Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL PENELITIAN

FORMULASI SEDIAAN BLUSH ON STICK EKSTRAK


ETANOL BIJI BUAH PINANG (Areca catechu L.)
SEBAGAI PEWARNA ALAMI

HAJAH NINGSIH INTA


NIM : F201902008

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan proposal

penelitian yang berjudul “Formulasi Sediaan Blush On Stick Ekstrak Etanol Biji Buah

Pinang (Areca catechu L.) Sebagai Pewarna Alami” guna memenuhi salah satu

persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Farmasi Universitas

Mandala Waluya Kendari.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan proposal Penelitian ini masih

jauh dari kesempurnaan oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya

membangun untuk meningkatkan mutu dari penulisan proposal Penelitian ini sangat

penulis harapkan.

Pada kesempatan ini Penulis tidak lupa pula menghaturkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Bapak Nur Hatidjah Awaliyah Halid, S.Farm.,M.Farm selaku

Pembimbing I dan kepada Ibu apt. Dian Rahmanir, S. Farm., MKM selaku Pembimbing

II atas semua waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikannya dalam membimbing,

mengarahkan, memberi saran maupun kritik sehingga proposal Penelitian ini menjadi lebih

baik.

Tak lupa pula penulis haturkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ketua Yayasan Mandala Waluya Kendari

2. Rektor Universitas Mandala Waluya

3. Wakil Rektor I, II, III, Universitas Mandala Waluya

4. Dekan Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Mandala Waluya

5. Para Ketua Lembaga (LPPM, LPJM) Universitas Mandala Waluya

6. Ketua Prodi S1 Farmasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Mandala Waluya

ii
7. Para Tim Penguji masing-masing : Dr. Sri Anggarini Rasyid, S.Si., M.Si selaku

penguji I, apt. Nikeherpianti Lolok, S.Farm., M.Farm selaku penguji II serta apt. La

Ode Muhammad Andi Zulbayu, S.Farm., M.Sc selaku penguji III.

8. Seluruh dosen dan staf/karyawan Universitas Mandala Waluya yang telah banyak

membantu penulis semasa pendidikan.

9. Kedua orangtua tercinta yang telah memberikan dukungan, kasih sayang serta motivasi.

10. Seluruh teman–teman khususnya Program Studi S1 Farmasi yang telah memberikan

bantuan dan motivasi kepada Penulis hingga selesainya proposal penelitian ini.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam peneyelesaian proposal

penelitian ini penulis ucapkan banyak terima kasih dan semoga dapat bermanfaat bagi kita

semua. Aamiin.

Kendari, April 2022

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Semakin berkembangnya zaman maka semakin dituntut seseorang untuk

berpenampilan menarik. Banyak kaum wanita maupun pria akan mengeluarkan biaya

yang sangat besar untuk membuat diri mereka menarik dengan membeli beberapa

macam kosmetik. Kosmetika menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1176/MENKES/PER/VIII/2010 tentang notifikasi kosmetika adalah

“bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh

manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan

mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan

dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi

baik.”

Blush on adalah salah satu kosmetik yang biasanya diaplikasikan pada pipi, untuk

menimbulkan rona kemerahan yang alami, agar rona wajah kelihatan segar, sehat dan

tidak pucat. Blush on konvensional lazim mengandung pigmen merah atau merah

kecoklatan. Tidak semua zat warna bisa digunakan sebagai pewarna dalam kosmetik.

Ada zat- zat tertentu yang penggunaanya sangat dilarang karena menyebabkan dampak

negatif untuk organ-organ tubuh manusia (Muliyawan dan Neti, 2013).

Menurut Tranggono dan Latifah (2007) terdapat beberapa jenis blush on

diantaranya, bentuk padat (compact), bentuk anhydrous cream, bentuk liquid blush,

bentuk krim emulsi dan bentuk batang (stick). Blush on bentuk batang (stick) dikemas

dalam tube seperti lipstick. Penggunaannya cukup mudah karena langsung dipoleskan

secara lurus di pipi kemudian diratakan dengan jari (Mulyawan dan Suriana, 2013).

1
Pewarna sintetik sering menimbulkan efek samping, sedangkan pewarna alami

mempunyai keunggulan yang tidak kalah dengan zat warna sintetis, yaitu intensitas

warna yang jauh lebih rendah dari zat warna sintetis, sehingga pada pemakaian

menimbulkan kesan sejuk (Sutara, 2009). Salah satu sumber bahan alami yang

memiliki potensi di Indonesia dan dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami adalah

pinang. Pewarna alami dari bahan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan

pewarna untuk blush on yaitu ekstrak biji pinang. Adapun salah satu kandungan utama

yang terdapat dalam biji buah pinang (Areca catechu L.) adalah antosianidin yang

merupakan pigmen berwarna merah yang berfungsi sebagai pewarna (Chadijah, 2021).

Menurut Apriliyanti (2014) ekstrak buah pinang muda dengan konsentrasi

5%,10%,dan 15% telah memberikan warna pada formulasi sediaan lipstick. Semakin

tinggi konsentasi yang digunakan maka semakin gelap warna yang dihasilkan. Pada

konsentasi pewarna buah pinang sebanyak 5% berwarna jingga muda, konsentrasi

pewarna buah pinang sebanyak 10% berwarna merah, konsentrasi pewarna ekstrak

buah pinang 15% berwarna merah tua.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukan penelitian pembuatan

formulasi blush on dari zat pewarna alami buah pinang (Areca catechu L.) Penggunaan

sediaan blush on tersebut diharapkan dapat meningkatkan penerimaan dimasyarakat

terhadap kosmetik herbal serta dapat mendukung usaha pemanfaatan buah pinang yang

dibuat sediaan blush on sebagai pewarna alami dilingkungan masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin membuat Formulasi Sediaan

menggunakan biji buah pinang (Areca catechu L.) sebagai pewarna alami dalam

bentuk sediaan blush on stick yang mudah digunakan dan dievaluasi secara fisik.

B. Rumusan Masalah

2
1. Apakah ekstrak biji buah pinang (Areca catechu L.) dapat dibuat sebagai pewarna

alami sediaan blush on dalam bentuk stick dengan konsentrasi 0%, 5%, 10% dan

15% ?

2. Bagaimana stabilitas fisik sediaan formulasi blush on dengan warna yang

diekstraksikan dari biji buah pinang ( Areca catechu L.)?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk membuat formulasi sediaan blush on dengan pewarna alami menggunakan

zat warna ekstrak biji buah pinang ( Areca catechu L.) dengan konsentrasi 0%, 5%,

10% dan 15%.

2. Untuk mengetahui stabilitas fisik sediaan formulasi blush on dengan warna yang

diekstraksikan dari biji buah pinang ( Areca catechu L.)?

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Memberi tambahan kajian pustaka tentang ekstrak biji buah pinang (Areca

catechu L.) bisa diformulasi sebagai sediaan blush on stick.

2. Manfaat Institusi

Memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam

bidang pengobatan alternatif dari bahan alam serta acuan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut.

3. Manfaat Praktis

Memberi informasi kepada masyarakat tentang ekstrak biji buah pinang

(Areca catechu L.) bisa diformulasi sebagai sediaan blush on stick.

E. Kebaruan Penelitian

3
Tabel 1. Kebaruan Penelitian
No Nama/Penulis Judul Persamaan Perbedaan
.
1 Pitralina Formulasi Sediaan Pembuatan Sampel yang
Bu’ulolo Pemerah Pipi Kombinasi sediaan berbeda.
(2019) Ekstrak Umbi Bit Merah Formulasi yang Peneliti
(Beta Vulgaris L) Dan sama yaitu sebelumnya
Ekstrak Angkak Dalam formulasi blush menggunakan
Bentuk Stick on stick Ekstrak Umbi
Bit Merah
(Beta
Vulgaris L)
Dan Ekstrak
Angkak
2 Hanna Novia Formulasi Sediaan Perona Pembuatan Sampel yang
Purnomo, Pipi Ekstrak Etanol Ubi sediaan berbeda.
Hosea J. Edy, Jalar Ungu (Ipomoea Formulasi yang Peneliti
Jainer P. Batatas L.) Dalam Bentuk sama yaitu sebelumnya
Siampa (2021) Stick formulasi blush menggunakan
on stick ekstrak etanol
ubi jalar ungu
(Ipomoea
Batatas L.)
3 Aprilianti Formulasi Lipstik Pembuatan Sediaan
(2014) Menggunakan Ekstra Biji sampel yang kosmetik
Buah Pinang Muda (Areca sama yaitu yang berbeda.
Catechu L) Sebagai ekstra biji buah Peneliti
Pewarna. pinang muda sebelumnya
(Areca Catechu menggunakan
L) formulasi
sediaan
lipstik.
4 Iskandar Benni, Formulasi Blush On Stick Pembuatan Sampel yang
Meri Dengan Zat Pewarna sediaan berbeda.
Ernilawati, Alami Ekstrak Kering Formulasi yang Peneliti
Tiara Tri Buah Naga Merah sama yaitu sebelumnya
Agustini, Ferdy (Hylocereus polyrhizus L) formulasi blush menggunakan
Firmansyah, on stick Ekstrak
Neni Kering Buah
Frimayanti Naga Merah
(2021) (Hylocereus
polyrhizus L)
5 Heru A. Aktivitas Antioksidan Zat aktif yang Metode
Cahyanto Ekstrak Etanol Biji Pinang sama terhadap pengujian
(2018) (Areca Catechu, L) aktifitas yang berbeda
senyawa.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Variabel Bebas

Gambar. 1 Biji Buah Pinang


1. Deskripsi

Pinang merupakan salah satu tanaman palmae yang terdapat hampir di

seluruh wilayah Indonesia, salah satunya daerah Papua. Nama daerah dari

tumbuhan pinang ini antara lain pineng, pineung (Aceh), pinang (Gayo), batang

mayang (Karo), pining (Toba), pinang (Minangkabau), gahat, gehat, kahat, taan,

pinang (Kalimantan), bua, hua, soi, hualo, hual, soin, palm (Maluku), mamaan,

nyangan, luhuto, luguto, poko rapo, amongan (Sulawesi), jambe, penang, wohan

(Jawa) (Widyanigrum, 2011).

2. Klasifikasi

Menurut Heyne (1987) klasifikasi buah pinang sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Monocotyle

Ordo : Arecales

Family : Araceae

Genus : Areca

Species : Areca cathecu L.

5
3. Morfologi

Pohon pinang tumbuh tegak dan tingginya 10-30 m, diameternya 15-20 cm

dan batangnya tidak bercabang (Arisandi, 2008). Daun majemuk menyirip, tumbuh

berkumpul di ujung batang membentuk roset batang. Pelepah daun berbentuk

tabung, panjang 80 cm, tangkai daun pendek. Panjang helaian daun 1- 1,8 m, anak

daun mempunyai panjang 85 cm, lebar 5 cm dengan ujung sobek dan bergigi.

Tongkol bunga dengan seludang panjang yang mudah rontok, keluar dari bawah

roset daun, panjang sekitar 75 cm, dengan tangkai pendek bercabang rangkap

(Widyanigrum, 2011). Buah bentuk bulat telur sungsang memanjang, panjang 3,5-7

cm, dinding buah berserabut, berwarna hijau ketika masih muda dan berubah merah

jingga jika masak (Sihombing, 2000). Biji satu, berbentuk seperti kerucut pendek

dengan ujung membulat, pangkal agak datar dengan suatu lekukan dangkal,

panjang 15-30 mm, permukaan luar berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan

(Dalimartha, 2009).

Sabut pinang merupakan bagian dari buah pinang yang teksturnya berserat.

Volume sabut yang terdapat dalam buah pinang secara utuh adalah berkisar sekitar

60% - 80% dari keseluruhan buah. Sabut kering yang dihasilkan dari penjemuran

sinar matahari akan kehilangan kadar air sekitar 28% - 33% dari berat sabut setelah

pengambilan biji buah (Pilon, 2007). Pemeriksaan makroskopik simplisia sabut

pinang segar menunjukkan bentuk serabut-serabut panjang yang menempel pada

kulit buah dengan panjang serabut 6 cm, dengan organoleptik warna kuning

kemerahan jika sudah matang, bau khas, serta rasa pahit. Pemeriksaan organoleptik

ekstrak etanol sabut pinang diperoleh warna coklat kehitaman, bau khas dan rasa

pahit (Tamimi, 2015).

6
4. Kandungan biji pinang

Biji mengandung alkaloid yang bekerja kolinergik, seperti arecoline

(C8H13NO2), arecolidine, arecain, guvacoline, guvacine. Selain itu, mengandung

tanin (areca red), lemak (palmitic, oleic, linoleic, palmitoleic, stearic, myristic

acid), saponin, steroid, asam amino, choline, flavonoid, dan catechin. Biji segar

mengandung lebih banyak alkaloid dibandingkan biji yang telah di proses

(Dalimartha, 2009).

5. Kegunaan tanaman pinang

Kulit buah pinang mengandung condensed tanin. Arecoline bekerja sebagai

obat cacing dengan melumpuhkan taenia, terutama taenia solium. Arecoline juga

berkhasiat penenang. Biji pinang mengandung proantosianidin yaitu tanin

terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavonoid yang mempunyai efek

antibakteri, antivirus, antikarsinogenik, antialergi, antiinflamasi, vasodilator

(Dalimartha, 2009).

6. Struktur Kulit

Gambar .2 Struktur Lapisan Kulit


Lapisan kulit sendiri terdiri dari dermis disebelah dalam dan lapisan

epidermis disebelah luar. Lapisan paling luar dibentuk oleh zat tanduk (keratin)

pada lapisan cornium yang dibentuk oleh sel kulit yang sudah tua. Pada orang

tertentu bagian kulit ini memberi gambaran seperti sisik tipis. Lapisan ini akan

7
terlepas pada saat digosok waktu mandi dan lapisan dibawahnya akan mengisi

lapisan yang lepas. Lapisan paling dalam dari epidermis dinamakan lapisan basal

atau stratum germinatium.

Disini ditemukan sel-sel yang membelah diri dan 15 membentuk sel kulit

baru yang selanjutnya bergeser kelapisan lebih atas sehingga suatu saat menjadi

lapisan cornium. Pigmen melanin yang memberi warna pada kulit terdapat

dilapisan ini. Untuk mencapai lapisan paling atas, selsel ini membutuhkan waktu

sekitar 5-6 minggu, dengan demikian setiap 4-5 minggu manusia sebenarnya

mengalami pergantian kulit. Pada lapisan dermis dibawah lapisan basal terdapat

ujung saraf peraba, dan pembuluh darah kapiler. Disini juga dapat ditemukan

kelenjar keringan dan kelenjar minyak kulit. Padalapisan subcutis dapat ditemukan

banyak pembuluh darah, saraf, dan folikel atau akar rambut beserta merector pilli

(Azzahra, 2020).

7. Kosmetika

Istilah kosmetik berasal dari kata Yunani yakni “kosmetikos” yang berarti

“keahlian dalam menghias”. Kosmetika menurut Peraturan Mentri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor: 1176/MENKES/PER/VIII/2010 tentang notifikasi

kosmetika adalah “bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada

bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian

luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan,

mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau

memelihara tubuh pada kondisi baik.” Kosmetika dekoratif semata-mata hanya

melekat pada alat tubuh yang dirias dan tidak bermaksud untuk diserap kedalam

kulit serta mengubah secara permanen kekurangan (cacat) yang ada. Dengan

demikian kosmetika dekoratif akan terdiri atas bahan aktif berupa zat warna dalam

8
berbagai bahan dasar (bedak, cair, minyak, krim, tingtur, aerosol) dengan

pelengkap bahan pembuat stabil dan parfum (Wasitaatmadja,1997).

Kosmetika menurut cara pembuatan yaitu:

a. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern (termasuk

diantaranya adalah cosmedic).

b. Kosmetik tradisional: misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari bahan alam dan

diolah menurut resep dan cara yang turun-temurun.

Kosmetika Dekoratif

Kosmetik dekoratif adalah kosmetik yang hanya melekat pada alat tubuhyang

dirias dan tidak bermaksud untuk diserap ke dalam kulit serta mengubah secara

permanen kekurangan (cacat) yang ada.

Kosmetika dekoratif terdiri dari : bahan aktif berupa zat warna dalam

berbagai bahan dasar (bedak, cair, minyak, krim, tingtur, aerosol) dengan

pelengkap bahan pembuat stabil dan parfum.

Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi

menjadi: 1) Kosmetika rias kulit (wajah); 2) Kosmetika rias bibir; 3) Kosmetika

rias rambut; 4) Kosmetika rias mata; dan 5) Kosmetika rias kuku.

Kosmetika dekoratif bertujuan untuk mengubah penampilan, yaitu agar

tampak lebih cantik dan noda-noda atau kelainan pada kulit tertutupi. (Unirah U.

2011)

8. Blush On

Blush on adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai pipi dengan

sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tatarias wajah.

Produk ini bertujuan untuk memerahkan pipi, sehingga nampak lebih cantik dan

lebih segar. (Pitralina Bu‟ulolo,2019)

9
9. Ada beberapa jenis – jenis blush on

a. Loose atau compact powder blush

Paling sederhana, berisikan pigmen dan “lakes” dalam berbentuk kering,

diencerkan dengan bahan-bahan powder standar seperti talkum, zink stearat, dan

magnesium karbonat. Kandungan pigmen 5-20%.

Gambar3.PowderBlush

b. Cream blush

Zat-zat pewarna (pigmen,lakes dan/ atau cat larut minyak)

didispersikan atau dilarutkan dalam base fat-oil-wax. Dibandingkan dengan yang

powder, memiliki keuntungan dapat membentuk lapisan tipis rata dipermukaan

kulit yang nampak lebih alamiah dan bersifat menolak air, formulanya cocok

digunakan untuk kulit kering.

Gambar 4. Creamblush

c. KrimemulsidanliquidRouges

Popularitas tipe ini (terutama yang emulsi cair) adalah popularitas

liquidfoundation make-up. Bedak cair dan rouge cair bercampur dengan

sangatbaik dan dengan sedikit latihan, sebaiknya pemakaianrouge cair

10
padafoundation yangmasih belum keringdi kulit pipi.

d. Liquid blush

Liquid rounge terdiri dari larutan warna dengan bahan pelarut air atau

hidroalkoholik. Glycerol, sorbitol, liquid, dll, memberikan rasa lembut pada

pemakaian yang sesuai.

Gambar5.Liquidblush
e. Bentuk batang/stick
Blush on jenis ini dikemas dalam tube mirip lipstik, penggunaannya cukup
mudah karena langsung dipoleskan secara lurus di pipi kemudian diratakan
dengan jari (Pitralina Bu’ulolo, 2019)

Gambar6. Blush on stick/batang

10. Komponen Utama dalam Sediaan Blush On

a. Talkum

Talkum merupakan bahan dasar dari sediaan pewarna pipi yang bersifat

mudah menyebar dan kekuatan menutupi yang rendah. Talkum memiliki ciri-ciri

putih, halus, dan tidak berbau.

b. Kaolin

Kaolin merupakan bahan dasar dari golongan silikat. Kaolin memiliki

11
kemampuan menutupi dan adhesi yang baik, dalam jumlah maksimal 25%

kaolin dapat mengurangi sifat kilat talkum.

c. Zink Oksida

Zink oksida memiliki beberapa sifat terapeutik dan membantu

menghilangkan kecacatan pada kulit. Namun, penggunaan yang berlebihan

dapat menyebabkan kulit kering. Penggunaan pada tingkat yang cukup rendah

dalam pewarna pipi karena memiliki kekuatan yang cukup baik untuk membuat

kulit cerah.

d. Pengikat

Jenis bahan pengikat yang digunakan ada 5 tipe dasar, yaitu:

1) Pengikat kering

Pengikat kering seperti logam stearat (zink atau magnesium) stearat.

Penggunaan dari pengering kering yaitu untuk meningkatkan tekanan bagi

kompaknya suatu sediaan.

2) Pengikat minyak

Minyak tunggal, seperti minyak mineral isopropil miristat dan turunan

lanolin, dapat berguna untuk dicampurkan dalam formula sebagai pengikat.

3) Pengikat larut air

Pengikat ini biasa digunakan di masa lalu umumnya adalah larutan gom

seperti tragakan, karaya, dan arab. Pengikat sintetik seperti PVP

(pollyvinylpyrolidone), metilselulosa, karboksil metil selulosa juga telah

umum digunakan.

4) Pengikat tidak larut air

Digunakan secara luas dalam pewarna pipi. Minyak mineral, lemak ester

dari segala tipe dan turunan lanolin, dapat digunakan dan dicampur dengan

12
jumlah yang baik dari air untuk membantu pembentukan pewarna pipi yang

halus dan kompak. Penambahan bahan pembasah akan membantu untuk

menyeragamkan distribusi kelembaban pewarna pipi.

5) Pengikat emulsi

Keseragaman penggunaan pengikat tidak larut air sulit tercapai, peneliti

telah mengembangkan bahan pengikat emulsi yang sekarang digunakan

dengan luas. Emulsi menghasilkan distribusi yang seragam, baik pada fase

minyak maupun fase air, yang terpenting dalam pengempaan serbuk.

e. Pengawet

Tujuan pengawet adalah untuk menjaga kontaminasi produk selama

pembuatan dan juga selama digunakan oleh konsumen, dimana mikroorganisme

dapat mengkontaminasi produk setiap kali penggunaanya, baik dari tangannya

atau dari alat yang digunakan (Hasibuan DDP, 2018).

11. Formulasi Dasar Pembuatan Blush On

a. Talkum

Merupakan bahan dasar dari segala macam formulasi kosmetik seperti

bedak, blush on dan eye shadow, sifat yang sangat luar biasa adalah mudah

menyebar dan kekuatan menutupi yang rendah.

b. Kaolin

Merupakan masa bantuan yang tersusun dari material lempung dengan

kandungan besi yang rendah, dan umumnya berwarna putih atau keputihan.

Warna dari kaolin yang digunakan harus secerahmungkin.

c. Isopropilmiristat

Berupa ester lemak sintetik; bahan ini jernih, berupa larutan, bebas dari bau

yang tidaksedap.

13
d. ZinkOksida

Terdapat 2 bahan pengopak yang biasa digunakan dalam formulasi bedak

wajah: zink oksida dan titanium dioksida. Terlalu banyak digunakan bahan ini

dapat menghasilkan efek seperti topeng yang mana tidak diinginkan; terlalu

sedikit membuat bedak tidak dapat menempel pada tubuh. Diketahui bahwa zink

oksida memiliki beberapa sifat terapeutik dan membantu menghilangkan

kecacatan pada kulit. Namun pengunaan yang berlebihan menyebabkan

kulitkering.

e. Pengawet

Bahan tambahan berupa pengawet juga diberikan untuk memperpanjang

umur simpan produk (Tranggono,R.I.S. & Latifah,F. 2007).

f. Asamsitrat

Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang terdapat pada daun dan

buah tumbuhan tertentu. Senyawa ini merupakan bahan pengawet alami yang baik

dan dapat juga dipakai untuk mengatur tingkat kemasaman pada berbagai

pengolahan makanan dan minuman ringan. Zat ini juga dapat digunakan sebagai

zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan (Ovelando R,

Nabilla Ma, Surest Ah. 2010).

12. Bahan Pewarna

Menurut Peraturan Kepala BPOM RI No. 18 Tahun 2015 tentang persyaratan

Teknis bahan Kosmetika. Bahan pewarna adalah bahan atau campuran bahan yang

digunakan untuk member dan atau memperbaiki warna pada kosmetika (Pengawas

Badan Dan Obat Indonesia R. 2015)

14
a. Zat Pewarna Berdasarkan Sumbernya Dalam Bahan Tambahan Pangan

Secara garis besar, berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna

yang termasuk dalam golongan bahan tambahan pangan, yaitu:

1. Pewarna alami

Pewarna alami adalah pewarna yang dibuat melalui proses ekstraksi, isolasi

atau derivatisasi (sintetis parsial) dari tumbuhan, hewan, mineral atau

sumber alami lain, termasuk pewarna identikalami.

2. Pewarna sintesis

Pewarna sintetis adalah pewarna yang diperoleh secara sintetis kimiawi.

Pewarna sintetis mempunyai keuntungan yang nyata di bandingkan pewarna

alami, yaitu mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih seragam,

lebih stabil dan biasanya lebih murah.

b. Pewarna yang Digunakan Dalam Kosmetika

Pewarna yang digunakan dalam kosmetika umumnya terdiri dari 2 jenis,

yaitu:

1. Pewarna yang dapat larut dalam cairan (soluble), air, alkohol, atau

minyak. Contoh warna kosmetik adalah:

a) Pewarna asam yang merupakan golongan terbesar pewarna pakaian,

makanan dan kosmetika. Unsur terpenting dari pewarna ini adalah

gugusazo.

b) Solvent dyes yang larut dalam air atau alkohol, misal: merah DC,

merah hijau No.17, violet,kuning.

c) Xanthene dyes yang dipakai dalam lipstik, misalnya DC orange, merah

dankuning.

15
2. Pewarna yang tidak larut dalam cairan (insoluble), yang terdiri atas bahan

organik dan inorganik, misalnya lakes, besioksida.

Zat warna tidak semua dapat digunakan dalam kosmetika, karna kulit

dibeberapa bagian tubuh ada yang sensitif terhadap warna tertentu sehingga

memerlukan warna khusus, seperti kulit sekitar mata, kulit sekitar mulut, bibir

dan kuku.

13. Keuntungan dan Keunggulan Penggunaan Sediaan Blush On Stick

Perona pipi (Blush On) dalam bentuk stick mempunyai keunggulan, tidak seperti

perona pipi powder yang mudah hancur, perona pipi stick mudah diaplikasikan

karena dikemas seperti tabung putar layaknya lipstick dan praktis mudah dibawa

kemana-mana.

B. Teori Ekstraksi

1. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif

dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

(Anonim, 1995).

Menurut sifatnya, ekstrak dikelompokkan menjadi (Voight, 1994) :

a) Ekstrak encer (extractumtenue), sediaan ini memiliki konsistensi seperti madu

dan dapat dituang.

b) Ekstrak kental (extractum spissum), sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan

tidak dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%.

c) Ekstrak kering (extractum siccum), memiliki konsistensi kering dan mudah

digosokkan. Kandungan lembab tidak lebih dari 5%.

16
d) Ekstrak cair (extratum fluidum) diartikan sebagai suatu ekstrak cair, yang

dibuat sedemikian sehingga 1 bagian jam sesuai dengan 2 bagian (kadang-

kadang juga 1 bagian) ekstrak cair.

2. Metode Ekstraksi

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termaksud biota laut. Tujuan

ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada

bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen

zat kedalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka

kemudian berdifusi masuk kedalam pelarut (Depkes RI, 1986). Berdasarkan

jenisnya ekstraksi dibedakan menjadi 2 yaitu (Ditjen POM, 2000).

1) Ekstraksi secara dingin

a) Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

kamar (Depkes,2011).

Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara

merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada

temperature kamar terlindung dari cahaya, pelaut akan masuk kedalam sel

tanaman melewati dididing sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan didala sel dengan diluar sel. Larutan yang

konentrasinya tinggi akan terdeak keluar dan diganti oleh pelarut dengan

konsentrasi redah (proses difusi). Peristiwa tersebut akan berulang sampai

terjadi keseimbangan antara larutan didalam sel dan larutan diluar sel Maserasi

17
biasanya dilakukan pada temperatur 15o-20o C dalam waktu selama 3 hari

sampai bahan-bahan yang larut , melarut (Ansel, 1989).

Adapun keuntungan dengan cara maserasi adalah pengerjaan dan

peralatan yang digunakan sederhana, sedangkan kerugiannya yakni cara

pengerjaanya lama, membutuhkan pelarut banyak dan penyarian kurang

sempurna. Dalam cara maserasi, serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat

yang kontak dengan pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode

tertentu dengan pengadukan yang sering untuk meningkatkan kinerjanya,

sampai zat tertentu dapat terlarut. Metode ini paling cocok digunakan untuk

senyawa yang termolabi (Tiwari, 2011).

b) Perkolasi

Perkolasi merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

penyarian sempurna yang umunya dilakukan pada temperatur ruang (Depkes

RI, 2011). Satu-satunya peralatan yang diperlukan untuk melakukan ekstraksi

dengan cara perkolasi adalah kontainer perkolasi atau dikenal dengan nama

perkolator. Dengan perkolator aliran pelarut dapat diatur sedemikian rupa

sehingga tetesan pelarut akan turun sedikit demi sedikit. Perkolasi adalah

proses ekstraksi yang berkesinambungan. Pelarut yang telah jenuh harus

digantikan dengan pelarut yang segar.

c) Sokletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan. Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih. Uap air akan

naik melalui pipa samping, kemudian diembunkan lagi oleh pendingin tegak.

Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam simplisia. Selanjutnya, jika

cairan penyari mencapai sifon makan seluruh cairan akan turun ke labu alas

18
bulat dan terjadi proses sirkulasi. Demikian seterusnya sampai zat aktif yang

terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang ditandai jernihnya cairan yang

lewat pada tabung sifon.

2) Ekstraksi secara panas

a) Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru,

dengan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan

jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (DepkesRI,

2011).

Keuntungan penggunaan cara sokletasi adalah penyarian yang

dilakukan Secara terus menerus secara automatis dan pelarut yang dibutuhkan

sedikit. Pada cara ini pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi dipanaskan

sehingga uap nantinya akan turun membasahi sampel yang diletakkan terpisah

dari pelarut. Proses ini terjadi berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai.

Kelemahannya adalah karena menggunakan pemanasan maka bisa saja

senyawa kimia yang dikandung oleh sampel tumbuhan telah rusak (Silva,

2008).

b) Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2011).

c) Destilasi Uap

Merupakan metode yang populer untuk ekstraksi minyak-minyak

menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air

diperuntukan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap

19
atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada

tekanan udara normal.

Ekstraksi antosianin umumnya menggunakan metode maserasi yaitu

proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali

pengadukan pada temperatur ruangan. Sedangkan remaserasi adalah

pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat pertama

dan seterusnya.

Ekstraksi antosianin menggunakan pelarut etanol 96%. Hal ini

disebabkan tingkat kepolaran antosianin hampir sama dengan etanol 96%

sehingga dapat larut dengan baik pada etanol 96%.

C. Kajian Empiris

Adapun yang menjadi landasan penelitian terdahulu dalam penelitian ini adalah

sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan dibawah ini, yakni oleh :

Penelitian yang dilakukan oleh Apriliyanti (2014) yaitu Formulasi sediaan lipstik

menggunakan ekstrak biji pinang muda (Areca catechu L.) Sebagai pewarna. Dimana

buah pinang (Areca catehu L.) di masyarakat dimanfaatkan sebagai salah satu

campuran untuk makan sirih dan bagian bijinya dapat dikonsumsi langsung. Penelitian

ini dilakukan untuk memformulasi sediaan lipstik dengan memanfaatkan pewarna

alami proantosianidin yang terkandung dalam biji buah pinang. Pembuatan ekstrak

dilakukan dengan metode maserasi dengan menggunakan etanol 96% dan 1% asam

sitrat kemudian pelarut diuapkan dengan bantuan alat rotary evaporator. Formula

sediaan lipstik dibuat dalam 3 konsentrasi ekstrak biji pinang muda yaitu 5%, 10%, dan

15%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu fisik sediaan

mencakup homogenitas, titik lebur, stabilitas, pH, uji oles, serta uji iritasi. Hasil uji

sediaan lipstik biji pinang menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat stabil selama 30

20
hari, homogen, titik lebur 59℃ , mudah dioleskan dengan warna yang merata, memiliki

pH 4,3-4,6 dan tidak menyebabkan iritasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

ekstrak biji buah pinang muda dapat digunakan sebagai pewarna dalam sediaan lipstik,

dan aman untuk digunakan. Hasil penelitian menunjukan bahwa sediaan lipstick

memiliki bobot rata-rata 5 gr dan panjang 4 cm. Variasi konsentrasi pewarna ekstrak

biji pinang muda yang digunakan menghasilkan perbedaan warna lipsik. Semakin

tinggi konsentrasi pewarna dalam sediaan lipstick, maka warna yang dihasilkan akan

semakin gelap. Lipstik dengan konsentrasi pewarna ekstrak biji pinang 5% berwarna

jingga tua, knsentrasi pewarna eksrtak biji pinnang muda 10% berwarna merah,

konsentrasi pewarna eksrak biji pinang muda 15% berwarn merah tua.

Peneltian yang telah dillakukan oleh Heru A. Cahyanto (2018) yaitu Aktivitas

antioksidan ekstrak etanol biji pinang (Areca catechu L). Dimana biji pinang

mengandung senyawa antioksidan yang dapat menghambat radikal bebas seperti

senyawa tannin dan flavonoid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas

antioksidan ekstrak etanol biji pinang dengan metode DPPH dan menetapkan kadar

kandungan senyawa tannin dan flavonoid. Biji pinang diekstraksi secara maserasi

menggunakan ethanol 95% dan dipekatkan sampai terbentuk ekstrak kental dengan

rendemen 21,6%. Ekstrak yang diperoleh distandardisasi dan dilakukan uji aktivitas

antioksidan dengan metode DPPH. Ekstrak etanol biji pinang mengandung senyawa

flavonoid dan tannin dengan kadar masing-masing 3,7% dan 8,53%. Hasil uji

menunjukkan ekstrak biji pinang memenuhi persyaratan standar bahan ekstrak serta

memiliki aktivitas antioksidan sebesar 3,5µg/ml.

21
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Dasar Pikir Penelitian

Blush on adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai pipi dengan

sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tatarias wajah. Produk

ini bertujuan untuk memerahkan pipi, sehingga nampak lebih cantik dan lebih segar.

(Pitralina Bu‟ulolo,2019). Bahan pewarna alami untuk blush on dapat diambil dari

tumbuh-tumbuhan atau buah-buahan. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan suatu

produk kosmetik blush on yang aman dan mempunyai manfaat yang sesuai dengan

penggunaannya (Nurfitriana, dkk., 2019). Salah satu sumber bahan alami yang

memiliki potensi di Indonesia dan dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami adalah

pinang. Pinang dengan nama latin Areca catechu memiliki efek antioksidan, anti

mutagenik, astringent, dan obat cacing. Ekstrak biji buah pinang mengandung tanin

terkondensasi dan terhidrolisis, senyawa fenolik, asam galat, serta garam. Pigmen tanin

tersebut yang dapat menghasilkan warna merah (Wetwitayaklung 2006).

22
B. Bagan Kerangka Konsep Penelitian

Sediaan Blush On Stick


Ekstrak kering biji buah Ekstrak biji buah pinang
pinang (Areca catechu L.) (Areca catechu L.)
sebagai pewarna alami

Gambar 7. Bagan kerangka konsep penelitian


keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Menyatakan pengaruh antara Variabel Independen dan Dependen

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen (Bebas)


Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, yang menyebabkan

timbulnya atau berubahnya variabel terikat (Aditya, 2015). Variabel bebas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak buah pinang (Areca catechu L.)

2. Variabel Dependen (Terikat)


Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variable bebas

(Aditya, 2015). Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Evaluasi

sediaan Blush On Stick ekstrak biji buah pinang (Areca catechu L.)

D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

1. Variabel independen (bebas)

a. Ekstrak Biji Buah Pinang

Sediaan Blush On Stick yang mengandung ekstrak biji buah pinang adalah

hasil ekstraksi dengan metode maserasi dari buah pinang dengan menggunakan

Etanol 96%.

b. Kriteria Obyektif : dalam satuan g/mg.

23
2. Variabel dependen (terikat)

a. Stabilitas Fisik

Evaluasi sediaan adalah kegiatan mengidentifikasi dan menentukan kualitas

dari sediaan farmasi yang telah diformulasi berdasarkan parameter sediaan.

Evaluasi sediaan Blush On Stick meliputi : uji Organoleptik, uji Homogenitas, uji

pH, uji Poles, uji Keretakan.

b. Kriteria Obyektif :

a) Uji organoleptik

- Aroma : Aroma khas ekstrak etanol buah pinang

: Tidak ada aroma khas ekstrak etanol buah pinang

- Warna : Berwarna khas

: Tidak berwarna khas

- Tekstur : Konsistensi sediaan baik

: Konsistensi sediaan kurang baik

b) Homogenitas

Sesuai syarat : Tidak ada butiran kasar pada sediaan

Tidak sesuai : Terdapat butiran kasar pada sediaan

c) pH

Sesuai syarat : 4,5 – 6,5

Tidak sesuai : Diluar 4,5 - 6,5

d) Uji Poles

Sesuai syarat : Pengolesan pertama sediaan telah memberikan warna

Tidak sesuai : Pengolesan pertama sediaan kurang memberikan warna

e) Uji Keretakan

Sesuai syarat : Sediaan yang tidak pecah dan tidak ada keretakan

24
Tidak sesuai : Sediaan pecah dan retak

25
E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah :

1. H0: Ekstrak buah pinang (Areca catechu L.) tidak memiliki stabilitas fisik yang

baik dalam formulasi sediaan blush on stick

Ha: Ekstrak buah pinang (Areca catechu L.) memiliki kestabilan fisik yang baik

dalam formulasi sediaan blush on stick

2. H0 : Ekstrak biji buah pinang (Areca catechu L.)tidak memberikan warna pada

konsentrasi 5%, 10%, dan 15%

Ha : Ekstrak biji buah pinang (Areca catechu L.) dapat memberikan warna pada

konsentrasi 5%, 10%, dan 15%

26
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Penelitian ini ialah penelitian eksperimental laboratorium dengan membuat

formulasi sediaan perona pipi ekstrak biji buah pinang (Areca catechu L.) dengan

konsentrasi 5%, 10% dan 15%.

5%
Pewarna
alami
10%
Ekstrak Formulasi
Blush On 15%

Evaluasi Uji Organoleptik


stabilitas
Skrining Fitokimia: fisik Uji Homogenitas
1. Uji Alkaloid
2. Uji Flavonoid Uji pH
3. Uji Saponin
4. Uji Tanin Uji Poles
5. Uji Polifenol
6. Uji Steroid/Terpenoid Uji Keretakan

Table 3. Desain Penelitian


Evaluasi Fisik
Uji
Uji Uji Uji
Uji Organoleptik Keretaka
Formul pH Homogenitas Poles
n
a
Aroma Warna Tekstur

F0
F1
F2
F3

Keterangan :
F0   : Formulasi sediaan blush on ekstrak buah pinang 0%
F1   : Formulasi sediaan blush on ekstrak buah pinang 5%
F2 : Formulasi sediaan blush on ekstrak buah pinang 10%
F3   : Formulasi sediaan blush on ekstrak buah pinang 15%

27
B. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmasetika-Teknologi Farmasi

Universitas Mandala Waluya Kendari dan Fakultas FKIP Jurusan Biologi Universitas

Haluoleo.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah tanaman biji buah pinang (Areca catechu

L.) diperoleh di wilayah Lasolo Desa Belalo Kab. Konawe Utara.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah biji buah pinang (Areca catechu L.) yang

di buat dalam 3 variasi konsentrasi sediaan blush on pewarna pipi.

D. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :Ayakan

Mesh 80, Batang pengaduk, Cawan porselin, Corong, Gelas kimia, Kain flannel, Kertas

perkamen, pH Meter, Lumpang dan alu, Pipet tetes, Pisau steinless steel, Sendok

tanduk, Seperangkat alat maserasi, Spatel, timbangan Analitik dan Digital, Rotary

evaporator, hair dryer, Water Bath, Wadah sediaan.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Asam

Sitrat 1%, Biji Buah Pinang, Etanol 96%, Isopropil miristat, Kaolin, Lilin carnauba,

Lanolin, Nipagin /Metil paraben, Natrium Metabisulfi 0,1%, Oleum rosae, Talkum,

Zink oksid.

28
E. Master Formula

Formula dasar yang dipilih pada pembuatan blush on dalam penelitian ini dengan

komposisi sebagai berikut (Pitralina Bu’ulolo, 2019) :

Tabel.3.1 Master Formula kombinasi pewarna pemerah pipi dari ekstrak umbi bit
merah (Beta vulgaris L) dan ekstrak angkak
Komposisi Konsentrasi
F0 F1 F2 F3
Zat Warna (EkstrakUmbi Bit - 15% 20% 20%
Merah
Zat warna ekstrakAngkak - 15% 20% 15%
Kaolin 2 2 2 2
Zink Oksida 1, 25 1, 25 1, 25 1, 25
Lanolin 1, 5 1, 5 1, 5 1, 5
Isopropyl miristrat 0, 02 0, 02 0, 02 0, 02
Nipagin 0, 02 0, 02 0, 02 0, 02
Lilin Carnaubawax 1 1 1 1
Parfum 0, 01 0, 01 0, 01 0, 01
Talkum 3, 3 1, 8 1,3 0, 9
Total 8g 8g 8g 8g

F. Rancangan Formulasi

Tabel 3.2. Modifikasi Formula Blush On Stick dengan zat pewarna alami
menggunakan Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu L.)
Konsentrasi
Komposisi Fungsi
F0 F1 F2 F3
Ekstrak biji buah pinang - 5% 10% 15% Pewarna
Kaolin 10% 10% 10% 10% Pendispersi
Zink oksida 15% 15% 15% 15% Pengisi
Lanolin 20% 20% 20% 20% Emmolient
Isopropil miristrat 5% 5% 5% 5% Pengikat
Nipagin 0,13% 0,13% 0,13% 0,13% Pengawet
Lilin carnauba 12,50% 12,50% 12,50% 12,50% Basis
Oleum rosae 0,13% 0,13% 0,13% 0,13% Pengharum
Talkum 37,25% 27,25% 22,25% 17,25% Basis
Total 8g 8g 8g 8g  

Keterangan :
F0 : Formula tanpa ekstrak biji buah pinang
F1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak biji buah pinang 5%.
F2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak biji buah pinang 10%.
F3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak biji buah pinang 15%.

29
G. Prosedur Kerja

1. Prosedur pembuatan Formula pewarna pipi bentuk Stick Ekstrak Biji Buah

Pinang

a. Pengambilan Sampel

Buah pinang (Areca catechu L.) diambil dari Wilayah Lasolo Desa Belalo

Kabupaten Konawe Utara. Biji buah pinng yang digunakan adalah buah

pinang berwarna hijau tua.

b. Pengolahan Sampel

Buah pinang (Areca catechu L.) dicuci bersih dengan air mengalir. Buah

pinang kemudian dibelah dan diambil bijinya. Biji pinang kemudian diiris tipis

menyerupai keripik kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Biji

pinang yang telah kering kemudian diserbukkan menggunakan blender.

c. Pembuatan Ekstrak Biji Buah Pinang

Serbuk biji buah pinang sebanyak 500 gram dimaserasi dengan 1 liter

etanol 96% dan 1% asam sitrat, ditutup dan dibiarkan selam 1 malam

terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, maserat yang diperoleh disaring,

hasil dari maserat dikumpulkan, lalu diuapkan dengan bantuan alat rotary

evapprator pada temperatur kurang lebih 500C, kemudian dipekatkan

menggunakan hair dryer sehingga didapatkan ekstrak kental biji buah pinang.

d. Determinasi Sampel

Determinasi tanaman yang digunakan yaitu herba biji buah pinang (Areca

catechu L.) dilakukan dengan mempersamakan sifat morfologi tumbuhan

diantaranya bentuk, ukuran, jumblah bagian-bagian daun, bunga, buah, biji,

dan lain-lain. Membandingkan dan mempersamakan ciri-ciri tumbuhan yang

30
akan diteliti dengan tumbuhan yang sudah dikenali identitasnya. Determinasi

sampel dilakukan di Fakultas Biologi Universitas Haluoleo.

e. Skrining Fitokimia

a. Uji Alkaloid

Infusa sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian

dilarutkan dengan aquades. Lalu dipanaskan selama 2 menit, didnginkan

kemudian disaring. Kemudian filtrat ditambahkan 2-3 tetes reagen Mayer.

Hasil positif ditandai dengan terbentuknya endapan putih (Sakka, 2018).

b. Uji Flavonoid

Infusa sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian

dilarutkan dengan aquades. Lalu ditambahkan 2-3 tetes HCL pekat.

Ditambahkan serbuk secuupnya. Hasil positif ditunjka dengan perubahan

warna merah tua/jingga (Sakka,2018).

c. Uji Saponin

Infusa sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian

ditambahkan aquades hingga seluruh sampel terendam, dididihkan selama 2-

3 menit dan selanjutnya dikocok. Hasil positif ditunjukan dengan

terbentuknya buih yang stabil (Sakka,2018).

d. Uji Tanin

Infusa sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian

dilarutkan dengan aquades. Lalu ditambahkan 2-3 tetes larutan NaCl 10%

dan 2-3 tetes FeCl3 . Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna

hijau biru (tanin katekol) dan biru hitam (tanin pirogalol) (Sakka,2018).

e. Uji Polifenol

31
Infusa sebanyak 2 ml dilarutkan FeCl3 sebanyak 2 tetes. Reaksi positif

dilanjudkan dengan terbentuknya warna biru.

f. Uji Steroid/Terpenoid

Infusa sebanyak 2 ml ditambahkan dengan 1 ml kloroform dan 1 ml asam

sulfat (H₂SO₄) pekat. Adanya steroid di tandai dengan terbentuknya 2

lapisan warna merah atau orange atau hijau sampai biru. Sebanyak 0,5 ml

infusaditambahkan pereaksi Liebermann-Burchard adanya terpenoid di

tandai dengan terbentuknya warna hijau atau biru.

f. Pembuatan Pewarna Pipi ( Blush On ) Ekstrak Biji Buah Pinang

Masing-mesing bahan ditimbang sesuai dengan perhitungan.Dalam cawan

penguap dimasukkan lilin carnauba, lanolin dan isopropil miristat lalu lebur di

atas penangas air sebagai massa 1, Sebagai massa 2 yaitu, zink oksida (yang

sudah diayak), kaolin, talkum dan metil paraben di dalam lumpang digerus

hingga homogen.Kemudian masukkan sedikit - demi sedikit massa 1 kedalam

massa 2 sambil digerus hingga homogen. Ekstrak Biji Buah Pinang

dimasukkan ketika suhu pada basis menurun hingga 40°C.Campurkan hingga

homogen dan ditambahkan ol. rosae sebagai pewangi. Dalam keadaan massa

cair dimasukkan ke dalam wadah blush on.Selanjutnya dilakukan evaluasi fisik

sediaan.

2. Evaluasi Formula Pewarna Pipi (Blush On) Ekstrak Biji Buah Pinang

1) Uji Organoleptik

Pemeriksaan organoleptik sediaan dilakukan dengan cara mengamati

warna, aroma dan tekstur dari sediaan Blush On. Pengamatan dilakukan pada

suhu kamar selama penyimpanan hari ke 1, 3,5,7,14,21, dan 28.

2) Uji Homogenitas

32
Masing-masing sediaan tiap formula perona pipi yang dibuat dari

ekstrak biji buah pinang berbagai konsentrasi diperiksa homogenitasnya

dengan cara mengoleskan sediaan sejumlah tertentu pada kaca objek. Sediaan

harus menunjukan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butir-butir

kasar (Anjari, 2019).

33
3) Uji pH

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter

(Vishwakarma et al., 2011). ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam

100 ml aquadest. Kemudian dicelupkan alat dalam larutan tersebut. Nilai pH

meter pewarna pipi disesuaikan dengan pH fisiologi kulit normal yaitu antara

4,5-6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007).

4) Uji Poles

Uji poles dilakukan terhadap sediaan masing-masing formula dengan cara

dioleskan lima kali pada punggung telapak tangan dan diamati warnanya

(Handayani R., 2013).

5) Uji Keretakan

Sediaan dijatuhkan pada permukaan kayu sebanyak 3 kali pada

ketinggian 8-10 inci. Diamati bentuknya, sediaan yang tidak pecah dan tidak

retak dinyatakan memenuhi syarat. (Ramadani, 2018).

H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Jenis data

a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil penelitian.

b. Data sekunder yaitu data yang berasal dari literatur yang, mendukung

penelitian.

2. Pengumpulan data

Data penelitian ini berasal dari data hasil evaluasi fisik sediaan blush on ekstrak

biji buah pinang.

3. Penyajian data

Data yang dianalisis dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel kemudian

dijabarkan dalam bentuk narasi.

34
G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin kepada

Rektor Universitas Mandala Waluya Kendari dan Ketua Program Studi Farmasi untuk

mendapatkan persetujuan.Penelitianini mengikuti kaidah sesuai etika penelitian yang

berlaku dengan merahasiakan semua data subjek penelitian(manusia) yang ada

sehingga sampel dari subjek tidak dapat dilacak keberadaannya.

H. Jadwal Waktu Penelitian

Jadwal penelitian ini ditunjukan pada table 2. Penelitian akan berlangsung

selama 3 bulan setelah proposal disetujui.

April Mei Juni


No. Jadwal Kegiatan
1 2 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengambilan dan preparasi                    
1 sampel
Determinasi sampel dan                    
2 skrining fitokimia
Pembuatan formulasi sediaan                    
3 blush on stik
Evaluasi formulasi sediaan                    
4 blush on stik

35
DAFTAR PUSTAKA

Andesti lamanda sukriati. 2018. Analisis Morfofisiologis Jati (Tectona grandis Linn. f.).
Skripsi : Program Studi KehutananFakultas Kehutanan Universitas
HasanuddinMakassar

Anggraini, S. & Ginting, M. (2017). Formulasi Lipstick dari Sari Buah Naga Merah
(Hylocereus polyrhizus) dan Kunyit (Curcuma Longa L.). Jurnal Dunia Farmasi,
1(3): 114-122

Apriliyanti Agung M. 2014. Formulasi Lipstik Menggunakan Ekstrak Biji Pinang Muda
(Areca catechu L.) sebagai Pewarna. Skripsi. Kendari : Universitas Haluoleo.

Ati, N.H., Puji, R., Soenarto., and Leenawaty, L. 2006. The Composition and The Content
of Pigments from Some Dyeing Plant for Ikat Weaving in Timorrese Regency,
East Nusa Tenggara.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Jakarta.

Depkes RI. 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta

Ditjen POM. 2000. Formularium Kosmetik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia : Jakarta.

Erinda, Nonie. 2011. Formulasi Sediaan Lipstik Ekstrak Daun Jati (Tectona grandis L.)
Sebagai Pewarna. Skripsi Medan : Universitas Sumatra Utara.

Fahraint I. 2013. Formulasi sediaan pewarna pipi dalam bentuk padat dengan
menggunakan ekstrak bunga belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Skripsi.

Hasibuan DDP. 2018. Pembuatan Blush On Dari Pewarna Alami Terong Belanda
(Solanum betaceum) Dalam Bentuk Compact.

Iskandar benni, dkk. 2021. Formulasi Blush On Stick Dengan Zat Pewarna Alami Ekstrak
Kering Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus L.)jurnal. STIKES Cendekia
Utama Kudus.

Kibbe Artur H. 2006. Hand Book Of Pharmaceutical Exipient. American Pharmaceutical


Association : Washington

Nurfitriana,D., Purwanti,L. & Aryani,R. (2019). Formulasi Blush On Cream,


menggunakan Pewarna Alami Umbi Bit (Beta vulgaris .L). Prosiding Farmasi,
Universitas Islam Bandung, 5(1): 7–13.

Nurhayati,I. (2016). PembuatanBlush On dari Buah Naga. Skripsi. Semarang: Program


Studi Pendidikan Tata Kecantikan Universitas Negeri Semarang.

Ovelando R, Nabilla Ma, Surest Ah. 2010. Fermentasi Buah Markisa (Passiflora) Menjadi
Asam Sitrat.;1–7.

36
Pengawas Badan Dan Obat Indonesia R. 2015. Badan pengawas obat dan makanan
republik indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1176 Tahun 2010 Tentang
Notifikasi Kosmetika

Ramadani,F.R., Ceriana,R. & Andayani,T. (2018). Pemanfaatan Kulit Buah Naga Merah
(Hylocereus polyrhizus) sebagai Pewarna Alami Kosmetik Pemerah Pipi Blush
On). Journal of Healthcare Technology and Medicine, 4(2): 165–175.

Rowe, C.R., Paul, J., dan Marian, E.Q. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients.
Edisi keenam, Washington: Pharmaceutical Press.

Susmiatun, Kusuma, A.M., Budiman, A., & Hapsari, I. (2018). The Physical Properties
and Stability of Purple Yam (Ipomoea batatas (L.) Lam) Lipstick. Journal
Pharmaciana, 8(2): 283-290.

Sutara,P. (2009). Jenis Tumbuhan sebagai Pewarna Alam pada Beberapa Perusahan
Tenun di Gianyar. Jurnal Bumi Lestari, 9(2): 217-223.

Tranggono,R.I.S. & Latifah,F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Unirah U. 2011. Formulasi Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Kubis


Merah(Brassicaoleracea varcapitataL.frubra).Penelitian; (L).

Vishwakarma, B., Dwivedi, S., Dubey, K., dan Joshi, H. (2011). Formulation and
Evaluation of Herbal Lipstick. Internasional Journal of Drug Discovery &Herbal
Research.

Voigth, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : Soedani Soerono UGM
Press

Wasitaatmadja SM. 2003. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta : UniversitasIndonesia.

Wetwiyaklung, P., T.et all. 2006. The Study of Antioxidant Capacity in Various part of
Areca catechu L. Nareseun University Journal 14: 1-14

37
LAMPIRAN

Skema Alur Kerja Penelitian

Biji Buah Pinang (Areca catechu L.)

Ekstrak buah pinang


dengan metode
maserasi

Ekstrak cair

Skrining Fitokimia: Ekstrak kental


1. Uji Alkaloid
2. Uji Flavonoid
3. Uji Saponin
4. Uji Tanin Formulasi Blush
5. Uji Polifenol
On
6. Uji Steroid/Terpenoid

Formulasi F0 Formulasi F1 Formulasi F2 Formulasi F3


0% 5% 10% 15%

Evaluasi fisik
sediaan

Hasil

Analisis data

dan kesimpulan

38
LAMPIRAN

1. Perhitungan bahan dengan bobot 8 gram untuk masing-masing sediaan :


a. Formula F0 (0%)
Ekstrak biji buah pinang = 0 %
10
Kaolin = x 8 gr=0.8 gr
100
15
Zink oksida = x 8 gr=¿ 1,2 gr
100
20
Lanolin = x 8 gr=¿ 1,6 gr
100
5
Isopropil miristrat = x 8 gr=¿ 0,4 gr
100
0,13
Nipagin = x 8 gr =¿ 0,02 gr
100
12,50
Lilin carnauba = x 8 gr=¿ 1 gr
100
0,13
Oleum rosae = x 8 gr =¿ 0,02 gr
100
37,25
Talkum = x 8 gr=¿ 3 gr
100
Total = 0,8 + 1,2 + 1,6 + 0,4 + 0,02 + 1 + 0,02 + 3
= 8,04 gram
b. Formula F1 (5 %)
5
Ekstrak biji buah pinang = x 8 gr=¿ 0,4 gr
100
10
Kaolin = x 8 gr=0.8 gr
100
15
Zink oksida = x 8 gr=¿ 1,2 gr
100
20
Lanolin = x 8 gr=¿ 1,6 gr
100
5
Isopropil miristrat = x 8 gr=¿ 0,4 gr
100
0,13
Nipagin = x 8 gr =¿ 0,02 gr
100
12,50
Lilin carnauba = x 8 gr=¿ 1 gr
100

39
0,13
Oleum rosae = x 8 gr =¿ 0,02 gr
100
27,25
Talkum = x 8 gr=¿ 2,2 gr
100
Total = 0,4 + 0,8 + 1,2 + 1,6 + 0,4 + 0,02 + 1 + 0,02 + 2,2
= 7,64 gram

40
c. Formula F2 (10 %)

10
Ekstrak biji buah pinang = x 8 gr=¿ 0,8 gr
100
10
Kaolin = x 8 gr=0.8 gr
100
15
Zink oksida = x 8 gr=¿ 1,2 gr
100
20
Lanolin = x 8 gr=¿ 1,6 gr
100
5
Isopropil miristrat = x 8 gr=¿ 0,4 gr
100
0,13
Nipagin = x 8 gr =¿ 0,02 gr
100
12,50
Lilin carnauba = x 8 gr=¿ 1 gr
100
0,13
Oleum rosae = x 8 gr =¿ 0,02 gr
100
22,25
Talkum = x 8 gr=¿ 1,8 gr
100
Total = 0,8 + 0,8 + 1,2 + 1,6 + 0,4 + 0,02 + 1 + 0,02 + 1,8
= 7,64 gram

d. Formula F3 (15 %)
15
Ekstrak biji buah pinang = x 8 gr=¿ 1,2 gr
100
10
Kaolin = x 8 gr=0.8 gr
100
15
Zink oksida = x 8 gr=¿ 1,2 gr
100
20
Lanolin = x 8 gr=¿ 1,6 gr
100
5
Isopropil miristrat = x 8 gr=¿ 0,4 gr
100
0,13
Nipagin = x 8 gr =¿ 0,02 gr
100
12,50
Lilin carnauba = x 8 gr=¿ 1 gr
100

41
0,13
Oleum rosae = x 8 gr =¿ 0,02 gr
100
17,25
Talkum = x 8 gr=¿ 1,4 gr
100
Total = 1,2 + 0,8 + 1,2 + 1,6 + 0,4 + 0,02 + 1 + 0,02 + 1,4
= 7,64 gram

42

Anda mungkin juga menyukai