Pd
KELAS : A PJOK
UNIT I
MATERI UMUM
DINAMIKA PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
Uraian materi pelatihan ini terdiri atas 2 bagian. Bagian pertama adalah uraian singkat
mengenai dinamika perubahan dan pemutakhiran Kurikulum 2013. Uraian ini sekaligus
sebagai pengantar untuk bagian kedua. Bagian kedua berisi uraian tentang Kompetensi,
Materi, dan Pembelajaran.
B. Apa esensinya dalam pelatihan guru perlu mengetahui semangat perubahan dan
pemutakhiran kurikulum?
Dinamika perubahan dan pemutakhiran Kurikulum 2013 serta strategisnya fungsi pelatihan
implementasi kurikulum yang dikemukakan di atas, risalah terhadap pentingnya pelatihan
kurikulum menjadi menarik. Menarik dalam arti, karena akan bisa memberi gambaran
jawaban atas salah satu dari motto pelatihan bahwa guru merupakan duta bangsa, meminjam
istilah Mendikbud Anies Baswedan, apabila kepadanya ditorehkan predikat “pelukis masa
depan bangsa”. Karena Kurikulum 2013 itu sendiri merupakan muatan yang harus dimiliki
siswa yang akan menjalani kehidupan masa depan sebagai insan berkarakter, berkembang
dalam masyarakat, dan akan membangun masyarakat dalam ekosistem pendidikan dan
kebudayaan yang berkarakter berlandasakan semangat gotong royong. Di samping juga,
bahwa pengalaman dalam mengikuti pelatihan Kurikulum 2013 itu sendiri akan lebih
bermakna apabila dapat menginspirasi semua pemangku kepentingan untuk meningkatkan
mutu pendidikan di Republik Indonesia tercinta ini, sehingga ke depan merupakan spirit
pengimplementasian yang berharga untuk mengawal kebijakan.
Dengan menempatkan Pancasila sebagai penggerak ide landasan, maka filosofi itu menjadi
tumpuan filosofi programatik pengembangan Kurikulum 2013, yaitu esensialisme,
perenialisme, rekonstruksi sosial, dan humanisme. Keempat filosofi ini digunakan secara
eklektik sesuai dengan kebutuhan Kurikulum 2013. Landasan esensialisme digunakan untuk
mengembangkan kemampuan intelektual berdasarkan pandangan disiplin ilmu. Landasan
perenialisme digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir rasional melalui
pewarisan nilai-nilai budaya dan kecermelangan bangsa. Landasan rekonstruksi sosial
digunakan untuk mengkaitkan apa yang dipelajari siswa di satuan pendidikan dengan
kehidupan masyarakat di sekitarnya. Landasan humanisme memberikan kebebasan kepada
siswa belajar dan posisinya sebagai subjek dalam belajar. Dengan kata lain, keempat filosofi
tersebut sekaligus dijadikan pendekatan dalam perancangan kurikulum.
Perancangan kurikulum berkenaan dengan organisasi konten kurikulum. Atas pemikiran itu,
maka konten Kurikulum 2013 bukan sekadar daftar mata pelajaran. Mata pelajaran adalah
unit terkecil dalam organisasi konten kurikulum yang saling terkait satu sama lain yang secara
konseptual menerapkan pendekatan kurikulum berbasis kompetensi (competency-based
curriculum). Dengan prinsip bahwa pengembangan kompetensi keterampilan dan kompetensi
sikap sebagai konten kurikulum yang termasuk kelompok konten berkembang (developmental
content), maka diperlukan penguatan-penguatan secara vertikal (dalam satu mata pelajaran)
dan horizontal (dalam setiap kegiatan pembelajaran antarmata pelajaran). Berbeda dengan
kompetensi pengetahuan dan keterampilan yang merupakan konten masteri (mastery
content) yang dapat dimiliki dalam satu pertemuan, konten kompetensi sikap yang
berkembang harus dibina dalam waktu panjang selama proses pendidikan berlangsung di
suatu jenjang pendidikan, dan bahkan mesti dilanjutkan di jenjang berikutnya.
Atas dasar kerangka pikir seperti itu, maka dalam perancangan Kurikulum 2013 diperlukan
suatu pengikat konten kurikulum (organising element). Kurikulum 2013 menggunakan
Kompetensi Inti (KI) sebagai organisasi pengikat. Organisasi pengikat tersebut mencakup
empat kompetensi, yaitu 1) sikap spiritual, 2) sikap sosial, 3) pengetahuan, dan 4)
keterampilan (penerapan pengetahuan). Oleh karena kompetensi ini dijadikan pengikat
konten, maka KI merupakan tujuan bagi siswa selama satu tahun. Dengan demikian, siswa
tidak hanya tahu tetapi mampu menggunakan pengetahuan dalam kehidupan sehingga
prinsip I see, I know, I do, and I understand dapat dibudayakan. Konteks dan kompetensi inti
menjadi dasar dalam pengembangan kurikulum yang diturunkan ke dalam kompetensi
masing-masing mata pelajaran. Artinya, keempat KI pada semua mata pelajaran memiliki
turunan kompetensi yang disebut Kompetensi Dasar (KD).
Setiap mata pelajaran memberikan kontribusi kompetensi dan juga KI sesuai dengan
karakteristiknya melalui semua jalur pembelajaran. Karenanya, dapat dikatakan bahwa
pencapaian kompetensi merupakan hasil kolaborasi setiap mata pelajaran. Karena itu, dalam
setiap mata pelajaran harus dikembangkan KD yang mengacu kepada keempat kompetensi
inti tersebut. Dengan pendekatan perancangan seperti itu, maka siswa akan berkembang
kemampuannya sekaligus menghasilkan berbagai bentuk aplikasi sehingga kemampuan
berpikir teknologis juga akan berkembang di samping kemampuan berpikir tingkat tinggi,
kreatif dan inovatif setelah mereka tamat pada jenjang satuan pendidikan tertentu, yang
dipandu dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Di mana SKL memberikan kerangka
konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai melalui kegiatan belajar dan
pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi selama
satuan waktu tertentu.
Pada Tabel 1 berikut adalah contoh format KI-KD Kurikulum 2013 mata pelajaran IPA
SMP/MTs Kelas VII sebelum mengalami perubahan dan pemutakhiran.
Format penyajian dalam Kurikulum 2013 sebagaimana pada Tabel 1 nampak bahwa KD pada
Kompetensi Inti 1 (KI-1) dan KD pada KI-2 dianggap kurang logis dikaitkan dengan
karakteristik mata pelajaran IPA. Oleh karena itu, perbaikan koherensi KI-KD dan
penyelarasan dokumen, dan penataan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial pada mata
pelajaran tersebut, dan pada semua mata pelajaran menjadi keniscayaan.
Di samping itu, perubahan dan pemutakhiran Kurikulum 2013 dikarenakan adanya alasan
lain, seperti 1) terindikasi adanya inkonsistensi antara KD dalam silabus dan buku teks
pelajaran (baik lingkup materi maupun urutannya); 2) belum ada pernyataan eksplisit dalam
dokumen kurikulum tentang perlunya siswa lebih melek teknologi; 3) format penilaian
dianggap terlalu rumit dan perlu penyederhanaan; 4) penegasan kembali pengertian
pembelajaran saintifik yang bukan satu-satunya pendekatan dalam proses pembelajaran di
kelas; dan 5) penyelerasan dan perbaikan teknis buku teks pelajaran agar mudah dipelajari
oleh siswa.
Paling tidak terdapat dua landasan sebagai rujukan untuk mengadakan perubahan dan
pemutakhiran Kurikulum 2013 yang telah dilaksanakan secara bertahap bagi 6.221 sekolah
pada tahun 2013, yaitu 1) Surat Edaran Mendikbud Republik Indonesia Nomor
179342/MPK/KR/2014 Perihal Pelaksanan Kurikulum 2013 (Anonimous, 2014), dan 2)
Permendikbud Republik Indonesia Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum
Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 (Kemdikbud, 2014a). Dalam dua peraturan perundang-
undangan tersebut tersirat bahwa Kurikulum 2013 yang telah diimplementasikan perlu
diperbaiki karena terdapat ketidakselarasan antara ide dengan desain kurikulum hingga soal
ketidakselarasan gagasan dengan isi buku teks, dan ketidakselarasan gagasan pembelajaran
dengan implementasinya. Sinyal tersebut tampaknya akan mewarnai hasil perbaikan, yang
mengarah pada perubahan dan pemutakhiran Kurikulum 2013 yang ditugaskan kepada Pusat
Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk).
Sebagus apa pun dokumen kurikulum manakala pengimplementasiannya kurang bagus maka
hasilnya pasti juga kurang bagus. Karenanya, pemutakhiran berkait dengan
pengimplementasian Kurikulum 2013 harus memastikan terjadinya keselarasan antara
dokumen kurikulum (plan curriculum), pembelajaran (taught curriculum), dan hasil belajar
(learned curriculum). Dengan demikian, antara KI-KD, silabus, buku teks pelajaran,
pembelajaran, dan penilaian hasil belajar harus selaras. Untuk itu, perbaikan dokumen
kurikulum antara lain: penyelaraskan KI-KD, silabus, dan buku teks pelajaran; kesinambungan
keluasan-kedalaman KD (scope) dan urutan (sequence) secara vertikal (kelas I sampai dengan
XII); keselarasan keluasan-kedalaman KD (scope) dan urutan (sequence) secara horizontal
(antarmata pelajaran) mesti tampak tersurat.
1. menghargai dan menghayati ajaran agama yang 2. menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
dianutnya jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun,
percaya diri dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya
1.3 meyakini bahwa Allah Swt. Maha 2.3 menunjukkan perilaku percaya
Mengetahui, Maha Waspada, Maha diri, tekun, teliti, dan kerja keras sebagai
Mendengar, dan Maha Melihat implementasi makna al-’Alim, al- Khabir,
as-Sami’, dan al-Bashir
Sumber: Puskurbuk. 2016. KI-KD Kurikulum 2013 Hasil Perbaikan Versi 19022016.
Pada Tabel 3. adalah contoh KI-KD kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial pada mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMP/MTs Kelas VII.
1. menghargai dan menghayati ajaran agama 2. menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
yang dianutnya jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun,
dan percaya diri dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
1.1 mensyukuri proses perumusan dan 2.1 menghargai proses perumusan dan penetapan
penetapan Pancasila sebagai Dasar Pancasila sebagai dasar Negara
Negara
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR
1.2 menghargai norma-norma yang 2.2 mematuhi norma-norma yang berlaku dalam
berlaku dalam kehidupan kehidupan bermasyarakat untuk mewujudkan
keadilan
bermasyarakat dengan jujur sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa
1.3 menghayati nilai kesejarahan 2.3 mendukung nilai kesejarahan perumusan dan
perumusan dan pengesahan Undang- pengesahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Sumber: Puskurbuk. 2016. KI-KD Kurikulum 2013 Hasil Perbaikan Versi 19022016.
Sementara itu, pada mata pelajaran selain Pendidikan Agama-Budi Pekerti dan mata pelajaran
PPKn, pembelajaran kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial dilaksanakan melalui
pembelajaran tidak langsung (indirect teaching). Dengan kata lain, KI-1 (sikap spiritual) dan
KI-2 (sikap sosial) tidak memiliki turunan KD tetapi menjadi payung dalam proses
pembelajaran kompetensi dasar KI-3 (pengetahuan) dan KI-4 (keterampilan/kecakapan).
Berikut contoh model rumusan/penulisan KI-1 dan KI-2 untuk mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII hasil pemutakhiran.
KELAS: VII
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap
sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses
pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual, yaitu siswa mampu “Menghargai dan menghayati ajaran
agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial, yaitu siswa mampu
“Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong),
santun, dan percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui
pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya
sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi
siswa.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran
berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan
karakter siswa lebih lanjut (Sumber: Puskurbuk. 2016. KI-KD Kurikulum 2013 Hasil Perbaikan
Versi 19022016).
Kompetensi Dasar, merupakana kriteria capaian pembelajaran suatu mata pelajaran atau
muatan yang pada akhirnya berujung secara praksis dikembangkan secara potensial-aktual
sehingga menjadi kompetensi-kompetensi (sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan) siswa melalui proses belajar, pembelajaran, serta kehidupan nyata. Perubahan
dan pemutakhiran rumusan KI-KD untuk KI-3 (kompetensi pengetahuan) dan KI-4
(kompetensi keterampilan) menggunakan landasan pengembangan tujuan menurut Anderson
dan Krathwohl (2001). Menurut Anderson dan Krathwohl, penulisan tujuan pembelajaran
dalam bentuk kompetensi merupakan perpaduan/pertemuan antara sumbu X sebagai
dimensi proses kognitif/berpikir dan dimensi kategori pengetahuan. Dimensi proses
kognitif/berpikir dimulai dari proses kognitif tingkat rendah (low order thinking) sampai
tingkat tinggi (high order thinking), yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, dan membuat/mencipta. Sedangkan dimensi kategori pengetahuan, yaitu
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif (lihat Tabel 4).
Pada pemutakhiran Kurikulum 2013 penyusunan KD pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah tidak dibatasi lagi oleh tingkatan taksonomi. Dengan demikian, pada sekolah dasar,
misalnya siswa juga dapat membangun kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order
thinking skill) dengan berbagai kategori pengetahuan dari mulai pengetahuan sederhana
sampai dengan pengetahuan yang kompleks. Sementara itu, pada tingkat sekolah menengah
siswa juga dapat membangun pemahaman pengetahuan faktual sesuai dengan karakteristik
mata pelajaran dan materi pembelajaran. Semakin tinggi tingkatan kelas, kemampuan siswa
dibedakan pada kompleksitas jenis pengetahuan. Karenanya, akan semakin mendalam pula
cakupan pengetahuan yang akan dikuasai oleh siswa sesuai dengan tingkatan perkembangan
usia mereka.
Pola penulisan satu KD disusun oleh dua unsur, unsur pertama adalah kata kerja yang
menunjukkan tingkatan berpikir dan tingkatan kecakapan, yaitu mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta, serta unsur ke dua, yaitu kata benda
atau kata kerja yang terdiri dari berbagai jenis pengetahuan antara lain: pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif yang diharapkan dicapai atau dibentuk oleh siswa.
Penggambaran ini sangat diperlukan dalam pengorganisasian kurikulum (curriculum
organization) yang dimutakhirkan untuk mengatur konsistensi dan koherensi setiap mata
pelajaran atau muatan untuk menerapkan kriteria: lingkup isi (scope and depth), urutan
(sequence), keberlanjutan (continuity), dan keterintegrasian (integration) secara sistemik
internal mata pelajaran dan eksternal antarmata pelajaran, dan secara holistik/utuh dalam
suatu jenis/satuan pendidikan.
Dengan merujuk pada Tabel 4 maka gradasi dan keselarasan dalam pengorganisasian KD
dapat digambarkan pada Tabel 5 berikut ini. Di mana semakin kompleks tingkat proses
berpikir yang disajikan KD (kata kerja) akan semakin dalam pula pengetahuan (kata benda)
yang diharapkan untuk mencapai kompetensi. Karena memang revisi taksonomi Bloom
menurut Anderson dan Krathwohl (2001), dimaksudkan pada daya aplikasinya terhadap
pengembangan kurikulum, desain instruksional, penilaian, dan gabungan ketiganya.
Dimensi Mencipta
Proses
Kognitif Mengevaluasi
Menganalisis
Menerapkan
Memahami
Mengingat
Dimensi Pengetahuan
Sumber: Adaptasi dari Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001.
Berikut pada Tabel 6 adalah contoh KI-KD 3 dan KI-KD 4 perubahan dan pemutakhiran untuk
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VII SMP/MTs.
Sumber: Puskurbuk. 2016. KI-KD Kurikulum 2013 Hasil Perbaikan Versi 19022016.
Pada perbaikan dokumen Kurikulum 2013 ditekankan bahwa pendekatan saintifik dengan
5M-nya bukan satu-satunya pendekatan pembelajaran dan bukanlah prosedur atau langkah-
langkah yang kaku. Pendekatan 5M merupakan kemampuan proses berpikir yang perlu
dilatihkan kepada siswa secara terus menerus melalui pembelajaran agar mereka terbiasa
berpikir secara saintifik. Aktivitas mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba,
mengasosiasi, dan mengomunikasikan bukanlah prosedur baku atau urutan langkah-langkah
pembelajaran yang kaku, tetapi merupakan kemampuan atau proses berpikir yang perlu
dibiasakan agar siswa terbiasa berpikir ilmiah. Kemampuan tersebut harus dilatihkan secara
terus menerus sehingga mendorong setiap siswa untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat
dan bersikap ilmiah dalam kehidupan. Kondisi ini dibangun oleh ekosistem pendidikan di
sekolah melalui pembelajaran berbasis aktivitas dan pendekatan keilmuan.
Atas dasar kerangka pikir seperti itu, maka silabus difokuskan pada: 1) penataan penulisan
dan format agar mudah dipahami oleh guru (berisi: KD, materi pembelajaran, dan kegiatan
pembelajaran); 2) pemberian eksplanasi yang lebih jelas terhadap karakteristik mata
pelajaran, lingkup kompetensi, dan materi pembelajaran; 3) kontekstualisasi pembelajaran
turut menjadi penekanan; dan 4) silabus yang disiapkan pemerintah merupakan salah satu
model untuk memberi inspirasi guru. Dengan demikian, guru dapat mengembangkannya
sesuai konteks yang relevan. Begitu pula dalam pembelajaran tematik (SD) guru dapat
mengembangkan tema dan subtema sesuai konteks yang relevan.
Dengan demikian, silabus hasil pemutakhiran bersifat fleksibel, kontekstual, dan memberikan
kesempatan kepada guru untuk mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran, serta
mengakomodasi keungulan-keunggulan lokal. Uraian kegiatan pembelajaran yang terdapat
dalam silabus merupakan alternatif kegiatan yang dirancang berbasis aktivitas. Pembelajaran
tersebut merupakan alternatif dan inspiratif, sehingga guru dapat mengembangkan berbagai
model yang sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran. Dalam melaksanakan
silabus ini guru diharapkan kreatif dalam pengembangan materi, pengelolaan proses
pembelajaran, penggunaan metode dan model pembelajaran, yang disesuaikan dengan situasi
dan kondisi masyarakat serta tingkat perkembangan kemampuan siswa.
Cakupan pengembangan materi maknanya cukup luas, karena dapat berupa: muatan lokal,
diversifikasi kurikulum, kearifan dan keunggulan lokal, dan karakteristik lainnya sesuai
kekhasan masing-masing daerah. Berkait dengan diversifikasi kurikulum, salah satu hasil
kajian Sutjipto (2015) menyebutkan bahwa konten diversifikasi kurikulum dapat dimulai dari
ide, perancangan, implementasi dan evaluasi kurikulum yang cakupannya mulai dari penataan
struktur, pemilihan bahan kajian yang esensial baik secara utuh maupun merupakan
penjabaran dari standar yang ada. Hasil kajian ini sejalan dengan semangat silabus bahwa
konten dan kegiatan pembelajaran pada silabus dapat diperkaya sesuai dengan sumber daya
yang ada di daerah/sekolah dan siswa. Begitu pula dengan perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi, maka dalam pembelajaran seyogianya juga dapat mengakses kemajuan
teknologi tersebut sebagai sarana, sumber belajar maupun media pembelajaran.
Kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial merupakan kompetensi yang akan diraih oleh
siswa sebagai nurturant effect dari pembelajaran pengetahuan dan keterampilan. Oleh karena
itu, penilaianya tidak dikaitkan dengan KD mata pelajaran terkecuali untuk mata pelajaran
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn. Perubahan dan pemutakhiran Kurikulum 2013
menetapkan bahwa KI-1 dan KI-2 tidak dijabarkan ke dalam KD, kecuali mata pelajaran
Agama dan Budi Pekerta dan PPKn. Oleh karena itu, guru mata pelajaran selain Agama dan
Budi Pekerta dan PPKn tidak memberikan penilaian sikap yang dikaitkan dengan KD-KD mata
pelajaran. Guru mata pelajaran tersebut hanya memberikan penilaian umum tentang sikap
sebagai masukan untuk pelaporan nilai sikap yang akan dirumuskan oleh guru kelas/wali
kelas. Hal ini dipandang lebih sederhana dan memudahkan dalam melakukan penilaian sikap
oleh seluruh guru mata pelajaran.
Teknik penilaian pengetahuan dapat dilaksanakan dengan salah satu cara dari berbagai cara,
seperti tes tulis, tes lisan dan penugasan. Ini bukan berarti bahwa setiap KD pengetahuan
harus dinilai melalui tiga cara tersebut. Akan tetapi, guru dapat memilih cara yang paling
sesuai dengan karakteristik KD dan indikatornya. Demikian juga dengan penilaian kompetensi
keterampilan juga dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari berbagai cara,
misalnya menggunakan praktik/kinerja, proyek, porto folio, atau penugasan. Ini juga bukan
berarti bahwa satu KD keterampilan harus dinilai dengan keseluruhan cara tersebut. Akan
tetapi guru dapat memilih cara atau teknik yang paling tepat sesuai dengan karakteristik KD
keterampilan dan indikatornya.
Pemutakhiran juga dilakukan terhadap skala penilaian. Skala penilaian yang semula
menggunakan skala 1 – 4 diubah menjadi skala 0 – 100 (Kemdikbud, 2015a). Dalam peraturan
perundang-undangan tersebut juga diatur tentang kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
ditetapkan oleh satuan pendidikan, yang dalam peraturan perundang-undangan sebelumnya
KKM tersebut ditetapkan secara nasional.
Sementara itu, penilaian kelas (classroom assessment) yang dilakukan sehari-hari oleh guru
merupakan penilaian formatif yang berfungsi sebagai diagnostik. Sebagai fungsi diagnostik,
hasil penilaian tersebut menjadi dasar untuk pembinaan terhadap siswa yang bersangkutan
sesuai dengan apa yang dibutuhkannya, pengayaan atau remedial. Penilaian oleh satuan
pendidikan dilakukan pada akhir semester, akhir tahun, dan akhir jenjang. Penilaian oleh
satuan pendidikan, di samping sebagai penilaian formatif, juga merupakan penilaian sumatif.
Di samping penilaian oleh satuan pendidikan, perlu juga dilakukan penilaian eksternal untuk
melihat kemajuan dan pemetaan yang dilakukan melalui survei atau sensus untuk keperluan
peningkatan mutu pelayanan pendidikan. Demikain juga dengan ujian nasional yang
dilakukan oleh pemerintah yang dilakukan dalam rangka meningkatkan pelayanan agar siswa
mencapai hasil yang diharapkan.
Perubahan dan Pemutakhiran terhadap Buku Pelajaran
Perubahan dan pemutakhiran buku teks pelajaran untuk Kurikulum 2013 meliputi hal-hal
sebagai berikut: 1) menyelaraskan isi buku terhadap perubahan KI-KD dan pembelajaran; 2)
memastikan kembali tidak ada materi dan ilustrasi yang kontroversi, seperti kekerasan, SARA,
etika, dan kesusilaan; 3) memastikan kredensial penulis, penelaah, penilai, dan pereviu secara
terbuka dan dapat dihubungi oleh pengguna/pembaca; 4) mengembangkan pembelajaran
yang menumbuhkan toleransi, hidup bersama secara harmonis dan damai; 5) penataan
kembali buku Tematik Terpadu di SD agar selaras antara KD-KD dengan pembelajaran
antarmata pelajaran yang terikat dalam satu tema atau subtema; 6) tahapan pendekatan
saintifik (5M) tidak perlu dituliskan dalam buku.
Di samping itu, terdapat kebijakan berkait dengan buku pelajaran, yaitu bahwa: 1) buku lama
Kurikulum 2013 tetap dapat digunakan sebagai sumber belajar, 2) buku teks pelajaran buatan
pemerintah bukan satu-satunya sumber belajar utama, dan 3) penerbitan buku teks pelajaran
dapat dilakukan oleh Kemdikbud atau swasta (Kemdikbud, 2016c).
Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah siklus mulai dari ide ke dalam desain
kurikulum, dari desain kurikulum ke dokumen kurikulum, dari dokumen kurikulum ke
implementasi, dan dari implementasi ke hasil dan dampak kurikulum, serta dari hasil dan
dampak kurikulum menjadi masukan ke perbaikan ide kurikulum yang akan datang. Siklus
tersebut berjalan secara terus menerus sesuai dengan tuntutan zaman, kebutuhan peserta
didik, kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban bangsa.
1. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan
pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari
pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif
(15 – 64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun
dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai
puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu
tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia
usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya
manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi
beban.
2. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait
dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri
kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi
akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi
masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade
Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-
Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan
eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas
teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan
Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga
menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa
kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya
materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.
G. Pola pikir seperti apa yang dianut dalam pengembangan Kurikulum 2013?
I. Kompetensi dan materi seperti apa agar lulusan pendidikan mampu bersaing di era
global?
Kompetensi adalah seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh Peserta Didik setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran,
menamatkan suatu program, atau menyelesaikan satuan pendidikan tertentu. Kompetensi dalam
Kurikulum 2013 dirumuskan dalam: (a) Standar Kompetensi Lulusan), (b) Kompetensi Inti,
dan (c) Kompetensi Dasar.
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan
digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian
pendidikan. Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan
peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Kompetensi Inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan
yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program. Kompetensi Inti
merupakan pengorganisasi kemampuan (organizing element) dari Kompetensi Dasar berbagai
mata pelajaran dalam satu tingkatan kelas. Kompetensi Dasar adalah kemampuan untuk mencapai
Kompetensi Inti yang harus diperoleh peserta pidik melalui pembelajaran.
2. Materi
Dalam pengembangan Kurikulum 2013 dilakukan penguatan dengan cara mengurangi materi
yang tidak relevan, pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.
Penguatan materi juga dilakukan untuk mengintegrasikan kearifan dan keunggulan lokal agar
peserta didik tidak tercerabut dari akar budayanya, dan kelak akan mewarisi pembangunan
peradaban bangsa yang sesuai dengan kearifan budaya bangsa.
Materi Kurikulum 2013 tertuang dalam Standar Isi. Standar Isi adalah kriteria mengenai
ruang lingkup materi dan tingkat Kompetensi untuk mencapai Kompetensi lulusan pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Tingkat kompetensi merupakan batas minimal
pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip pembelajaran yang
digunakan:
1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber
belajar;
3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah;
4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
6. Daripembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran
dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7. Daripembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan
keterampilan mental (softskills);
9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan
danpemberdayaanpesertadidiksebagai pembelajar sepanjanghayat.
10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan(ing
ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri
handayani);
11. Pembelajaranyang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;
12. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah
siswa, dan di mana saja adalah kelas.
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran; dan
14. Pengakuan atas perbedaan individualdan latar belakang
budayapesertadidik.
Terkait dengan prinsip di atas, dikembangkan standar proses yang mencakup perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran.
Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka
konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan
kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari
tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.
K. Model penilaian seperti apa yang cocok diterapkan untuk mengukur keberhasilan
belajar peserta didik?
Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu kepada tujuan kurikulum. Tujuan kurikulum
mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3)
pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses
pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan nonkurikuler/ekstrakurikuler.
Penilaian sikap sesungguhnya dimaksudkan untuk penumbuhan, pengembangan, dan
pembinaan kompetensi sikap yang dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung,
dan dapat digunakan sebagai dasar pengembangan karakter peserta didik lebih lanjut. Oleh
sebab itu, penilaian sikap sesuangguhnya bukan memberikan justifikasi pada posisi sikap
anak, melainkan sebagai dasar untuk pembinaan agar peserta didik memiliki sikap spiritual
dan sosial sebagaimana yang ditetapkan dalam kurikulum.
Penilaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan dilaksanakan melalui berbagai cara
sesuai dengan karakteristik kompetensi dasar yang dijabarkan dalam indikator. Teknik
penilaian pengetahuan dapat dilaksanakan dengan salah satu cara dari berbagai cara (tes
tulis, tes lisan dan penugasan). Ini bukan berarti bahwa setiap kompetensi dasar pengetahuan
harus dinilai melalui tiga cara tersebut. Akan tetapi, guru dapat memilih cara yang paling
sesuai dengan karakteristik KD dan indikatornya. Demikian juga dengan penilaian kompetensi
keterampilan juga dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari berbagai cara,
misalnya menggunakan praktik/kinerja, proyek, porto folio, atau penugasan). Ini juga bukan
berarti bahwa satu kompetensi dasar keterampilan harus dinilai dengan keseluruhan cara
tersebut. Akan tetapi guru memilih cara atau teknik yang paling tepat sesuai dengan
karakteristik kompetensi dasar keterampilan dan indikatornya.
Daftar Pustaka
Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing; A
revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. New York: Addison Wesley
Longman Inc.
Anonimous. 2014. Surat Edaran Mendikbud Republik Indonesia Nomor 179342/MPK/KR/2014
Perihal Pelaksanan Kurikulum 2013.
Kemdikbud. 2014a. Permendikbud Republik Indonesia Nomor 160 Tahun 2014 tentang
Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013. Jakarta: Biro Hukum dan
Organisasi.
Kemdikbud. 2014b. Permendikbud Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 tentang
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Biro Hukum
dan Organisasi.
Kemdikbud. 2014c. Permendikbud Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 tentang
Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi.
Kemdikbud. 2014d. Permendikbud Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang
Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Biro Hukum dan
Organisasi.
Kemdikbud. 2015a. Permendikbud Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian
Hasil Belajar oleh Pendidik. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi.
Kemdikbud. 2015b. Permendikbud Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Biro
Hukum dan Organisasi.
Kemdikbud. 2016a. Panduan Pelatihan Instruktur Nasional Kurikulum Sekolah Dasar Tahun
2016. Jakarta: Dit. PSD, Ditjen Dikdasmen.
Kemdikbud. 2016b. Modul 1.2 Bahan Pelatihan Kurikulum 2013, Materi Umum: Dinamika
Perkembangan Kurikulum 2013 Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Kemdikbud.
Kemdikbud. 2016c. Permendikbud Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 tentang Buku yang
Digunakan oleh Satuan Pendidikan. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi.
Oliva, P. F. 1988. Developing the Curriculum, Edisi 2. Boston: Scott, Foresman and Company.
Oliva, P. F. 2013. Developing the Curriculum, Student Value Edition, 8th Edition.
New Jersey: Pearson.
Pinar, W. F. 2012. What Is Curriculum Theory? (Studies in Curriculum Theory
Series), 2nd Edition. New York: Routledge.
Puskurbuk. 2016. KI-KD Kurikulum 2013 Hasil Perbaikan Versi 19022016. Jakarta: Puskurbuk.
Print, M. 1993. Curriculum Development and Design. Sydney: Allen & Unwin Pty Ltd 9 Atchison
Street, St Leonards, NSW 2065 Australia.
Lucas, K. and Rawlins, J. D. 2015. The Competency Pivot: Introducing a Revised Approach to
the Business Communication Curriculum. Business and Professional Communication
Quarterly, June 2015; vol. 78, 2: pp. 167-193., first published on April 22, 2015.
Scchiro, M. S. 2008. Curriculum Theory: Conflicting Visions and Enduring Concerns. Los Angeles:
Sage Publications.
Schubert, W. H. 1997. Curriculum: Perspective, paradigm, and possibility, Second Edition.
Columbus, OH: Prentice Hall.
Taba, H. 1962. Curriculum development: theory and practice. New York, NY: Harcourt, Brace &
World.
Tanner, D. and. Tanner, L. N. 1980. Curriculum Development: Theory into Practice. New York:
Macmillan Publishing Co., Inc.
Tyler, R.W. 1969. Basic principles of curriculum and instruction, 2nd ed. Chicago, IL: University
of Chicago Press.
Wiles, J. and J. Bondi. 1993. Curriculum Development: A Guide to Practice, 4nd ed. New York:
Macmillan Publishing Co., Inc.
UNIT II
MATERI UMUM
PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER (PPK)
Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
menjadikan pendidikan karakter sebagai platform pendidikan nasional untuk membekali
peserta didik sebagai generasi emas tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan karakter yang baik
guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan (Pasal 2). Perpres ini menjadi landasan
awal untuk kembali meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.
Kurikulum 2013 sebagai rujukan proses pembelajaran pada satuan pendidikan, perlu
mengintegrasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Integrasi tersebut bukan sebagai
program tambahan atau sisipan, melainkan sebagai cara mendidik dan belajar bagi seluruh
pelaku pendidikan di satuan pendidikan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada September 2016, telah membentuk Tim
Implementasi PPK untuk mengembangkan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter yang
menjadi salah satu amanat Nawacita Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Pemerintah telah
membuat pedoman dan konsep dasar tentang Penguatan Pendidikan Karakter, mulai dari
naskah akademik utama, yaitu Pedoman dan Konsep Dasar PPK; Buku Saku Panduan Penilaian
PPK; dan berbagai modul pelatihan dan mekanisme pelatihan fasilitator PPK untuk guru,
kepala sekolah, komite sekolah dan pengawas; serta mekanisme dan struktur pelatihan
fasilitator PPK. Keseluruhan naskah ini dapat ditemukan di laman
www.cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah melakukan pelatihan terhadap guru, kepala
sekolah, pengawas, komite sekolah, dan menjadi sekolah rujukan. Tabel 1 menunjukkan data
tersebut.
Tabel 1 Data Sekolah Pelaksana PPK
No Kegiatan 2016 2017
Dua tahun setelah terbitnya Perpres nomor 87 Tahun 2017, seluruh sekolah di Indonesia
harus mengimplementasikan PPK sesuai dengan Perpres 87/2017. Salah satu upaya untuk
mempercepat implementasi PPK tersebut, Kemendikbud mengintegrasikan materi PPK ke
dalam modul-modul Bimtek Kurikulum 2013. Dukungan dan partisipasi masyarakat sangat
diperlukan dalam menyukseskan percepatan implementasi PPK di seluruh sekolah.
Kurikulum 2013 menjadi bagian inti dalam Penguatan Pendidikan Karakter. Karena itu, modul
bimbingan teknis Kurikulum 2013 ini diintegrasikan dengan pendekatan-pendekatan dalam
Penguatan Pendidikan Karakter. Integrasi ini diperlukan agar tidak terjadi kebingungan di
kalangan guru tentang keberadaan Kurikulum 2013 dan PPK atau program-program lain yang
menjadi sistem pendukung pengembangan kualitas sekolah, seperti gerakan literasi sekolah,
sekolah adi wiyata, dan lain-lain.
Pada intinya, Penguatan Pendidikan Karakter mempergunakan tiga basis pendekatan utama
PPK, yaitu pendidikan karakter berbasis kelas, pendidikan karakter berbasis budaya sekolah
dan pendidikan karakter berbasis masyarakat. Tiga pendekatan ini merupakan pendekatan
pendidikan karakter utuh dan menyeluruh yang harus diterapkan di satuan pendidikan.
Keutuhan dan integrasi PPK ini juga ditegaskan di dalam Perpres Nomor 87 tahun 2017
tentang Penguatan Pendidikan Karakter terutama pasal-pasal yang menjelaskan tentang
penyelenggaraan PPK yang terintegrasi di dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan
ekstrakurikuler, dilakukan baik di satuan pendidikan formal maupun nonformal (pasal 6,7,8).
Perpres No.87 Tahun 2017 tentang PPK mendefinisikan PPK sebagai “Gerakan pendidikan di
bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui
harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama
antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM)” (Pasal 1, ayat 1)
Harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir dan olah raga ini perlu menjadi dimensi dalam
setiap program dan kegiatan di sekolah dalam rangka menanamkan nilai-nilai kebaikan agar
individu tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang sehat secara jasmani, rohani, dan
moral. Dalam Perpres dijelaskan bahwa fokus PPK adalah nilai-nilai Pancasila. “PPK
dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama
meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggungjawab” (Pasal 3)
Sangat jelas bahwa pengintegrasian PPK dalam implementasi Kurikulum 2013 perlu
diletakkan dalam kerangka pembentukan karakter peserta didik dengan nilai-nilai kebaikan
yang merupakan impmelentasi nilai-nilai Pancasila. Fokus pendekatan PPK dalam
implementasi Kurikulum 2013 adalah pada pendidikan karakter berbasis kelas. Pendidikan
karakter berbasis kelas merupakan keseluruhan interaksi antara pendidik dan peserta didik
dalam proses pemelajaran untuk memenuhi tuntutan minimal dalam kurikulum yang
disepakati.
Pendidikan karakter berbasis kelas berbicara tentang bagaimana relasi atau hubungan antara
guru dan peserta didik dalam konteks pemelajaran formal isi kurikulum. Selain itu, dalam
pendekatan ini, bagaimana guru mengintegrasikan nilai-nilai pembentukan karakter dalam
proses pembelajaran yang terintagrasi dalam kurikulum menjadi sangat penting. Guru perlu
memahami bagaimana cara mempersiapkan dan mengintagrasikannya dalam proses
pembelajaran melalui pemilihan metodologi pembelajaran, pengelolaan kelas, dan cara
membuat evaluasi. Hal-hal ini menjadi bagian penting yang perlu dipahami pendidik dalam
rangka mengintegrasikan penguatan pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013.
Tiga pendekatan dalam PPK secara konseptual bisa dibedakan, misalnya:
1. Pendidikan karakter berbasis kelas terbatas pada relasi antara guru dan siswa di
dalam kelas dalam proses pembelajaran.
d. Mengembangkan dan memberi ruang yang luas pada segenap potensi peserta didik
melalui kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler.
Namun secara praktis, tiga pendekatan ini sesungguhnya dapat beririsan satu sama lain.
Misalnya, ketika seorang guru dalam mengajar memberikan tugas kepada peserta didik untuk
melakukan wawancara dengan masyarakat setempat, atau melakukan kunjungan situs-situs
resmi benda cagar budaya, maka selain terdapat implementasi pendidikan karakter berbasis
kelas, juga terdapat implementasi pendidikan karakter berbasis masyarakat. Jadi
sesungguhnya, dalam praksis, ketiga pendekatan itu bisa beririsan satu sama lain.
Selama proses sosialisasi dan implementasi PPK, ternyata di lapangan berkembang berbagai
macam distorsi karena kurangnya pemahaman tentang PPK. Melihat adanya banyak distorsi
terhadap pemahaman PPK dalam konteks implementasi Kurikulum 2013, maka beberapa hal
ini perlu diperhatikan oleh para pendidik dalam konteks implementasi Kurikulum 2013:
• Tidak ada parsialitas dalam penyebutan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), seperti
RPP PPK, RPP literasi, RPP HOTS, dan lain-lain. Yang ada adalah RPP Kurikulum 2013.
Karena PPK memperkuat Kurikulum 2013, maka yang ada adalah RPP Kurikulum 2013.
Tidak ada penyebutan nama RPP selain RPP Kurikulum 2013.
• PPK berbasis kelas lebih pada aksi guru di kelas dalam membentuk karakter, bukan pada
persoalan perumusan dan penulisan nilai karakter dalam kolom RPP. Karena itu, apakah
dalam RPP guru akan menambah kolom, membuat keterangan tersendiri, atau lainnya,
yang penting adalah bagaimana seorang pendidik dapat mengintegrasikan proses
pembelajaran itu dalam rangka pembentukan karakter peserta didik, baik melalui pilihan
metode pengajaran, pengelolaan kelas, dan fokus integrasi nilai pada isi muatan kurikulum
tertentu.
• Kurikulum 2013 mendukung desain besar Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter
sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental. PPK memperkuat Kurikulum 2013.
Namun Kurikulum 2013 tidak sama dengan PPK, sebab PPK memiliki cakupan lebih luas
daripada sekedar Kurikulum 2013.
• Gerakan Literasi Sekolah (GLS) juga perlu diletakkan dalam kerangka penguatan
pendidikan karakter bagi peserta didik sesuai dengan tiga basis pendekatan utama dalam
PPK.
Penguatan Pendidikan karakter merupakan platform pendidikan nasional dan jiwa utama
dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Karena itu, para pelaku dalam ekosistem
pendidikan diharapkan dapat memahami konsep besar ini sehingga bisa melakukan
sinkronisasi dan harmonisasi dengan kebijakan pemerintah berupa Penguatan Pendidikan
Karakter sesuai dengan tupoksinya masing-masing.
Daftar Pustaka
Kemdikbud. 2017. Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat
Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan.
Kemdikbud. 2017. Modul Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Guru. Jakarta: Pusat
Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan.
Kemdikbud. 2017. Modul Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Kepala Sekolah.
Jakarta: Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan.
Kemdikbud. 2017. Modul Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Komite Sekolah.
Jakarta: Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan.
Kemdikbud. 2017. Modul Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Pengawas. Jakarta:
Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan.
Kemdikbud. 2017. Panduan Penilaian Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat Analisis
dan Sinkronisasi Kebijakan.
Kemdikbud. 2017. Pedoman Pelaksanaan Pelatihan Calon Fasilitator Penguatan Pendidikan
Karakter. Jakarta: Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan.
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter.
www.cerdasberkarakter.go.id
UNIT III
PENERAPAN LITERASI DALAM PEMBELAJAR
1. Latar Belakang
Literasi tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana peserta
didik dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di
bangku sekolah. Literasi juga terkait dengan kehidupan peserta didik, baik di rumah
maupun di lingkungan sekitarnya untuk menumbuhkan budi pekerti mulia. Literasi
pada awalnya dimaknai 'keberaksaran' dan selanjutnya dimaknai 'melek' atau
'keterpahaman'. Pada langkah awal, “melek baca dan tulis" ditekankan karena kedua
keterampilan berbahasa ini merupakan dasar bagi pengembangan melek dalam
berbagai hal.
Peta jalan Gerakan Literasi Nasional Kemendikbud (2017) mendefinisikan literasi
sebagai:
1. suatu rangkaian kecakapan membaca, menulis, dan berbicara, kecakapan berhitung, dan
kecakapan dalam mengakses dan menggunakan informasi;
2. sebagai praktik sosial yang penerapannya dipengaruhi oleh konteks;
3. sebagai proses pembelajaran dengan kegiatan membaca dan menulis sebagai medium untuk
merenungkan, menyelidik, menanyakan, dan mengkritisi ilmu dan gagasan yang dipelajari; dan
4. sebagai pemanfaatan teks yang bervariasi menurut subjek, genre,dan tingkat kompleksitas
bahasa.
Menurut Word Economic Forum (2016), peserta didik memerlukan 16 keterampilan
agar mampu bertahan di abad XXI, yakni literasi dasar (bagaimana peserta didik
menerapkan keterampilan berliterasi untuk kehidupan sehari-hari), kompetensi
(bagaimana peserta didik menyikapi tantangan yang kompleks), dan karakter
(bagaimana peserta didik menyikapi perubahan lingkungan mereka). Dalam lingkup
karakter, penguatan pendidikan karakter (PPK) di Indonesia mengacu pada lima
nilai utama, yakni (1) religius, (2) nasionalis, (3) mandiri, (4) gotong royong, (5)
integritas (Depdikbud, 2016).
Nilai karakter ini dapat terwujud melalui upaya untuk meningkatkan kecakapan
multiliterasi peserta didik pemahaman multiliterasi, dengan fokus pada literasi
baca-tulis, literasi budaya dan kewargaan, literasi sains, literasi numerasi, literasi
digital, dan literasi finansial. Adapun pembelajaran yang bersifat multiliterasi ini
memadukan karakter dengan penekanan pada lima karakter PPK di atas serta
27
kompetensi abad ke-21 yang mengembangkan kreativitas, kecakapan berpikir kritis,
kemampuan komunikasi, serta kolaborasi. Semuanya ini diharapkan dapat menjadi
bekal kecakapan hidup sepanjang hayat.
PIRLS atau Progress International Reading Literacy Study (PIRLS) mengevaluasi
kemampuan membaca peserta didik kelas IV. PISA atau Programme for International
Student Assessment mengevaluasi kemampuan peserta didik berusia 15 tahun dalam
hal membaca, matematika, dan sains. INAP atau Indonesia National Assassment
Program (INAP) mengevaluasi kemampuan siswa dalam hal membaca, matematika,
dan sains. Beberapa panduan terkait GLS telah diterbitkan tahun 2016 oleh
Dikdasmen Kemendikbud, yakni (1) Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, (2)
Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar, (3) Panduan Gerakan Literasi
Sekolah di Sekolah Menengah Pertama, (4) Panduan Gerakan Literasi Sekolah di
Sekolah Luar Biasa, (5) Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah
Atas; (6) Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan, (7) Buku
Saku Gerakan Literasi Sekolah, (8) Manual Pendukung Gerakan Literasi Sekolah
untuk Jenjang Sekolah Menengah Pertama. Saat ini, GLS perlu disempurnakan
dengan panduan teknis dan pelatihan atau penyegaran untuk memampukan guru
melaksanakan strategi literasi dalam pembelajaran.
a. Tujuan Penyusunan
Tujuan penyusunan materi penyegaran ini adalah untuk:
L. Memberikan inspirasi kepada peserta pelatihan untuk memanfaatkan beragam
sumber belajar, termasuk buku-teks-pelajaran dan buku-nonteks-pelajaran dalam
pembelajaran.
M. Memandu peserta pelatihan menggunakan strategi literasi dalam pembelajaran
guna meningkatkan pemahaman siswa terhadap bacaan, kemampuan berpikir
siswa, dan kecakapan komunikasi siswa.
b. Masalah
Masalah 1
Pengembangan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan literasi
khususnya mengembangkan minat baca belum berjalan secara optimal di sekolah
karena beberapa guru memiliki pemahaman berbeda atau kurang memadai tentang
literasi. Guru seharusnya dapat menjadi teladan yang baik bagi siswanya. Saat guru
28
meminta siswa membaca, guru pun juga perlu membaca untuk memberi contoh
yang baik bagi siswanya.
Masalah 2
Upaya untuk menyosialisasikan dan meningkatkan kemampuan literasi di sekolah
belum membuahkan hasil yang optimal karena kurangnya pendampingan dan
pelatihan untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan literasi guru. Selain itu,
materi ajar dan bahan bacaan yang tersedia di sekolah belum dimanfaatkan secara
optimal untuk mengembangkan kemampuan literasi siswa.
c. Solusi
Guru perlu memahami bahwa upaya pengembangan literasi tidak berhenti ketika
anak dapat membaca dengan lancar. Pengembangan literasi perlu terjadi pada
pembelajaran di semua mata pelajaran melalui upaya untuk meningkatkan
kemampuan berpikir analitis, kritis, kreatif, dan memecahkan masalah. Para guru
perlu memasukkan strategi literasi dalam pembelajarannya. Pengembangan
kemampuan literasi di sekolah akan membantu meningkatkan kemampuan belajar
siswa. Penggunaan bacaan atau bahan ajar yang bervariasi, disertai dengan
perencanaan yang baik dalam kegiatan pembelajaran diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan literasi siswa.
2. IMPLEMENTASI KEGIATAN LITERASI
Implementasi penumbuhan budaya literasi di sekolah memerlukan langkah-langkah
sebagai berikut: persiapan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut.
Persiapan merupakan kegiatan menyiapkan bahan, personal, dan strategi pelaksanaan.
Pelaksanaan merupakan operasionalisasi yang telah dipersiapkan. Pemantauan,
evaluasi, tindak lanjut merupakan kegiatan untuk mengetahui efektivitas kegiatan
literasi yang telah dilaksanakan. Tiga hal yang terakhir ini tidak akan dibahas di sini dan
dapat dicermati dalam Desain Induk GLS (Wiedarti dan Kisyani-L., 2016).
a. Persiapan
2. Rapat Koordinasi
Kegiatan ini dilaksanakan untuk membicarakan tentang maksud dan tujuan dilaksanakannya
literasi di sekolah. Rapat koordinasi diikuti oleh:
4. Kepala Sekolah
5. Para Wakil Kepala Sekolah
6. Staf Wakil Kepala Sekolah
29
Tujuan rapat koordinasi ini antara lain:
7. Pemahaman tentang literasi
8. Pembentukan tim literasi sekolah (TLS)
9. Menyusun program kerja literasi sekolah
10. Mempersiapkan materi literasi
4. Sosialisasi
10. Sosialisasi pada Tenaga Pendidik dan Kependidikan.
Sosialisasi ini dimaksudkan untuk menyamakan persepsi dan komitmen guru dan karyawan
tentang pelaksanaan kegiatan literasi di sekolah.
11. Sosialisasi pada Siswa
Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang literasi, tujuan pelaksanaan
literasi dan mekamisme pelaksanaan literasi.
12. Sosialisasi pada Komite Sekolah dan Orang Tua Siswa.
Sosialisasi pada komite sekolah dan orang tua siswa bertujuan untuk memberikan adanya
kegiatan literasi di sekolah dan berharap agar komite dan orang tua siswa mendukung
program tersebut. Dalam kegiatan sosialisasi tersebut diperlukan narasumber yang
memahami dan mampu menjelaskan tentang literasi di sekolah.
30
3. STRATEGI LITERASI DALAM PEMBELAJARAN
a. Tujuan
Tujuan utama penggunaan strategi literasi dalam pembelajaran adalah untuk
membangun pemahaman siswa, keterampilan menulis, dan keterampilan
komunikasi secara menyeluruh. Selama ini berkembang pendapat bahwa literasi
hanya ada dalam pembelajaran bahasa atau di kelas bahasa. Pendapat ini tentu saja
tidak tepat karena literasi berkembang rimbun dalam bidang matematika, sains,
ilmu sosial, teknik, seni, olahraga, kesehatan, ekonomi, agama, prakarya dll. (cf.
Robb, L, 2003).
Strategi literasi adalah strategi untuk memahami teks melalui kegiatan:
Menghubungkan teks dengan pengetahuan, pengalaman atau teks yang
lain.
Membuat inferensi atau prediksi tentang teks.
Merumuskan pertanyaan.
Memvisualisasikan pemahaman tentang teks.
Mengidentifikasi ide penting/pokok dan pendukung.
Mengkomunikasikan pemahaman terhadap teks.
31
INDIKATOR STRATEGI LITERASI DALAM PEMBELAJARAN DI SD
Kelas/Semester :
Tema dan :
Subtema
Alokasi Waktu :
32
(gambar atau konteks kalimat)
2) Membuat peta konsep/graphic
organizer untuk mengungkapkan
pemahaman terhadap teks
3) Membuat catatan/ringkasan selama
membaca
4) Think aloud selama membaca dan
mendiskusikan pemahamannya
dengan guru/teman
3 Setelah membaca/belajar
a. Mengambil kesimpulan tentang
materi pembelajaran dan
mengaitkannya dengan kehidupan
sehari-hari.
b. Melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran
1. Melakukan konfirmasi terhadap
prediksi/pertanyaan yang dibuat
pada kegiatan pendahuluan
(cf. Wilson and Chavez, 2014; Robb, 2003)
130217 KP
33
dengan membuat teks bentuk lain: lisan, tulisan, audio, visual, audio visual, kinestesik.
a.i.6. Pengatur grafis (graphic organizers)1 adalah berbagai bentuk tabel atau grafik untuk
membantu pemahaman dengan cara mengorganisasikan ide/pikiran/gagasan.
Metode membaca:
a. Guru membacakan buku dengan nyaring
b. Guru dan peserta didik membaca buku bersama-sama
Sebelum Membaca
a. Sebelum membacakan buku, guru mengajak peserta didik untuk memperhatikan
sampul buku dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut.
b. Pada kegiatan membaca bersama, guru mengajak peserta didik untuk
memperhatikan sampul buku dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, lalu
meminta peserta didik untuk membaca mandiri/membaca bersama guru.
34
yang relevan dengan cerita:
a. Pernahkah kamu mengalami masalah yang sama (dengan yang dialami oleh tokoh
cerita)?
b. Apa yang kamu lakukan apabila mengalami masalah yang sama?
c. Apakah kamu tahu seseorang yang mengalami masalah yang sama dengan yang dialami
oleh tokoh cerita? Apa yang ia lakukan?
4. Keterkaitan antara cerita dengan pengetahuan lain yang relevan. Misalnya: mendiskusikan
cerita “Waktunya Cepuk Terbang”:
a. Mengapa burung hantu terbang pada malam hari?
b. Apa yang dimakan burung hantu?
c. Ada berapa jenis burung hantu di Indonesia?
d. Di mana tempat tinggal burung hantu?
5. Kegiatan setelah membaca:
a. Menulis/menggambar pemahaman terhadap cerita/alur cerita dengan peta cerita/mind
map/gambar.
b. Membuat daftar pertanyaan tentang apa yang ingin diketahui lebih lanjut tentang
cerita/tokoh cerita, dll.
c. Membuat bagan tanggapan terhadap cerita/tokoh cerita.
d. Melakukan riset sederhana tentang binatang tokoh cerita atau fenomena dalam cerita.
e. Mengisi jurnal membaca.
Sebelum Membaca
c. Sebelum membacakan buku, guru mengajak peserta didik untuk memperhatikan sampul buku
dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut.
d. Sebelum meminta anak untuk membaca buku dengan mandiri, minta peserta didik untuk
memperhatikan sampul buku dan mencatat informasi tentang buku pada jurnal membaca
mereka.
a. Judul buku:
b. Penulis/ilustrator/editor buku:
c. Tahun penerbitan buku:
d. Gambar pada sampul:
e. Dengan melihat judul/gambar pada sampul buku, menurut saya buku ini tentang:
f. Membuat daftar pertanyaan:
f.i. Informasi apa yang akan saya dapatkan dari buku ini?
f.ii. Apa yang akan saya ketahui dari membaca buku ini?
35
Pertanyaan-pertanyaan khusus terkait cerita dapat ditanyakan oleh guru pada
kegiatan membacakan buku atau membaca bersama peserta didik untuk
meningkatkan:
(c) Kemampuan peserta didik menggunakan elemen visual/gambar dan teks untuk memahami
cerita. Misalnya:
a. Apa yang terdapat di sini? Ini gambar apa? Mengapa ini ada di sini?
b. Apa artinya kata ini (kosakata tertentu)? Mengapa ia (tokoh cerita) mengatakan ini?
c. Apa yang ingin disampaikan penulis/ilustrator dengan kata/gambar ini?
(d) Kemampuan nalar peserta didik dalam menganalisis cerita. Misalnya:
a. Menurutmu, apakah yang dilakukannya (tokoh cerita) baik/benar?
b. Apa yang kamu lakukan apabila berada dalam situasi yang sama?
36
Daftar pengatur grafis yang dapat digunakan
Dalam pembelajaran dengan strategi literasi (sebelum-ketika-sesudah)
37
18 Gambar dengan Menggambar dan menulis caption baru berdasarkan
Caption informasi dalam teks.
19 Peta Gagasan Utama Mengidentifikasi gagasan utama dan gagasan penjelas
dan Penjelas dalam teks.
20 Sebab-Akibat Menentukan sebab dan akibat sebuah peristiwa
dalam teks.
21 Tabel Ringkasan Membuat ringkasan sebuah teks.
22 Daftar Cek Menggunakan daftar cek untuk membantu
Menceritakan menceritakan kembali isi sebuah teks.
Kembali
UNIT IV
PENYELENGGARAAN PELATIHAN DAN
38
PENDAMPINGAN
1. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 160 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan
Kurikulum 2013 pasal 4, dinyatakan bahwa: Satuan pendidikan dasar dan
pendidikan menengah dapat melaksanakan Kurikulum Tahun 2006 paling lama
sampai dengan tahun pelajaran 2019/2020. Ketentuan ini memberi kesempatan
kepada sekolah yang belum siap melaksanakan K13 untuk tetap melaksanakan
Kurikulum 2006 sambil melakukan persiapan-persiapan sehingga selambat-
lambatnya pada tahun 2020 sekolah tersebut telah mengimplementasikan K13
setelah mencapai kesiapan yang optimal. Sebagai langkah awal, yang telah
dilakukan dalam rangka persiapan Pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah melakukan
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) bagi pendidik dan tenaga kependidikan di
sekolah serta unsur-unsur lain yang terlibat langsung dalam proses pendidikan.
Untuk memelihara dan meningkatkan kesinambungan pemahaman dan
ketersediaan sumber daya pendidikan dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 di
masing-masing satuan pendidikan, diprogramkan kegiatan Pendampingan untuk
para pendidik, kepala satuan pendidikan, dan pengawas.
Sasaran pelatihan Kurikulum 2013 di sekolah dasar tahun 2018 adalah guru kelas I,
guru kelas IV, guru agama, kepala sekolah, dan pengawas dari sekolah sasaran
implementasi Kurikulum 2013 tahun 2018 berjumlah 53.702 SD atau 40%. Sasaran
pendampingan implementasi kurikulum 2013 tahun 2018 berjumlah 53.702 SD
atau 40%.
Kegiatan bimtek dan pendampingan pelaksanaan K13 secara utuh berlandaskan
pada ketentuan perundang-undangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Nasional Tahun 2005-2025;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;
39
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan jo Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan jo Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
6. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2018 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 160
Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum
2013
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 61
Tahun 2014 Tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62
Tahun 2014 Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63
Tahun 2014 Tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 79
Tahun 2014 tentang Mutan Lokal Kurikulum 2013;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 105
Tahun 2014 tentang Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
14. Peraturan Mendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan
Dasar dan Menengah;
15. Peraturan Mendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah;
40
16. Peraturan Mendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian
Pendidikan;
17. Peraturan Mendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013;
18. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 75 tahun
2016 Tentang Komite Sekolah;
19. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan;
20. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor
73502/MPK.A/PR/2017 tahun 2017 tentang Gerakan Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK)
21.
2. PELAKSANAAN KURIKULUM 2013
41
Untuk pelatihan yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan, peserta pelatihan kurikulum berjumlah 220.256
orang yang terdiri dari guru kelas 1, guru kelas 4, guru agama, guru PJOK
dan kepala sekolah dari sekolah sasaran Kurikulum 2013 tahun 2018.
Narasumber atau instruktur Bimtek kurikulum 2013 dalam panduan ini sebagai
berikut.
a. Instruktur Kurikulum dengan kriteria:
42
5) Direktorat Pembinaan SD
6) Puskurbuk
7) Puspendik
9) LPMP
43
1.2.f. Berkelanjutan, yaitu bahwa Bimtek dan pendampingan pelaksanaan
kurikulum dilanjutkan oleh guru/sekolah sendiri dan/atau melalui KKG dan
KKKS di gugus sekolah, forum Komite Sekolah, dan forum lainnya yang
relevan.
3) Tujuan Bimtek
Tujuan umum Bimtek Kurikulum 2013 sebagai berikut.
c. Peserta Bimtek dapat memahami materi bimtek berupa konsep dan
implementasi Kurikulum 2013 serta strategi pelaksanaan Bimtek sehingga
dapat menyampaikan materi Bimtek tersebut dengan baik kepada peserta
Bimtek.
d. Memberikan penguatan pemahaman kepada pengawas, kepala sekolah, guru,
tenaga kependidikan, orangtua/komite sekolah, dan pemangku kepentingan di
sekolah untuk menjamin keterlaksanaan kurikulum secara efektif dan efisien.
44
Secara khusus tujuan Bimtek Kurikulum 2013 sebagai berikut.
a. Meningkatnya pemahaman peserta Bimtek berkenaan dengan materi
pokok, materi umum, dan materi penunjang terkait dengan implementasi
Kurikulum 2013.
b. Meningkatnya keterampilan peserta Bimtek dalam melaksanakan
pendampingan terhadap guru, kepala sekolah, pengawas, dan pemangku
pendidikan di sekolah dalam implementasi Kurikulum 2013.
c. Memberikan fasilitasi sekolah sasaran dalam memberikan
implementasi Kurikulum 2013.
d. Memberikan bantuan konsultasi, pemodelan (modelling) dan
penguatan secara personal, dan spesifik (coaching) bagi guru, kepala sekolah,
pengawas, dan pemangku pendidikan dalam implementasi Kurikulum 2013
secara langsung di sekolah.
e. Membantu memberikan solusi kontekstual dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi sekolah sasaran dalam implementasi Kurikulum
2013 di sekolah.
f. Meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan buku guru dan
siswa, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), mengelola
pembelajaran, melakukan penilaian pembelajaran, mengisi buku rapor, dan
menerapkan literasi serta penguatan pendidikan karakter dalam
pembelajaran.
45
4) Tahapan Pelaksanaan Bimtek
Bimtek Kurikulum 2013 jenjang SD tahun 2018 dilaksanakan secara bertahap
atau berjenjang, dari pelatihan tingkat nasional, tingkat provinsi, tingkat
kabupaten/kota, dan sekolah sasaran tergambar seperti pada diagram berikut.
46
(a.i.b) Bimtek IK menggunakan pola pelatihan 20 jam, @ 60 menit, selama 2
hari
(a.i.c) Pelatihan GS menggunakan pola pelatihan 52 jam, @ 45 menit, selama
5 hari dengan mempertimbangkan kesesuaian situasi dan kondisi setempat.
Waktu
No Materi Fasilitator
@60’
A. Umum
47
Struktur Program Bimtek Tim Pengembang Kurikulum 2013 Tingkat Kabupaten-
Kota (IK)
Waktu
No Materi Fasilitator
@60’
D. Umum
1 Kebijakan dan Dinamika Perkembangan 1 Puskurbuk
Kurikulum 2013
2 Konsep Penguatan Pendidikan Karakter 1 Satgas PPK
3 Konsep Literasi dalam Pembelajaran 1 Satgas GLS
4 Penyelenggaraan Pelatihan dan Pendampingan 1 Ditjen GTK
Kurikulum 2013 Tahun 2018
5 Penyusunan Soal Ujian Sekolah Berstandar 2 Puspendik
Nasional
E. Pokok
1 Analisis SKL, KI, KD, Indikator, Silabus dan 3 Tim Pengembang
Pembelajaran Tematik Terpadu
2 Penyusunan Perancangan Pembelajaran dan 2 Tim Pengembang
Penilaian
3 Perencanaan, Pelaksanaan, Pengolahan dan 2 Tim Pengembang
Pelaporan Hasil Belajar
4 Praktik Penyusunan Soal HOTS 2 Tim Pengembang
F. Penunjang
2 Penutupan 1 Kasubdit
Kurikulum
Jumlah 20
48
1. Pelatihan Guru Sasaran
INTEGRASI
PPK
Alokasi PPK PPK
No Materi PPK
@ 45' berbasis berbasis Penilaian dan
berbasis
budaya masya- Evalusi PPK
kelas
sekolah rakat
A. Materi Umum (8 JP)
1 Kebijakan dan 2
Dinamika
Perkembangan
Kurikulum
2 Penguatan 2 0,25 0,25 1 0,5
Pendidikan
Karakter
3 Penerapan 2 2
Literasi dalam
Pembelajaran
4 Penyelenggara 2
an Pelatihan
dan
Pendampingan
B. Materi Pokok (40 JP)
1 Analisis SKL, 3 1
KI, KD,
Indikator,
Silabus dan
Pembelajaran
Tematik
Terpadu
2 Perancangan
Pembelajaran
a. Prakti 4 1
k
Penyu
sunan
Prota,
Prose
m,
Pemet
aan
KD,
dan
Silabu
s
b. Penyu 4 1
sunan
RPP
3 Bimbingan 2 1
49
INTEGRASI
PPK
Alokasi PPK PPK
No Materi PPK
@ 45' berbasis berbasis Penilaian dan
berbasis
budaya masya- Evalusi PPK
kelas
sekolah rakat
Psiko Edukatif
4 Perencanaan, 12 2
Pelaksanaan,
Pengolahan
dan Pelaporan
Hasil Belajar
5 Praktik 7 1
penyusunan
soal HOTS
6 Inspirasi 2
Tayangan
Video
Pembelajaran
7 Praktek 6 1
Pembelajaran
(Peer
Teaching)
C. Materi Penunjang (4 JP)
1 Pembukaan: 1
Kebijakan
Peningkatan
Mutu
Pendidikan
2 Tes Awal 1
3 Tes Akhir 1
4 Penutupan: 1
Review dan
Evalasi
Pelatihan
JUMLAH 52 6,25 2,25 1
C. Penilaian Peserta Bimtek Kurikulum 2013
Penilaian peserta Bimtek Kurikulum 2013, bertujuan untuk memberikan gambaran
yang objektif tentang peningkatan kompetensi peserta, untuk mengetahui
keberhasilan penyelenggaraan Bimtek dalam mencapai tujuan dan sasarannya, serta
sebagai usaha penyempurnaan Bimtek selanjutnya.
1. Cakupan/aspek Penilaian
Untuk mendapatkan gambaran kemampuan peserta, dilakukan penilaian pada
aspek sikap, keterampilan dan pengetahuan dengan pembobotan sebagai berikut:
50
Tabel 1. Pembobotan
Kategori Nilai Bobot Bobot
Nilai Sikap (NS) 40 % 70%
Nilai Keterampilan (NK) 60%
Tes Akhir (TA) 30%
Nilai akhir diperoleh dari:
NA = [{(NS x 40%) + (NK x 60%)} x 70% ] + [(TA x 30%)]
51
terhadap materi pelatihan yang diketahui melalui tes awal dan tes akhir.
52
pada sekolah sasaran pelaksana kurikulum 2013 pada akhir tahun 2018.
Sejumlah sekolah sasaran ditetapkan sebagai sampel.
2. Pelaporan
Pelaporan kegiatan Pelatihan Kurikulum 2013 akan dilakukan oleh masing-
masing instansi pelaksana pelatihan.
LPMP menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan program pelatihan
pelaksanaan kurikulum tingkat Kabupaten/Kota dan pelatihan guru sasaran,
yang mencakup Laporan Pelaksanaan Kegiatan dan Laporan Keuangan.
Laporan pelaksanaan monitoring dan evaluasi secara nasional disusun oleh
Direktorat Pembinaan SD berdasarkan laporan yang disusun oleh masing-
masing petugas yang melaksanakan monitoring dan evaluasi di semua provinsi
di Indonesia.
3. Layanan Informasi
Layanan informasi dapat menghubungi:
j) Direktorat Pembinaan SD,
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan alamat:
Subdit Kurikulum, Direktorat Pembinaan SD , Gd. E Lantai 18 Kemendikbud
Telp. 021 5725989
k) LPMP setempat;
l) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat.
3. PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM
A. Konsep Dasar Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013
1. Pengertian Pendampingan
Pendampingan implementasi Kurikulum adalah proses pemberian bantuan
penguatan pelaksanaan Kurikulum yang diberikan oleh pengawas kepada kepala
sekolah dan guru yang telah dilatih Kurikulum 2013. Pendampingan juga dapat
diikuti oleh tenaga kependidikan lainya, orang tua/komite sekolah, dan pemangku
kepentingan di sekolah dasar sesuai kurikulum yang berlaku. Pendampingan
menjadi alat pemberdayaan dan pengembangan personal yang ampuh dan efektif
dalam membantu seseorang mengembangkan karirnya. Dengan pendampingan,
akan tercipta kerjasama antara dua orang (pendamping dan sasaran) yang
53
biasanya bekerja di bidang yang sama atau berbagi pengalaman yang mirip. Selain
itu, pendampingan dapat menciptakan hubungan kerja yang bermanfaat
didasarkan pada sikap saling percaya dan menghormati.
2. Tujuan Pendampingan
Tujuan umum pendampingan implementasi Kurikulum 2013 adalah memberikan
penguatan pemahaman tentang konsep dan strategi implementasi kurikulum
kepada kepala sekolah dan guru yang telah dilatih oleh pendamping dalam hal
pengawas sekolah untuk menjamin keterlaksanaan kurikulum secara efektif dan
efisien.
Secara khusus tujuan pendampingan implementasi Kurikulum 2013 sebagai
berikut.
a) Memberikan fasilitasi dalam implementasi kurikulum di sekolah.
b) Memberikan bantuan konsultasi, pemodelan (modelling) dan penguatan
secara personal, dan spesifik (coaching) dalam pelaksanaan kurikulum
secara langsung di sekolah.
c) Membantu memberikan solusi kontekstual dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan kurikulum di sekolah.
d) Membangun budaya mutu sekolah kepada pengawas, kepala sekolah, guru,
tenaga kependidikan, orangtua/komite sekolah, dan pemangku
kepentingan di sekolah melalui program pendampingan yang dilakukan
secara inovatif, kontekstual, dan berkelanjutan.
e) Meningkatkan pemahaman guru berkenaan dengan isi buku guru dan
siswa, rencana pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian, pengelolaan
program muatan lokal, dan kegiatan ekstrakurikuler, serta interaksi orang
tua dalam pembelajaran anak.
f) Meningkatkan pemahaman guru berkenaan dengan isi buku guru dan
siswa, rencana pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian, pengelolaan
program muatan lokal, dan kegiatan ekstrakurikuler, serta interaksi orang
tua dalam pembelajaran anak.
g) Meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan buku guru dan
siswa, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), mengelola
pembelajaran, melakukan penilaian pembelajaran, mengisi buku rapor,
serta mengelola interaksi orang tua dalam pembelajaran.
54
3. Prinsip-prinsip Pendampinagn
Pendampingan dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
e. Profesional: yaitu hubungan yang terjadi antara pemberi pendampingan dan
penerima pendampingan adalah untuk peningkatan kemampuan profesional
dan bukan atas dasar hubungan personal.
f. Kolegial: yaitu hubungan kesejawatan antara pemberi dan penerima
pendampingan. Dengan prinsip ini maka antara pengawas sekolah, kepala
sekolah, dan guru pemberi bantuan serta pengawas, kepala sekolah, dan guru
yang menerima bantuan memiliki kedudukan setara, yang satu tidak lebih
tinggi dibandingkan lainnya.
g. Sikap saling percaya: yaitu pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru yang
menerima pendampingan memiliki sikap percaya kepada pemberi
pendampingan bahwa informasi, saran, dan contoh yang diberikan adalah yang
memang dikehendaki Kurikulum.
h. Berkelanjutan: yaitu hubungan profesional yang terjadi antara pemberi dan
penerima pendampingan berkelanjutan setelah pemberi pendampingan secara
fisik sudah tidak lagi berada di lapangan, dilanjutkan melalui e-mail, sms, atau
alat lain yang tersedia.
i. Kolektif dan menyeluruh: yaitu pendampingan dilaksanakan dengan
melibatkan semua unsur yang meliputi pengawas, kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan lain, orangtua/komite sekolah, dan pemangku kepentingan lain.
j. Berdasarkan kebutuhan: yaitu materi pendampingan adalah materi
teridentifikasi sebagai aspek yang masih memerlukan penguatan dan kegiatan
penguatan akan memantapkan pengetahuan dan ketrampilan penerima
pendampingan.
k. Semangat Maju Bersama: yaitu bahwa semua unsur yang terlibat dalam
pendampingan memiliki semangat maju untuk meningkatkan pendidikan
Indonesia.
55
diikuti oleh guru kelas 1, guru kelas 4, kepala sekolah yang telah mengikuti pelatihan
implementasi Kurikulum 2013 di tingkat sekolah sasaran, serta guru agama dan guru
PJOK. Pendampingan dilakukan dengan mengumpulkan peserta pendampingan di
sekolah Inti (IN) dan pendampingan dilakukan pengawas dan kepala sekolah kepada
peserta pendampingan saat melakukan pembelajaran di kelas (ON). Pendampingan
implementasi Kurikulum 2013 dilaksanakan dengan IN sebanyak 2 kali, dan ON
sebanyak 1 kali.
1. Pola Pendampingan
56
5) Pendataan guru sasaran, yang meliputi data tentang nama guru,
pangkat dan golongan, jenjang guru, dan guru kelas yang diampu serta
data lain yang diperlukan.
6) Pelatihan bagi calon pendamping.
b. Pelaksanaan Pendampingan
- Pendampingan pelaksanaan Kurikulum 2013 dilaksanakan di
gugus dan sekolah pelaksana Kurikulum 2013 melaui kegiatan IN di
gugus/SD Inti dan ON di kelas. Pelaksanaan IN dijadwalkan di luar jam
pembelajaran. Persiapan pendampingan yang dilaksanakan setelah selesai
pembelajaran pada saat IN.
- Waktu pelaksanaan pendampingan (ON di kelas) selama 1,5 hari
per sekolah. Pendampingan dilakukan melalui observasi pembelajaran
bagi guru kelas I. Hari ketiga pendampingan dilakukan melalui observasi
pembelajaran bagi guru kelas IV.
- Guru Agama dan Guru PJOK sebagai guru sasaran pendampingan
tetap mengikuti kegiatan pendampingan di sekolah inti sesuai dengan
Topik yang terkait muatan pelajaran Agama dan pelajaran PJOK, misalnya
RPP, Pelaksanaan Pembelajaran Tematik, dan Penilaian.
c. Monitoring dan evaluasi Pendampingan
1) Monitoring dan Evaluasi (Monev) pendampingan pelaksanaan
kurikulum merupakan serangkaian kegiatan menilai, membandingkan,
dan memutuskan himpunan data yang diperoleh secara otentik pada saat
pendampingan, oleh petugas Monev terhadap sasaran, yaitu pengawas dan
Guru Sasaran.
57
- Kegiatan monitoring dan evaluasi ini diawali dengan penyusunan
panduan dan instrumen.
d. Pelaporan
1) Pada setiap tahap kegiatan pendampingan Kurikulum 2013 wajib
disusun laporan pelaksanaan untuk diserahkan ke LPMP, kemudian LPMP
melakukan analisis laporan dan mengirimkan hasil analisis ke Direktorat
Pembinaan Sekolah Dasar.
2) Laporan pelaksanaan pendampingan oleh pengawas mencakup
informasi kegiatan IN dan ON.
A. Jadwal Pendampingan
Jadwal pendampingan pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah dasar disusun oleh
LPMP yang mengacu pada jadwal yang telah disusun oleh Direktorat Pembinaan
Sekolah Dasar dengan memperhatikan ketersediaan anggaran dan proses
pencairannya dengan rencana sebagai berikut.
NO KEGIATAN WAKTU
A. Persiapan Pendampingan
Penyiapan Bahan, Materi, dan Panduan
1. Januari s.d. April 2018
Pandampingan Kurikulum 2013
2. Penetapan Sekolah Inti Pendampingan April s.d. Mei 2018
3. Pendataan guru calon peserta pendampingan Mei 2018
4. Bimtek/Pelatihan Instruktur Kurikulum 2013
a.
Bimtek Instruktur Kurikulum 2013 Februari 2018
b. Pelatihan Instruktur Kurikulum 2013 (Guru
Maret s.d Juni 2018
Sasaran)
58
NO KEGIATAN WAKTU
B. Pelaksanaan Pendampingan Agustus s.d November 2018
C Monitoring dan Evaluasi Nopember - Desember 2018
D Pelaporan Desember 2018
59
No BULAN MINGGU I MINGGU II MINGGU III MINGGU IV
B. Kriteria Pendamping
Pendamping Kurikulum 2013 mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. telah lulus pelatihan Kurikulum 2013 dengan prestasi sekurang-
kurangnya dengan predikat memuaskan;
60
10. memiliki kemampuan berkomunikasi sebagai master teacher yang
profesional.
C. Sasaran Pendampingan
1. Sasaran pendampingan adalah Guru SD Kelas I, II, III, IV, V, VI, guru agama,
serta guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (PJOK) di sekolah
sasaran, dan pelaksanaan pendampingan dilakukan melalui metode kunjungan
pendamping ke gugus dan sekolah sasaran.
D. Materi Pendampingan
Materi pendampingan disusun berdasarkan kebutuhan pendamping maupun guru
sasaran dalam pelaksanaan pendampingan. Materi pendampingan telah disiapkan
oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Materi pendampingan meliputi:
61
MATERI DESKRIPSI
62
MATERI DESKRIPSI
informasi,
1.d. Memotivasi siswa untuk mengasosiasi
(menalar)
1.e. Memotivasi siswa untuk
menyimpulkan/mencoba
2. Discovery/inquiry learning
b. Mengajak siswa untuk mencari tahu
c. Mengajak siswa untuk membuktikan
3. Pembelajaran melalui projek
1.a. Menyiapkan projek untuk dikerjakan siswa
1.b. Membiasakan siswa bekerja berkolaborasi
4. Pembelajaran kooperatif
63
E. Tugas dan Tanggung Jawab Instansi
1. Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai instansi
pusat memiliki tugas dan tanggung jawab:
64
b. Mengajukan sekolah sasaran pendamping
5. Kepala Sekolah dan Guru Sekolah Dasar Sasaran memiliki tugas dan
tanggung jawab:
F. Pembiayaan
1. Sumber pembiayaan program pendampingan pelaksanaan Kurikulum di
Sekolah Dasar, bersumber dari APBN yang dikoordinasikan oleh LPMP.
65
3. Pendampingan sekolah sasaran dilaksanakan oleh sekolah dengan
dukungan dana bantuan pemerintah yang bersumber dari APBN dan/atau APBD
atau sumber lainnya.
66