial dilaksanakan melalui
pembelajaran tidak langsung (indirect teaching). Dengan kata lain, KI-1 (sikap spiritual) dan
KI-2 (sikap sosial) tidak memiliki turunan KD tetapi menjadi payung dalam proses
pembelajaran kompetensi dasar KI-3 (pengetahuan) dan KI-4 (keterampilan/kecakapan).
Berikut contoh model rumusan/penulisan KI-1 dan KI-2 untuk mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII hasil pemutakhiran.

KOMPETENSI INTI (KI-1 dan KI-2)


ILMU PENGETAHUAN ALAM SMP/MTs

KELAS: VII
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap
sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses
pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual, yaitu siswa mampu “Menghargai dan menghayati ajaran
agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial, yaitu siswa mampu
“Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong),
santun, dan percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui
pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya
sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi
siswa.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran
berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan
karakter siswa lebih lanjut (Sumber: Puskurbuk. 2016. KI-KD Kurikulum 2013 Hasil Perbaikan
Versi 19022016).

Perubahan dan Pemutakhiran Kompetensi Dasar


Pada dokumen Kurikulum 2013 sebelum pemutakhiran, rumusan penulisan KD dibatasi oleh
taksonomi, seperti di SD hanya sampai pada tingkat memahami, SMP sampai tingkat
menerapkan, dan di SMA sampai tingkat membuat/mencipta. Demikian pula pola dimensi
kategori pengetahuan, di SD hanya sampai konseptual, SMP sampai prosedural, dan SMA
metakognitif. Pola penataan seperti ini berdampak pada proses pembelajaran, di mana seolah-
seolah siswa cukup sampai pada berpikir tingkat rendah, yaitu memahami, sedangkan
berpikir tingkat tinggi baru akan diterapkan pada level SMA. Hal ini tidak sejalan dengan
prinsip belajar berkelanjutan dan berlangsung secara kontinum. Karena itu, pada dokumen
perubahan dan pemutakhiran, tidak ada lagi pembatasan berdasarkan taksonomi tersebut.

Proses perubahan dan pemutakhiran kompetensi dasar menggunakan prinsip bahwa KD


bersifat dapat dipelajari (learnable), dapat diajarkan (teachable), dapat diukur (measurable),
dan layak dipelajari (worth to learn). Lingkup kompetensi dan materi yang dirumuskan dalam
KD mudah dipelajari oleh siswa sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis dan aspek
pedagogis. Lingkup kompetensi dan materi yang dirumuskan pada KD mudah diajarkan oleh
guru sesuai dengan gaya belajar siswa, karakteristik mata pelajaran, karakteristik kompetensi,
dan sumber belajar yang ada di lingkungan. Kompetensi dan materi yang diajarkan terukur
melalui indikator yang mudah dirumuskan dan layak dilaksanakan. Kompetensi dan materi
yang diajarkan mempunyai kebermaknaan bagi siswa sebagai bekal kehidupan.

Kompetensi Dasar, merupakana kriteria capaian pembelajaran suatu mata pelajaran atau
muatan yang pada akhirnya berujung secara praksis dikembangkan secara potensial-aktual
sehingga menjadi kompetensi-kompetensi (sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan) siswa melalui proses belajar, pembelajaran, serta kehidupan nyata. Perubahan
dan pemutakhiran rumusan KI-KD untuk KI-3 (kompetensi pengetahuan) dan KI-4
(kompetensi keterampilan) menggunakan landasan pengembangan tujuan menurut Anderson
dan Krathwohl (2001). Menurut Anderson dan Krathwohl, penulisan tujuan pembelajaran
dalam bentuk kompetensi merupakan perpaduan/pertemuan antara sumbu X sebagai
dimensi proses kognitif/berpikir dan dimensi kategori pengetahuan. Dimensi proses
kognitif/berpikir dimulai dari proses kognitif tingkat rendah (low order thinking) sampai
tingkat tinggi (high order thinking), yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, dan membuat/mencipta. Sedangkan dimensi kategori pengetahuan, yaitu
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif (lihat Tabel 4).

Tabel 4. Dimensi Proses Kognitif/Berpikir dan Dimensi Kategori Pengetahuan


Remember) Understand Apply Analyze Evaluate Create

(Factual List Summarize Classify Order Rank Combine


Knowledg
e
(Conceptu Describe Interpret Experiment Explain Assess Plan
al
Knowledg
e
(Procedur Tabulate Predict Calculate Differentiat Conclude Compose
al e
Knowledg
e
(Metacog Appropriat Execute Construct Achieve Action Actualise
nitive e
Knowledg Use
e
Kategori Dimensi Proses Berpikir
Pengetahuan
Sumber: Anderson’s et al. (2001) Cognitive Revised Domain.

Pada pemutakhiran Kurikulum 2013 penyusunan KD pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah tidak dibatasi lagi oleh tingkatan taksonomi. Dengan demikian, pada sekolah dasar,
misalnya siswa juga dapat membangun kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order
thinking skill) dengan berbagai kategori pengetahuan dari mulai pengetahuan sederhana
sampai dengan pengetahuan yang kompleks. Sementara itu, pada tingkat sekolah menengah
siswa juga dapat membangun pemahaman pengetahuan faktual sesuai dengan karakteristik
mata pelajaran dan materi pembelajaran. Semakin tinggi tingkatan kelas, kemampuan siswa
dibedakan pada kompleksitas jenis pengetahuan. Karenanya, akan semakin mendalam pula
cakupan pengetahuan yang akan dikuasai oleh siswa sesuai dengan tingkatan perkembangan
usia mereka.

Pola penulisan satu KD disusun oleh dua unsur, unsur pertama adalah kata kerja yang
menunjukkan tingkatan berpikir dan tingkatan kecakapan, yaitu mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta, serta unsur ke dua, yaitu kata benda
atau kata kerja yang terdiri dari berbagai jenis pengetahuan antara lain: pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif yang diharapkan dicapai atau dibentuk oleh siswa.
Penggambaran ini sangat diperlukan dalam pengorganisasian kurikulum (curriculum
organization) yang dimutakhirkan untuk mengatur konsistensi dan koherensi setiap mata
pelajaran atau muatan untuk menerapkan kriteria: lingkup isi (scope and depth), urutan
(sequence), keberlanjutan (continuity), dan keterintegrasian (integration) secara sistemik
internal mata pelajaran dan eksternal antarmata pelajaran, dan secara holistik/utuh dalam
suatu jenis/satuan pendidikan.

Dengan merujuk pada Tabel 4 maka gradasi dan keselarasan dalam pengorganisasian KD
dapat digambarkan pada Tabel 5 berikut ini. Di mana semakin kompleks tingkat proses
berpikir yang disajikan KD (kata kerja) akan semakin dalam pula pengetahuan (kata benda)
yang diharapkan untuk mencapai kompetensi. Karena memang revisi taksonomi Bloom
menurut Anderson dan Krathwohl (2001), dimaksudkan pada daya aplikasinya terhadap
pengembangan kurikulum, desain instruksional, penilaian, dan gabungan ketiganya.

Tabel 5. Keterkaitan antara Dimensi Kognitif (Proses Berpikir)


dengan Dimensi Pengetahuan

Dimensi Mencipta
Proses
Kognitif Mengevaluasi

Menganalisis
Menerapkan

Memahami

Mengingat

Faktual Konseptual Prosedural Metakognitif

Dimensi Pengetahuan
Sumber: Adaptasi dari Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001.

Berikut pada Tabel 6 adalah contoh KI-KD 3 dan KI-KD 4 perubahan dan pemutakhiran untuk
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VII SMP/MTs.

Tabel 6. Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan IPA


Kelas VII SMP/MTs
KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)

3. memahami pengetahuan (faktual, 4. mencoba, mengolah, dan menyaji


konseptual, dan prosedural) dalam ranah konkret (menggunakan,
berdasarkan rasa ingin tahunya mengurai, merangkai, memodifikasi,
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan membuat) dan ranah abstrak
seni, budaya terkait fenomena dan (menulis, membaca, menghitung,
kejadian tampak mata menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

3.1 menerapkan konsep 4.1 menyajikan data hasil pengukuran


pengukuran berbagai besaran yang dengan alat ukur yang sesuai pada
ada pada diri sendiri, makhluk hidup diri sendiri, makhluk hidup lain, dan
lain, dan benda-benda di sekitar, benda-benda di sekitar dengan
serta pentingnya penggunaan satuan menggunakan satuan tak baku dan
standar (baku) dalam pengukuran satuan baku

3.2 mengklasifikasikan makhluk hidup 4.2 menyajikan hasil pengklasifikasian


dan benda berdasarkan karakteristik makhluk hidup dan benda di
yang diamati lingkungan sekitar berdasarkan
karakteristik yang diamati

3.3 memahami konsep campuran 4.3 menyajikan hasil penyelidikan atau


dan zat tunggal (unsur dan karya tentang sifat larutan,
senyawa), sifat fisika dan kimia, perubahan fisika dan perubahan
perubahan fisika dan kimia dalam kimia, atau pemisahan campuran
kehidupan sehari-hari

3.4 memahami konsep suhu, 4.4 melakukan percobaan untuk


pemuaian, kalor, perpindahan kalor, menyelidiki pengaruh kalor terhadap
dan penerapannya dalam kehidupan suhu dan wujud benda serta
sehari-hari termasuk mekanisme perpindahan kalor
menjaga kestabilan suhu tubuh pada
manusia dan hewan

3.5 dst 4.5 dst

Sumber: Puskurbuk. 2016. KI-KD Kurikulum 2013 Hasil Perbaikan Versi 19022016.

Perubahan dan Pemutakhiran Silabus dan Pembelajaran


Silabus yang telah dipersiapkan oleh pemerintah ternyata dikeluhkan karena dirasa cukup
membelenggu kreativitas guru dalam mengembangkan dan mengelola pembelajaran. Salah
satu yang dianggap membelenggu adalah dengan mencantumkan pendekatan saintifik, yang
khas 5M-nya, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi,
dan mengomunikasikan dalam kolom pembelajaran pada silabus. Akibat pencantuman itu,
guru menganggap bahwa 5M adalah prosedur pembelajaran yang baku dan harus diikuti
secara prosedural. Di samping diangap dan disikapi sebagai prosedur baku, 5M juga dipahami
sebagai satu-satunya pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran untuk semua mata
pelajaran. Hal ini menyulitkan guru dalam pengimplementasian untuk mata-mata pelajaran
tertentu.

Pada perbaikan dokumen Kurikulum 2013 ditekankan bahwa pendekatan saintifik dengan
5M-nya bukan satu-satunya pendekatan pembelajaran dan bukanlah prosedur atau langkah-
langkah yang kaku. Pendekatan 5M merupakan kemampuan proses berpikir yang perlu
dilatihkan kepada siswa secara terus menerus melalui pembelajaran agar mereka terbiasa
berpikir secara saintifik. Aktivitas mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba,
mengasosiasi, dan mengomunikasikan bukanlah prosedur baku atau urutan langkah-langkah
pembelajaran yang kaku, tetapi merupakan kemampuan atau proses berpikir yang perlu
dibiasakan agar siswa terbiasa berpikir ilmiah. Kemampuan tersebut harus dilatihkan secara
terus menerus sehingga mendorong setiap siswa untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat
dan bersikap ilmiah dalam kehidupan. Kondisi ini dibangun oleh ekosistem pendidikan di
sekolah melalui pembelajaran berbasis aktivitas dan pendekatan keilmuan.

Pembelajaran dikembangkan dan diimplementasikan berdasarkan karakteristik mata


pelajaran dan karakteristik KD mata pelajaran. KD akan dicapai melalui pemberian
pengalaman belajar yang bervariasi sesuai dengan konteks dan kearifan serta keunggulan
lokal, kebutuhan siswa, berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills) sesuai dengan
tuntutan kebutuhan kompetensi abad ke-21. Hasil pemutakhiran Kurikulum 2013 juga
mendorong guru untuk diberikan keleluasaan dalam mengembangkan pengalaman belajar
atau pendekatan-pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran,
kompetensi, materi pelajaran, dan kondisi daerah. Misalnya, dalam mata pelajaran bahasa
digunakan pendekatan pembelajaran berbasis genre, dalam mata pelajaran Agama Katholik
digunakan pendekatan pembelajaran Kateketis.

Model-model pembelajaran beserta sintaknya (seperti discovery learning, problem based


learning, project based learning) tetap dapat digunakan sesuai dengan karakteristik KD, materi
pelajaran yang akan dicapai oleh siswa. Guru diberikan ruang yang seluas-luasnya untuk
menerapkan berbagai model-model pembelajaran lain, seperti Model Pembelajaran
Kooperatif (Cooperative Learning), Pembelajaran Tematik Terpadu. Dengan kata lain, guru
tidak disibukkan dengan penamaan pendekatan dan model pembelajaran yang digunakan,
akan tetapi lebih menekankan pada variasi pengalaman-pengalaman belajar yang akan
dilakukan oleh siswa.

Atas dasar kerangka pikir seperti itu, maka silabus difokuskan pada: 1) penataan penulisan
dan format agar mudah dipahami oleh guru (berisi: KD, materi pembelajaran, dan kegiatan
pembelajaran); 2) pemberian eksplanasi yang lebih jelas terhadap karakteristik mata
pelajaran, lingkup kompetensi, dan materi pembelajaran; 3) kontekstualisasi pembelajaran
turut menjadi penekanan; dan 4) silabus yang disiapkan pemerintah merupakan salah satu
model untuk memberi inspirasi guru. Dengan demikian, guru dapat mengembangkannya
sesuai konteks yang relevan. Begitu pula dalam pembelajaran tematik (SD) guru dapat
mengembangkan tema dan subtema sesuai konteks yang relevan.

Dengan demikian, silabus hasil pemutakhiran bersifat fleksibel, kontekstual, dan memberikan
kesempatan kepada guru untuk mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran, serta
mengakomodasi keungulan-keunggulan lokal. Uraian kegiatan pembelajaran yang terdapat
dalam silabus merupakan alternatif kegiatan yang dirancang berbasis aktivitas. Pembelajaran
tersebut merupakan alternatif dan inspiratif, sehingga guru dapat mengembangkan berbagai
model yang sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran. Dalam melaksanakan
silabus ini guru diharapkan kreatif dalam pengembangan materi, pengelolaan proses
pembelajaran, penggunaan metode dan model pembelajaran, yang disesuaikan dengan situasi
dan kondisi masyarakat serta tingkat perkembangan kemampuan siswa.

Cakupan pengembangan materi maknanya cukup luas, karena dapat berupa: muatan lokal,
diversifikasi kurikulum, kearifan dan keunggulan lokal, dan karakteristik lainnya sesuai
kekhasan masing-masing daerah. Berkait dengan diversifikasi kurikulum, salah satu hasil
kajian Sutjipto (2015) menyebutkan bahwa konten diversifikasi kurikulum dapat dimulai dari
ide, perancangan, implementasi dan evaluasi kurikulum yang cakupannya mulai dari penataan
struktur, pemilihan bahan kajian yang esensial baik secara utuh maupun merupakan
penjabaran dari standar yang ada. Hasil kajian ini sejalan dengan semangat silabus bahwa
konten dan kegiatan pembelajaran pada silabus dapat diperkaya sesuai dengan sumber daya
yang ada di daerah/sekolah dan siswa. Begitu pula dengan perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi, maka dalam pembelajaran seyogianya juga dapat mengakses kemajuan
teknologi tersebut sebagai sarana, sumber belajar maupun media pembelajaran.

Perubahan dan Pemutakhiran Penilaian


Pembelajaran dan penilaian merupakan satu kesatuan. Pembelajaran berangkat dari hasil
berupa data dan informasi tentang pencapaian kompetensi oleh setiap siswa. Dengan kata
lain, pembelajaran merupakan tindak lanjut yang dibutuhkan oleh setiap siswa berdasarkan
hasil penilaian. Dalam konteks ini, penilaian merupakan penggerak dari proses pembelajaran.
Sedangkan penilaian dalam Kurikulum 2013 mengacu kepada tujuan kurikulum yang
mencakup empat kompetensi, yaitu: 1) kompetensi sikap spiritual, 2) sikap sosial, 3)
pengetahuan, dan 4) keterampilan. Keempat kompetensi tersebut dicapai melalui proses
pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan nonkurikuler/ekstrakurikuler.

Kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial merupakan kompetensi yang akan diraih oleh
siswa sebagai nurturant effect dari pembelajaran pengetahuan dan keterampilan. Oleh karena
itu, penilaianya tidak dikaitkan dengan KD mata pelajaran terkecuali untuk mata pelajaran
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn. Perubahan dan pemutakhiran Kurikulum 2013
menetapkan bahwa KI-1 dan KI-2 tidak dijabarkan ke dalam KD, kecuali mata pelajaran
Agama dan Budi Pekerta dan PPKn. Oleh karena itu, guru mata pelajaran selain Agama dan
Budi Pekerta dan PPKn tidak memberikan penilaian sikap yang dikaitkan dengan KD-KD mata
pelajaran. Guru mata pelajaran tersebut hanya memberikan penilaian umum tentang sikap
sebagai masukan untuk pelaporan nilai sikap yang akan dirumuskan oleh guru kelas/wali
kelas. Hal ini dipandang lebih sederhana dan memudahkan dalam melakukan penilaian sikap
oleh seluruh guru mata pelajaran.

Penilaian sikap sesungguhnya dimaksudkan untuk penumbuhan, pengembangan, dan


pembinaan kompetensi sikap yang dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung,
dan dapat digunakan sebagai dasar pengembangan karakter siswa lebih lanjut. Oleh sebab
itu, penilaian sikap hakikatnya bukan memberikan justifikasi pada posisi sikap anak,
melainkan sebagai dasar untuk pembinaan agar siswa memiliki sikap spiritual dan sosial
sebagaimana yang ditetapkan dalam kurikulum.

Sedangkan untuk penilaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan dilaksanakan melalui


berbagai cara sesuai dengan karakteristik KD yang dijabarkan dalam indikator. Intinya, dalam
proses penilaian pada pembelajaran Kurikulum 2013, ditekankan untuk: 1) mengukur tingkat
berpikir siswa mulai dari rendah sampai tinggi, 2) menekankan pada pertanyaan yang
membutuhkan pemikiran mendalam (bukan sekadar hafalan), 3) mengukur proses kerja
sama, bukan hanya hasil kerja, (4) menggunakan portofolio pembelajaran siswa.

Teknik penilaian pengetahuan dapat dilaksanakan dengan salah satu cara dari berbagai cara,
seperti tes tulis, tes lisan dan penugasan. Ini bukan berarti bahwa setiap KD pengetahuan
harus dinilai melalui tiga cara tersebut. Akan tetapi, guru dapat memilih cara yang paling
sesuai dengan karakteristik KD dan indikatornya. Demikian juga dengan penilaian kompetensi
keterampilan juga dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari berbagai cara,
misalnya menggunakan praktik/kinerja, proyek, porto folio, atau penugasan. Ini juga bukan
berarti bahwa satu KD keterampilan harus dinilai dengan keseluruhan cara tersebut. Akan
tetapi guru dapat memilih cara atau teknik yang paling tepat sesuai dengan karakteristik KD
keterampilan dan indikatornya.

Pemutakhiran juga dilakukan terhadap skala penilaian. Skala penilaian yang semula
menggunakan skala 1 – 4 diubah menjadi skala 0 – 100 (Kemdikbud, 2015a). Dalam peraturan
perundang-undangan tersebut juga diatur tentang kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
ditetapkan oleh satuan pendidikan, yang dalam peraturan perundang-undangan sebelumnya
KKM tersebut ditetapkan secara nasional.

Sementara itu, penilaian kelas (classroom assessment) yang dilakukan sehari-hari oleh guru
merupakan penilaian formatif yang berfungsi sebagai diagnostik. Sebagai fungsi diagnostik,
hasil penilaian tersebut menjadi dasar untuk pembinaan terhadap siswa yang bersangkutan
sesuai dengan apa yang dibutuhkannya, pengayaan atau remedial. Penilaian oleh satuan
pendidikan dilakukan pada akhir semester, akhir tahun, dan akhir jenjang. Penilaian oleh
satuan pendidikan, di samping sebagai penilaian formatif, juga merupakan penilaian sumatif.
Di samping penilaian oleh satuan pendidikan, perlu juga dilakukan penilaian eksternal untuk
melihat kemajuan dan pemetaan yang dilakukan melalui survei atau sensus untuk keperluan
peningkatan mutu pelayanan pendidikan. Demikain juga dengan ujian nasional yang
dilakukan oleh pemerintah yang dilakukan dalam rangka meningkatkan pelayanan agar siswa
mencapai hasil yang diharapkan.
Perubahan dan Pemutakhiran terhadap Buku Pelajaran
Perubahan dan pemutakhiran buku teks pelajaran untuk Kurikulum 2013 meliputi hal-hal
sebagai berikut: 1) menyelaraskan isi buku terhadap perubahan KI-KD dan pembelajaran; 2)
memastikan kembali tidak ada materi dan ilustrasi yang kontroversi, seperti kekerasan, SARA,
etika, dan kesusilaan; 3) memastikan kredensial penulis, penelaah, penilai, dan pereviu secara
terbuka dan dapat dihubungi oleh pengguna/pembaca; 4) mengembangkan pembelajaran
yang menumbuhkan toleransi, hidup bersama secara harmonis dan damai; 5) penataan
kembali buku Tematik Terpadu di SD agar selaras antara KD-KD dengan pembelajaran
antarmata pelajaran yang terikat dalam satu tema atau subtema; 6) tahapan pendekatan
saintifik (5M) tidak perlu dituliskan dalam buku.

Di samping itu, terdapat kebijakan berkait dengan buku pelajaran, yaitu bahwa: 1) buku lama
Kurikulum 2013 tetap dapat digunakan sebagai sumber belajar, 2) buku teks pelajaran buatan
pemerintah bukan satu-satunya sumber belajar utama, dan 3) penerbitan buku teks pelajaran
dapat dilakukan oleh Kemdikbud atau swasta (Kemdikbud, 2016c).

II. KOMPETENSI, MATERI, DAN PEMBELAJARAN

E. Mengapa perlu kurikulum?

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara
yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah siklus mulai dari ide ke dalam desain
kurikulum, dari desain kurikulum ke dokumen kurikulum, dari dokumen kurikulum ke
implementasi, dan dari implementasi ke hasil dan dampak kurikulum, serta dari hasil dan
dampak kurikulum menjadi masukan ke perbaikan ide kurikulum yang akan datang. Siklus
tersebut berjalan secara terus menerus sesuai dengan tuntutan zaman, kebutuhan peserta
didik, kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban bangsa.

F. Faktor apa saja yang menjadi pertimbangan pengembangan Kurikulum 2013?

Terdapat dua faktor utama sebagai dasar pengembangan Kurikulum 2013.

1. Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan
pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.

Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari
pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif
(15 – 64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun
dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai
puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu
tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia
usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya
manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi
beban.

2. Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait
dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri
kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi
akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi
masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade
Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-
Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan
eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas
teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan
Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga
menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa
kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya
materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.

G. Pola pikir seperti apa yang dianut dalam pengembangan Kurikulum 2013?

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut.

1. Penguatan pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.


Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari dan
gaya belajarnya (learning style) untuk memiliki kompetensi yang sama.
2. Penguatan pola pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-
lingkungan alam, sumber/media lainnya).
3. Penguatan pola pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu
dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui
berbagai sumber dan media).
4. Penguatan pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari
semakin diperkuat dengan pengalaman belajar yang bervariasi).
5. Penguatan pola belajar mandiri dan kolaborasi.
6. Penguatan pembelajaran berbasis multimedia;
7. Penguatan pola pembelajaran berbasis klasikal-massal dengan tetap memperhatikan
pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik.
8. Penguatan pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines), dan
9. Penguatan pola pembelajaran kritis, menyelesaikan masalah (problem solving), inovatif,
dan kreatif.
Penguatan tata kelola Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut.
1. Penguatan tata kerja guru lebih bersifat kolaboratif;
2. Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala
sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader).
3. Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan
keberlangsungan proses pembelajaran.

H. Karakteristik muatan kurikulum yang seperti apa agar pendidikan di Indonesia


sejajar dengan negara lain?

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut.


1. Mengembangkan keseimbangan antara sikap ( spiritual dan sosial), pengetahuan,
dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
2. Menempatkan sekolah sebagai bagian dari
masyarakat yang memberikan pengalaman belajar agar peserta didik
mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar.
3. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
4. Mengembangkan Kompetensi Dasar dalam berbagai mata pelajaran yang
diorganisasikan melalui Kompetensi Inti (organizing elements).
5. Mengembangkan Kompetensi Dasar berdasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata pelajaran dan jenjang
pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
6. Mengembangkan Kompetensi Dasar juga berdasarkan pada prinsip keselarasan
(alignment), mudah dipelajari (learnable), mudah diajarkan (teachable), terukur
(measurable) dan bermakna untuk dipelajari (worth to be learnt).

I. Kompetensi dan materi seperti apa agar lulusan pendidikan mampu bersaing di era
global?

Kompetensi, Materi, dan Pembelajaran dikembangkan mengacu kepada Standar Nasional


Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan
di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar nasional pendidikan
terdiri atas standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pembiayaan, standar penilaian pendidikan (UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Di dalam kerangka pengembangan
kurikulum 2013, dari 8 standar nasional pendidikan, hanya 4 standar yang mengalami
perubahan signifikan. Perubahan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Kompetensi:

Kompetensi adalah seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh Peserta Didik setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran,
menamatkan suatu program, atau menyelesaikan satuan pendidikan tertentu. Kompetensi dalam
Kurikulum 2013 dirumuskan dalam: (a) Standar Kompetensi Lulusan), (b) Kompetensi Inti,
dan (c) Kompetensi Dasar.
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan
digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian
pendidikan. Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan
peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Kompetensi Inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan
yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program. Kompetensi Inti
merupakan pengorganisasi kemampuan (organizing element) dari Kompetensi Dasar berbagai
mata pelajaran dalam satu tingkatan kelas. Kompetensi Dasar adalah kemampuan untuk mencapai
Kompetensi Inti yang harus diperoleh peserta pidik melalui pembelajaran.

2. Materi

Dalam pengembangan Kurikulum 2013 dilakukan penguatan dengan cara mengurangi materi
yang tidak relevan, pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.
Penguatan materi juga dilakukan untuk mengintegrasikan kearifan dan keunggulan lokal agar
peserta didik tidak tercerabut dari akar budayanya, dan kelak akan mewarisi pembangunan
peradaban bangsa yang sesuai dengan kearifan budaya bangsa.

Materi Kurikulum 2013 tertuang dalam Standar Isi. Standar Isi adalah kriteria mengenai
ruang lingkup materi dan tingkat Kompetensi untuk mencapai Kompetensi lulusan pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Tingkat kompetensi merupakan batas minimal
pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

J. Pembelajaran yang bagaimana yang diharapkan mampu menghantarkan peserta


didik memiliki kompetensi yang diharapkan?

Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,


menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan
pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta
penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian
kompetensi lulusan.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip pembelajaran yang
digunakan:
1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber
belajar;
3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah;
4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
6. Daripembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran
dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7. Daripembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan
keterampilan mental (softskills);
9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan
danpemberdayaanpesertadidiksebagai pembelajar sepanjanghayat.
10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan(ing
ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri
handayani);
11. Pembelajaranyang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;
12. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah
siswa, dan di mana saja adalah kelas.
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran; dan
14. Pengakuan atas perbedaan individualdan latar belakang
budayapesertadidik.

Terkait dengan prinsip di atas, dikembangkan standar proses yang mencakup perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran.

Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka
konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan
kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari
tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan


ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan
pendidikan.

Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi.


Pembelajaran tematik terpadu di SD/MI/SDLB/Paket A disesuaikan dengan tingkat
perkembangan peserta didik. Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan
karakteristik kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di SMP/MTs/SMPLB/Paket B
disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Proses pembelajaran di
SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan karakteristik kompetensi yang mulai
memperkenalkan mata pelajaran dengan mempertahankan tematik terpadu pada IPA dan
IPS. Karakteristik proses pembelajaran di SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C
Kejuruan secara keseluruhan berbasis mata pelajaran, meskipun pendekatan tematik masih
dipertahankan.

Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah (sikap,


pengetahuan, dan keterampilan) secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang
satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran
secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.

Dalam konteks pendidikan berdasarkan standar (standard-based education), kurikulum


berbasis kompetensi (competency-based curriculum), dan pendekatan belajar tuntas
(mastery learning) penilaian proses dan hasil belajar merupakan parameter tingkat
pencapaian kompetensi minimal. Untuk itu, berbagai pengalaman belajar perlu
dikembangkan untuk memfasilitasi peserta didik agar mudah dalam belajar dan mencapai
keberhasilan belajar secara optimal.

K. Model penilaian seperti apa yang cocok diterapkan untuk mengukur keberhasilan
belajar peserta didik?

Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu kepada tujuan kurikulum. Tujuan kurikulum
mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3)
pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses
pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan nonkurikuler/ekstrakurikuler.
Penilaian sikap sesungguhnya dimaksudkan untuk penumbuhan, pengembangan, dan
pembinaan kompetensi sikap yang dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung,
dan dapat digunakan sebagai dasar pengembangan karakter peserta didik lebih lanjut. Oleh
sebab itu, penilaian sikap sesuangguhnya bukan memberikan justifikasi pada posisi sikap
anak, melainkan sebagai dasar untuk pembinaan agar peserta didik memiliki sikap spiritual
dan sosial sebagaimana yang ditetapkan dalam kurikulum.
Penilaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan dilaksanakan melalui berbagai cara
sesuai dengan karakteristik kompetensi dasar yang dijabarkan dalam indikator. Teknik
penilaian pengetahuan dapat dilaksanakan dengan salah satu cara dari berbagai cara (tes
tulis, tes lisan dan penugasan). Ini bukan berarti bahwa setiap kompetensi dasar pengetahuan
harus dinilai melalui tiga cara tersebut. Akan tetapi, guru dapat memilih cara yang paling
sesuai dengan karakteristik KD dan indikatornya. Demikian juga dengan penilaian kompetensi
keterampilan juga dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari berbagai cara,
misalnya menggunakan praktik/kinerja, proyek, porto folio, atau penugasan). Ini juga bukan
berarti bahwa satu kompetensi dasar keterampilan harus dinilai dengan keseluruhan cara
tersebut. Akan tetapi guru memilih cara atau teknik yang paling tepat sesuai dengan
karakteristik kompetensi dasar keterampilan dan indikatornya.

Daftar Pustaka
Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing; A
revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. New York: Addison Wesley
Longman Inc.
Anonimous. 2014. Surat Edaran Mendikbud Republik Indonesia Nomor 179342/MPK/KR/2014
Perihal Pelaksanan Kurikulum 2013.
Kemdikbud. 2014a. Permendikbud Republik Indonesia Nomor 160 Tahun 2014 tentang
Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013. Jakarta: Biro Hukum dan
Organisasi.
Kemdikbud. 2014b. Permendikbud Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 tentang
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Biro Hukum
dan Organisasi.
Kemdikbud. 2014c. Permendikbud Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 tentang
Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi.
Kemdikbud. 2014d. Permendikbud Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang
Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Biro Hukum dan
Organisasi.
Kemdikbud. 2015a. Permendikbud Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian
Hasil Belajar oleh Pendidik. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi.
Kemdikbud. 2015b. Permendikbud Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Biro
Hukum dan Organisasi.
Kemdikbud. 2016a. Panduan Pelatihan Instruktur Nasional Kurikulum Sekolah Dasar Tahun
2016. Jakarta: Dit. PSD, Ditjen Dikdasmen.
Kemdikbud. 2016b. Modul 1.2 Bahan Pelatihan Kurikulum 2013, Materi Umum: Dinamika
Perkembangan Kurikulum 2013 Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Kemdikbud.
Kemdikbud. 2016c. Permendikbud Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 tentang Buku yang
Digunakan oleh Satuan Pendidikan. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi.
Oliva, P. F. 1988. Developing the Curriculum, Edisi 2. Boston: Scott, Foresman and Company.
Oliva, P. F. 2013. Developing the Curriculum, Student Value Edition, 8th Edition.
New Jersey: Pearson.
Pinar, W. F. 2012. What Is Curriculum Theory? (Studies in Curriculum Theory
Series), 2nd Edition. New York: Routledge.
Puskurbuk. 2016. KI-KD Kurikulum 2013 Hasil Perbaikan Versi 19022016. Jakarta: Puskurbuk.
Print, M. 1993. Curriculum Development and Design. Sydney: Allen & Unwin Pty Ltd 9 Atchison
Street, St Leonards, NSW 2065 Australia.
Lucas, K. and Rawlins, J. D. 2015. The Competency Pivot: Introducing a Revised Approach to
the Business Communication Curriculum. Business and Professional Communication
Quarterly, June 2015; vol. 78, 2: pp. 167-193., first published on April 22, 2015.
Scchiro, M. S. 2008. Curriculum Theory: Conflicting Visions and Enduring Concerns. Los Angeles:
Sage Publications.
Schubert, W. H. 1997. Curriculum: Perspective, paradigm, and possibility, Second Edition.
Columbus, OH: Prentice Hall.
Taba, H. 1962. Curriculum development: theory and practice. New York, NY: Harcourt, Brace &
World.
Tanner, D. and. Tanner, L. N. 1980. Curriculum Development: Theory into Practice. New York:
Macmillan Publishing Co., Inc.
Tyler, R.W. 1969. Basic principles of curriculum and instruction, 2nd ed. Chicago, IL: University
of Chicago Press.
Wiles, J. and J. Bondi. 1993. Curriculum Development: A Guide to Practice, 4nd ed. New York:
Macmillan Publishing Co., Inc.

UNIT II
MATERI UMUM
PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER (PPK)

Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
menjadikan pendidikan karakter sebagai platform pendidikan nasional untuk membekali
peserta didik sebagai generasi emas tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan karakter yang baik
guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan (Pasal 2). Perpres ini menjadi landasan
awal untuk kembali meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.
Kurikulum 2013 sebagai rujukan proses pembelajaran pada satuan pendidikan, perlu
mengintegrasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Integrasi tersebut bukan sebagai
program tambahan atau sisipan, melainkan sebagai cara mendidik dan belajar bagi seluruh
pelaku pendidikan di satuan pendidikan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada September 2016, telah membentuk Tim
Implementasi PPK untuk mengembangkan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter yang
menjadi salah satu amanat Nawacita Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Pemerintah telah
membuat pedoman dan konsep dasar tentang Penguatan Pendidikan Karakter, mulai dari
naskah akademik utama, yaitu Pedoman dan Konsep Dasar PPK; Buku Saku Panduan Penilaian
PPK; dan berbagai modul pelatihan dan mekanisme pelatihan fasilitator PPK untuk guru,
kepala sekolah, komite sekolah dan pengawas; serta mekanisme dan struktur pelatihan
fasilitator PPK. Keseluruhan naskah ini dapat ditemukan di laman
www.cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah melakukan pelatihan terhadap guru, kepala
sekolah, pengawas, komite sekolah, dan menjadi sekolah rujukan. Tabel 1 menunjukkan data
tersebut.
Tabel 1 Data Sekolah Pelaksana PPK
No Kegiatan 2016 2017

Jumlah Sekolah Sekolah Jumlah


Imbas Sekolah
1 Pelatihan PPK SD 271 812

2 Pelatihan PPK SMP 271 1.352

3 Sosialisasi PPK di KKG/MGMP 4.552


Pendidikan Dasar KKG/MGMP
4 Pelatihan Fasilitator USBN dan PPK 740 MGMP
MGMP Pendidikan Menengah
5 Sosialisasi PPK di MKKS 244 MKKS
Pendidikan Menengah
Total Sekolah 542 sekolah 2.164

Dua tahun setelah terbitnya Perpres nomor 87 Tahun 2017, seluruh sekolah di Indonesia
harus mengimplementasikan PPK sesuai dengan Perpres 87/2017. Salah satu upaya untuk
mempercepat implementasi PPK tersebut, Kemendikbud mengintegrasikan materi PPK ke
dalam modul-modul Bimtek Kurikulum 2013. Dukungan dan partisipasi masyarakat sangat
diperlukan dalam menyukseskan percepatan implementasi PPK di seluruh sekolah.
Kurikulum 2013 menjadi bagian inti dalam Penguatan Pendidikan Karakter. Karena itu, modul
bimbingan teknis Kurikulum 2013 ini diintegrasikan dengan pendekatan-pendekatan dalam
Penguatan Pendidikan Karakter. Integrasi ini diperlukan agar tidak terjadi kebingungan di
kalangan guru tentang keberadaan Kurikulum 2013 dan PPK atau program-program lain yang
menjadi sistem pendukung pengembangan kualitas sekolah, seperti gerakan literasi sekolah,
sekolah adi wiyata, dan lain-lain.
Pada intinya, Penguatan Pendidikan Karakter mempergunakan tiga basis pendekatan utama
PPK, yaitu pendidikan karakter berbasis kelas, pendidikan karakter berbasis budaya sekolah
dan pendidikan karakter berbasis masyarakat. Tiga pendekatan ini merupakan pendekatan
pendidikan karakter utuh dan menyeluruh yang harus diterapkan di satuan pendidikan.
Keutuhan dan integrasi PPK ini juga ditegaskan di dalam Perpres Nomor 87 tahun 2017
tentang Penguatan Pendidikan Karakter terutama pasal-pasal yang menjelaskan tentang
penyelenggaraan PPK yang terintegrasi di dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan
ekstrakurikuler, dilakukan baik di satuan pendidikan formal maupun nonformal (pasal 6,7,8).
Perpres No.87 Tahun 2017 tentang PPK mendefinisikan PPK sebagai “Gerakan pendidikan di
bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui
harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama
antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM)” (Pasal 1, ayat 1)
Harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir dan olah raga ini perlu menjadi dimensi dalam
setiap program dan kegiatan di sekolah dalam rangka menanamkan nilai-nilai kebaikan agar
individu tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang sehat secara jasmani, rohani, dan
moral. Dalam Perpres dijelaskan bahwa fokus PPK adalah nilai-nilai Pancasila. “PPK
dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama
meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggungjawab” (Pasal 3)
Sangat jelas bahwa pengintegrasian PPK dalam implementasi Kurikulum 2013 perlu
diletakkan dalam kerangka pembentukan karakter peserta didik dengan nilai-nilai kebaikan
yang merupakan impmelentasi nilai-nilai Pancasila. Fokus pendekatan PPK dalam
implementasi Kurikulum 2013 adalah pada pendidikan karakter berbasis kelas. Pendidikan
karakter berbasis kelas merupakan keseluruhan interaksi antara pendidik dan peserta didik
dalam proses pemelajaran untuk memenuhi tuntutan minimal dalam kurikulum yang
disepakati.
Pendidikan karakter berbasis kelas berbicara tentang bagaimana relasi atau hubungan antara
guru dan peserta didik dalam konteks pemelajaran formal isi kurikulum. Selain itu, dalam
pendekatan ini, bagaimana guru mengintegrasikan nilai-nilai pembentukan karakter dalam
proses pembelajaran yang terintagrasi dalam kurikulum menjadi sangat penting. Guru perlu
memahami bagaimana cara mempersiapkan dan mengintagrasikannya dalam proses
pembelajaran melalui pemilihan metodologi pembelajaran, pengelolaan kelas, dan cara
membuat evaluasi. Hal-hal ini menjadi bagian penting yang perlu dipahami pendidik dalam
rangka mengintegrasikan penguatan pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013.
Tiga pendekatan dalam PPK secara konseptual bisa dibedakan, misalnya:
1. Pendidikan karakter berbasis kelas terbatas pada relasi antara guru dan siswa di
dalam kelas dalam proses pembelajaran.

2. Pendidikan karakter berbasis budaya sekolah merupakan pembentukan karakter


yang dilakukan melalui berbagai macam kegiatan yang melibatkan seluruh anggota
komunitas sekolah, namun masih terbatas sebagai kegiatan sekolah di lingkungan sekolah.
PPK berbasis budaya sekolah dilaksanakan antara lain melalui hal-hal sebagai berikut.

a. Menekankan pada pembiasaan nilai-nilai karakter dalam keseharian sekolah.

b. Menonjolkan keteladanan orang dewasa di lingkungan sekolah.

c. Melibatkan seluruh eskosistem pendidikan di sekolah.

d. Mengembangkan dan memberi ruang yang luas pada segenap potensi peserta didik
melalui kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler.

e. Memberdayakan manajemen dan tata kelola sekolah.

f. Mempertimbangkan dan mengevaluasi norma, peraturan, dan tradisi sekolah.

3. Pendidikan karakter berbasis masyarakat adalah berbagai macam bentuk


kolaborasi antara sekolah dengan pihak lain di luar lingkungan sekolah, terutama orang
tua, dalam bentuk komite sekolah, atau kerjasama sekolah dengan lembaga-lembaga dan
komunitas lain yang mendukung proses pembentukan karakter peserta didik.

Namun secara praktis, tiga pendekatan ini sesungguhnya dapat beririsan satu sama lain.
Misalnya, ketika seorang guru dalam mengajar memberikan tugas kepada peserta didik untuk
melakukan wawancara dengan masyarakat setempat, atau melakukan kunjungan situs-situs
resmi benda cagar budaya, maka selain terdapat implementasi pendidikan karakter berbasis
kelas, juga terdapat implementasi pendidikan karakter berbasis masyarakat. Jadi
sesungguhnya, dalam praksis, ketiga pendekatan itu bisa beririsan satu sama lain.
Selama proses sosialisasi dan implementasi PPK, ternyata di lapangan berkembang berbagai
macam distorsi karena kurangnya pemahaman tentang PPK. Melihat adanya banyak distorsi
terhadap pemahaman PPK dalam konteks implementasi Kurikulum 2013, maka beberapa hal
ini perlu diperhatikan oleh para pendidik dalam konteks implementasi Kurikulum 2013:
• Tidak ada parsialitas dalam penyebutan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), seperti
RPP PPK, RPP literasi, RPP HOTS, dan lain-lain. Yang ada adalah RPP Kurikulum 2013.
Karena PPK memperkuat Kurikulum 2013, maka yang ada adalah RPP Kurikulum 2013.
Tidak ada penyebutan nama RPP selain RPP Kurikulum 2013.
• PPK berbasis kelas lebih pada aksi guru di kelas dalam membentuk karakter, bukan pada
persoalan perumusan dan penulisan nilai karakter dalam kolom RPP. Karena itu, apakah
dalam RPP guru akan menambah kolom, membuat keterangan tersendiri, atau lainnya,
yang penting adalah bagaimana seorang pendidik dapat mengintegrasikan proses
pembelajaran itu dalam rangka pembentukan karakter peserta didik, baik melalui pilihan
metode pengajaran, pengelolaan kelas, dan fokus integrasi nilai pada isi muatan kurikulum
tertentu.
• Kurikulum 2013 mendukung desain besar Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter
sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental. PPK memperkuat Kurikulum 2013.
Namun Kurikulum 2013 tidak sama dengan PPK, sebab PPK memiliki cakupan lebih luas
daripada sekedar Kurikulum 2013.
• Gerakan Literasi Sekolah (GLS) juga perlu diletakkan dalam kerangka penguatan
pendidikan karakter bagi peserta didik sesuai dengan tiga basis pendekatan utama dalam
PPK.
Penguatan Pendidikan karakter merupakan platform pendidikan nasional dan jiwa utama
dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Karena itu, para pelaku dalam ekosistem
pendidikan diharapkan dapat memahami konsep besar ini sehingga bisa melakukan
sinkronisasi dan harmonisasi dengan kebijakan pemerintah berupa Penguatan Pendidikan
Karakter sesuai dengan tupoksinya masing-masing.
Daftar Pustaka
Kemdikbud. 2017. Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat
Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan.
Kemdikbud. 2017. Modul Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Guru. Jakarta: Pusat
Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan.
Kemdikbud. 2017. Modul Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Kepala Sekolah.
Jakarta: Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan.
Kemdikbud. 2017. Modul Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Komite Sekolah.
Jakarta: Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan.
Kemdikbud. 2017. Modul Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Pengawas. Jakarta:
Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan.
Kemdikbud. 2017. Panduan Penilaian Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat Analisis
dan Sinkronisasi Kebijakan.
Kemdikbud. 2017. Pedoman Pelaksanaan Pelatihan Calon Fasilitator Penguatan Pendidikan
Karakter. Jakarta: Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan.
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter.
www.cerdasberkarakter.go.id
UNIT III
PENERAPAN LITERASI DALAM PEMBELAJAR
1. Latar Belakang
Literasi tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana peserta
didik dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di
bangku sekolah. Literasi juga terkait dengan kehidupan peserta didik, baik di rumah
maupun di lingkungan sekitarnya untuk menumbuhkan budi pekerti mulia. Literasi
pada awalnya dimaknai 'keberaksaran' dan selanjutnya dimaknai 'melek' atau
'keterpahaman'. Pada langkah awal, “melek baca dan tulis" ditekankan karena kedua
keterampilan berbahasa ini merupakan dasar bagi pengembangan melek dalam
berbagai hal.
Peta jalan Gerakan Literasi Nasional Kemendikbud (2017) mendefinisikan literasi
sebagai:
1. suatu rangkaian kecakapan membaca, menulis, dan berbicara, kecakapan berhitung, dan
kecakapan dalam mengakses dan menggunakan informasi;
2. sebagai praktik sosial yang penerapannya dipengaruhi oleh konteks;
3. sebagai proses pembelajaran dengan kegiatan membaca dan menulis sebagai medium untuk
merenungkan, menyelidik, menanyakan, dan mengkritisi ilmu dan gagasan yang dipelajari; dan
4. sebagai pemanfaatan teks yang bervariasi menurut subjek, genre,dan tingkat kompleksitas
bahasa.
Menurut Word Economic Forum (2016), peserta didik memerlukan 16 keterampilan
agar mampu bertahan di abad XXI, yakni literasi dasar (bagaimana peserta didik
menerapkan keterampilan berliterasi untuk kehidupan sehari-hari), kompetensi
(bagaimana peserta didik menyikapi tantangan yang kompleks), dan karakter
(bagaimana peserta didik menyikapi perubahan lingkungan mereka). Dalam lingkup
karakter, penguatan pendidikan karakter (PPK) di Indonesia mengacu pada lima
nilai utama, yakni (1) religius, (2) nasionalis, (3) mandiri, (4) gotong royong, (5)
integritas (Depdikbud, 2016).

Nilai karakter ini dapat terwujud melalui upaya untuk meningkatkan kecakapan
multiliterasi peserta didik pemahaman multiliterasi, dengan fokus pada literasi
baca-tulis, literasi budaya dan kewargaan, literasi sains, literasi numerasi, literasi
digital, dan literasi finansial. Adapun pembelajaran yang bersifat multiliterasi ini
memadukan karakter dengan penekanan pada lima karakter PPK di atas serta

27
kompetensi abad ke-21 yang mengembangkan kreativitas, kecakapan berpikir kritis,
kemampuan komunikasi, serta kolaborasi. Semuanya ini diharapkan dapat menjadi
bekal kecakapan hidup sepanjang hayat.
PIRLS atau Progress International Reading Literacy Study (PIRLS) mengevaluasi
kemampuan membaca peserta didik kelas IV. PISA atau Programme for International
Student Assessment mengevaluasi kemampuan peserta didik berusia 15 tahun dalam
hal membaca, matematika, dan sains. INAP atau Indonesia National Assassment
Program (INAP) mengevaluasi kemampuan siswa dalam hal membaca, matematika,
dan sains. Beberapa panduan terkait GLS telah diterbitkan tahun 2016 oleh
Dikdasmen Kemendikbud, yakni (1) Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, (2)
Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar, (3) Panduan Gerakan Literasi
Sekolah di Sekolah Menengah Pertama, (4) Panduan Gerakan Literasi Sekolah di
Sekolah Luar Biasa, (5) Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah
Atas; (6) Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan, (7) Buku
Saku Gerakan Literasi Sekolah, (8) Manual Pendukung Gerakan Literasi Sekolah
untuk Jenjang Sekolah Menengah Pertama. Saat ini, GLS perlu disempurnakan
dengan panduan teknis dan pelatihan atau penyegaran untuk memampukan guru
melaksanakan strategi literasi dalam pembelajaran.

a. Tujuan Penyusunan
Tujuan penyusunan materi penyegaran ini adalah untuk:
L. Memberikan inspirasi kepada peserta pelatihan untuk memanfaatkan beragam
sumber belajar, termasuk buku-teks-pelajaran dan buku-nonteks-pelajaran dalam
pembelajaran.
M. Memandu peserta pelatihan menggunakan strategi literasi dalam pembelajaran
guna meningkatkan pemahaman siswa terhadap bacaan, kemampuan berpikir
siswa, dan kecakapan komunikasi siswa.

b. Masalah
Masalah 1
Pengembangan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan literasi
khususnya mengembangkan minat baca belum berjalan secara optimal di sekolah
karena beberapa guru memiliki pemahaman berbeda atau kurang memadai tentang
literasi. Guru seharusnya dapat menjadi teladan yang baik bagi siswanya. Saat guru

28
meminta siswa membaca, guru pun juga perlu membaca untuk memberi contoh
yang baik bagi siswanya.
Masalah 2
Upaya untuk menyosialisasikan dan meningkatkan kemampuan literasi di sekolah
belum membuahkan hasil yang optimal karena kurangnya pendampingan dan
pelatihan untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan literasi guru. Selain itu,
materi ajar dan bahan bacaan yang tersedia di sekolah belum dimanfaatkan secara
optimal untuk mengembangkan kemampuan literasi siswa.

c. Solusi
Guru perlu memahami bahwa upaya pengembangan literasi tidak berhenti ketika
anak dapat membaca dengan lancar. Pengembangan literasi perlu terjadi pada
pembelajaran di semua mata pelajaran melalui upaya untuk meningkatkan
kemampuan berpikir analitis, kritis, kreatif, dan memecahkan masalah. Para guru
perlu memasukkan strategi literasi dalam pembelajarannya. Pengembangan
kemampuan literasi di sekolah akan membantu meningkatkan kemampuan belajar
siswa. Penggunaan bacaan atau bahan ajar yang bervariasi, disertai dengan
perencanaan yang baik dalam kegiatan pembelajaran diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan literasi siswa.
2. IMPLEMENTASI KEGIATAN LITERASI
Implementasi penumbuhan budaya literasi di sekolah memerlukan langkah-langkah
sebagai berikut: persiapan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut.
Persiapan merupakan kegiatan menyiapkan bahan, personal, dan strategi pelaksanaan.
Pelaksanaan merupakan operasionalisasi yang telah dipersiapkan. Pemantauan,
evaluasi, tindak lanjut merupakan kegiatan untuk mengetahui efektivitas kegiatan
literasi yang telah dilaksanakan. Tiga hal yang terakhir ini tidak akan dibahas di sini dan
dapat dicermati dalam Desain Induk GLS (Wiedarti dan Kisyani-L., 2016).

a. Persiapan
2. Rapat Koordinasi
Kegiatan ini dilaksanakan untuk membicarakan tentang maksud dan tujuan dilaksanakannya
literasi di sekolah. Rapat koordinasi diikuti oleh:
4. Kepala Sekolah
5. Para Wakil Kepala Sekolah
6. Staf Wakil Kepala Sekolah

29
Tujuan rapat koordinasi ini antara lain:
7. Pemahaman tentang literasi
8. Pembentukan tim literasi sekolah (TLS)
9. Menyusun program kerja literasi sekolah
10. Mempersiapkan materi literasi

3. Pembentukan Tim Literasi di Sekolah (TLS)


Kepala sekolah membentuk TLS melalui Surat Keputusan Kepala Sekolah yang menyertakan
tugas pokok dan fungsi anggota tim. Susunan anggota TLS disesuaikan dengan kebutuhan
sekolah masing-masing. Pembentukan TLS dapat dibaca dalam buku “Manual Literasi SMP”
(Kisyani-Laksono dkk. 2016).

4. Sosialisasi
10. Sosialisasi pada Tenaga Pendidik dan Kependidikan.
Sosialisasi ini dimaksudkan untuk menyamakan persepsi dan komitmen guru dan karyawan
tentang pelaksanaan kegiatan literasi di sekolah.
11. Sosialisasi pada Siswa
Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang literasi, tujuan pelaksanaan
literasi dan mekamisme pelaksanaan literasi.
12. Sosialisasi pada Komite Sekolah dan Orang Tua Siswa.
Sosialisasi pada komite sekolah dan orang tua siswa bertujuan untuk memberikan adanya
kegiatan literasi di sekolah dan berharap agar komite dan orang tua siswa mendukung
program tersebut. Dalam kegiatan sosialisasi tersebut diperlukan narasumber yang
memahami dan mampu menjelaskan tentang literasi di sekolah.

5. Persiapan Sarana Prasarana


Untuk menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah diperlukan ekositem sekolah yang
literat dengan dukungan sarana dan prasarana penunjang yang perlu dimiliki oleh sekolah
antara lain:
15. Perpustakaan sekolah
16. Pojok baca di kelas dan lingkungan sekolah
17. Jumlah buku sesuai dengan Permendiknas no 24 tahun 2007: (1) Buku teks pelajaran: 1
eksemplar/mata pelajaran/peserta didik,ditambah 2 eksemplar/mata pelajaran/sekolah;
(2) Buku panduan pendidik: 1 eksemplar/mata pelajaran/guru mata pelajaran
bersangkutan, ditambah 1 eksemplar/mata pelajaran/sekolah; (3) Buku pengayaan: 870
judul/sekolah, terdiri atas 70% nonfiksi dan30% fiksi.
18. Askses internet di lingkungan sekolah
19. Spanduk, banner, poster, leaflet yang mengkampanyekan penumbuhan budaya literasi dan
diletakkan pada lingkungan strategis di lingkungan sekolah

30
3. STRATEGI LITERASI DALAM PEMBELAJARAN

a. Tujuan
Tujuan utama penggunaan strategi literasi dalam pembelajaran adalah untuk
membangun pemahaman siswa, keterampilan menulis, dan keterampilan
komunikasi secara menyeluruh. Selama ini berkembang pendapat bahwa literasi
hanya ada dalam pembelajaran bahasa atau di kelas bahasa. Pendapat ini tentu saja
tidak tepat karena literasi berkembang rimbun dalam bidang matematika, sains,
ilmu sosial, teknik, seni, olahraga, kesehatan, ekonomi, agama, prakarya dll. (cf.
Robb, L, 2003).
Strategi literasi adalah strategi untuk memahami teks melalui kegiatan:
 Menghubungkan teks dengan pengetahuan, pengalaman atau teks yang
lain.
 Membuat inferensi atau prediksi tentang teks.
 Merumuskan pertanyaan.
 Memvisualisasikan pemahaman tentang teks.
 Mengidentifikasi ide penting/pokok dan pendukung.
 Mengkomunikasikan pemahaman terhadap teks.

b. Indikator Strategi Literasi dalam Pembelajaran di SD


Pada dasarnya, Kurikulum 2013 telah menekankan implementasi strategi literasi
untuk meningkatkan kecakapan berpikir tinggi peserta didik di SD. Daftar cek untuk
strategi literasi di bawah ini mendata kegiatan literasi yang perlu ada untuk
menguatkan langkah-langkah pembelajaran dalam Kurikulum 2013 di SD. Namun
bukannya tidak mungkin bahwa strategi tersebut diimplementasikan dalam
ungkapan kalimat yang serupa. Perlu menjadi catatan bahwa nomor yang tersaji
tidak merujuk pada urutan (dalam pembelajaran hal tersebut tidak harus urut).

31
INDIKATOR STRATEGI LITERASI DALAM PEMBELAJARAN DI SD
Kelas/Semester :
Tema dan :
Subtema
Alokasi Waktu :

NO DESKRIPSI ADA BELUM CATATAN


ADA
A Strategi Literasi
dalam Pembelajaran
1 Sebelum
membaca/belajar
1.2 mengidentifikasi tujuan
membaca/belajar
1.3membuat prediksi terhadap materi
yang akan dipelajari, misalnya
melalui fitur awal pada media
pembelajaran (judul buku, judul film,
dll)
1.4mendiskusikan materi yang akan
dipelajari melalui media yang
menyenangkan (buku pengayaan,
dongeng, film pendek, dll)
1.5menghubungkan materi
pembelajaran dengan pengalaman
siswa/subtema pembelajaran
sebelumnya
2 Ketika
membaca/belajar
SD Kelas Rendah
2.4 mengidentifikasi kosakata baru
dan menebak maknanya melalui fitur
teks (gambar atau konteks kalimat)
2.5 melafalkan kata-kata yang
berulang dengan intonasi, pelafalan,
dan irama yang benar
2.6 menggambar peta konsep
sederhana
2.7 bermain
peran/menyanyi/menceritakan
kembali untuk mengekspresikan
pemahaman terhadap materi
pembelajaran
2.8 Berdiskusi dengan teman dan
bekerja dalam kelompok
SD Kelas Tinggi
1) mengidentifikasi kosakata baru dan
menebak maknanya melalui fitur teks

32
(gambar atau konteks kalimat)
2) Membuat peta konsep/graphic
organizer untuk mengungkapkan
pemahaman terhadap teks
3) Membuat catatan/ringkasan selama
membaca
4) Think aloud selama membaca dan
mendiskusikan pemahamannya
dengan guru/teman
3 Setelah membaca/belajar
a. Mengambil kesimpulan tentang
materi pembelajaran dan
mengaitkannya dengan kehidupan
sehari-hari.
b. Melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran
1. Melakukan konfirmasi terhadap
prediksi/pertanyaan yang dibuat
pada kegiatan pendahuluan
(cf. Wilson and Chavez, 2014; Robb, 2003)
130217 KP

Penjelasan beberapa istilah teknis:


a.i.1. Istilah “teks” dalam literasi dapat berwujud teks tulis, audio, visual, audiovisual,
digital, kinestesik, dan sebagainya. Sejalan dengan itu, istilah "membaca" yang digunakan
dalam kegiatan literasi juga merujuk pada membaca dalam arti luas.
a.i.2. Think-aloud merupakan strategi untuk membunyikan secara lisan apa yang ada di
dalam pikiran siswa atau guru pada saat berusaha memahami bacaan, memecahkan
masalah, atau mencoba menjawab pertanyaan guru atau siswa lain. Strategi ini dapat
membantu siswa memonitor pemahamannya, berpikir tingkat tinggi, dan membentuk
karakter.
a.i.3. Inferensi merupakan simpulan sementara berdasarkan informasi yang tersirat
dalam teks. Inferensi dapat didukung dengan ciri/bukti/fitur khusus yang ada dalam teks.
a.i.4. Istilah “ringkasan” dalam arti luas diperoleh dengan kegiatan meringkas isi,
mengidentifikasi gagasan utama, menceritakan kembali, membuat sintesis, membuat
pertanyaan tentang isi, dan sebagainya. Kegiatan ini membantu siswa membentuk karakter
dan berpikir tingkat tinggi.
a.i.5. Moda merujuk pada bagaimana atau dengan cara apa pesan disampaikan (teks tulis,
audio, visual, audiovisial, digital, kinestesik, dsb.). Moda yang lain (selain cetak) dapat
berwujud visualisasi teks dan/atau respon indrawi lain; dramatisasi; refleksi pemahaman

33
dengan membuat teks bentuk lain: lisan, tulisan, audio, visual, audio visual, kinestesik.
a.i.6. Pengatur grafis (graphic organizers)1 adalah berbagai bentuk tabel atau grafik untuk
membantu pemahaman dengan cara mengorganisasikan ide/pikiran/gagasan.

1) Contoh Praktik Pembelajaran Dengan Strategi Literasi di SD

a. Kegiatan dengan buku pengayaan untuk SD kelas rendah (Kelas 1, 2, 3)


Kegiatan untuk mengembangkan karakter ini dapat dilaksanakan sebagai kegiatan
pembiasaan (pada 15 menit membaca sebelum pembelajaran) atau kegiatan
pengembangan (pada jam kunjungan perpustakaan/jam literasi).

Metode membaca:
a. Guru membacakan buku dengan nyaring
b. Guru dan peserta didik membaca buku bersama-sama

Sebelum Membaca
a. Sebelum membacakan buku, guru mengajak peserta didik untuk memperhatikan
sampul buku dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut.
b. Pada kegiatan membaca bersama, guru mengajak peserta didik untuk
memperhatikan sampul buku dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, lalu
meminta peserta didik untuk membaca mandiri/membaca bersama guru.

Pertanyaan Sebelum Membaca:

Diskusi selama membaca buku:


Pertanyaan yang dapat ditanyakan kepada peserta didik selama dibacakan buku
atau membaca bersama guru antara lain:
a) Menurutmu, apa yang terjadi di sini?
b) Menurutmu, apa yang terjadi setelah ini?
c) Apa perasaan ... (tokoh cerita, misalnya Cepuk)? Mengapa? Apakah kamu pernah mengalami
hal yang sama? Bagaimana perasaanmu?
d) Apakah artinya... (kosakata baru/sulit)? Dapatkah kamu menebak artinya?

Pertanyaan-pertanyaan khusus terkait cerita dapat ditanyakan untuk


meningkatkan:
(a) Kemampuan peserta didik menggunakan elemen visual/gambar dan teks untuk memahami
cerita. Misalnya:
a. Apa yang terdapat di sini? Ini gambar apa? Mengapa ini ada di sini?
b. Apa artinya kata ini (kosakata tertentu)? Mengapa ia (tokoh cerita) mengatakan ini?
(b) Kemampuan nalar peserta didik dalam menganalisis cerita. Misalnya:
a. Menurutmu, apakah yang dilakukannya (tokoh cerita) baik/benar?
b. Apa yang kamu lakukan apabila berada dalam situasi yang sama?

Kegiatan setelah membaca:


1. Pemahaman Cerita: Diskusikan cerita bersama peserta didik: Apa? Siapa? Di mana?
Bagaimana? Mengapa?
2. Tanggapan terhadap cerita: Mendiskusikan tanggapan peserta didik terhadap cerita:
a. Apakah kamu menyukai cerita ini? Mengapa? Bagian mana yang kamu sukai?
b. Siapa tokoh yang kamu sukai? Mengapa?
c. Apakah kamu menyukai gambar dalam cerita ini? Bagian mana yang kamu sukai?
Mengapa?
3. Keterkaitan antara cerita dengan pengalaman: Mendiskusikan pengalaman peserta didik
1

34
yang relevan dengan cerita:
a. Pernahkah kamu mengalami masalah yang sama (dengan yang dialami oleh tokoh
cerita)?
b. Apa yang kamu lakukan apabila mengalami masalah yang sama?
c. Apakah kamu tahu seseorang yang mengalami masalah yang sama dengan yang dialami
oleh tokoh cerita? Apa yang ia lakukan?
4. Keterkaitan antara cerita dengan pengetahuan lain yang relevan. Misalnya: mendiskusikan
cerita “Waktunya Cepuk Terbang”:
a. Mengapa burung hantu terbang pada malam hari?
b. Apa yang dimakan burung hantu?
c. Ada berapa jenis burung hantu di Indonesia?
d. Di mana tempat tinggal burung hantu?
5. Kegiatan setelah membaca:
a. Menulis/menggambar pemahaman terhadap cerita/alur cerita dengan peta cerita/mind
map/gambar.
b. Membuat daftar pertanyaan tentang apa yang ingin diketahui lebih lanjut tentang
cerita/tokoh cerita, dll.
c. Membuat bagan tanggapan terhadap cerita/tokoh cerita.
d. Melakukan riset sederhana tentang binatang tokoh cerita atau fenomena dalam cerita.
e. Mengisi jurnal membaca.

b. Kegiatan dengan buku pengayaan untuk SD kelas tinggi


Kegiatan untuk mengembangkan karakter ini dapat dilaksanakan sebagai
kegiatan pembiasaan (pada 15 menit membaca sebelum pembelajaran) atau
kegiatan pengembangan (pada jam kunjungan perpustakaan/jam literasi).
Metode membaca:
c. Guru membacakan buku dengan nyaring
d. Peserta didik membaca buku dengan mandiri

Sebelum Membaca
c. Sebelum membacakan buku, guru mengajak peserta didik untuk memperhatikan sampul buku
dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut.
d. Sebelum meminta anak untuk membaca buku dengan mandiri, minta peserta didik untuk
memperhatikan sampul buku dan mencatat informasi tentang buku pada jurnal membaca
mereka.
a. Judul buku:
b. Penulis/ilustrator/editor buku:
c. Tahun penerbitan buku:
d. Gambar pada sampul:
e. Dengan melihat judul/gambar pada sampul buku, menurut saya buku ini tentang:
f. Membuat daftar pertanyaan:
f.i. Informasi apa yang akan saya dapatkan dari buku ini?
f.ii. Apa yang akan saya ketahui dari membaca buku ini?

Pertanyaan yang dapat ditanyakan guru sebelum membacakan buku


dengan nyaring:

Kegiatan peserta didik selama membaca mandiri misalnya:


e) Membaca ringkas dengan menandai ide pokok, kata kunci, dan elemen visual seperti tabel,
bagan, gambar, dll.
f) Mencatat kata kunci dan kata-kata sulit di jurnal membaca.
g) Menulis ulang ide pokok dan pertanyaan terhadap bacaan di jurnal membaca.
h) Setelah membaca ringkas, peserta didik mengamati daftar pertanyaan pada jurnal membaca
dan membaca ulang untuk menemukan jawabannya.
i) Apabila peserta didik belum dapat menemukan ide pokok dari bacaan, peserta didik dapat
membaca ulang untuk memastikan pemahamannya.

35
Pertanyaan-pertanyaan khusus terkait cerita dapat ditanyakan oleh guru pada
kegiatan membacakan buku atau membaca bersama peserta didik untuk
meningkatkan:
(c) Kemampuan peserta didik menggunakan elemen visual/gambar dan teks untuk memahami
cerita. Misalnya:
a. Apa yang terdapat di sini? Ini gambar apa? Mengapa ini ada di sini?
b. Apa artinya kata ini (kosakata tertentu)? Mengapa ia (tokoh cerita) mengatakan ini?
c. Apa yang ingin disampaikan penulis/ilustrator dengan kata/gambar ini?
(d) Kemampuan nalar peserta didik dalam menganalisis cerita. Misalnya:
a. Menurutmu, apakah yang dilakukannya (tokoh cerita) baik/benar?
b. Apa yang kamu lakukan apabila berada dalam situasi yang sama?

Kegiatan setelah membaca:


6. Pemahaman Cerita: Diskusikan cerita bersama peserta didik: Apa? Siapa? Di mana?
Bagaimana? Mengapa?
7. Tanggapan terhadap cerita: Mendiskusikan tanggapan peserta didik terhadap cerita:
a. Apakah kamu menyukai cerita ini? Mengapa? Bagian mana yang kamu sukai?
b. Siapa tokoh yang kamu sukai? Mengapa?
c. Apakah kamu menyukai gambar dalam cerita ini? Bagian mana yang kamu sukai?
Mengapa?
8. Keterkaitan antara cerita dengan pengalaman: Mendiskusikan pengalaman peserta didik
yang relevan dengan cerita:
a. Pernahkah kamu mengalami masalah yang sama (dengan yang dialami oleh tokoh
cerita)?
b. Apa yang kamu lakukan apabila mengalami masalah yang sama?
c. Apakah kamu tahu seseorang yang mengalami masalah yang sama dengan yang dialami
oleh tokoh cerita? Apa yang ia lakukan?
9. Keterkaitan antara cerita dengan pengetahuan lain yang relevan. Misalnya: mendiskusikan
salah satu cerita rakyat:
a. Apa yang kamu ketahui tentang daerah tempat cerita ini berasal?
b. Bagaimana ciri-ciri daerah ini? Bagaimana cuacanya?
c. Apa yang terkenal dari daerah ini?
d. Bagaimana masyarakat yang tinggal di daerah ini?
10. Kegiatan setelah membaca:
a. Menulis/menggambar pemahaman terhadap cerita/alur cerita dengan peta cerita/mind
map/gambar.
b. Membuat daftar pertanyaan tentang apa yang ingin diketahui lebih lanjut tentang
cerita/daerah tempat cerita berasal, dll.
c. Membuat bagan tanggapan terhadap cerita/tokoh cerita.
d. Melakukan riset sederhana tentang daerah tempat cerita berasal.
e. Mengisi jurnal membaca.

c. Pengatur Grafis (Graphic Organizer)


Penggunaan pengatur grafis dalam pembelajaran yang menggunakan strategi literasi
ditunjukkan dalam daftar berikut.

36
Daftar pengatur grafis yang dapat digunakan
Dalam pembelajaran dengan strategi literasi (sebelum-ketika-sesudah)

No Pengatur grafis Kegiatan pembelajaran

1 Peta Pengetahuan Menggali pengetahuan latar belakang untuk


Latar Belakang memahami teks nonfiksi.

2 Tabel Prediksi Membuat prediksi tentang teks nonfiksi.


3 Tahu-Ingin-Pelajari Menuliskan hal yang sudah diketahui, yang ingin
diketahui (di awal pembelajaran) dan yang telah
dipelajari (di akhir pembelajaran)
4 Tahu-Ingin- Menuliskan hal yang sudah diketahui, yang ingin
Bagaimana diketahui, dan bagaimana cara mengetahuinya.
5 Tahu-Ingin- Menuliskan hal yang sudah diketahui, yang ingin
Bagaimana-Pelajari diketahui, bagaimana cara mengetahuinya (di awal
pembelajaran) dan yang telah dipelajari (di akhir
pembelajaran)
6 Membuat Keterkaitan Membuat keterkaitan antara teks dengan diri sendiri,
Teks dengan teks lain, dengan dunia luar.
7 Rantai Peristiwa Mengurutkan kejadian dalam teks nonfliksi secara
kronologis.
8 Siklus Mengurutkan siklus kejadian/peristiwa

9 Peta Semantik Memahami makna kata baru/sulit dari teks nonfiksi.


10 Tabel Kata ABC Curah pendapat dan identifikasi informasi penting
dalam teks.
11 Adik Simba Mengidentifikasi informasi penting dengan
menggunakan kata tanya.
12 Berpikir- Memikirkan sebuah pertanyaan/isu penting, bekerja
Berpasangan-Berbagi berpasangan, dan membagikan hasil diskusi.
13 Hubungan Tanya Membuat pertanyaan tentang fakta di dalam teks,
Jawab informasi tersirat, keterkaitan antara teks dengan
diri , dan dengan penulis/dunia luar.
14 Diagram Venn Membandingkan antara 2 hal/tokoh

15 Bandingkan- Membandingkan dan mengontraskan antara dua teks


Kontraskan
16 Tabel Fakta dan Opini Mengidentifikasi fakta dan opini dalam teks nonfiksi.
17 Tabel Lima Indera Mengindentifikasi lima indera dan bagaimana
pengaruhnya terhadap pengalaman orang dalam
sebuah teks.

37
18 Gambar dengan Menggambar dan menulis caption baru berdasarkan
Caption informasi dalam teks.
19 Peta Gagasan Utama Mengidentifikasi gagasan utama dan gagasan penjelas
dan Penjelas dalam teks.
20 Sebab-Akibat Menentukan sebab dan akibat sebuah peristiwa
dalam teks.
21 Tabel Ringkasan Membuat ringkasan sebuah teks.
22 Daftar Cek Menggunakan daftar cek untuk membantu
Menceritakan menceritakan kembali isi sebuah teks.
Kembali

UNIT IV
PENYELENGGARAAN PELATIHAN DAN

38
PENDAMPINGAN
1. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 160 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan
Kurikulum 2013 pasal 4, dinyatakan bahwa: Satuan pendidikan dasar dan
pendidikan menengah dapat melaksanakan Kurikulum Tahun 2006 paling lama
sampai dengan tahun pelajaran 2019/2020. Ketentuan ini memberi kesempatan
kepada sekolah yang belum siap melaksanakan K13 untuk tetap melaksanakan
Kurikulum 2006 sambil melakukan persiapan-persiapan sehingga selambat-
lambatnya pada tahun 2020 sekolah tersebut telah mengimplementasikan K13
setelah mencapai kesiapan yang optimal. Sebagai langkah awal, yang telah
dilakukan dalam rangka persiapan Pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah melakukan
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) bagi pendidik dan tenaga kependidikan di
sekolah serta unsur-unsur lain yang terlibat langsung dalam proses pendidikan.
Untuk memelihara dan meningkatkan kesinambungan pemahaman dan
ketersediaan sumber daya pendidikan dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 di
masing-masing satuan pendidikan, diprogramkan kegiatan Pendampingan untuk
para pendidik, kepala satuan pendidikan, dan pengawas.
Sasaran pelatihan Kurikulum 2013 di sekolah dasar tahun 2018 adalah guru kelas I,
guru kelas IV, guru agama, kepala sekolah, dan pengawas dari sekolah sasaran
implementasi Kurikulum 2013 tahun 2018 berjumlah 53.702 SD atau 40%. Sasaran
pendampingan implementasi kurikulum 2013 tahun 2018 berjumlah 53.702 SD
atau 40%.
Kegiatan bimtek dan pendampingan pelaksanaan K13 secara utuh berlandaskan
pada ketentuan perundang-undangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Nasional Tahun 2005-2025;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;

39
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan jo Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan jo Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
6. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2018 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 160
Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum
2013
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 61
Tahun 2014 Tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62
Tahun 2014 Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63
Tahun 2014 Tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 79
Tahun 2014 tentang Mutan Lokal Kurikulum 2013;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 105
Tahun 2014 tentang Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
14. Peraturan Mendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan
Dasar dan Menengah;
15. Peraturan Mendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah;

40
16. Peraturan Mendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian
Pendidikan;
17. Peraturan Mendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013;
18. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 75 tahun
2016 Tentang Komite Sekolah;
19. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan;
20. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor
73502/MPK.A/PR/2017 tahun 2017 tentang Gerakan Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK)
21.
2. PELAKSANAAN KURIKULUM 2013

A. Konsep Dasar Bimbingan Teknis


1) Pengertian
Bimtek kurikulum dalam panduan ini dimaksudkan sebagai proses pemerolehan
dan/atau peningkatan kompetensi pelaksanaan Kurikulum 2013 yang bersifat
penyegaran untuk narasumber/instruktur. Pelatihan Kurikulum 2013 tahun
2018 yang dilaksanakan secara berjenjang dari pelatihan kurikulum tingkat
pusat, tingkat provinsi, tingkat kabupaten/kota, dan di sekolah sasaran. Peserta
Bimtek Kurikulum 2013 sebagai berikut:
 Untuk bimtek yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan
Sekolah Dasar, peserta berjumlah 102 orang yang terdiri dari Narasumber
Nasional, Instruktur Nasional, Instruktur Provinsi, Widyaiswara
PPPPTK/LPPKS, Pengawas, dan/atau Dosen LPTK yang pernah mendapat
Bimtek Kurikulum 2013.

 Untuk bimtek yang diselenggarakan oleh LPMP berjumlah 6.293


terdiri dari praktisi, widyaiswara LPMP/P4TK, dan/atau Dosen LPTK dan
pengawas sekolah yang pernah mendapat Bimtek Kurikulum 2013.

41
 Untuk pelatihan yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan, peserta pelatihan kurikulum berjumlah 220.256
orang yang terdiri dari guru kelas 1, guru kelas 4, guru agama, guru PJOK
dan kepala sekolah dari sekolah sasaran Kurikulum 2013 tahun 2018.

Narasumber atau instruktur Bimtek kurikulum 2013 dalam panduan ini sebagai
berikut.
a. Instruktur Kurikulum dengan kriteria:

 Penulis KI, KD, Silabus, dan pedoman tematik/matapelajaran

 Penulis pedoman penilaian

 Penulis buku teks tematik/matapelajaran

b. Praktisi pendidikan seperti guru, kepala sekolah, pengawas, pegiat


pendidikan dengan kriteria:

 Telah mengikuti pelatihan dan pendampingan Kurikulum 2013 yang


diselenggarakan oleh Direktorat PSD, LPMP, atau Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota dengan hasil sekurang-kurangnya BAIK.
 Memiliki pengalaman sebagai narasumber minimal tingkat kabupaten
sebagai guru inti atau guru pemandu mata pelajaran.
 Berasal dari sekolah yang telah mengimplementasikan Kurikulum 2013.
c. Akademisi seperti Dosen LPTK, Widyaiswara P4TK, Widyaiswara
LPMP dengan kriteria:

 Memiliki latar belakang pendidikan sesuai mata pelajaran yang difasilitasi.

 Telah mengikuti pelatihan dan pendampingan Kurikulum 2013 yang


diselenggarakan oleh Direktorat PSD, Dinas Pendidikan Provinsi, LPMP
atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan hasil sekurang-kurangnya
BAIK.

 Bersedia melaksanakan tugas

d. Manajemen dengan kriteria:

42
5) Direktorat Pembinaan SD

6) Puskurbuk

7) Puspendik

8) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

9) LPMP

2) Prinsip Bimbingan Teknis


Bimbingan teknis kurikulum 2013 diberikan oleh fasilitator dengan prinsip-
prinsip berikut:
1.2.a. Menyeluruh, yaitu diikuti oleh semua pemangku kepentingan
pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di sekolah sebagai peserta
dengan materi semua komponen pengelolaan dan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah;

1.2.b. Kolegial, yaitu hubungan kesejawatan antara pemberi dan penerima


pelatihan;

1.2.c. Profesional, yaitu fasilitator memiliki kompetensi (penguasaan


mengenai pelaksanaan kurikulum) yang memadai dan memberikan
pelatihan dan pendampingan dengan baik;

1.2.d. Sikap percaya, yaitu yang menerima Bimtek dan pendampingan


memiliki sikap percaya kepada fasilitator bahwa informasi, saran, solusi, dan
contoh yang diberikan adalah yang memang sesuai dengan kurikulum dan
fasilitator percaya bahwa para peserta Bimtek dan pendampingan memiliki
kemauan kuat untuk memahami dan akan melaksanakan kurikulum dengan
baik;

1.2.e. Berdasarkan kebutuhan, yaitu materi Bimtek dan pendampingan


adalah materi yang relevan dan masih belum dikuasai dan/atau
memerlukan penguatan;

43
1.2.f. Berkelanjutan, yaitu bahwa Bimtek dan pendampingan pelaksanaan
kurikulum dilanjutkan oleh guru/sekolah sendiri dan/atau melalui KKG dan
KKKS di gugus sekolah, forum Komite Sekolah, dan forum lainnya yang
relevan.

3) Tujuan Bimtek
Tujuan umum Bimtek Kurikulum 2013 sebagai berikut.
c. Peserta Bimtek dapat memahami materi bimtek berupa konsep dan
implementasi Kurikulum 2013 serta strategi pelaksanaan Bimtek sehingga
dapat menyampaikan materi Bimtek tersebut dengan baik kepada peserta
Bimtek.
d. Memberikan penguatan pemahaman kepada pengawas, kepala sekolah, guru,
tenaga kependidikan, orangtua/komite sekolah, dan pemangku kepentingan di
sekolah untuk menjamin keterlaksanaan kurikulum secara efektif dan efisien.

44
Secara khusus tujuan Bimtek Kurikulum 2013 sebagai berikut.
a. Meningkatnya pemahaman peserta Bimtek berkenaan dengan materi
pokok, materi umum, dan materi penunjang terkait dengan implementasi
Kurikulum 2013.
b. Meningkatnya keterampilan peserta Bimtek dalam melaksanakan
pendampingan terhadap guru, kepala sekolah, pengawas, dan pemangku
pendidikan di sekolah dalam implementasi Kurikulum 2013.
c. Memberikan fasilitasi sekolah sasaran dalam memberikan
implementasi Kurikulum 2013.
d. Memberikan bantuan konsultasi, pemodelan (modelling) dan
penguatan secara personal, dan spesifik (coaching) bagi guru, kepala sekolah,
pengawas, dan pemangku pendidikan dalam implementasi Kurikulum 2013
secara langsung di sekolah.
e. Membantu memberikan solusi kontekstual dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi sekolah sasaran dalam implementasi Kurikulum
2013 di sekolah.
f. Meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan buku guru dan
siswa, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), mengelola
pembelajaran, melakukan penilaian pembelajaran, mengisi buku rapor, dan
menerapkan literasi serta penguatan pendidikan karakter dalam
pembelajaran.

45
4) Tahapan Pelaksanaan Bimtek
Bimtek Kurikulum 2013 jenjang SD tahun 2018 dilaksanakan secara bertahap
atau berjenjang, dari pelatihan tingkat nasional, tingkat provinsi, tingkat
kabupaten/kota, dan sekolah sasaran tergambar seperti pada diagram berikut.

PENYEGARAN PENYELENGGARA &


JML PESERTA UNSUR PESERTA
INSTRUKTUR TEMPAT
INSTRUKTUR DIREKTORAT PSD 204 ORG : Narasumber Nasional
Instruktur Nasional
TEMPAT: Instruktur Provinsi
JAKARTA/PROVINSI Praktisi
Dit.PSD,
Puspendik
Puskurbuk,
LPTK
P4TK
LPMP
KABUPATEN/ LPMP 7.140 Org (IK) LPMP
KOTA WI LPMP/P4TK
TEMPAT: LPMP KASI KUR DISDIK KAB/KOTA
DI LPMP/PROV PENGAWAS
SEKOLAH LPMP Dit. GTK Jml SD : 54.805 SD Guru Kelas 1
SASARAN TEMPAT: - Guru Kls 1 : 54.805 Org Guru Kelas 4
LPMP/KAB/KOTA/ - Guru Kls 4 : 54.805 Org Guru Agama
GUGUS - Guru Agama : 54.805 Org Guru PJOK
- Guru PJOK : 54.805 Org
Total: 220.256 Org

Diagram 1. Tahapan Bimtek Implementasi Kurikulum2013

5) Pendekatan dan Metode Bimtek

Bimtek kurikulum 2013 menggunakan pendekatan andragogi dengan


menerapkan metode diskusi dan praktik. Paparan isi dilakukan sebagai sisipan
untuk memperkaya materi dalam proses diskusi atau pengambilan kesimpulan.
Bimtek direncanakan secara bertingkat, diawali dengan bimbingan teknis untuk
Instruktur tingkat Pusat dan tingkat Provinsi (NN, IN, dan IP) yang difasilitasi
oleh Narasumber Nasional, Tim Pengembang Kurikulum, PASKA, Tim PPK dan
Satuan tugas (Satgas) GLS. Berikutnya adalah Bimtek Tingkat Kabupaten/Kota
(IK), dengan narasumber dari LPMP, narasumber nasional, dan Instruktur
Nasional. Terakhir adalah pelatihan Guru Sasaran (GS) yang dilaksanakan
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan dan difasilitasi IK.

Ditinjau dari jenis Bimtek, pelaksanaannya dibagi dalam 4 (empat) tahap:


(a.i.a) Bimtek Instruktur tingkat Pusat menggunakan pola pelatihan 20 jam,
@ 60 menit, selama 3 hari;

46
(a.i.b) Bimtek IK menggunakan pola pelatihan 20 jam, @ 60 menit, selama 2
hari
(a.i.c) Pelatihan GS menggunakan pola pelatihan 52 jam, @ 45 menit, selama
5 hari dengan mempertimbangkan kesesuaian situasi dan kondisi setempat.

B. Struktur Program Bimtek


Struktur program bimtek implementasi Kurikulum 2013 jenjang SD tahun 2018
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
1. Bimtek Instruktur Kurikulum

Waktu
No Materi Fasilitator
@60’
A. Umum

1 Kebijakan dan Dinamika Perkembangan 1 Puskurbuk


Kurikulum 2013
2 Konsep Penguatan Pendidikan Karakter 1 Satgas PPK

3 Konsep Literasi dalam Pembelajaran 1 Satgas GLS

4 Penyelenggaraan Pelatihan dan 1 Ditjen GTK


Pendampingan Kurikulum 2013 Tahun 2018
5 Penyusunan Soal Ujian Sekolah Berstandar 2 Puspendik
Nasional
B. Pokok
1 Analisis SKL, KI, KD, Indikator, Silabus dan 3 Tim Pengembang
Pembelajaran Tematik Terpadu
2 Penyusunan Perancangan Pembelajaran dan 2 Tim Pengembang
Penilaian
3 Perencanaan, Pelaksanaan, Pengolahan dan 2 Tim Pengembang
Pelaporan Hasil Belajar
4 Praktik Penyusunan Soal HOTS 2 Tim Pengembang
5 Inspirasi Tayangan Video Pembelajaran 1 Tim Pengembang
6 Praktek Pembelajaran (Peer Teaching) 2 Tim Pengembang
C. Penunjang
1 Pembukaan 1 Direktur PSD
2 Penutupan 1 Kasubdit Kurikulum
Jumlah 20

47
Struktur Program Bimtek Tim Pengembang Kurikulum 2013 Tingkat Kabupaten-
Kota (IK)

Waktu
No Materi Fasilitator
@60’
D. Umum
1 Kebijakan dan Dinamika Perkembangan 1 Puskurbuk
Kurikulum 2013
2 Konsep Penguatan Pendidikan Karakter 1 Satgas PPK
3 Konsep Literasi dalam Pembelajaran 1 Satgas GLS
4 Penyelenggaraan Pelatihan dan Pendampingan 1 Ditjen GTK
Kurikulum 2013 Tahun 2018
5 Penyusunan Soal Ujian Sekolah Berstandar 2 Puspendik
Nasional
E. Pokok
1 Analisis SKL, KI, KD, Indikator, Silabus dan 3 Tim Pengembang
Pembelajaran Tematik Terpadu
2 Penyusunan Perancangan Pembelajaran dan 2 Tim Pengembang
Penilaian
3 Perencanaan, Pelaksanaan, Pengolahan dan 2 Tim Pengembang
Pelaporan Hasil Belajar
4 Praktik Penyusunan Soal HOTS 2 Tim Pengembang

5 Inspirasi Tayangan Video Pembelajaran 1 Tim Pengembang

6 Praktek Pembelajaran (Peer Teaching) 2 Tim Pengembang

F. Penunjang

1 Pembukaan 1 Direktur PSD

2 Penutupan 1 Kasubdit
Kurikulum
Jumlah 20

48
1. Pelatihan Guru Sasaran
INTEGRASI
PPK
Alokasi PPK PPK
No Materi PPK
@ 45' berbasis berbasis Penilaian dan
berbasis
budaya masya- Evalusi PPK
kelas
sekolah rakat
A. Materi Umum (8 JP)
1 Kebijakan dan 2        
Dinamika
Perkembangan
Kurikulum
2 Penguatan 2  0,25 0,25  1 0,5 
Pendidikan
Karakter
3 Penerapan 2   2    
Literasi dalam
Pembelajaran
4 Penyelenggara 2        
an Pelatihan
dan
Pendampingan
B. Materi Pokok (40 JP)
1 Analisis SKL, 3 1      
KI, KD,
Indikator,
Silabus dan
Pembelajaran
Tematik
Terpadu
2 Perancangan          
Pembelajaran
  a. Prakti 4 1      
k
Penyu
sunan
Prota,
Prose
m,
Pemet
aan
KD,
dan
Silabu
s
  b. Penyu 4 1      
sunan
RPP
3 Bimbingan 2 1      

49
INTEGRASI
PPK
Alokasi PPK PPK
No Materi PPK
@ 45' berbasis berbasis Penilaian dan
berbasis
budaya masya- Evalusi PPK
kelas
sekolah rakat
Psiko Edukatif
4 Perencanaan, 12       2
Pelaksanaan,
Pengolahan
dan Pelaporan
Hasil Belajar
5 Praktik 7 1      
penyusunan
soal HOTS
6 Inspirasi 2        
Tayangan
Video
Pembelajaran
7 Praktek 6 1      
Pembelajaran
(Peer
Teaching)
C. Materi Penunjang (4 JP)
1 Pembukaan: 1        
Kebijakan
Peningkatan
Mutu
Pendidikan
2 Tes Awal 1        
3 Tes Akhir 1        
4 Penutupan: 1        
Review dan
Evalasi
Pelatihan
JUMLAH 52 6,25 2,25 1
C. Penilaian Peserta Bimtek Kurikulum 2013
Penilaian peserta Bimtek Kurikulum 2013, bertujuan untuk memberikan gambaran
yang objektif tentang peningkatan kompetensi peserta, untuk mengetahui
keberhasilan penyelenggaraan Bimtek dalam mencapai tujuan dan sasarannya, serta
sebagai usaha penyempurnaan Bimtek selanjutnya.
1. Cakupan/aspek Penilaian
Untuk mendapatkan gambaran kemampuan peserta, dilakukan penilaian pada
aspek sikap, keterampilan dan pengetahuan dengan pembobotan sebagai berikut:

50
Tabel 1. Pembobotan
Kategori Nilai Bobot Bobot
Nilai Sikap (NS) 40 % 70%
Nilai Keterampilan (NK) 60%
Tes Akhir (TA) 30%
Nilai akhir diperoleh dari:
NA = [{(NS x 40%) + (NK x 60%)} x 70% ] + [(TA x 30%)]

Hasil penilaian tersebut dikategorikan dengan skala kualifikasi sbb.


Tabel 2. Skala Kualifikasi Penilaian
Nilai Predikat
86-100 Baik Sekali
75-85 Baik
65-74 Cukup
55-64 Kurang
≤ 54 Kurang Sekali

2. Teknik dan Instrumen Penilaian


Untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang keberhasilan
peserta setelah mengikuti pelatihan dilakukan evaluasi melalui pengamatan,
penilaian pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian tersebut dilakukan oleh setiap
narasumber/instruktur pada setiap mata pelatihan. Pengukuran pada ranah sikap
dilakukan melalui lembar pengamatan yang dilakukan selama peserta mengikuti
pelatihan. Aspek yang dinilai dalam sikap adalah disiplin, kerjasama, dan tanggung
jawab. Penilaian aspek sikap dilakukan mulai awal sampai akhir pelatihan secara
terus menerus yang dilakukan oleh narasumber/instruktur pada saat peserta
melakukakan hal-hal berikut.
e. Menerima materi pelatihan.
f. Melaksanakan tugas individu dan kelompok.
g. Berinteraksi dengan narasumber/instruktur.
h. Mengemukakan pendapat, bertanya, dan menjawab.
Penilaian keterampilan dilakukan dari kegiatan peserta dalam
mendemonstrasikan atau melakukan tugas yang diminta oleh
narasumber/instruktur/fasilitator. Penilaian keterampilan dilakukan melalui
lembar pengamatan. Penilaian pengetahuan diukur dari pemahaman peserta

51
terhadap materi pelatihan yang diketahui melalui tes awal dan tes akhir.

D. Monitoring dan Evaluasi, Pelaporan, dan Layanan Informasi


1. Monitoring
a. Tujuan
Monitoring dan Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk:
a.i.1.a.i.1) memantau kemajuan program Bimtek pelaksanaan kurikulum;

a.i.1.a.i.2) mengetahui tingkat keberhasilan program Bimtek pelaksanaan


kurikulum; dan

a.i.1.a.i.3) mengidentifikasi lesson learned (kendala, solusi, dan good practice)


selama Bimtek pelaksanaan kurikulum.

b. Aspek Monitoring dan Evaluasi


Beberapa aspek yang dilihat dalam kegiatan monitoring dan evaluasi
meliputi:
1. Kesesuaian antara rancangan dan pelaksanaan kegiatan pelatihan
pelaksanaan kurikulum dalam hal waktu pelaksanaan, tempat
pelaksanaan, pelaksana, narasumber/instruktur, sasaran, cakupan materi,
mekanisme/skenario, dan output (ketercapaian tujuan);
2. Kendala/masalah yang dihadapi serta penyelesaian yang telah dan/atau
akan dilaksanakan;
3. Hal-hal yang mempermudah/mendukung terlaksananya pelatihan
pelaksanaan kurikulum;
4. Lesson learned.
c. Pelaksana Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan monitoring dan evaluasi akan dilaksanakan oleh Direktorat
Pembinaan SD, yang terdiri dari unsur pejabat, staf, tim ahli, dan tim teknis
Direktorat Pembinaan SD; Unsur Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
(Tim Provinsi); LPMP; serta Unsur Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten/Kota (Tim Kabupaten/Kota).
d. Waktu Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan monitoring dan evaluasi oleh Direktorat Pembinaan SD dilaksanakan

52
pada sekolah sasaran pelaksana kurikulum 2013 pada akhir tahun 2018.
Sejumlah sekolah sasaran ditetapkan sebagai sampel.

2. Pelaporan
Pelaporan kegiatan Pelatihan Kurikulum 2013 akan dilakukan oleh masing-
masing instansi pelaksana pelatihan.
LPMP menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan program pelatihan
pelaksanaan kurikulum tingkat Kabupaten/Kota dan pelatihan guru sasaran,
yang mencakup Laporan Pelaksanaan Kegiatan dan Laporan Keuangan.
Laporan pelaksanaan monitoring dan evaluasi secara nasional disusun oleh
Direktorat Pembinaan SD berdasarkan laporan yang disusun oleh masing-
masing petugas yang melaksanakan monitoring dan evaluasi di semua provinsi
di Indonesia.
3. Layanan Informasi
Layanan informasi dapat menghubungi:
j) Direktorat Pembinaan SD,
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan alamat:
Subdit Kurikulum, Direktorat Pembinaan SD , Gd. E Lantai 18 Kemendikbud
Telp. 021 5725989
k) LPMP setempat;
l) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat.
3. PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM
A. Konsep Dasar Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013
1. Pengertian Pendampingan
Pendampingan implementasi Kurikulum adalah proses pemberian bantuan
penguatan pelaksanaan Kurikulum yang diberikan oleh pengawas kepada kepala
sekolah dan guru yang telah dilatih Kurikulum 2013. Pendampingan juga dapat
diikuti oleh tenaga kependidikan lainya, orang tua/komite sekolah, dan pemangku
kepentingan di sekolah dasar sesuai kurikulum yang berlaku. Pendampingan
menjadi alat pemberdayaan dan pengembangan personal yang ampuh dan efektif
dalam membantu seseorang mengembangkan karirnya. Dengan pendampingan,
akan tercipta kerjasama antara dua orang (pendamping dan sasaran) yang

53
biasanya bekerja di bidang yang sama atau berbagi pengalaman yang mirip. Selain
itu, pendampingan dapat menciptakan hubungan kerja yang bermanfaat
didasarkan pada sikap saling percaya dan menghormati.
2. Tujuan Pendampingan
Tujuan umum pendampingan implementasi Kurikulum 2013 adalah memberikan
penguatan pemahaman tentang konsep dan strategi implementasi kurikulum
kepada kepala sekolah dan guru yang telah dilatih oleh pendamping dalam hal
pengawas sekolah untuk menjamin keterlaksanaan kurikulum secara efektif dan
efisien.
Secara khusus tujuan pendampingan implementasi Kurikulum 2013 sebagai
berikut.
a) Memberikan fasilitasi dalam implementasi kurikulum di sekolah.
b) Memberikan bantuan konsultasi, pemodelan (modelling) dan penguatan
secara personal, dan spesifik (coaching) dalam pelaksanaan kurikulum
secara langsung di sekolah.
c) Membantu memberikan solusi kontekstual dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan kurikulum di sekolah.
d) Membangun budaya mutu sekolah kepada pengawas, kepala sekolah, guru,
tenaga kependidikan, orangtua/komite sekolah, dan pemangku
kepentingan di sekolah melalui program pendampingan yang dilakukan
secara inovatif, kontekstual, dan berkelanjutan.
e) Meningkatkan pemahaman guru berkenaan dengan isi buku guru dan
siswa, rencana pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian, pengelolaan
program muatan lokal, dan kegiatan ekstrakurikuler, serta interaksi orang
tua dalam pembelajaran anak.
f) Meningkatkan pemahaman guru berkenaan dengan isi buku guru dan
siswa, rencana pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian, pengelolaan
program muatan lokal, dan kegiatan ekstrakurikuler, serta interaksi orang
tua dalam pembelajaran anak.
g) Meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan buku guru dan
siswa, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), mengelola
pembelajaran, melakukan penilaian pembelajaran, mengisi buku rapor,
serta mengelola interaksi orang tua dalam pembelajaran.

54
3. Prinsip-prinsip Pendampinagn
Pendampingan dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
e. Profesional: yaitu hubungan yang terjadi antara pemberi pendampingan dan
penerima pendampingan adalah untuk peningkatan kemampuan profesional
dan bukan atas dasar hubungan personal.
f. Kolegial: yaitu hubungan kesejawatan antara pemberi dan penerima
pendampingan. Dengan prinsip ini maka antara pengawas sekolah, kepala
sekolah, dan guru pemberi bantuan serta pengawas, kepala sekolah, dan guru
yang menerima bantuan memiliki kedudukan setara, yang satu tidak lebih
tinggi dibandingkan lainnya.
g. Sikap saling percaya: yaitu pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru yang
menerima pendampingan memiliki sikap percaya kepada pemberi
pendampingan bahwa informasi, saran, dan contoh yang diberikan adalah yang
memang dikehendaki Kurikulum.
h. Berkelanjutan: yaitu hubungan profesional yang terjadi antara pemberi dan
penerima pendampingan berkelanjutan setelah pemberi pendampingan secara
fisik sudah tidak lagi berada di lapangan, dilanjutkan melalui e-mail, sms, atau
alat lain yang tersedia.
i. Kolektif dan menyeluruh: yaitu pendampingan dilaksanakan dengan
melibatkan semua unsur yang meliputi pengawas, kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan lain, orangtua/komite sekolah, dan pemangku kepentingan lain.
j. Berdasarkan kebutuhan: yaitu materi pendampingan adalah materi
teridentifikasi sebagai aspek yang masih memerlukan penguatan dan kegiatan
penguatan akan memantapkan pengetahuan dan ketrampilan penerima
pendampingan.
k. Semangat Maju Bersama: yaitu bahwa semua unsur yang terlibat dalam
pendampingan memiliki semangat maju untuk meningkatkan pendidikan
Indonesia.

B. Metode dan Strategi Pendampingan


Pelaksanaan pendampingan implementasi Kurikulum 2013 jenjang SD tahun 2017
2018 dilakukan oleh LPMP, pengawas dan kepala sekolah yang telah mengikuti
pelatihan kurikulum 2013 di tingkat pelatihan kabupaten/kota. Pendampingan

55
diikuti oleh guru kelas 1, guru kelas 4, kepala sekolah yang telah mengikuti pelatihan
implementasi Kurikulum 2013 di tingkat sekolah sasaran, serta guru agama dan guru
PJOK. Pendampingan dilakukan dengan mengumpulkan peserta pendampingan di
sekolah Inti (IN) dan pendampingan dilakukan pengawas dan kepala sekolah kepada
peserta pendampingan saat melakukan pembelajaran di kelas (ON). Pendampingan
implementasi Kurikulum 2013 dilaksanakan dengan IN sebanyak 2 kali, dan ON
sebanyak 1 kali.

1. Pola Pendampingan

Pendampingan Kurikulum 2013 dilaksanakan dengan menggunakan sistem


kombinasi antara in-service training (IN) dan on the job training (ON).
Pendampingan dimulai dengan pertemuan di gugus (IN Persiapan), sebagai awal
sosialisasi Kurikulum 2013 diikuti oleh seluruh kepala sekolah guru dari sekolah
sasaran. Pendampingan berikutnya (ON) adalah pendampingan oleh pendamping
pada saat pembelajaran secara operasional di sekolah sasaran, khususnya guru
kelas yang melaksanakan Kurikulum 2013.
2. Tahapan Pendampingan

Tahapan pendampingan Kurikulum 2013 di sekolah dasar terdiri dari (a)


persiapan, (b) pelaksanaan, (c) monitoring dan evaluasi, dan (d) pelaporan.
a. Persiapan Pendampingan, meliputi:
1) Penyusunan Panduan Pendampingan Kurikulum 2013.
2) Penyusunan bahan dan materi pendampingan yang dilakukan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar dengan melibatkan sejumlah unsur
seperti perguruan tinggi, Puskurbuk, Puspendik, LPMP, tenaga pendidik
dan kependidikan (pengawas, kepala sekolah, guru), dan unsur lain
terkait. Bahan pendukung pendampingan antara lain contoh silabus,
contoh RPP, contoh penilaian, contoh rapor, contoh pembelajaran berbasis
masalah (PBL), contoh pembelajaran berbasis proyek, contoh
pembelajaran berbasis penemuan, dan instrumen tentang pemahaman
peserta pendampingan dan instrumen observasi kelas.
3) Penetapan sekolah sasaran pendampingan.
4) Penyiapan narasumber pendampingan.

56
5) Pendataan guru sasaran, yang meliputi data tentang nama guru,
pangkat dan golongan, jenjang guru, dan guru kelas yang diampu serta
data lain yang diperlukan.
6) Pelatihan bagi calon pendamping.

b. Pelaksanaan Pendampingan
- Pendampingan pelaksanaan Kurikulum 2013 dilaksanakan di
gugus dan sekolah pelaksana Kurikulum 2013 melaui kegiatan IN di
gugus/SD Inti dan ON di kelas. Pelaksanaan IN dijadwalkan di luar jam
pembelajaran. Persiapan pendampingan yang dilaksanakan setelah selesai
pembelajaran pada saat IN.
- Waktu pelaksanaan pendampingan (ON di kelas) selama 1,5 hari
per sekolah. Pendampingan dilakukan melalui observasi pembelajaran
bagi guru kelas I. Hari ketiga pendampingan dilakukan melalui observasi
pembelajaran bagi guru kelas IV.
- Guru Agama dan Guru PJOK sebagai guru sasaran pendampingan
tetap mengikuti kegiatan pendampingan di sekolah inti sesuai dengan
Topik yang terkait muatan pelajaran Agama dan pelajaran PJOK, misalnya
RPP, Pelaksanaan Pembelajaran Tematik, dan Penilaian.
c. Monitoring dan evaluasi Pendampingan
1) Monitoring dan Evaluasi (Monev) pendampingan pelaksanaan
kurikulum merupakan serangkaian kegiatan menilai, membandingkan,
dan memutuskan himpunan data yang diperoleh secara otentik pada saat
pendampingan, oleh petugas Monev terhadap sasaran, yaitu pengawas dan
Guru Sasaran.

2) Kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kurikulum


dimaksudkan untuk menggali berbagai aspek yang terkait dengan
pelaksanaan kurikulum, yaitu: buku, sistem dan dampak pelatihan, proses
pembelajaran tematik terpadu dengan pendekatan saintifik di kelas,
proses penilaian otentik, manajemen pelaksanaan kurikulum, dan layanan
kesiswaan.

57
- Kegiatan monitoring dan evaluasi ini diawali dengan penyusunan
panduan dan instrumen.

- Kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan


instrumen dalam bentuk hardcopy. Kemudian dipindahkan ke dalam
bentuk instrumen elektronik

- Petugas monev berasal dari unsur Direktorat Pembinaan SD, Puskurbuk,


Puspendik, Puslitjak, LPMP, PPPPTK, LPTK, Dinas Pendidikan
Kabupaten/kota, pengawas.

- Responden monitoring dan evaluasi meliputi semua unsur yang terlibat


dengan pelaksanaan pendampingan kurikulum yaitu pengawas sekolah,
kepala sekolah, guru, siswa, dan warga sekolah, serta komite sekolah.

d. Pelaporan
1) Pada setiap tahap kegiatan pendampingan Kurikulum 2013 wajib
disusun laporan pelaksanaan untuk diserahkan ke LPMP, kemudian LPMP
melakukan analisis laporan dan mengirimkan hasil analisis ke Direktorat
Pembinaan Sekolah Dasar.
2) Laporan pelaksanaan pendampingan oleh pengawas mencakup
informasi kegiatan IN dan ON.
A. Jadwal Pendampingan
Jadwal pendampingan pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah dasar disusun oleh
LPMP yang mengacu pada jadwal yang telah disusun oleh Direktorat Pembinaan
Sekolah Dasar dengan memperhatikan ketersediaan anggaran dan proses
pencairannya dengan rencana sebagai berikut.

NO KEGIATAN WAKTU
A. Persiapan Pendampingan
Penyiapan Bahan, Materi, dan Panduan
1. Januari s.d. April 2018
Pandampingan Kurikulum 2013
2. Penetapan Sekolah Inti Pendampingan April s.d. Mei 2018
3. Pendataan guru calon peserta pendampingan Mei 2018
4. Bimtek/Pelatihan Instruktur Kurikulum 2013
a.
Bimtek Instruktur Kurikulum 2013 Februari 2018
b. Pelatihan Instruktur Kurikulum 2013 (Guru
Maret s.d Juni 2018
Sasaran)

58
NO KEGIATAN WAKTU
B. Pelaksanaan Pendampingan Agustus s.d November 2018
C Monitoring dan Evaluasi Nopember - Desember 2018
D Pelaporan Desember 2018

Berikut diberikan contoh jadwal pelaksanaan pendampingan yang


pelaksanaannya secara IN dan ON sebagai berikut.

59
No BULAN MINGGU I MINGGU II MINGGU III MINGGU IV

1 Agustus 2018 IN-1 diikuti oleh


Kepala Sekolah,
guru kelas I, IV,
guru PJOK dan
guru Agama di
Gugus Sekolah
2 September 2018 ON-1,
Pendampingan
kepada guru
Kelas I dan IV dan
warga sekolah
lainnya di SD Inti
3 Oktober 2018 IN-3 diikuti oleh
Kepala SD, guru
kelas 1, 4, guru
PJOK dan guru
Agama.

B. Kriteria Pendamping
Pendamping Kurikulum 2013 mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. telah lulus pelatihan Kurikulum 2013 dengan prestasi sekurang-
kurangnya dengan predikat memuaskan;

2. telah lulus dalam bimbingan teknis guru pendamping;

3. pendidikan sekurang-kurangnya S1/D4, diutamakan di bidang


pendidikan;

4. telah mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun;

5. diutamakan memiliki prestasi akademik;

6. diutamakan bagi yang memiliki pengalaman sebagai


narasumber/Pendamping/Fasilitator dalam bidang pendidikan;

7. bersedia melaksanakan pendampingan dengan prosedur dan mekanisme


yang ditetapkan oleh LPMP;

8. direkomendasikan oleh atasan/pejabat yang berwenang;

9. dapat mengoperasikan komputer/laptop/notebook;

60
10. memiliki kemampuan berkomunikasi sebagai master teacher yang
profesional.

C. Sasaran Pendampingan
1. Sasaran pendampingan adalah Guru SD Kelas I, II, III, IV, V, VI, guru agama,
serta guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (PJOK) di sekolah
sasaran, dan pelaksanaan pendampingan dilakukan melalui metode kunjungan
pendamping ke gugus dan sekolah sasaran.

2. Jumlah sekolah sasaran pendampingan pelaksanaan Kurikulum 2013


setiap tahun ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
disesuaikan dengan sasaran program jangka menengah;

D. Materi Pendampingan
Materi pendampingan disusun berdasarkan kebutuhan pendamping maupun guru
sasaran dalam pelaksanaan pendampingan. Materi pendampingan telah disiapkan
oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Materi pendampingan meliputi:

61
MATERI DESKRIPSI

Buku siswa dan buku 1. Pemahaman struktur buku


pegangan guru Kurikulum 2. Pemahaman materi yang tertuang pada buku
2013 3. Keterkaitan antara pengetahuan, keterampilan dan
sikap
4. Pemahaman terhadap sumber-sumber belajar lainnya
(buku, lingkungan sekitarnya, surat
kabar/majalah/internet yang relevan dengan materi
pembelajaran)
5. Keterkaitan antara sumber-sumber belajar dan alat-alat
yang dipergunakan
6. Pengidentifikasian atas pembelajaran keterampilan
berpikir tingkat tinggi (high order thinkingskills/HOTS)
Silabus 1. Identitas mata pelajaran/tema
2. Identitas sekolah
3. Kompetensi Inti
4. Kompetensi Dasar
5. Materi Pokok
6. Pembelajaran
7. Penilaian
8. Alokasi waktu
9. Sumber belajar
Proses pembelajaran dan 1. Pembelajaran yang menekankan pada tiga ranah
penilaian kompetensi melalui pembelajaran pengetahuan untuk
mengasah keterampilan dan membentuk sikap
2. Pembelajaran berbasis aktivitas
3. Pembelajaran untuk mengasah kreativitas
4. Penilaian sebagai pembelajaran (assesment as learning)
atau penilaian untuk mendeteksi kesulitan belajar
siswa.
5. Penilaian untuk pembelajaran (assesment for learning)
atau penilaian untuk memperbaiki pembelajaran.
6. Penilaian terhadap pembelajaran (assesment of
learning) atau penilaian untuk mengukur pencapaian
kompetensi

Praktik Penyusunan 1. Identitas mata pelajaran/tema


rencana pelaksanaan 2. Identitas sekolah
pembelajaran 3. Alokas waktu
4. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian
Kompetensi (IPK)
5. Perumusan tujuan pembelajaran
6. Pemilihan Materi Pokok
7. Pemilihan sumber dan media belajar
8. Pemilihan metode pembelajaran
9. Pemilihan model pembelajaran
10. Penilaian pembelajaran
Praktik Pelaksanaan 1. Pendekatan pembelajaran saintifik:
Pembelajaran 1.a. Mengajak siswa untuk mengamati
1.b. Memotivasi siswa untuk menanya
1.c. Memotiviasi siswa untuk mengumpulkan

62
MATERI DESKRIPSI

informasi,
1.d. Memotivasi siswa untuk mengasosiasi
(menalar)
1.e. Memotivasi siswa untuk
menyimpulkan/mencoba
2. Discovery/inquiry learning
b. Mengajak siswa untuk mencari tahu
c. Mengajak siswa untuk membuktikan
3. Pembelajaran melalui projek
1.a. Menyiapkan projek untuk dikerjakan siswa
1.b. Membiasakan siswa bekerja berkolaborasi
4. Pembelajaran kooperatif

5. Pembelajaran nonklasikal terutama dengan ko-


kurikuler dan ekstra kurikuler sebagai pelaksanaan
dari pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran
saintifik dan pembelajaran melalui projek
Praktik Penilaian dan 1. Penilaian oleh guru:
Pengisian Rapor 1.a. Penilaian penguasaan pengetahuan
1.b. Penilaian produk pembelajaran
1.c. Penilaian iklim pembelajaran
2. Pengolahan nilai dan pelaporan hasil belajar
(rapor)
Penguatan Pendidikan Penguatan Pendidikan Karakter melalui :
Karakter 1.c.1. Berbasisi kelas
1.c.2. Berbasis budaya sekolah
1.c.3. Berbasis Masyarakat (PSM)
Penerapan Literasi dalam a. Membaca 15 menit sebelum pembelajaran
Pembelajaran b. Pengelolaan Sudut Baca
c. Pemanfaatan Perpustakaan
Praktik Psikoedukatif (BK) 1.b.A.1. Deteksi Dini kelebihan dan kelemahan peserta
didik
1.b.A.2. Layanan Bimbingan :
a. Pribadi
b. Belajar
c. Sosial
d. Karir
Praktik Eksktra Kurikuler 1.e.A.1. Menyusun Program Ekskul
1.e.A.2. Pelaksanaan Penilaian Ekskul

Praktik Manejemen Menyusun Dokumen KTSP


Sekolah Menyusun Pogram Tahunan
Menyusun Program Semester
Supervisi Pembelajaran

63
E. Tugas dan Tanggung Jawab Instansi
1. Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai instansi
pusat memiliki tugas dan tanggung jawab:

a. Menyusun disain pelaksanaan pendampingan

b. Menetapkan sasaran pendampingan

c. Merumuskan kriteria calon pendamping

d. Koordinasi dengan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP),


Dinas Kabupaten/Kota terkait Program Pendampingan.

e. Menetapkan pendamping (Pengawas)

f. Menyusun panduan teknis pendampingan

g. Menyiapkan materi/bahan pendampingan (bahan cetak, CD, serta


perangkat pendampingan lainnya)

h. Melakukan monitoring pelaksanaan pendampingan

i. Menyusun laporan pelaksanaan pendampingan tingkat nasional.

2. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan memiliki tugas dan tanggung


jawab:

a. Mensosialisasikan program pendampingan ke Dinas Pendidikan


Kabupaten/Kota

b. Mengajukan sekolah sasaran pendampingan

c. Mengajukan calon tim pendamping ke Direktorat Pembinaan SD

d. Melaksanakan Workshop Koordinasi Pendampingan Tim Pendamping


Kabupaten/Kota.

e. Membuat laporan pelaksanaan pendampingan yang akan dilaporkan


ke Direktorat Pembinaan SD

3. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota memiliki tugas dan tanggung jawab:

a. Mensosialisasikan teknis pendampingan ke gugus.

64
b. Mengajukan sekolah sasaran pendamping

c. Mengajukan calon tim pendamping ke LPMP.

d. Memberikan pertimbangan penetapan tim pendamping.

e. Menyiapkan dana mandiri bagi gugus yang belum mendapatkan dana


pendampingan dari LPMP.

f. Membuat laporan pelaksanaan pendampingan yang akan dilaporkan


ke LPMP.

4. Pengawas Sekolah Dasar memiliki tugas dan tanggung jawab:

a. Mengikuti bimtek Instruktur Kabupaten/Kota tentang pelaksanaan


kurikulum yang diselenggarakan oleh LPMP.

b. Menyusun jadwal kegiatan pendampingan.

c. Melaksanakan pendampingan di gugus.

d. Melakukan pendampingan kepada SD sasaran Kurikulum 2013.

e. Menyusun laporan pendampingan untuk diserahkan ke LPMP dan


tembusan ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

5. Kepala Sekolah dan Guru Sekolah Dasar Sasaran memiliki tugas dan
tanggung jawab:

a. Mengikuti pendampingan yang diselenggarakan di gugus.

b. Mendapatkan pendampingan oleh pengawas di sekolah.

c. Menerima Dana Bantuan Pemerintah (Bantah) Pendampingan.

d. Membuat laporan pelaksanaan pendampingan.

F. Pembiayaan
1. Sumber pembiayaan program pendampingan pelaksanaan Kurikulum di
Sekolah Dasar, bersumber dari APBN yang dikoordinasikan oleh LPMP.

2. Bimtek Tim Pengembang Kurikulum 2013 Tingkat Kabupaten/Kota


dilaksanakan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, atau bentuk lain yang
ditetapkan.

65
3. Pendampingan sekolah sasaran dilaksanakan oleh sekolah dengan
dukungan dana bantuan pemerintah yang bersumber dari APBN dan/atau APBD
atau sumber lainnya.

66

Anda mungkin juga menyukai