Anda di halaman 1dari 27

Materi 1.

2
DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM 2013
JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

A. Latar Belakang

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai


tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
inspirasi penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Dengan kata lain, kurikulum merupakan
salah satu alat untuk menyiapkan peserta didik agar berkecakapan hidup
sesuai dengan kondisi kehidupannya saat ini dan masa depan. Masa
depan merupakan rentang waktu bagi peserta didik yang belajar pada
masa kini dan untuk hidup berkelanjutan (sustainable) dengan segala
tantangan abad ke-21. Kurikulum sebagai jantung pendidikan memiliki
posisi strategis mulai dari ide, desain, dokumen, dan implementasinya.
Pendidikan itu sendiri merupakan investasi esensial jangka panjang.

Perumusan pendidikan yang bervisi masa depan menjadi suatu


keniscayaan walaupun tidak mudah untuk didskripsikan. Terdapat
berbagai prediksi tentang kehidupan masa depan. Visi masa depan
berkaitan dengan prediksi cerdas tentang masa kini dan trend yang
mungkin akan terjadi dalam kehidupan abad ke-21. Salah satu esensi
yang dapat dijadikan pertimbangan dalam merencanakan kurikulum
adalah pencapaian kompetensi berpikir tingkat tinggi (high order thinking
skills) untuk menyelsaikan masalah dengan berpikir kritis, inovatif,
kreatif, demi kehidupan kebersamaan manusia dengan damai dan
harmonis (to live together in peace and harmony). Dengan berpikir tingkat
tinggi maka penciptaan kesempatan kerja di masa depan akan lebih
terbuka dan lebih terakses dari segala keahlian masyarakat yang pada
giliranya akan membangun peradaban kemanusiaan yang sejahtera.

Trend masa depan dari berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa: a) di


masa depan akan lebih banyak memerlukan pekerja dengan penguasaan
pengetahuan dan kecakapan tingkat tinggi, b) semakin meningkatnya
jasa layanan, maka sikap sosial, kemampuan berinteraksi dengan orang
lain lebih bermakna, c) melimpahnya pengetahuan dan munculnya jenis
pekerjaan baru, maka fleksibilitas dan keinginan untuk selalu belajar
menjadi lebih penting, d) kemandirian bekerja yang dapat dilakukan
dengan jarak jauh maka perlu mengembangkan sikap kemandirian,
membekali diri dengan berbagai sumber daya, serta adaptif perlu
dikembangkan, dan e) harus tahu hak dan kewajibannya, peran sertanya
pada masyarakat, dan menjadi warga negara yang bertanggungjawab.
Trend masa depan tersebut menjadi pertimbangan dalam menetapkan
desain kurikulum terutama komponen kurikulum dalam aspek tujuan,
isi/bahan, serta proses pembelajaran.
1
Selain itu, pengembangan kurikulum juga harus tetap
mempertimbangkan dasar-dasar dan aspek akademik tentang kurikulum
(ide, desain, dokumen, dan implementasi). Dalam aspek akademik
kurikulum, peserta didik merupakan subjek pembelajar. Ini harus
menjadi dasar rujukan utama dalam pengembangan kurikulum. Peserta
didik, selain sebagai individu yang memiliki potensi dan bakat, ia juga
merupakan bagian integral dari masyarakat Indonesia. Peserta didik yang
akan menjalani kehidupan masa depan sebagai insan berkarakter,
berkembang dalam masyarakat, dan akan membangun masyarakat
dalam ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter
berlandasakan semangat gotong royong.

Kurikulum merupakan bagian penting dalam pembangunan sehingga


perbaikan kurikulum merupakan bagian dari pembangunan modal
manusia Indonesia. Kurikulum diharapankan dapat mengubah
masyarakat seperti yang dicita-citakan suatu bangsa. Kurikulum dapat
menjadi wahana untuk melestarikan nilai-nilai luhur bangsa sekaligus
mengembangkan potensi, bakat, dan minat peserta didik seoptimal
mungkin untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kini dan masa depan,
menjadi bangsa yang mandiri, maju, adil, dan makmur seperti yang telah
dicita-citakan dalam Rencana Pembangunan jangka Panjang Nasional.
Kurikulum menjadi hal penting dalam pembangunan generasi suatu
bangsa.

Pengembangan kurikulum 2013 secara berkesinambungan


mempertimbangkan berbagai hal dan masukan dari berbagai unsur
masyarakat sebagai satu kesatuan entitas bangsa yang menginginkan
peningkatan kualitas peserta didik di masa depan. Dalam perjalanan
pengembanganya diserta dengan evaluasi formatif yang memungkinan
perbaikan pada tataran dokumen dan implementasi. Dalam perbaikan ini
melibatkan seluruh komponen masyarakat sehingga kurikulum hasil
perbaikan menjadi milik semua komponen bangsa. Perbaikan kurikulum
dapat dilakukan secara holistik komprehensif mulai dari ide, desain,
dokumen sampai dengan implementasi. Namun perbaikan kurikulum
juga dapat dilakukan pada sebagian dimensi kurikulum dan aspek
tertentu dari kurikulum. Perbaikan kurikulum 2013 pada saat ini lebih
bersifat evaluasi formatif dengan melakukan perbaikan pada dokumen
KI-KD, silabus, inspirasi pembelajaran dan penilaian hasil belajar, serta
buku teks pelajaran.

Perbaikan kurikulum merujuk pada kebijakan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 160 tahun 2014
tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.
Pelaksanaan perbaikannya juga atas dasar masukan dari berbagai
lapisan publik (masyarakat sipil, asosiasi profesi, perguruan tinggi, dunia
2
persekolahan) terhadap ide, dokumen, dan implementasi kurikulum yang
diperoleh melalui monitoring dan evaluasi dari berbagai media.
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi serta masukan publik
tersebut, terdapat beberapa masukan umum, antara lain adanya
pemahaman yang kurang tepat oleh masyarakat yang diakibatkan oleh
format penyajian dan nomenklatur dalam Kurikulum 2013: (1)
Kompetensi Dasar (KD) pada Kompetensi Inti 1 (KI-1) dan KD pada KI-2
yang dianggap kurang logis dikaitkan dengan karakteristik mata
pelaajaran; (2) terindikasi adanya inkonsistensi antara KD dalam silabus
dan buku teks (baik lingkup materi maupun urutannya); (3) belum ada
pernyataan eksplisit dalam dokumen kurikulum tentang perlunya peserta
didik lebih melek teknologi; (4) format penilaian dianggap terlalu rumit
dan perlu penyederhanaan; (5) penegasan kembali pengertian
pembelajaran saintifik yang bukan satu-satunya pendekatan dalam
proses pembelajaran di kelas; (6) penyelerasan dan perbaikan teknis
buku teks pelajaran agar mudah dipelajari oleh peserta didik.

Masukan publik terhadap ide kurikulum mengindikasikan perlunya


penegasan kembali bahwa secara keseluruhan Kurikulum 2013 harus
mewujudkan empat pilar belajar dari UNESCO, yaitu learning to know,
learning to do, learning to live together in peace and harmony dan learning
to be. Selain itu, kurikulum juga harus mendorong tercapainya perilaku
positif dan pencegahan radikalisme. Di samping itu, perbaikan tetap
dilakukan dalam konteks tujuan pendidikan nasional sebagaimana
tertuang pada Pasal 31 ayat (3) dan Pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.

B. Perbaikan Kurikulum 2013

1. Kerangka Pengembangan Kurikulum

Nama kurikulum yang digunakan untuk kurikulum yang berlaku secara


nasional tetap Kurikulum 2013. Hal ini berarti bahwa dokumen
kurikulum yang diberlakukan sekarang adalah dokumen Kurikulum
2013 yang disempurnakan. Sesuai dengan kerangka pengembangan
kurikulum, penyempurnaan Kurikulum 2013 ini bertujuan untuk
menjaga agar terjadi konsistensi dan keselarasan antara ide, desain,
dokumen, dan implementasi kurikulum.

Sehubungan dengan hal tersebut, perbaikan atau penyempurnaan


kurikulum dilakukan agar tujuan yang menjadi cita-cita kita semua
dapat terwujud, yaitu membangun manusia Indonesia yang cerdas,
beriman, bertaqwa, berakhlak mulia. Untuk itu, pengembangan
kurikulum tidak dapat dilepaskan dari konteks dan kebutuhan jangka
panjang. Berbagai konteks yang perlu menjadi pertimbangan antara lain
adalah upaya membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
3
demokrasi, keberagaman, pembanguan berkelanjutan, penegakkan hak
asasai manusia, peningkatan kualitas hidup, dan pemeliaharaan
lingkungan untuk menjami kehidupan yang sejahtera, aman, dan damai.
Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan sejumlah kompetensi,
diantaranya adalah:
 kemampuan belajar dan berinovasi. Kemampuan ini didukung oleh
sejumlah kompetensi seperti: berpikir kritis dan penyelesaian
masalah, kreativitas dan Inovasi, komunikasi, dan kolaborasi;
 kemampuan literasi digital, mencakup literasi informasi, literasi
Media, dan literasi teknologi;
 kecakapan hidup, mencakup fleksibilitas dan adaptabilitas, inisiatif
dan mandiri, interaksi Lintas Sosial-Budaya, produktivitas dan
akuntabilitas, kepemimpinan dan tanggung jawab;
 karakter moral, mencakup: cinta tanah air, nilai-nilai budi pekerti
luhur (jujur, adil, empati, penyayang, rasa hormat, kesederhanaan,
pengampun, dan rendah hati).

Konteks dan kompetensi tersebut menjadi dasar dalam pengembangan


kurikulum yang diturunkan ke kompetensi-kompetensi masing-masing
mata pelajaran. Setiap mata pelajaran memberikan kontribusi sesuai
dengan karakteristiknya melalui semua jalur pembelajaran, yaitu intra
kurikuler, kokurikuler, ekstra kurikuler, dan non kurikuler (melalui
pembiasaan, keteladanan, ekosistem dan budaya sekolah. Dengan
demikian, pencapaian kompetensi merupakan hasil kolaborasi setiap
mata pelajaran. Dalam konteks ini, perumusan kompetensi-kompetensi
perlu dilakukan secara berkesinambungan baik secara vertikal maupun
secara horizontal. Keterkaitan antara konteks, kompetensi, dan mata
pelajaran dapat digambarkan melalui diagram berikut:

Gambar 1 : Kerangka Pengembangan Kurikulum

4
Pengembangan Kurikulum 2013 telah dilakukan berdasarkan pada
berbagai aspek pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum
dilakukan melalui proses curriculum engineering (perekayasaan
kurikulum) yang merupakan sebuah siklus berulang dari mulai
perencanaan, pengembangan, implementasi, evaluasi, dan kembali pada
perencanaan pada aspek tujuan apa yang ingin dicapai (kompetensi),
bagaimana mengorganisasikannya (desain kurikulum), bagaimana cara
mencapainya (pembelajaran), serta bagiamana memastikan
pencapaiannya (penilaian) (Beauchamp, 1975; Tyler, 1949; dan Oliva,
2013). Perbaikan kurikulum didasarkan pada kurikulum yang masih
berlaku.

Gambar 2. Curriculum Engineering (Perekayasaan Kurikulum)

Kurikulum disusun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat masa


depan sehingga kurikulum harus dirancang dan dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan masa depan. Perbaikan akan selalu terus menerus
dilakukan berdasarkan pada evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum
sebagai usaha sistematis mengumpulkan informasi mengenai suatu
kurikulum untuk digunakan sebagai pertimbangan mengenai nilai
(merit) dan arti (worth) kurikulum dalam suatu konteks tertentu.
Evaluasi kurikulum tidak hanya dilakukan terhadap kurikulum pada
dimensi implementasi/dampak kurikulum tetapi juga dapat dilakukan
pada dimensi ide, desain, dan dokumen. Pengumpulan informasi dapat
dilakukan salah satunya yaitu melalui pelibatan publik.

5
Gambar 3. Pengembangan Kurikulum dan Evaluasi

2. Perbaikan Dokumen Kurikulum 2013

a. Substansi Perbaikan Dokumen Kurikulum

Perbaikan dokumen kurikulum diperlukan karena ada beberapa


permasalahan, yaitu: Ketidakselarasan antara KI-KD dengan silabus dan
buku. Kompleksitas pembelajaran dan penilaianpada sikap spiritual dan
sikap sosial. Pembatasan kemampuan siswa melalui pemenggalan
taksonomi proses berpikir antar jenjang. Penerapan proses berpikir 5M
sebagai metode pembelajaran yang bersifat prosedural dan mekanistik.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka perbaikan kurikulum


mencakup: koherensi KI-KD dan penyelarasan dokumen; Penataan
Kompetensi Sikap Spiritual dan sikap sosial pada semua mata pelajaran;
Penataan kompetensi yang tidak dibatasi oleh pemenggalan taksonomi
proses berpikir; pemberian ruang kreatif kepada guru dalam
mengimplementasikan kurikulum. Cakupan substansi perbaikan
kurikulum dapat dilihat pada gambar berikut:

6
Gambar 4 : Substansi Perbaikan Dokumen Kurikulum 2013

b. Hasil Perbaikan Dokumen Kurikulum

1). Koherensi Kurikulum

Implementasi kurikulum harus memastikan terjadinya keselarasan


antara dokumen kurikulum (plan curriculum), pembelajaran (taught
curriculum), dan hasil belajar (learned curriculum). Antara KI-KD, silabus,
buku Teks pelajaran, pembelajaran, dan penilaian hasil belajar harus
selaras. Untuk itu, perbaikan dokumen kurikulum antara lain:
penyelaraskan KI-KD, silabus, dan buku; kesinambungan keluasan-
kedalaman KD (scope) dan urutan (sequence) secara vertikal (kelas I
sampai dengan XII); keselarasan keluasan-kedalaman KD (scope) dan
urutan (sequence) secara horizontal (antar mata pelajaran). Selengkapnya,
koherensi kurikulum dapat digambarkan pada diagram berikut:

Gambar 5: Koherensi KI_KD dan Penyelarasan Dokumen

7
Proses perbaikan tersebut mengunakan prinsip bahwa KD bersifat dapat
dipelajari (learnable), dapat diajarkan (teachable), dapat diukur
(measurable), dan layak dipelajari (worth to learn). Lingkup Kompetensi
dan Materi yang dirumuskan dalam KD mudah dipelajari oleh peserta
didik sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis dan aspek
pedagogis. Lingkup Kompetensi dan Materi yang dirumuskan pada KD
mudah diajarkan oleh guru sesuai dengan gaya belajar peserta didik,
karakteristik mata pelajaran, karakteristik kompetensi, dan sumber
belajar yang ada di lingkungan. Kompetensi dan materi yang diajarkan
terukur melalui indikator yang mudah dirumuskan dan layak
dilaksanakan. Kompetensi dan materi yang diajarkan mempunyai
kebermaknaan bagi peserta didik sebagai bekal kehidupan.

2). Penataan Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial pada


Semua Mata Pelajaran.

Hasil perbaikan Kurikulum 2013 meliputi adalah penyelarasan


kurikulum dan penyelarasan KI-KD, silabus, dan buku. Hasil
penyelarasan tersebut mencakup: penataan kompetensi sikap spiritual
dan sikap sosial pada semua mata pelajaran, dan pemberian ruang
kreatifitas kepada guru dalam mengimplementasikan kurikulum

Pada mata pelajaran Pendidikan Agama-Budi Pekerti dan mata pelajaran


PPKn, pembelajaran sikap spiritual dan sosial dilaksanakan melalui
pembelajaran langsungdan tidak langsung. Pada mata pelajaran selain
matapelajaran Pendidikan Agama-Budi Pekerti dan mata pelajaran PPKn,
pembelajaran sikap spiritual dan sosial dilaksanakan melalui
pembelajaran tidak langsung.

Gambar 6: penataan Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial

8
Penataan/penyajian kompetensi sikap KI-1 dan KI-2 disesuaikan dengan
karakteristik mata pelajaran. KI-1 (Sikap Spiritual) dan KI-2 (Sikap Sosial)
menjadi payung dalam proses pembelajaran kompetensi dasar KI-3
Pengetahuan dan KI-4 Keterampilan/Kecakapan dan Sikap dicapai
melalui pembelajaran tidak langsung (Indirect teaching) sehingga pada
perbaikan KI-KD, KD sikap tidak lagi dirumuskan.

Berikut contoh perubahan penataan KI-KD:

Gambar 7: Contoh Penataan KI-1 dan KI-2

9
Untuk memudahkan guru memahami dokumen KI-KD, maka di samping
penataan secara subtansi, penataan juga menyederhanakan format KI-
KD. berikut contoh perubahan format KI-KD.

Contoh Format lama KI-KD (sebelum perbaikan)

Mata Pelajaran IPA SMP Kelas VII

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


1. Menghargai dan menghayati 1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas
ajaran agama yang dianutnya ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan
kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan
peranan manusia dalam lingkungan serta
mewujudkannya dalam pengamalan ajaran
agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa
perilaku jujur, disiplin, ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun;
tanggungjawab, peduli hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis;
(toleransi, gotong royong), kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam
santun, percaya diri, dalam aktivitas sehari-hari
berinteraksi secara efektif 2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok
dengan lingkungan sosial dan dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
alam dalam jangkauan implementasi melaksanakan percobaan dan
pergaulan dan keberadaannya melaporkan hasil percobaan
2.3 …
2.4 …
3. Memahami pengetahuan 3.1 Memahami konsep pengukuran berbagai
(faktual, konseptual, dan besaran yang ada pada diri, makhluk hidup,
prosedural) berdasarkan rasa dan lingkungan fisik sekitar sebagai bagian
ingin tahunya tentang ilmu dari observasi, serta pentingnya perumusan
pengetahuan, teknologi, seni, satuan terstandar (baku) dalam pengukuran
budaya terkait fenomena dan 3.2 Mengidentifikasi ciri hidup dan tak hidup dari
kejadian tampak mata benda-benda dan makhluk hidup yang ada di
lingkungan sekitar
3.3 …
3.4 …
3.10…
4. Mencoba, mengolah, dan 4.1 Menyajikan hasil pengukuran terhadap
menyaji dalam ranah konkret besaran-besaran pada diri, makhluk hidup,
(menggunakan, mengurai, dan lingkungan fisik dengan menggunakan
merangkai, memodifikasi, dan satuan tak baku dan satuan baku
membuat) dan ranah abstrak 4.2 Menyajikan hasil analisis data observasi
(menulis, membaca, terhadap benda (makhluk) hidup dan tak
menghitung, menggambar, hidup
dan mengarang) sesuai 4.3 ….
dengan yang dipelajari di 4.13 dst
sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut
pandang/teori

10
Contoh Format Baru KI-KD (Perbaikan Tahap I Oktober 2015)

Mata Pelajaran IPA SMP Kelas VII


KOMPETENSI INTI 1 (SIKAP SPIRITUAL)
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KOMPETENSI INTI 2 (SIKAP SOSIAL)
Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
Keterangan:
 Pembelajaran Sikap Spiritual dan Sikap Sosial dilaksanakan secara
tidak langsung (indirect teaching) melalui keteladanan, ekosistem
pendidikan, dan proses pembelajaran Pengetahuan dan
Keterampilan
 Guru mengembangkan Sikap Spiritual dan Sikap Sosial dengan
memperhatikan karakteristik, kebutuhan, dan kondisi peserta didik
 Evaluasi terhadap Sikap Spiritual dan Sikap Sosial dilakukan
sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan berfungsi sebagai
pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik
lebih lanjut.

KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)

3. Memahami pengetahuan (faktual, 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji


konseptual, dan prosedural) dalam ranah konkret (menggunakan,
berdasarkan rasa ingin tahunya mengurai, merangkai, memodifikasi,
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan membuat) dan ranah abstrak
seni, budaya terkait fenomena dan (menulis, membaca, menghitung,
kejadian tampak mata menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR
3.1 Menerapkan konsep pengukuran 4.1 Menyajikan data hasil pengukuran
berbagai besaran yang ada pada diri dengan alat ukur yang sesuai pada diri
sendiri, makhluk hidup lain, dan sendiri, makhluk hidup lain, dan
benda-benda di sekitar, serta benda-benda di sekitar dengan
pentingnya penggunaan satuan menggunakan satuan tak baku dan
standar (baku) dalam pengukuran satuan baku
3.2 Mengklasifikasikan makhluk hidup 4.2 Membuat skema siklus hidup beberapa
dan benda berdasarkan karakteristik jenis mahluk hidup yang ada di
yang diamati lingkungan sekitarnya, dan slogan
upaya pelestariannya
3.3 Memahami konsep campuran dan zat 4.3 Menyajikan hasil penyelidikan atau
tunggal (unsur dan senyawa), sifat karya tentang sifat larutan, perubahan
fisika dan kimia, perubahan fisika dan fisika dan perubahan kimia, atau
kimia dalam kehidupan sehari-hari pemisahan campuran
3.4 ……. 4.4 …..
3.11 Memahami sistem tata surya, rotasi 4.11 Menyajikan karya tentang dampak
dan revolusi bumi dan bulan, serta rotasi dan revolusi bumi dan bulan
11
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR
dampaknya bagi kehidupan di bumi bagi kehidupan di bumi,
berdasarkan hasil pengamatan atau
penelusuran berbagai sumber
informasi

Contoh Format baru KI-KD Perbaikan Tahap II (Final Januari 2016)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR


MATEMATIKA SD/MI
KELAS: I
Tujuan Kurikulum mencakup empat Kompetensi, yaitu Kompetensi Sikap
Spiritual, Sikap Sosial, Pengetahuan, dan Keterampilan. Kompetensi
tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, ko-
kurikuler, dan ekstrakurikuler.

Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu “Menerima dan menjalankan


ajaran agama yang dianutnya”. Sedangkan rumusan Kompetensi Sikap
Sosial yaitu “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman, dan guru”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui
pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan,
pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan memperhatikan karakteristik
mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang


proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih
lanjut.
KOMPETENSI INTI 3 KOMPETENSI INTI 4
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
3. Memahami pengetahuan faktual 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam
dengan cara cara mengamati bahasa yang jelas dan logis, dalam karya
(mendengar, melihat, membaca) dan yang estetis, dalam gerakan yang
menanya berdasarkan rasa ingin tahu mencerminkan anak sehat, dan dalam
tentang dirinya, makhluk ciptaan tindakan yang mencerminkan perilaku
Tuhan dan kegiatannya, dan benda- anak beriman dan berakhlak mulia
benda yang dijumpainya di rumah dan
di sekolah

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR


3.1 Menjelaskan makna bilangan cacah 4.1 Menyajikan bilangan cacah sampai
sampai dengan 99 sebagai banyak dengan 99 yang bersesuaian
anggota suatu kumpulan objek dengan banyak anggota kumpulan
objek yang disajikan
3.2 Menjelaskan bilangan sampai dua 4.2 Menuliskan lambang bilangan
angka dan nilai tempat penyusun sampai dua angka yang
lambang bilangan menggunakan menyatakan banyak anggota suatu
kumpulan benda konkret serta cara kumpulan objek dengan ide nilai
membacanya tempat
3.3 Membandingkan dua bilangan 4.3 Mengurutkan bilangan-bilangan
12
sampai dua angka dengan sampai dua angka dari bilangan
menggunakan kumpulan benda- terkecil ke bilangan terbesar atau
benda konkret sebaliknya dengan menggunakan
kumpulan benda-benda konkret
3.4 Menjelaskan dan melakukan 4.4 Menyelesaikan masalah kehidupan
penjumlahan dan pengurangan sehari-hari yang berkaitan dengan
bilangan yang melibatkan bilangan penjumlahan dan pengurangan
cacah sampai dengan 99 dalam bilangan yang melibatkan bilangan
kehidupan sehari-hari serta cacah sampai dengan 99
mengaitkan penjumlahan dan
pengurangan

Perubahan substansi dan Format KI-KD juga diikuti dengan perubahan


substansi dan format silabus. Prinsip perbaikan antara lain adalah
untuk memudahkan guru memahaminya sehingga mudah
diimplementasikan. Perbaikan silabus dilakukan meliputi hal-hal sebagai
berikut:
 Penataan penulisan dan format sehingga mudah dipahami oleh guru
 Penyajiannya lebih efisien (lebih dari100 halaman menjadi rata-rata 20
halaman per mapel) tanpa mengurangi substansi, dan tetap konsisten
memperhatikan lingkup serta urutan tatanan pengetahuannya
 Pemberian eksplanasi yang lebih jelas terhadap karakteristik mapel,
lingkup kompetensi, dan materi pembelajaran
 Pernyataan pendekatan pembelajaran 5M tidak tertulis eksplisit,
sehingga memberi ruang kepada guru yang kreatif dapat
mengembangkannya lebih jauh sesuai kepentingan pembelajaran
 Kontekstualisasi pembelajaran
 Disusunnya silabus mata pelajaran di SD dari Kelas I – VI (sebelumnya
semua berupa Silabus Tematik). Bagi sekolah dan guru yang kreatif
memiliki ruang untuk mengembangkan pembelajaran tematik sesuai
kebutuhan dan tingkat perkembangan anak.

Contoh Format Silabus Lama/Sebelum Perbaikan (Permendikbud


Tahun 2014):

Mata Pelajaran : Matematika


Satuan Pendidikan : SMP/MTs
Kelas : VII (tujuh)
Kompetensi Inti

KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya


KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotongroyong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
KI 3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
13
KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori

Kompetensi Materi Kegiatan Penilaian Alokasi Sumber


Dasar Pembelajaran Pembelajaran Waktu Belajar
1.1 ....... Pembelajaran KI 1 Penilaian KI 1
2.1 ..... dan KI 2 dilakukan dan KI 2
2.2 ..... secara tidak dilakukan
2.3 ..... langsung melalui
(terintegrasi) dalam observasi,
pembelajaran KI 3 penilaian diri,
dan KI 4 penilaian
teman sejawat
oleh peserta
didik, dan
jurnal
3.1.Membandi Bilangan Mengamati...... Sikap 15 JP Buku teks
ngkan  Bilangan Menanya........ KBM matematika
dan Bulat Mengumpulkan Pengetahuan Kemdikbud
mengurut  Operasi informasi....... Keterampilan kelas VII,
kan Hitung Menalar/ lingkungan
berbagai Bilangan Mengasosiasi . Buku
jenis Bulat Mengomunikasikan pengayaan
bilangan  Perpangkata yang
serta n Bilangan berkaitan
menerapk Bulat dengan
an  Bilangan bilangan,
operasi Pecahan Alat peraga
hitung  Operasi operasi
bilangan Hitung bilangan
bulat dan Bilangan
bilangan Pecahan
pecahan  Bilangan
dengan Rasional
memanfa
atkan
berbagai
sifat
operasi.

14
Contoh Format Perbaikan Silabus Final (Januari 2016)

I PENDAHULUAN
A. Rasional
B. Kompetensi Ilmu Alam Pendidikan Dasar dan Menengah
C. Kompetensi Mata Pelajaran Kimia
D. Kerangka Pengembangan Kurikulum
E. Pembelajaran dan Penilaian
F. Kontekstualisasi Pembelajaran Kimia sesuai dengan Keunggulan dan
Kebutuhan Daerah serta Kebutuhan Peserta Didik
II KOMPETENSI DASAR, MATERI PEMBELAJARAN, DAN KEGIATAN
PEMBELAJARAN
Kelas X
Kelas XI
Kelas XII

3). Penataan Kompetensi yang tidak dibatasi oleh Pemenggalan


Taksonomi Proses Berpikir

Kerangka kerja (framework) perbaikan rumusan KI-KD menggunakan


landasan pengembangan tujuan pembelajaran menurut Anderson dan
Krathwohl (2001). Penulisan tujuan dilakukan dengan menggunakan
kuadran dengan sumbu proses kognitif dan dimensi pengetahuan.
Dimensi pengetahuan terdiri dari: mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
 Mengingat: Menjelaskan jawaban faktual, menguji ingatan,
pengenalan
 Memahami: menerjemahkan, menjabarkan, menafsirkan,
menyederhanakan, dan membuat perhitungan
 Menerapkan: memahami kapan menerapkan, mengapa menerapkan,
dan mengenali pola penerapan ke dalam situasi baru, tidak biasa dan
agak berbeda atau berlainan
 Menganalisis: memecahkan ke dalam bagian, bentuk dan pola
 Mengevaluasi: berdasarkan kriteria dan menyatakan mengapa?
 Menciptakan: Menggabungkan unsur-unsur ke dalam bentuk atau
pola yang sebelumnya kurang jelas

Menurut Taksonomi Anderson dkk, 2001, penulisan tujuan pembelajaran


dalam bentuk Kompetensi Dasar (KD) merupkan perpaduan/pertemuan
antara sumbu X sebagai dimensi proses kognitif dan dan dimensi kategori
pengetahuan. Dimensi proses kognitif dimulai dari proses kognitif tingkat
rendah (Low Order Thinking) sampai (high Order Thinking) yaitu

15
Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis, Mengevaluasi, dan
Membuat. Sedangkan Dimensi Kategori Pengetahuan yaitu Pengetahuan
Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif.

Anderson dan Krathwohl, 2001 telah membuat klasifikasi dari kategori


pengetahuan seperti pada tabel berikut ini.

Jenis dan Subjenis Contoh


A. PENGETAHUAN FAKTUAL- Elemen-elemen dasar yang harus diketahui siswa
untuk mempelajari satu disiplin ilmu atau untuk menyelesaikan mmasalah-
masalah dalam disiplin ilmu tersebut
1. Pengetahuan tentang Kosakata teknis, symbol-simbol music.
terminology Sumber-sumber daya alam pokok, sumber-
2. Pengetahuan tentang sumber informasi yang reliabel
detail-detail elemen-
elemen yang spesifik.
B. PENGETAHUAN KONSEPTUAL – Hubungan-hubungan antar elemen dalam
sebuah struktur besar yang memungkinkan elemen-elemennya berfungsi
secara bersama-sama.
1. Pengetahuan tentang Periode waktu geologis, bentuk kepemilikan
klasifikasi dan kategori usaha bisnis
2. Pengetahuan tentang Rumus Pithagoras, hokum penawaran dan
prinsip dan generalisasi permintaan
3. Pengetahuan tentang
Teori evolusi, Struktur Majelis
teori, model, dan
struktur Permusyawaratan Rakyat
C. PENGETAHUAN PROSEDURAL – Bagaimana melakukan sesuatu,
mempraktikkan metode-metode penelitian, da kriteria-kriteria untuk
menggunakan keterampilan, algoritma, teknik, dan metode.

1. Pengetahuan tentang Keterampilan-keterampilan dalam melukis


keterampilan dalam dengan cat air, algoritma pembagian seluruh
bidang tertentu dan bilangan
algoritma Teknik wawancara, metode ilmiah
2. Pengetahuan tentang
teknik dan metode dalam Kriteria yang digunakan untuk menentukan
bidang tertentu kapan harus menerapkan prosedur hokum
3. Pengetahuan tentang Newton, kriteria yang digunakan untuk menilai
kriteria untuk fisibilitas suatu metode.
menentukan kapan
harus menggunakan
prosedur yang tepat.
D. PENGETAHUAN METAKOGNITIF – Pengetahuan tentang kognisi secara
umum dan kesadaran dan pengetahuan tentang kognisi diri sendiri.
1. Pengetahuan strategis Pengetahuan tentang skema sebagai untuk
mengetahui struktur suatu pokok bahasan dalam
2. Pengetahuan tentang buku teks, pengetahuan tentang penggunaan
tugas-tugas kogniti metode penemuan atau pemecahan masalah
Pengetahuan tentang macam-macam tes yang
dibuat guru, pengetahuan tentang tuntutan
3. Pengetahuan-diri beragam tugas kognitif
Pengetahuan bahwa diri (sendiri) kuat dalam

16
‘mengkritisi esai’ tetapi lemah dalam menulis
esai; kesadaran tentag tingkat pengetahuan yang
dimiliki oleh diri (sendiri).

Pada dokumen Kurikulum 2013 versi lama, rumusan KD dibatasi oleh


taksonomi SD hanya sampai pada tingkat memahami, SMP menerapkan,
dan mencipta di SMA. Demikian juga dengan dimensi pengetahuan, di SD
hanya sampai konseptual, SMP sampai prosedural, dan SMA
metakognitif. Penataan ini berdampak pada proses pembelajaran, seolah-
seolah siswa cukup sampai pada berfikir tingkat rendah, yaitu
memahami, berfikir tingkat tinggi baru pada level SMA. Hal ini tidak
sejalan dengan prinsip belajar berkelanjutan dan berlangsung secara
kontinum. Untuk itu, pada dokumen perbaikan, tidak ada pembatasan
berdasarkan taksonomi.

Penyusunan KD yang tidak dibatasi oleh tingkatan taksonomi pada


jenjang pendidikan dasar dan menengah terlihat bahwa pada jenjang SD
siswa juga dapat membangun kemampuan berpikir tingkat tinggi (High
Order Thinking Skill) dengan berbagai kategori pengetahuan dari mulai
pengetahuan sederhana sampai dengan pengetahuan yang kompleks.
Sementara itu, pada tingkat SMA siswa juga dapat membangun
pemahaman pengetahuan faktual sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran dan materi pembelajaran. Semakin tinggi kelas, kemampuan
siswa dibedakan pada kompleksitas jenis pengetahuan. Semakin tinggi
kelas maka akan semakin mendalam cakupan pengetahuan yang akan
dikuasai oleh siswa sesuai dengan tingkatan perkembangan usia siswa.
Perumusan tujuan pembelajaran (Kompetensi Dasar) mengikuti kaidah
penulisan tujuan tersebut di atas. Satu KD disusun oleh dua unsur,
unsur pertama adalah kata kerja yang menunjukkan tingkatan berpikir
dan tingkatan kecakapan, yaitu mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta, serta unsur ke dua yaitu kata
benda atau kata kerja yang terdiri dari berbagai jenis pengetahuan antara
lain: pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif yang
diharapkan dicapai atau dibentuk oleh siswa.

Perbedaan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

17
Gambar 8: Perbedaan Penataan KD yang lama dengan yang baru.

Hakikat Kompetensi Inti sebagai Elemen Pengorganisasi Kurikulum.


Mandat konstitusional tentang satu sistem pendidikan nasional,
sebagaimana termaktub dalam Pasal 31 Ayat (3) UUD NKRI Tahun 1945
beserta imperatif turunannya dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 Pasal 3 tentang Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional dan Pasal
35 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) mengharuskan seluruh
tatanan konseptual, programatik, dan praksis pendidikan nasional secara
konsisten berpijak pada dan secara koheren berkontribusi terhadap
tujuan pendidikan nasional, yakni “...berkembangnya potensi pserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Untuk
itu maka disain makro Kurikulum 2013 secara konseptual menerapkan
competency-based curriculum yang secara konseptual dan programtik
merupakan salah satu penerapan dari objectives model. Dalam konteks
itu maka dikembangkan logika alur pikir hirarkhis: Tujuan Pendidikan
Nasional (TPN), (dijabarkan ke dalam) Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
(dijabarkan melalui) Kompetensi Inti (KI), (dijabarkan melalui) Kompetensi
Dasar (KD), yang pada akhirnya berujung secara praksis dikembangkan
secara potensial-aktual menjadi kompetensi-kompetensi peserta melalui
proses belajar, pembelajaran, serta kehidupan nyata.

Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) merupakan kriteria capaian


pendidikan (educational outcomes) secara makro-nasional. Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan kriteria capaian pendidikan secara

18
institusional setiap jenis atau satuan pendidikan (SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, SMK/MA). Kompetensi Inti (KI) merupakan kriteria keselarasan
dan sinergisitas capaian pembelajaran (learning objectives) semua mata
pelajaran atau muatan pada setiap jenis/satuan pendidikan. Kompetensi
Dasar (KD), merupakana kriteria capaian pembelajaran suatu mata
pelajaran atau muatan yang pada akhirnya berujung secara praksis
dikembangkan secara potensial-aktual sehingga menjadi kompetensi-
kompetensi (sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan)
peserta melalui proses belajar, pembelajaran, serta kehidupan nyata.

Secara khusus, Kompetensi Inti (KI) sebagai kriteria keselarasan dan


sinergisitas capaian pembelajaran semua mata pelajaran atau muatan
dalam satu jenis/satuan pendidikan/kelompok layanan, berfungsi
sebagai elemen pengorganisasi (organizing elements). Elemen ini sangat
diperlukan dalam pengorganisasian kurikulum (curriculum organization)
untuk mengatur konsistensi dan koherensi setiap mata pelajaran atau
muatan untuk menerapkan kriteria: lingkup isi (scope and depth), urutan
(sequence), keberlajutan (continuity), dan keterintegrasian (integration)
secara sistemik internal mata pelajaran dan eksternal antar mata
pelajaran, dan secara holistik/utuh dalam suatu jenis/satuan
pendidikan. Keselarasan dalam pengorganisasian KI dan KD dan
gradasinya dapat digambarkan pada tabel berikut:

Mencipta
Dimensi Proses Kognitif

Mengevaluasi

Menganalisis

Menerapkan

Memahami

Mengingat

Faktual Konseptual Prosedural Metakognitif


Dimensi Pengetahuan

Gambar 9: Keterkaitan antara Dimensi Kognitif (Proses Berpikir)


dengan Dimensi Pengetahuan

4). Pemberian Ruang Kreatif Kepada Guru

Untuk mendaptkan hasil pembelajaran yang berkualitas, guru harus


diberikan ruang yang seluas-luasnya untuk berkreasi dan
mengembangkan proses pembelajaran. Untuk itu, silabus yang disiapkan
pemerintah merupakan salah satu model untuk memberikan inspirasi
kepada guru. Guru dapat mengembangkan dan menyusun silabus sendiri
sesuai dengan kebutuhan dan konteks yang relevan.
19
Berdasarkan pengalaman yang lalu, dan didukung juga oleh hasil
monitoring pelaksanaan Kurikulum 2013 dan masukan publik silabus
yang telah dipersiapkan oleh pemerintah ternyata dikeluhkan karena
dirasa cukup membelenngu kreatifitas guru dalam mengembangkan dan
mengelola pembelajaran. Salah satu yang dianggap mebelenggu adalah
dengan mencantumkan 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi/mencoba, mengasosiasi, mengomunikasikan) dalam kolom
pembelajaran pada silabus. Akibat pencantuman itu, guru menganggap
bahwa 5M adalah prosedur pembelajaran yang baku dan harus diikuti
secara persis. Di samping diangap dan disikapi sebagai prosedur baku,
5M juga dipahami sebagai satu-satunya pendekatan dalam
melaksanakan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Hal ini
menyulitkan guru dalam penerapanya untuk mata-mata pelajaran
tertentu. Oleh karena itu, pada perbaikan dokumen Kurikulum 2013
ditekankan bahwa pendekatan saintifik bukan satu-satunya pendekatan
pembelajaran.

Mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi,


dan mengomunikasikan bukanlah prosedur baku atau urutan langkah-
langkah pembelajaran, akan tetapi merupakan kemampuan atau proses
berpikir yang perlu dibiasakan agar peserta didik terbiasa berfikir ilmiah.
Kemampuan tersebut harus dilatihkan secara terus menerus sehingga
mendorong setiap peserta didik untuk menjadi pembelajar sepanjang
hayat dan bersikap ilmiah dalam kehidupan. Kondisi ini dibangun oleh
ekosistem pendidikan di sekolah melalui pembelajaran berbasis aktivitas
dan pendekatan keilmuan.

Gambar 10: Pemberian Ruang Kreatif Kepada Guru

Pembelajaran dikembangkan dan diimplementasikan berdasarkan


karakteristik mata pelajaran dan karakteristik kompetensi dasar (KD

20
mata pelajaran). KD akan dicapai melalui pemberian pengalaman belajar
yang bervariasi sesuai dengan konteks dan keunggulan lokal, kebutuhan
peserta didik, berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills) sesuai
dengan tuntutan kebutuhan kompetensi abad ke-21.

Guru diberikan keleluasaan dalam mengembangkan pengalaman belajar


atau pendekatan-pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran, kompetensi, materi pelajaran, dan kondisi
daerah. Misalnya, dalam mata pelajaran bahasa digunakan pendekatan
pembelajaran berbasis genre, dalam mata pelajaran Agama Katholik
digunakan pendekatan pembelajaran Kateketis.

Model-model pembelajaran beserta sintaknya (seperti discovery learning,


problem based learning, project based learning) tetap dapat digunakan
sesuai dengan karakteristik kompetensi dasar, materi pelajaran yang
akan dicapai oleh peserta didik. Guru diberikan ruang yang seluas-
luasnya untuk menerapkan berbagai model-model lain seperti: Model
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning), Pembelajaran Tematik
Terpadu. Dengan kata lain, guru tidak disibukkan dengan penamaan
pendekatan dan model pembelajaran yang digunakan, akan tetapi lebih
menekankan pada variasi pengalaman-pengalaman belajar yang akan
dilakukan oleh peserta didik.

3. Implikasi Revisi Kurikulum 2013 Terhadap

a. Implikasi terhadap Pembelajaran dan Penilaian

Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu kepada tujuan kurikulum.


Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi
sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.
Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler,
kokurikuler, dan nonkurikuler/ekstrakurikuler

Kompetensi sikap spiritual yaitu “Menghayati dan mengamalkan ajaran


agama yang dianutnya”. Sedangkan Kompetensi Sikap Sosial yaitu
“Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa pada pergaulan dunia” merupakan kompetensi yang akan diraih
oleh peserta didik sebagai nurturant effect dari pembelajaran pengetahuan
dan keterampilan. Oleh karena itu penilaianya tidak dikaitkan dengan KD

21
mata pelajaran terkecuali untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti dan PPKn.

Penilaian sikap sesungguhnya dimaksudkan untuk penumbuhan,


pengembangan, dan pembinaan kompetensi sikap yang dilakukan
sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan
sebagai dasar pengembangan karakter peserta didik lebih lanjut. Oleh
sebab itu, penilaian sikap sesuangguhnya bukan memberikan justifikasi
pada posisi sikap anak, melainkan sebagai dasar untuk pembinaan agar
peserta didik memiliki sikap spiritual dan sosial sebagaimana yang
ditetapkan dalam kurikulum.

Perbaikan kurikulum 2013 menetapkan bahwa KI-1 dan KI-2 tidak


dijabarkan ke dalam KD, kecuali mata pelajaran Agama dan Budi Pekerta
dan PPKn. Oleh karena itu, guru mata pelajaran selain Agama dan Budi
Pekerta dan PPKn tidak memberikan penilaian sikap yang dikaitkan
dengan KD-KD mata pelajaran. Guru mata pelajaran tersebut hanya
memberikan penilaian umum tentang sikap sebagai masukan untuk
pelaporan nilai sikap yang akan dirumuskan oleh guru kelas/wali kelas.
Hal ini dipandang lebih sederhana dan memudahkan dalam melakukan
penilaian sikap oleh seluruh guru mata pelajaran.

Penilaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan dilaksanakan


melalui berbagai cara sesuai dengan karakteristik KD yang dijabarkan
dalam indikator. Teknik penilaian pengetahuan dapat dilaksanakan
dengan salah satu cara dari berbagai cara (tes tulis, tes lisan dan
penugasan). Ini bukan berarti bahwa setiap KD pengetahuan harus
dinilai melalui tiga cara tersebut. Akan tetapi, guru dapat memilih cara
yang paling sesuai dengan karakteristik KD dan indikatornya. Demikian
juga dengan penilaian kompetensi keterampilan juga dapat dilakukan
dengan menggunakan salah satu dari berbagai cara, misalnya
menggunakan praktik/kinerja, proyek, porto folio, atau penugasan). Ini
juga bukan berarti bahwa satu KD keterampilan harus dinilai dengan
keseluruhan cara tersebut. Akan tetapi guru memilih cara atau teknik
yang paling tepat sesuai dengan karakteristik KD keterampilan dan
indikatornya.

Perbaikan juga dilakukan terhadap skala penilaian. Skala penilaian yang


semula menggunakan skala 1 – 4 diubah menjadi menjadi 0 – 100, sesuai
yang diatur pada Permendikbud No. 53 Tahun 2015 tentang Penilaiah

22
Hasil Belajar oleh Pendidik. Dalam Permendikbud tersebut juga diatur
tentang Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh satuan
pendidikan, yang dalam peraturan sebelumnya KKM tersebut ditetapkan
secara nasional.

Gambar 11: Implikasi Revisi Kurikulum terhadap Penilaian dan Contoh Deskripsi Rapor

23
b. Implikasi Terhadap Kebijakan Buku Pelajaran

Perbaikan Kurikulum 2013 juga berdampak pada perbaikan buku teks


pelajaran. Perbaikan buku teks pelajaran meliputi hal-hal sebagai
berikut: (1) Menyelaraskan Isi buku terhadap perubahan KI-KD dan
Pembelajaran; (2) Memastikan kembali tidak ada materi dan ilustrasi
yang kontroversi (kekerasan, SARA, etika, dan kesusilaan); (3)
Memastikan kredensial penulis, penelaah, penilai, dan pereviu secara
terbuka dan dapat dihubungi oleh pengguna/pembaca; (4)
Mengembangkan pembelajaran yang menumbuhkan toleransi, hidup
bersama secara harmonis dan damai (to life together in peace); (5)
Penataan kembali buku Tematik Terpadu di SD agar selaras antara
KD-KD dengan pembelajaran antar mata pelajaran yanf terikat dalam
satu tema; (6) Langkah-langkah pendekatan saintifik tidak perlu
dituliskan dalam buku.

Gambar 12: Kebijakan Buku Teks Pelajaran dan Contoh Informasi Pelaku Penerbitan
Wajib Dimuat pada bagian Akhir Buku

24
4. Kerangka Sistem Pembelajaran

Pembelajaran dan penilaian merupakan satu kesatuan. Pembelajaran


berangkat dari hasil berupa data dan informasi tentang pencapaian
kompetensi oleh setiap peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran
merupakan tindak lanjut yang dibutuhkan oleh setiap peserta didik
berdasarkan hasil penilaian. Dalam konteks ini, penilaian merupakan
penggerak dari proses pembelajaran. Selengkapnya, keterkaitan antara
proses pembelajaran dan penilaian dapat digambarkan melalui diagram
di bawah ini.

Gambar 13: Penilaian sebagai Penggerak Mutu Pembelajaran

Penilaian kelas (classroom assessment) yang dilakukan sehari-hari oleh


guru merupakan penilaian formatif yang berfungsi sebagai diagnostik.
Sebagai fungsi diagnostik, hasil penilaian tersebut menjadi dasar untuk
pembinaan terhadap siswa yang bersangkutan sesuai dengan apa yang
dibutuhkanya, pengayaan atau remedial. Penilaian oleh satuan
pendidikan dilakukan pada akhisr semester, akhir atahun dan akhir
jenjang. Penilaian oleh satuan pendidikan, di samping sebagai penilaian
formatif, juga merupakan penilaian sumatif. Di samping penilaian oleh
satuan pendidikan, perlu juga dilakukan penilaian eksternal untuk
melihat kemajuan dan pemetaan yang dilakukan melalui survey atau
sensus untuk keperluan peningkatan mutu pelayanan pendidikan.
Demikain juga dengan ujian nasional yang dilakukan oleh pemerintah
yang dilakukan dalam rangka meningkatkan pelayanan agar peserta
didik mencapai hasil yang diharapkan.

Selengkapnya, kerangka sistem umpan balik dapat digambarkan melalui


diagram berikut:

25
Gambar 14: Kerangka Sistem Umpan Balik dan Peningkatan Mutu

5. Tahap Implemntasi Kurikulum

Implementasi kurikulum harus memastikan terjadinya keselarasan


antara dokumen kurikulum (intended/written curriculum), pembelajaran
(taught/implemented curriculum), dan hasil belajar (evaluated/achieved
curriculum). Untuk itu, kurikulum perlu diberlakukan secara bertahap.
Setiap tahapan menjadi bagian dari proses penyempurnaan untuk
memastikan terjadinya keselarasan antara dokumen kurikulum dengan
implementasi dan hasil yang dicapai.

Sehubungan dengan hal tersebut, pemberlakukan Kurikulum 2013


dilakukan secara bertahap. Kurikulum 2013 mulai diberlakukan pada
tahun pelajaran 2015 sebanyak 6% sekolah dari total jumlah sekolah di
Indonesia. Pada tahun pelajaran 2016/2017 meningkat menjadi 25%,
berikutnya pada tahun pelajaran 2017/2018 direncanakan 60%, dan
ditargetkan pada tahun pelajaran 2018/2019 100%. Berikut tahap
implementasi Kurikulum 2013.

26
Gambar 15: tahap Implementasi Kurikulum 2013

C. Penutup

27

Anda mungkin juga menyukai